Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI INDUSTRI

KUNJUNGAN GULA SEMUT

Disusun Oleh:
Dimas Aji Pradipta
NIM A1H014020

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gula kelapa kristal atau gula semut tengah menjadi primadona produk turunan

dari tanaman kelapa (coconut nuficera). Dibandingkan pula kelapa cetak, gula

semut lebih disukai konsumen luar negeri khususnya karena lebih mudah

penggunaannya, lebur mudah larut, dan tidak banyak bahan pengotor non gula

seperti yang banyak terdapat di gula cetak. Pengalaman yang kerap terjadi di

lapangan, dari 5 kg gula kelapa cetak dapat mengandung bahan non gula mencapai

2 kg. Bahan seperti nasi aking, ampas kelapa, jagung dan lain sebagainya sengaja

dicampur oleh pengrajin ‘yang nakal’ guna meningkatkan bobot atau massa produk.

Dengan adanya produk gula semut, walaupun harganya lebih tinggi dibanding gula

cetak, minat konsumen khususnya pasar ekspor gula kelapa akhirnya beralih ke

gula semut atau gula kristal atau gula granul.

Proses pengolahan pangan melibatkan berbagai jenis bahan, baik tunggal

maupun kombinasi yang masuk maupun keluar dari suatu tahapan proses. Sesuai

dengan teori konservatif kekekalan massa, maka bahan yang masuk ke dalam dan

keluar dari proses akan tetap, hanya berubah bentuk dari wujud yang satu ke wujud

yang lain. Namun dalam praktiknya, kita mungkin tidak menemukan total input

yang sama dengan total bahan output, karena terjadinya akumulasi bahan pada alat

yang sering kali tidak bisa dihindarkan selama proses atau adanya kehilangan bahan

yang tidak terkontrol.


B. Tujuan

1. Mengetahui proses pembuatan gula semut.

2. Mengetahui alat-alat apa saja yang digunakan dalam pembuatan gula semut.

3. Mengetahui prinsip-prinsip teknik pengolahan pangan dalam proses

pembuatan gula semut.

4. Mengetahui kesetimbangan massa yang terjadi pada proses pembuatan gula

semut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Gula semut merupakan hasil pengentalan nira palma (aren, kelapa, siwalan)

berbentuk serbuk dan lebih dikenal dengan nama palm sugar, berwarna kuning

sampai coklat tua. Gula semut masih kalah populer dengan gula pasir, tetapi disisi

lain bisnis gula semut cukup menguntungkan, bukan saja harganya yang lebih

mahal dari gula pasir, namun permintaan pasar terutama ekspor masih belum

terpenuhi. Gula semut dikenal sebagai bahan pemanis, penyedap, memberikan

tekstur dan warna coklat pada berbagai jenis makanan. Pembuatan gula semut

sebetulnya hampir sama dengan pembuatan gula aren cetak yaitu dengan jalan

menguapkan nira sampai kental, kemudian didinginkan dan dilanjutkan dengan

pengadukan sampai terbentuk butiran atau serbuk gula (Balai Penelitian dan

Pengembangan Industri, 1988).

Proses pengolahan gula semut sama dengan pengolahan gula cetak, yaitu

tahap pemanasan nira hingga menjadi kental. Pada pengolahan gula cetak, setelah

diperoleh nira kental, wajan diangkat dari tungku, dilakukan pencetakan,

sedangkan pada pengolahan gula semut setelah diperoleh nira kental dilanjutkan

dengan pendinginan dan pengkristalan. Pengkristalan dilakukan dengan cara

pengadukan menggunakan garpu kayu. Pengadukan dilakukan secara perlahan-

lahan, dan makin lama makin cepat hingga terbentuk serbuk gula (gula semut).

Langkah selanjutnya adalah pengeringan gula semut. Pengeringan dilakukan

dengan oven dengan suhu pengeringan 50oC-60oC selama 1–2 jam. Untuk

keseragaman ukuran butiran, dilakukan pengayakan menggunakan ayakan ukuran


14-16 mesh. Sebelum diayak dilakukan proses granulasi dengan batok kelapa.

Butiran gula yang tidak lolos ayakan akan dlakukan penghalusan ulang dengan

batok kelapa, kemudian dilakukan pengayakan ulang. Gula semut kering dikemas

dalam box atau plastik kemudian dipasarkan.

Teknik pembuatan gula semut dengan alat penguapan hampa (vacuum

evaporator) saat ini sedang tren di kalangan produsen gula semut, teknik ini

dilakukan dengan memanaskan bahan dengan menentukan suhu dan waktu

pemanasan menggunakan tekanan di bawah satu atmosfer hingga bahan yang

dipanaskan mengental berbentuk konsentrat. Pada aplikasinya alat ini bekerja

berdasarkan perputaran yang bisa diatur, sehingga secara langsung rotari ini dapat

juga berfungsi sebagai pengaduk.

Berdasarkan uraian tersebut maka telah dilakukan penelitian mengenai cara

pembuatan gula semut menggunakan teknik penguapan hampa dengan variasi suhu

dan lama evaporasi, sehingga diharapkan dapat diperoleh gula semut dengan mutu

produk yang lebih baik dari sifat fisik maupun kimiawi bila dibandingkan dengan

produk yang ada di pasaran (Suroso, 2003).


III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Alat tulis

2. Kamera

3. Kalkulator

B. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Mengamati tahapan dan prinsip pengolahan pangan dalam pembuatan

gula semut

3. Mengamati bagian-bagian alat yang akan digunakan dalam pembuatan

gula semut

4. Mengamati bagian-bagian dan fungsi perangkat alat yang digunakan

dalam pembuatan gula semut

5. Mencatat cara kerja dari alat yang digunakan dalam pembuatan gula

semut

6. Membuatlah diagram kesetimbangan massa yang terjadi dalam proses

pembuatan gula semut dari nira hingga bahan jadi serta perhitungan

kesetimbangannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Alat yang digunakan beserta fungsinya:

a. Tungku, befungsi sebagai tempat untuk memasak atau melarutkan gula.

b. Sarignan, berfungsi untuk memisahkan gula cair atau gula leleh dari

kotoran-kotoran yang terangkut.

c. Oven, berfungsi untuk mengurangi kadar air gula semut.

d. Susuk atau pengaduk, berfungsi untuk mengaduk gula cair di dalam wajan.

e. Batok, berfungsi untuk melakukan proses granulasi.

f. Box plastik, berfungsi sebagai tempat penampungan gula semut yang

sudah disortasi.

g. Ember plastik, berfungsi sebagai tempat penampungan gula semut yang

belum disortasi.

h. Sealer, berfungsi untuk mengemas gula semut.

i. Timbangan berfungsi untuk menimbang bahan baku atau gula semut yang

sudah jadi.

2. Bahan yang digunakan:

a. Air nira

b. laru

c. Air

d. Minyak kelapa

e. Plastik pengemas
f. Kayu bakar

3. Proses pembuatan

a. Menyiapkan air nira yang telah di sadap dari pohon kelapa.

b. Nira yang telah di sadap disaring dan timbang.

c. Tuangkan air dan gula di atas wajan dan tambahkan laru yang dibuat dari

kulit manggis dan kapur.

d. Panaskan tungku dengan membakar kayu sebagai bahan bakar.

e. Aduk perlahan dan terus menerus selama 1 – 2 jam hingga gula meleleh

dan homogen sempurna.

f. Setelah berbuih tambahkan 3 sendok makan minyak kelapa.

g. Lakukan pengadukan hingga nira mengental dan lakukan proses granulasi

dengan tempurung kelapa.

h. Ayak hasil granulasi dengan ayakan 14-16 mesh

i. Hasil pengayakan kemudian dioven hingga kadar airnya berkurang.

j. Hasil pengovenan, gula semut kemudian ditempatkan pada box plastik

besar untuk disortasi.

k. Hasil pengovenan kemudian dikemas menggunakan plastik.

l. Gula semut siap untuk didistribusikan ke pasaran.


4. Diagram alir proses pembuatan gula semut.

Start

Nira hasil deres

Penyaringan dan
penambahan laru

Pemasakan

Pemberian
minyak kelapa

Granulasi

Pengayakan

Di oven

Disortir

pengemasan

Finish
B. Pembahasan

Gula kelapa merupakan hasil pengolahan nira kelapa dengan cita rasa yang

khas sehingga penggunaannya tidak dapat digantikan oleh jenis gula yang lain.

Selain berfungsi sebagai pemanis, gula kelapa juga berfungsi sebagai pemberi

warna coklat. Selama ini, produk gula kelapa yang terdapat di pasaran masih

memiliki kelemahan diantaranya memiliki daya simpan yang tidak lama (sekitar 2-

4 minggu), belum adanya pengemasan yang baik, serta kurang praktis dalam

penyajian. Oleh karena itu, perubahan bentuk gula kelapa dari cetak menjadi butiran

(gula semut) merupakan salah satu alternatif produk yang dapat membuat gula

kelapa memiliki umur simpan yang lebih panjang serta memiliki kemudahan dalam

penyajian.

Gula semut adalah gula kelapa berbentuk bubuk yang dapat dibuat dari nira

palma, yaitu suatu larutan gula cetak palmae yang telah dilebur kembali dengan

penambahan air pada konsentrasi tertentu. Kualitas gula semut yang dihasilkan

sangat ditentukan oleh bahan baku utamanya yaitu gula kelapa. Bentuk gula semut

yang serbuk menyebabkan gula mudah larut sehingga praktis dalam penyajian,

mudah dikemas dan dibawa, serta daya simpan yang lama karena memiliki kadar

air yang rendah. Selain memiliki kelebihan, gula semut memiliki kelemahan yaitu

proses pembuatan yang tidak mudah sehingga harga gula semut relatif lebih mahal

dibanding gula kelapa. Permasalahan yang muncul pada gula semut yang terdapat

di pasaran adalah memiliki pH yang terlalu rendah. pH atau derajat keasaman yang

terdapat pada bahan baku sangat mempengaruhi proses kristalisasi pembuatan gula

semut karena adanya jumlah gula reduksi yang terbentuk. Adanya gula pereduksi
yang tinggi akan mengikat air lebih banyak karena komponen OH- mengikat H+

dari udara (proses hidrolisis). Untuk menghindari penurunan kualitas akibat gula

reduksi yang tinggi dapat dilakukan dengan meningkatkan pH dengan cara

penambahan bahan yang bersifat basa seperti Natrium bikarbonat (NaHCO3).

Gula semut merupakan hasil pengentalan nira palma (aren, kelapa, siwalan)

berbentuk serbuk dan lebih dikenal dengan nama palm sugar, berwarna kuning

sampai coklat tua (Balai Informasi Pertanian, 2000).

Gula semut merupakan gula merah berbentuk serbuk, beraroma khas dan

berwarna kuning kecoklatan, gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang

sebagai gula kristal. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah

semut yg bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah nira

dari pohon kelapa atau pohon aren. Karena kedua pohon ini masuk jenis tumbuhan

palmae maka dalam bahasa asing, secara umum gula semut hanya disebut sebagai

Palm Sugar atau Palm Zuiker (Indrawanto, Evi. 2013). Gula semut ini memiliki

beberapa kelebihan dibanding gula cetak pada umumnya, yakni dapat tahan lama

disimpan dalam jangka waktu hingga dua tahun dan rasa jika dibungkus dalam

tempat yang rapat, ini karena kadar air yang terdapat dalam gula semut hanya

berkisar 2-3% saja.

Gula semut adalah gula merah yang berbentuk serbuk atau tepung yang

dikenal dengan nama Palm Sugar. Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah

nira dari pohon kelapa, aren atau enau, nipah, lontar maupun tebu. Gula semut

memiliki beberapa kelebihan dari gula merah yang sudah lebih dulu dikenal

masyarakat. Kelebihan gula semut antara lain lebih mudah larut, daya simpan lebih
lama karena kadar air kurang dari 3%, bentuknya lebih menarik, pengemasan dan

pengangkutan lebih mudah, rasa dan aroma lebih khas, serta harga yang lebih tinggi

daripada gula kelapa cetak biasa. Pemanfaatan gula semut sama dengan gula pasir

(tebu) yakni dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemanis minuman (sirup,

susu, soft drink) dan untuk keperluan pemanis untuk industri makanan seperti

adonan roti, kue, kolak, dan lain-lain (Mustaufik dan Karseno, 2004).

Gula semut atau biasanya disebut gula kristal ini memiliki beberapa

manfaat, antara lain:

1. Sebagai pemanis pada minuman

Gula semut yang ditambahkan pada kopi tubruk, kopi creamer, teh

hitam m aupun capucinno mampu membuat aroma dari kopi tersebut lebih

tercium aromanya.

2. Sebagai penguat rasa dan meningkatkan khasiat minuman tradisinonal

Sudah sejak lama tradisi di Indonesia memasukkan gula semut aren ke

dalam seduhan kunyit asam, temulawak, wedang jahe dan lain-lain. Pada

minuman tersebut gula semut ini berfungi akan melompati hambatan emosi

untuk minum jamu yang rasanya pahit.

3. Sebagai taburan pada rokok

Pada perusahaan rokok menggunakan gula semut aren guna

menaburkan rasa manis yang khas terhadap tembakau yang akan dilinting

menjadi sebatang rokok.

4. Sebagai pemanis berbagai makanan


Perusahaan roti (bakery), kue-kue, kecap, sirup, makanan bayi bukan

hanya memanfaatkan rasa manis dari gula semut. Namun juga warna coklat

dan kehitamannya yang khas. Terutama untuk makanan bayi digunakan

sebagai pewarna alami untuk memperkuat tampilan fisik.

Dalam pembuatan gula semut pada praktikum kunjungan ini, tidak berbeda

dengan cara membuat gula cetak, yakni melalui proses pengambilan air nira yang

dilakukan para penderes kelapa. Biasanya para penderes kelapa mulai beraktifitas

menyadap air nira sekita pukul 05.00 – 09.00 WIB dan mereka mengambil air nira

di atas pohon yang tingginya kira –kira mencapai 30 meter. Kemudian akan

dilanjutkan kembali menyadap air nira pada sore hari pada pukul 16.00 – 19.00

WIB. Penyadapan tersebut dilakukan setiap harinya untuk menghasilkan gula

semut organik.

Saat memanjat pohon untuk melakukan penyadapan air nira, para penderes

naik ke atas pohon kelapa dengan membawa beberapa pongkor yang terbuat dari

bambu ataupun wadah air nira yang sudah diberikan laru alami dan cangkang

manggis dan kapur yang berguna dalam pencegahan terjadinya fermentasi. Apabila

tidak diberi laru menyebabkan air nira akan berubah menjadi asam. Ketika orang

yang memanjat pohon kelapa atau biasa dikenal dengan sebutan penderes berada di

atas pohon, mereka akan terlebih dahulu mengambil air nira di dalam pongkor atau

wadah yang sebelumnya sudah dipasang untuk kemudian menggantinya dengan

pongkor yang baru dan kosong setelah sebelumnya menyayat bunga kelapa

(manggar) dengan sayatan baru agar air dapat keluar kembali. Air nira dapat terisi

setelah 7 – 8 jam.
Apabila sudah mendapatkan air nira jangan menunggu hingga 2 jam, karena

air nira tersebut harus segera dimasak agar tidak berubah menjadi arak. Memasakan

air nira ini terkadang masih ada yang menggunakan tungku api yang menggunakan

kayu bakar sebagai sumber panas.. Pasang wajan di atas tungku dan masukkan air

nira hingga mendidih dengan suhu antara 10 - 120°C. Untuk menghasilkan gula

semut setidaknya membutuhkan waktu sekitar 3 jam hingga air nira benar - benar

siap untuk dibuat gula semut. Saat nira mendidih, air nira akan tampak berwarna

kecoklatan dan berbuih. Ketika berbuih tersebut, buih – buih yang menggumpal

diserok di sekitaran wajan guna untuk memisahkan buih dari kotoran yang ada.

Agar buihnya tidak meluap biasanya paar pengrajin menambahkan 3 sendok makan

minyak kelapa.

Ketika air nira sudah mulai mengental dan meletup – letup, nyala api mulai

dikecilkan. Saat air nira mulai mengental, harus selalu dilakukan pengadukan agar

air nira tidak hangus. Dan pengadukan dilakukan dengan gerakan memutar di dalam

wajan agar kekentalan gula merata di setiap sisi wajan dan mulai mengkristal.

Setelah air nira tersebut mengental, perlahan pengrajin mengambil gula karamel

dari wajan. Gula di haluskannya dengan menggunakan batok kelapa. Penghalusan

dilakukan dengan cara menggosok – gosokan atau diguser batok kelapa pada gula

karamel.

Setelah gula berubah menjadi kering, maka gula ini diayak menggunakan

ayakan yang berguna untuk memisahkan gula halus dan gula yang masih kasar.

Apabila gula tidak dapat diayak, maka gula dibuat menjadi gula karamel kembali

dan kemudian dilakukan pencetakan gula. Sedangkan apabila gula tersebut dapat
diayak maka dilakukan pengovenan yang berguna untuk mengurangi kadar air

dalam gula tersebut. Yang suhu dalam oven tersebut berkisar sekitar 50 - 60 °C

selama kurang lebih 1- 2 jam.

Hasil gula yang telah di oven, kemudian diayak kembali menggunakan

ayakan. Selanjutnya dilakukan penyortiran yang bertujuan untuk memisahkan

apabila masih ada kotoran di dalam gula semut tersebut. Penyortiran ini dilakukan

dengan cara manual agar ketelitian dalam memilih kotoran yang ada di dalam gula

semut lebih tepat. Apabila telah dilakukan penyortiran maka gula semut siap untuk

dimasukkan ke dalam kemasan. Kemasan yang biasanya digunakan oleh pengrajin

gula semut ini adalah plastik. Dan ada pula yang disimpan di dalam box.

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan gula semut adalah :

1. Ember

Ember dalam proses pembuatan gula semut ini, berfungsi untuk

menampung nira.

2. Gayung

Gayung dalam proses pembuatan gula semut yang telah dikunjungi,

berfungsi untuk mengambil air dan nira dari ember.

3. Wajan

Dalam proses pembuatan gula semut, wajan sangat berfungsi sebagai

tempat untuk pemakan gula semut tersebut.


Gambar 1. Wajan

4. Pengaduk kayu

Dalam proses pemasakan gula menjadi karamel pengaduk kayu ini

berfungsi untuk mengaduk gula yang sedang dilelehkan.

Gambar 2. Pengaduk kayu

5. Batok kelapa

Batok kelapa yang sudah dihaluskan kulitnya, digunakan untuk

menghaluskan gula (granulasi)


Gambar 3. Batok kelapa

6. Oven

Oven yang digunakan dalam proses pembuatan gula semut ini,

berfungsi untuk mengeringkan gula yang telah dihaluskan menggunakan

batok kelapa.

Gambar 4. Oven
7. Ayakan

Ayakan merupakan alat yang berfungsi untuk mengayak gula yang telah

dikeringkan.

Gambar 5. Ayakan

8. Box plastik

Box plastik digunakan untuk tempat penyimpanan gula semut yang

belum akan dikemas.

Gambar 6. Box plastik


9. Plastik

Plastik digunakan untuk pengemasan.

Gambar 7. Plastik

10. Timbangan

Timbangan ini merupakan alat timbang yang berfungsi untuk mengukur

atau menimbang gula semut yang akan dikemas.

Gambar 7. Timbangan
Prinsip teknik pengolahan pangan dalam proses pembuatan gula semut ialah:

Konduksi adalah perpindahan (perambatan) panas melalui zat perantara, namun

tanpa diikuti perpindahan zat perantara tersebut. Perambatan panas terjadi pada

wajan tempat memasak gula aren dimana salah satu baian wajan tersebut dikenai

dengan api, beberapa lama kemudian wajan tersebut jika kita pegang akan terasa

panas.

Selain itu pada pembuatan gula semut ini menggunakan proses konveksi.

Konveksi adalah perpindahan (perambatan) panas dengan zat perantara berupa zat

alir (cair atau gas). Pada konveksi perpindahan panas disertai perpindahan zat

perantaranya.

Dari hasil yang telah didapatkan nira segar yang belum mengalami proses

fermentasi mempunyai rasa manis, berbau harum dan jernih, serta mempunyai pH

6-7, dan kadar gula sekitar 12-18 brix. Pada penyadapan siang hari pH nira relatif

lebih asam, dan pada beberapa kasus nira telah terfermentasi, total gulanya relatif

lebih tinggi, sedangkan pada penyadapan malam hari biasanya kondisi nira lebih

segar pada kondisi cuaca yang sama. Hal ini disebabkan karena kondisi suhu udara

pada siang hari lebih tinggi dibandingkan pada malam hari sehingga proses

fermentasi pada siang lebih cepat dibandingkan pada malam hari.

Untuk mengurangi resiko fermentasi, nira perlu dipanaskan. Pada proses

pemanasan selama satu jam pada 100 oC atau lebih sudah mencukupi untuk

mengawetkan produk selama 12 jam pada suhu penyimpanan sekitar 15 oC.

Proses pembuatan gula merah pada prinsipnya yaitu pemekatan dan

kristalisasi. Gula semut yang bermutu baik yaitu yang mempunyai warna kuning
cerah, aroma khas kelapa yang kuat dan kristal yang seragam serta kering. Untuk

memperoleh hasil yang seperti tersebut perlu dikontrol bahan baku dan proses

pemanasan dan kristalisasinya.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Proses pembuatan gula semut berawal dari gula yang dilelehkan pada

wajan dan disaring sebanyak dua kali agar kotoran dalam gula semut

terpisah dengan gula kemudian dilakukan pross perebusan dan

pengadukan secara kontinyu hingga membentuk karamel untuk

selanjutnya di dinginkan dan di gosok (granulasi) dengan batok kelapa,

diayak, dan selanjutnya dilakukan proses kristalisasi dengan oven.

2. Alat yang digunakan dalam pembuatan gula semut adalah: gayung,

wajan, pengaduk kayu, saringan, batok kelapa, centong atau pengaduk

kayu, oven, ayakan, box plastik, timbangan.

3. Prinsip pembuatan gula semut sebetulnya hampir sama dengan

pembuatan gula aren cetak yaitu dengan jalan menguapkan nira sampai

kental, kemudian didinginkan dan dilanjutkan dengan pengadukan

sampai terbentuk butiran atau serbuk gula.

B. Saran

Sebaiknya jadwal pemilihan dalam kunjungan lebih wal lagi, agar tidak

terlalu mepet dengan UAS, serta pembahasan laporan di perjelas lagi kepada

praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian dan Pengembangan Industri,1988. Alat Pengkristal Gula


Serbuk/Gula Semut. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri.
Departemen Perindustrian Semarang.

Dyanti, 2002. Studi Kompratif Gula Merah Kelapa dan Gula Merah Aren. Skripsi.
IPB. Bogor

Kusumawardhani, D.R. 2000. Karakteristik Gula dan Senyawa Hasil karamelisasi


Nira Kelapa yang Diolah dengan Cara Open Pan dan Vacuum Pan. Skripsi.
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Brawijaya. Malang

Mustaufik dan Karseno, 2004. Dasar-Dasar Pengolahan Gula Tebu. Departemen


Hasil Pertanian . Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahayu, W.P. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan


Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pangan. IPB. Bogor

Suroso, A, Riswanto dan A, Sujatmoko 2003. Pengaruh Kadar Air Bahan Baku dan
Jumlah Bibit Terhadap Gula Semut yang Dihasilkan. Seminar Nasional dan
(PATPI) Peranan Industri Dalam Pengembangan Produk Pangan
Indonesia. Yogyakarta 22-23 juli 2003.

Swardana, Pria Yudha. 2006. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat dan Lama
Penyadapan Nira Kelapa Terhadapa Kualitas Gula Semut. Skripsi. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang

Yuwono,S dan Susanto, T. 2001. Pengujian Fisik Pangan. Fakultas teknologi


Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Anda mungkin juga menyukai