Disusun Oleh:
Dimas Aji Pradipta
NIM A1H014020
A. Latar Belakang
Gula kelapa kristal atau gula semut tengah menjadi primadona produk turunan
dari tanaman kelapa (coconut nuficera). Dibandingkan pula kelapa cetak, gula
semut lebih disukai konsumen luar negeri khususnya karena lebih mudah
penggunaannya, lebur mudah larut, dan tidak banyak bahan pengotor non gula
seperti yang banyak terdapat di gula cetak. Pengalaman yang kerap terjadi di
lapangan, dari 5 kg gula kelapa cetak dapat mengandung bahan non gula mencapai
2 kg. Bahan seperti nasi aking, ampas kelapa, jagung dan lain sebagainya sengaja
dicampur oleh pengrajin ‘yang nakal’ guna meningkatkan bobot atau massa produk.
Dengan adanya produk gula semut, walaupun harganya lebih tinggi dibanding gula
cetak, minat konsumen khususnya pasar ekspor gula kelapa akhirnya beralih ke
maupun kombinasi yang masuk maupun keluar dari suatu tahapan proses. Sesuai
dengan teori konservatif kekekalan massa, maka bahan yang masuk ke dalam dan
keluar dari proses akan tetap, hanya berubah bentuk dari wujud yang satu ke wujud
yang lain. Namun dalam praktiknya, kita mungkin tidak menemukan total input
yang sama dengan total bahan output, karena terjadinya akumulasi bahan pada alat
yang sering kali tidak bisa dihindarkan selama proses atau adanya kehilangan bahan
2. Mengetahui alat-alat apa saja yang digunakan dalam pembuatan gula semut.
semut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gula semut merupakan hasil pengentalan nira palma (aren, kelapa, siwalan)
berbentuk serbuk dan lebih dikenal dengan nama palm sugar, berwarna kuning
sampai coklat tua. Gula semut masih kalah populer dengan gula pasir, tetapi disisi
lain bisnis gula semut cukup menguntungkan, bukan saja harganya yang lebih
mahal dari gula pasir, namun permintaan pasar terutama ekspor masih belum
tekstur dan warna coklat pada berbagai jenis makanan. Pembuatan gula semut
sebetulnya hampir sama dengan pembuatan gula aren cetak yaitu dengan jalan
pengadukan sampai terbentuk butiran atau serbuk gula (Balai Penelitian dan
Proses pengolahan gula semut sama dengan pengolahan gula cetak, yaitu
tahap pemanasan nira hingga menjadi kental. Pada pengolahan gula cetak, setelah
sedangkan pada pengolahan gula semut setelah diperoleh nira kental dilanjutkan
lahan, dan makin lama makin cepat hingga terbentuk serbuk gula (gula semut).
dengan oven dengan suhu pengeringan 50oC-60oC selama 1–2 jam. Untuk
Butiran gula yang tidak lolos ayakan akan dlakukan penghalusan ulang dengan
batok kelapa, kemudian dilakukan pengayakan ulang. Gula semut kering dikemas
evaporator) saat ini sedang tren di kalangan produsen gula semut, teknik ini
berdasarkan perputaran yang bisa diatur, sehingga secara langsung rotari ini dapat
pembuatan gula semut menggunakan teknik penguapan hampa dengan variasi suhu
dan lama evaporasi, sehingga diharapkan dapat diperoleh gula semut dengan mutu
produk yang lebih baik dari sifat fisik maupun kimiawi bila dibandingkan dengan
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Kalkulator
B. Prosedur Kerja
gula semut
gula semut
5. Mencatat cara kerja dari alat yang digunakan dalam pembuatan gula
semut
pembuatan gula semut dari nira hingga bahan jadi serta perhitungan
kesetimbangannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
b. Sarignan, berfungsi untuk memisahkan gula cair atau gula leleh dari
d. Susuk atau pengaduk, berfungsi untuk mengaduk gula cair di dalam wajan.
sudah disortasi.
belum disortasi.
i. Timbangan berfungsi untuk menimbang bahan baku atau gula semut yang
sudah jadi.
a. Air nira
b. laru
c. Air
d. Minyak kelapa
e. Plastik pengemas
f. Kayu bakar
3. Proses pembuatan
c. Tuangkan air dan gula di atas wajan dan tambahkan laru yang dibuat dari
e. Aduk perlahan dan terus menerus selama 1 – 2 jam hingga gula meleleh
Start
Penyaringan dan
penambahan laru
Pemasakan
Pemberian
minyak kelapa
Granulasi
Pengayakan
Di oven
Disortir
pengemasan
Finish
B. Pembahasan
Gula kelapa merupakan hasil pengolahan nira kelapa dengan cita rasa yang
khas sehingga penggunaannya tidak dapat digantikan oleh jenis gula yang lain.
Selain berfungsi sebagai pemanis, gula kelapa juga berfungsi sebagai pemberi
warna coklat. Selama ini, produk gula kelapa yang terdapat di pasaran masih
memiliki kelemahan diantaranya memiliki daya simpan yang tidak lama (sekitar 2-
4 minggu), belum adanya pengemasan yang baik, serta kurang praktis dalam
penyajian. Oleh karena itu, perubahan bentuk gula kelapa dari cetak menjadi butiran
(gula semut) merupakan salah satu alternatif produk yang dapat membuat gula
kelapa memiliki umur simpan yang lebih panjang serta memiliki kemudahan dalam
penyajian.
Gula semut adalah gula kelapa berbentuk bubuk yang dapat dibuat dari nira
palma, yaitu suatu larutan gula cetak palmae yang telah dilebur kembali dengan
penambahan air pada konsentrasi tertentu. Kualitas gula semut yang dihasilkan
sangat ditentukan oleh bahan baku utamanya yaitu gula kelapa. Bentuk gula semut
yang serbuk menyebabkan gula mudah larut sehingga praktis dalam penyajian,
mudah dikemas dan dibawa, serta daya simpan yang lama karena memiliki kadar
air yang rendah. Selain memiliki kelebihan, gula semut memiliki kelemahan yaitu
proses pembuatan yang tidak mudah sehingga harga gula semut relatif lebih mahal
dibanding gula kelapa. Permasalahan yang muncul pada gula semut yang terdapat
di pasaran adalah memiliki pH yang terlalu rendah. pH atau derajat keasaman yang
terdapat pada bahan baku sangat mempengaruhi proses kristalisasi pembuatan gula
semut karena adanya jumlah gula reduksi yang terbentuk. Adanya gula pereduksi
yang tinggi akan mengikat air lebih banyak karena komponen OH- mengikat H+
dari udara (proses hidrolisis). Untuk menghindari penurunan kualitas akibat gula
Gula semut merupakan hasil pengentalan nira palma (aren, kelapa, siwalan)
berbentuk serbuk dan lebih dikenal dengan nama palm sugar, berwarna kuning
Gula semut merupakan gula merah berbentuk serbuk, beraroma khas dan
berwarna kuning kecoklatan, gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang
sebagai gula kristal. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah
semut yg bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah nira
dari pohon kelapa atau pohon aren. Karena kedua pohon ini masuk jenis tumbuhan
palmae maka dalam bahasa asing, secara umum gula semut hanya disebut sebagai
Palm Sugar atau Palm Zuiker (Indrawanto, Evi. 2013). Gula semut ini memiliki
beberapa kelebihan dibanding gula cetak pada umumnya, yakni dapat tahan lama
disimpan dalam jangka waktu hingga dua tahun dan rasa jika dibungkus dalam
tempat yang rapat, ini karena kadar air yang terdapat dalam gula semut hanya
Gula semut adalah gula merah yang berbentuk serbuk atau tepung yang
dikenal dengan nama Palm Sugar. Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah
nira dari pohon kelapa, aren atau enau, nipah, lontar maupun tebu. Gula semut
memiliki beberapa kelebihan dari gula merah yang sudah lebih dulu dikenal
masyarakat. Kelebihan gula semut antara lain lebih mudah larut, daya simpan lebih
lama karena kadar air kurang dari 3%, bentuknya lebih menarik, pengemasan dan
pengangkutan lebih mudah, rasa dan aroma lebih khas, serta harga yang lebih tinggi
daripada gula kelapa cetak biasa. Pemanfaatan gula semut sama dengan gula pasir
(tebu) yakni dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemanis minuman (sirup,
susu, soft drink) dan untuk keperluan pemanis untuk industri makanan seperti
adonan roti, kue, kolak, dan lain-lain (Mustaufik dan Karseno, 2004).
Gula semut atau biasanya disebut gula kristal ini memiliki beberapa
Gula semut yang ditambahkan pada kopi tubruk, kopi creamer, teh
hitam m aupun capucinno mampu membuat aroma dari kopi tersebut lebih
tercium aromanya.
dalam seduhan kunyit asam, temulawak, wedang jahe dan lain-lain. Pada
minuman tersebut gula semut ini berfungi akan melompati hambatan emosi
menaburkan rasa manis yang khas terhadap tembakau yang akan dilinting
hanya memanfaatkan rasa manis dari gula semut. Namun juga warna coklat
Dalam pembuatan gula semut pada praktikum kunjungan ini, tidak berbeda
dengan cara membuat gula cetak, yakni melalui proses pengambilan air nira yang
dilakukan para penderes kelapa. Biasanya para penderes kelapa mulai beraktifitas
menyadap air nira sekita pukul 05.00 – 09.00 WIB dan mereka mengambil air nira
di atas pohon yang tingginya kira –kira mencapai 30 meter. Kemudian akan
dilanjutkan kembali menyadap air nira pada sore hari pada pukul 16.00 – 19.00
semut organik.
Saat memanjat pohon untuk melakukan penyadapan air nira, para penderes
naik ke atas pohon kelapa dengan membawa beberapa pongkor yang terbuat dari
bambu ataupun wadah air nira yang sudah diberikan laru alami dan cangkang
manggis dan kapur yang berguna dalam pencegahan terjadinya fermentasi. Apabila
tidak diberi laru menyebabkan air nira akan berubah menjadi asam. Ketika orang
yang memanjat pohon kelapa atau biasa dikenal dengan sebutan penderes berada di
atas pohon, mereka akan terlebih dahulu mengambil air nira di dalam pongkor atau
pongkor yang baru dan kosong setelah sebelumnya menyayat bunga kelapa
(manggar) dengan sayatan baru agar air dapat keluar kembali. Air nira dapat terisi
setelah 7 – 8 jam.
Apabila sudah mendapatkan air nira jangan menunggu hingga 2 jam, karena
air nira tersebut harus segera dimasak agar tidak berubah menjadi arak. Memasakan
air nira ini terkadang masih ada yang menggunakan tungku api yang menggunakan
kayu bakar sebagai sumber panas.. Pasang wajan di atas tungku dan masukkan air
nira hingga mendidih dengan suhu antara 10 - 120°C. Untuk menghasilkan gula
semut setidaknya membutuhkan waktu sekitar 3 jam hingga air nira benar - benar
siap untuk dibuat gula semut. Saat nira mendidih, air nira akan tampak berwarna
kecoklatan dan berbuih. Ketika berbuih tersebut, buih – buih yang menggumpal
diserok di sekitaran wajan guna untuk memisahkan buih dari kotoran yang ada.
Agar buihnya tidak meluap biasanya paar pengrajin menambahkan 3 sendok makan
minyak kelapa.
Ketika air nira sudah mulai mengental dan meletup – letup, nyala api mulai
dikecilkan. Saat air nira mulai mengental, harus selalu dilakukan pengadukan agar
air nira tidak hangus. Dan pengadukan dilakukan dengan gerakan memutar di dalam
wajan agar kekentalan gula merata di setiap sisi wajan dan mulai mengkristal.
Setelah air nira tersebut mengental, perlahan pengrajin mengambil gula karamel
dilakukan dengan cara menggosok – gosokan atau diguser batok kelapa pada gula
karamel.
Setelah gula berubah menjadi kering, maka gula ini diayak menggunakan
ayakan yang berguna untuk memisahkan gula halus dan gula yang masih kasar.
Apabila gula tidak dapat diayak, maka gula dibuat menjadi gula karamel kembali
dan kemudian dilakukan pencetakan gula. Sedangkan apabila gula tersebut dapat
diayak maka dilakukan pengovenan yang berguna untuk mengurangi kadar air
dalam gula tersebut. Yang suhu dalam oven tersebut berkisar sekitar 50 - 60 °C
apabila masih ada kotoran di dalam gula semut tersebut. Penyortiran ini dilakukan
dengan cara manual agar ketelitian dalam memilih kotoran yang ada di dalam gula
semut lebih tepat. Apabila telah dilakukan penyortiran maka gula semut siap untuk
gula semut ini adalah plastik. Dan ada pula yang disimpan di dalam box.
1. Ember
menampung nira.
2. Gayung
3. Wajan
4. Pengaduk kayu
5. Batok kelapa
6. Oven
batok kelapa.
Gambar 4. Oven
7. Ayakan
Ayakan merupakan alat yang berfungsi untuk mengayak gula yang telah
dikeringkan.
Gambar 5. Ayakan
8. Box plastik
Gambar 7. Plastik
10. Timbangan
Gambar 7. Timbangan
Prinsip teknik pengolahan pangan dalam proses pembuatan gula semut ialah:
tanpa diikuti perpindahan zat perantara tersebut. Perambatan panas terjadi pada
wajan tempat memasak gula aren dimana salah satu baian wajan tersebut dikenai
dengan api, beberapa lama kemudian wajan tersebut jika kita pegang akan terasa
panas.
Selain itu pada pembuatan gula semut ini menggunakan proses konveksi.
Konveksi adalah perpindahan (perambatan) panas dengan zat perantara berupa zat
alir (cair atau gas). Pada konveksi perpindahan panas disertai perpindahan zat
perantaranya.
Dari hasil yang telah didapatkan nira segar yang belum mengalami proses
fermentasi mempunyai rasa manis, berbau harum dan jernih, serta mempunyai pH
6-7, dan kadar gula sekitar 12-18 brix. Pada penyadapan siang hari pH nira relatif
lebih asam, dan pada beberapa kasus nira telah terfermentasi, total gulanya relatif
lebih tinggi, sedangkan pada penyadapan malam hari biasanya kondisi nira lebih
segar pada kondisi cuaca yang sama. Hal ini disebabkan karena kondisi suhu udara
pada siang hari lebih tinggi dibandingkan pada malam hari sehingga proses
pemanasan selama satu jam pada 100 oC atau lebih sudah mencukupi untuk
kristalisasi. Gula semut yang bermutu baik yaitu yang mempunyai warna kuning
cerah, aroma khas kelapa yang kuat dan kristal yang seragam serta kering. Untuk
memperoleh hasil yang seperti tersebut perlu dikontrol bahan baku dan proses
A. Kesimpulan
1. Proses pembuatan gula semut berawal dari gula yang dilelehkan pada
wajan dan disaring sebanyak dua kali agar kotoran dalam gula semut
pembuatan gula aren cetak yaitu dengan jalan menguapkan nira sampai
B. Saran
Sebaiknya jadwal pemilihan dalam kunjungan lebih wal lagi, agar tidak
terlalu mepet dengan UAS, serta pembahasan laporan di perjelas lagi kepada
praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dyanti, 2002. Studi Kompratif Gula Merah Kelapa dan Gula Merah Aren. Skripsi.
IPB. Bogor
Suroso, A, Riswanto dan A, Sujatmoko 2003. Pengaruh Kadar Air Bahan Baku dan
Jumlah Bibit Terhadap Gula Semut yang Dihasilkan. Seminar Nasional dan
(PATPI) Peranan Industri Dalam Pengembangan Produk Pangan
Indonesia. Yogyakarta 22-23 juli 2003.
Swardana, Pria Yudha. 2006. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat dan Lama
Penyadapan Nira Kelapa Terhadapa Kualitas Gula Semut. Skripsi. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang