Anda di halaman 1dari 18

TEKNOLOGI AGRONOMI LANJUTAN

PENGARUH KUALITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN PLANTLET IN VITRO STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni)

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang, MS.

Oleh

Wildannisa Maghfirotul Firdaus


NIM. 216040201111003
Kelas A

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i

DAFTAR TABEL....................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1


1.2 Tujuan.................................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Stevia............................................................................3


2.2 Kultur Jaringan........................................................................................................4
2.6 Lampu Light Emiting Diodes (LED)............................................................................4

BAB 3. PEMBAHASAN.........................................................................................................7

BAB 4. PENUTUP.................................................................................................................11

4.1 Kesimpulan............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada pembentukan tunas in
vitro di Stevia rebaudiana setelah 4 minggu setelah kultur...............................................8

Tabel 3.2 Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada pembentukan tunas in
vitro di Stevia rebaudiana setelah 4 minggu setelah kultur...............................................9

Tabel 3.2 Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada kandungan pigmen
fotosintesis pada tanaman Stevia.....................................................................................10
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Panjang Gelombang dan Fungsi untuk Tanaman..........................................6

Gambar 3.1 Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada propagasi in vitro
Stevia . (Fl) : Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue + red =
B/R (1:1)............................................................................................................................8

Gambar 3.2 Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada akar in vitro Stevia .
(Fl) : Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue + red = B/R (1:1)
...........................................................................................................................................9

Gambar 3.3 Plantlet stevia di berbagaitempat yang berbeda pada tahap aklimatisasi; (A)
: Tanaman stevia setelah 4 minggu di pindahkan ke greenhouse; (B) : Tanaman stevia
setelah 6 minggu pada tahap aklimatisasi.......................................................................10
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai sekarang Indonesia masih mengandalkan bahan pemanis dari gula tebu
untuk memenuhi kebutuhan baik itu bahan makanan dan minuman. Namun produksi
gula dari tebu tersebut masih belum memenuhi kebutuhan nasional, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan masih harus diimpor. Pada tahun 2012 kebutuhan konsumsi gula
mencapai 5.200.000 ton, namun produksi gula hanya 2.591.687 ton sehingga untuk
memenuhi kebutuhan gula harus impor gula sebanyak 2.350.000 ton (Sekretariat
Dewan Gula Indonesia, 2013). Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan
substitusi guna memenuhi kebutuhan gula nasional, antara lain dengan penggunaan
bahan pemanis alami dari tanaman lain yaitu stevia yang mempunyai tingkat
kemanisan 300 kali daripada gula.
Stevia (Stevia rebaudiana) adalah tanaman perdu berfamili Compositae yang
berasal dari Paraguay. Stevia merupakan tanaman penghasil gula alami, dan juga
sering dijadikan sebagai alternatif gula tebu karena memiliki tingkat rasa manis
mencapai 200-300 kali lebih tinggi dari gula (Merindasya et al., 2013). Gula yang
dihasilkan dari daun stevia baik dikonsumsi oleh penderita diabetes dan obesitas,
karena tidak mengandung kalori atau non kalori. Tidak heran jika stevia memiliki
prospek yang baik dan menjadi primadona pengganti gula.
Karena stevia dikenal luas sebagai alernatif gula dan pemanis serta tanaman
herbal, maka diperlukan untuk mengembangkan tanaman stevia. Perbanyakan atau
budidaya tanaman stevia dapat dilakukan melalui perbanyakan vegetatif dengan cara
teknik kultur jaringan. Beberapa peneliti terdahulu juga telah melaksanakan penelitian
kultur jaringan tanaman Stevia (Asmono et al., 2020). Umumnya perbanyakan dengan
teknik ini diperoleh tanaman yang sifatnya seragam dan jumlah tanaman yang banyak
dalam waktu yang singkat, selain itu tanaman bebas dari hama dan penyakit (Yunus et
al., 2016; George et al., 2007).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi Teknik kultur jaringan adalah cahaya.
Penambahan cahaya dapat dilakukan dengan lampu LED yang merupakan suatu
semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik bila dialirkan arus listrik.
Selain itu, menurut Ohtake et al.,(2015), penggunaan lampu LED lebih hemat energi.

1
2

Penggunaan LED dengan panjang gelombang berbeda juga telah dilakukan oleh
Acero, (2013) pada tanaman Brasica Rapa. Belakangan ini evaluasi efek penggunaan
lampu LED dengan Panjang gelombang yang berebeda pada pertumbuhan dan
perkembangan plantlet in vitro dari berbagai spesies telah meningkatkan minat para
peneliti (Gupta and Jatothu 2013). Penelitian yang dilakukan Syafriyudin & Ledhe
(2015) menghasilkan bahwa tanaman krisan yang mendapatkan cahaya tambahan
lampu LED merah dan biru, memiliki pertumbuhan daun yang lebih cepat dibanding
lampu lain yaitu berjumlah 19 – 21 daun dalam umur 4 minggu. Selain itu juga Lampu
LED mampu mengoptimalkan proses fotosintesis (Lin et al., 2013). Namun, efek
penggunaan lampu LED dengan panjang gelombang yang berbeda pada proses
pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman stevia secara in vitro telah belum
banyak dievaluasi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Teknik
Agronomi Lanjutan serta untuk mempelajari bagaimana pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman stevia secara in vitro di bawah LED
dengan panjang gelombang yang berbeda
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Stevia


Tanaman stevia adalah tanaman dari family Compositae yang berasal dari
Paraguay. Daunnya telah digunakan selama berabad-abad sebagai pemanis (Talha,
2012). Daun berbentuk lonjong langsing sampai oval, bergerigi halus, terletak
berhadapan, panjang 2-4 cm, lebar 1-5 cm, dan tulang daun menyirip. Batang tanaman
stevia berbentuk bulat lonjong dan berbulu halus, memiliki banyak percabangan. Bunga
stevia merupakan bunga sempurna (hermaphrodite), bentuk terompet, dengan mahkota
berbentuk tabung, tangkai benang sari dan tangkai putik pendek, kepala sari kuning,
putik berbentuk silindris, putih kotak, bentuk jarum. Bunga stevia kecil (7-15 mm),
berwarna putih (Talha, 2012). Perakaran tanaman stevia merupakan akar serabut yang
terbagi menjadi dua bagian, yaitu perakaran halus dan perakaran tebal. Tanaman ini
memiliki daya regenerasi yang kuat sehingga tahan terhadap pemangkasan.
Stevia dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang mempunyai
ketinggian antara 500-1000 meter dari permukaan laut (dpl), suhu udara antara 140C-
270C, curah hujan antara 1600-1850 mm/tahun. Tanaman ini menghendaki tempat yang
terbuka atau cukup mendapat sinar matahari, dengan panjang penyinaran lebih dari dua
belas jam per hari (Rukmana, 2003). Tanaman stevia dapat diperbanyak secara generatif
dan vegetatif, namun yang paling terbukti efisien ialah perbanyakan secara vegetatif.
Perbanyakan stevia secara generatif dengan biji sulit dilakukan karena daya
berkecambahnya yang sangat rendah (Goettemoeler dan Ching, 1999).
Beberapa kelebihan stevia antara lain : (1) Stevia adalah produk alami dan bukan
sintetik, pemanis stevia (steviosida) tidak mengandung kalori, (2) Daun stevia sebagai
pemanis dapat digunakan langsung secara alami sehingga dalam jumlah kecil dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan, (3) Tidak beracun, (4) Daun serta ekstrak
steviosida murni dapat dimasak langsung, (5) Stabil bila dipanaskan hingga 2000C, (6)
Non-fermentasi, (7) Memiliki nilai rasa tinggi, dan (8) Teruji secara klinis dan sering
digunakan oleh manusia tanpa ada pengaruh negatif (Mishra, 2010).
Menurut Pramono (2012) dalam Sukmayuni (2019) menyatakan nilai produksi
daun stevia dari 1kg daun stevia basah akan diperoleh 0,20 – 0,25 kg daun kering
(rendemen 20 – 25%). Sedangkan rendemen dari daun kering menjadi kristal gula

3
stevia

4
5

sekitar 0,8 – 1 %. Dengan kata lain dari setiap 100 kg daun stevia kering akan
didabatkan 0,8 – 1 kg gula. Jika dilihat hasil perolehan rendemen kristal gula yang
diperoleh dari daun stevia relative kecil akan tetapi stevia mendangung stevioside yang
merupakan bahan pemanis non tebu dengan tingkat kemanisan 200 – 300 kali dari gula
tebu (Sumaryono & Sinta, 2016).

2.2 Kultur Jaringan


Kultur jaringan merupakan metode guna mengisolasi salah satu bagian dari
tanaman seperti sekelompok sel ataupun jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi
aseptik, yang dapat menyebabkan bagian tanaman tersebut untuk memperbanyak diri
tumbuh menjadi sebuah tanaman yang lengkap kembali. Adanya teknik kultur jaringan
menjadi salah satu cara untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pengertian
kultur jaringan ialah teknik memperbanyak tanaman dengan menggunakan cara isolasi
salah satu bagian tanaman seperti daun, mata tunas, dan untuk menumbuhkan bagian-
bagian tersebut ke dalam media buatan secara aseptik dimana kaya akan nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah yang tertutup yang dapat tembus cahaya sehingga
bagian-bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri serta bergenerasi menjadi
sebuah tanaman lengkap.
Kultur jaringan akan lebih besar keberhasilannya bila menggunakan jaringan
meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-
sel yang selalu membelah, dinding tipis, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil.
Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan
meristem keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon
yang mengatur pembelahan.

2.6 Lampu Light Emiting Diodes (LED)


Light Emiting Diodes (LED) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan
cahaya monokromatik atau bisa diartikan sebagai diode yang memancarkan cahaya
bila dialirkan arus listrik. Semikonduktor adalah material yang dapat bertindak sebagai
konduktor (pengantar arus listrik) dan isolator (penahan arus listrik). Lampu LED
memancarkan cahaya semata-mata oleh pergerakan elektron pada material. Lampu
LED terdiri dari bahan /material semikonduktor yang memancarkan gelombang cahaya
yang dapat dilihat oleh mata manusia dan memancarkannya dalam jumlah besar.
6

Bahan semikonduktor dibungkus dalam plastik sehingga mengkonsentrasikan cahaya


yang dihasilkan pada arah tertentu. Bahan plastik penutup dapat juga diberi warna,
namun hal ini hanya untuk estetika dan memperkuat tampilan warna yang dihasilkan.
Pewarnaan plastik ini tidak berpengaruh pada gelombang warna yang dihasilkan
bergantung pada bahan semikonduktor yang dipakai (Kurniawati, 2010).
Lampu LED untuk pertumbuhan tanaman ditemukan untuk pertama kali oleh
perusahaan Solar Oasis pada tahun 2002 yang lalu. Lampu-lampu yang digunakan
sebagai lampu penumbuh tanaman memiliki panjang gelombang cahaya mulai dari 380
nm yang disebut cahaya ultra violet, hingga 880 nm yang disebut cahaya infra red.
Tanaman membutuhkan cahaya yang terlihat mata dengan spektrum antara 400 nm –
700 nm. Warna merah dan biru merupakan warna-warna utama dalam proses
fotosintesis pada tanaman. Lampu LED sangat berguna untuk menaikkan produksi
tanaman. Selain itu, dalam penggunaanya LED lebih hemat listrik bila dibandingkan
dengan lampu - lampu tanaman konvensional.
Warna dari cahaya memiliki efek yang dapat diukur dalam hal penyerapan energi
oleh tumbuhan, karena warna cahaya memiliki panjang gelombang yang berbeda dan
panjang gelombang tersebut berdasarkan pada panjang atau pendeknya, yang
mempengaruhi perbedaan level energi. Energi cahaya tertinggi adalah ungu atau violet
yang merupakan ujung dari spektrum warna cahaya. Cahaya berwarna ungu atau violet
memiliki panjang geleombang yang pendek dengan demikian memiliki energi yang
besar. Sedangkan pada ujung spektrum yang lain yaitu cahaya merah dengan panjang
gelombang yang panjang dan memiliki energi yang lebih kecil. Tumbuhan akan
menyerap sejumlah energi dari cahaya yang diterimanya. Cahaya hijau adalah yang
paling efektif untuk karena tumbuhan sendiri berwana hijau yang disebabkan oleh
pigmen klorofil. Perbedaan warna cahaya membantu tumbuhan untuk mendapatkan
tujuan yang berbeda sama baiknya. Sebagai contoh, cahaya biru, membantu
mendorong pertumbuhan daun vegetatif. Cahaya merah yang dikombinasikan dengan
biru membuat tumbuhan dapat berbunga. Flouresen warna dingin sangat baik untuk
perkembangan tumbuhan yang ditumbuhkan di dalam ruangan (Almegakm, 2015).
7

Gambar 2.1 Panjang Gelombang dan Fungsi untuk Tanaman


BAB 3. PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan oleh Ram´ı́rez-Mosqueda (2017) pengaruh kualitas


cahaya dilakukan di ruang kultur jaringan dengan kelembapan relative 80±5 % ,
penerangan 16 jam terang dan 8 jam gelap dan temperatur 25±2°C. Intensitas radiasi
cahaya buatan di atur ke 40–50 µmol m-2 s-1. Berikut adalah sumber cahaya yang
digunakan dalam penilitan ini :
1. FL (Kontrol) = lampu neon memancarkan cahaya dengan panjang gelombang
400 – 700 nm
2. W (White) = LED putih dengan panjang gelombang 420 nm
3. R (Red) = LED merah dengan panjang gelombang 660 nm
4. B (Blue) = LED biru dengan panjang gelombang 460 nm
5. B/R =1 :1, 50% cahaya biru dengan panjang gelomang 460 nm dan
50% cahaya merah dengan panjang gelombang 660 nm
Pada fase pertumbuhan tunas dan akar eksplan di inkubasi dibawah lampu LED
dengan perlakuan yang berbeda. Panjang gelombang yang berbeda memberikan
pengaruh yang positif pada pembentukan tunas in vitro stevia. Pengamatan dilakukan 4
minggu setelah kultur. Jumlah tunas terbanyak adalah 9,11 yang diperoleh pada
perlakuan R, namun perlakuan R menghasilkan panjang tunas yang lebih pendek
daripada perlakuan LED lainya (tabel 3.1). Pada Perlakuan kontrol menghasilkan
jumlah tunas dan jumlah daun pertunas paling rendah masing – masing 5,40 dan 6,19
per eksplan (tabel 3.1). Panjang tunas terpanjang di bawah cahaya B/R. Hal ini
membuktikan bahwa LED memberikan pengaruh yang signifikan pada variabel yang
diamati selama pembentukan tunas In Vitro pada plantlet stevia.
Kombinasi lampu LED B/R pada penelitian yang dilakukan oleh Lin et al (2011
dan Li et al (2013) menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak pada tanamann
Brassica napus dan Dendrobium officinale, namun sebalikknya pada penelitian ini
LED R menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak per eksplan stevia tapi LED R
memberikan panjang tunas pendek.

8
9

Tabel 3.1 Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada pembentukan tunas in
vitro di Stevia rebaudiana setelah 4 minggu setelah kultur
Light Number of shoots Shoot length (cm) Number of leaves per
quality per explant shoot
Fl 5.40 ± 0.21bc 1,90 ± 0,11c 6,19 ± 0,28c
b ab
W 6.25 ± 0.75 2,65 ± 0,58 6,55 ± 0,54bc
R 9.11 ± 0.85a 2.05 ± 0.15c 5.24 ± 0.44c
b ab
B 7.09 ± 0.51 2.75 ± 0.26 8.13 ± 0.59ab
B/R 5.60 ± 0.32bc 2.99 ± 0.21a 8.92 ± 0.52a
Keterangan : Angka – angka mewakili rata – rata ± SE (Standard Error). Rata – rata yang
diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan berbeda secara nyata (Tukey, p B
0.05) (Fl) : Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue + red
= B/R (1:1)

Gambar 3.1 Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada propagasi in vitro
Stevia . (Fl) : Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue +
red = B/R (1:1)

Selain itu, panjang gelombang LED yang berbeda memberikan pengaruh positif
juga terhadap pembentukan akar. Cahaya Fl menghasilkan lebih banyak akar per
eksplan (12,30) dan panjang akar yang lebih tinggi (2,13 cm). Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian LED yang berbeda tidak menunjukan penambahan akar in vitro dari
dari stevia. Pada penggunaan LED B/R memberikan hasil jumlah daun per eksplan
yang lebih tinggi (8,9).
Penggunaan LED telah berkontribusi untuk meningkatkan jumlah dan panjang
akar per eksplan pada spesies tanaman berbeda yang ditanam secara in vitro (Shin et
al. 2008; Li dkk.2013, Lim dan Eom 2013 ). Namun, perlakuan LED yang berbeda
tidak secara positif mempengaruhi variabel-variabel dalam tanaman Stevia rebaudiana.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa LED B merangsang pembentukan in vitro
10

dan pemanjangan akar pada berbagai spesies tanaman (Lim, et al 2013).


Tabel 3.2 Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada pembentukan akar in
vitro di Stevia rebaudiana setelah 4 minggu setelah kultur
Light Number of roots per roots length (cm) Number of leaves
quality explant
Fl 12.30 ± 0.24a 2.13 ± 0.16a 6.1 ± 0.28c
W 5.20 ± 0.25bc 1.16 ± 0.07bc 6.5 ± 0.54bc
c b
R 6.60 ± 0.07 1.33 ± 0.06 5.2 ± 0.44c
B 2.75 ± 0.06c 0.71 ± 0.04c 8.1 ± 0.59ab
bc bc
B/R 5.46 ± 0.26 1.14 ± 0.12 8.9 ± 0.52a
Keterangan : Angka – angka mewakili rata – rata ± SE (Standard Error). Rata – rata yang
diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan berbeda secara nyata (Tukey, p B
0.05) (Fl) : Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue + red
= B/R (1:1)

Gambar 3.2 Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada akar in vitro Stevia .
(Fl) : Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue + red
= B/R (1:1)

Penggunaan LED dengan panjang yang berbeda juga meningkatkan kandungan


pigmen fotosintesis hal ini dapat dimungkinkan memiliki efek positif selama fase
aklimatisasi plantlet. Cahaya B/R mampu meningkatkan kandungan pigmen
fotosintesis klorofil a, b, a + b dan karotin. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan di
berbagai spesies tanaman, seperti pohon peony (Paeonia lactiflora) (Ding dkk. 2010),
krisan (Dendranthema grandiflorum) (Kim dkk. 2004) dan beberapa jenis anggrek
(Shin et al. 2008; Chung dkk.2010; Lin dkk.2011). Selain itu, pada LED cahaya merah
11

penghambatan pada sintesis klorofil yang diamati pada stevia. Hal ini serupa dengan
temuan yang dilaporkan oleh Chen dan Hsu (2009) dalam kultivar genus Phalaenopsis.
Perbedaan persentase kelangsungan hidup planlet in vitro terkait dengan
penggunaan LED yang berbeda. Persentase aklimatisasi tertinggi (95%) penggunan
LED B/R, diikuti oleh 75% yang diperoleh dengan LED Fl, R, B dan W. Persentase
kelangsungan hidup yang diamati (75-95%) serupa dengan hasil penelitian sebelumnya
untuk tanaman stevia (80-95%) oleh berbagai penulis (Hwang 2006; Modi dkk. 2012).
Setelah 6 minggu dalam aklimatisasi (Gambar 3.3), planlet ditransplantasikan ke
lapangan untuk memastikan persentase kelangsungan hidup yang memadai pada
tanaman stevia .

Tabel 3.3 Pengaruh panjang gelombang LED yang berbeda pada kandungan pigmen
fotosintesis pada tanaman Stevia

Keterangan : Angka – angka mewakili rata – rata ± SE (Standard Error). Rata – rata yang
diikuti dengan huruf berbeda menunjukkan berbeda secara nyata (Tukey, p B
0.05) (Fl) : Fluorescent Lamps; LED: (W): White; (R): Red, (B) Blue: blue + red
= B/R (1:1)

Gambar 3.3 Plantlet stevia di berbagaitempat yang berbeda pada tahap aklimatisasi; (A)
: Tanaman stevia setelah 4 minggu di pindahkan ke greenhouse; (B) :
Tanaman stevia setelah 6 minggu pada tahap aklimatisasi
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari dibuatnya makalah ini adalah bahwa cahaya merupakan faktor
penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman in vitro Stevia
rebaudiana. Penggunaan LED R merangsang pembentukan tunas, namun kombinasi
LED B/R menghasilkan tunas yang lebih panjang dengan jumlah daun yang lebih
banyak. Untuk perakaran in vitro, kombinasi LED B/R hanya merangsang kandungan
klorofil, yang mendukung aklimatisasi planlet in vitro.

12
DAFTAR PUSTAKA

Almegakm. (2015). Tumbuhan Memberikan Reaksi Yang Berbeda Pada Warna


Cahaya. (pp. 1–4). pp. 1–4.

Arlianti, T., Syahid, S. F., Kristina, N. N., & Rostiana, O. (2013). Pengaruh Auksin
Iaa , Iba , Dan Naa Terhadap Induksi Perakaran Tanaman Stevia ( Stevia
Rebaudiana ) Secara In Vitro. 57–62.

Asmono, S. L., Sari, V. K., & Wardana, R. (2017). Induksi Tunas Stevia (Stevia
Rebaudiana Bertoni) Pada Beberapa Jenis Sitokinin. Seminar Nasional Hasil
Penelitian 2017, 277–280.

Chen, C., and H.C. Hsu. (2009). Statistical technique for the evaluation of the effect of
light quality on growing characteristics of in vitro cultures. Biosystems
Engineering 103(2): 57–264.

Chung, J.P., C.Y. Huang, and T.E.A. Dai. (2010). Spectral effects on go through a
somatic embryogenesis process and plantlet growth of Oncidium Gower ‘Ramsey’.
Scientia Horticulturae 124: 511–516

George, E. . (2007). Plant Propagation by Tissue Culture. Part 1. The Technology


Exegetic. England.

Gupta, S.D., and B. Jatothu. (2013). Fundamentals and applications of light-emitting


diodes LEDs in in vitro plant growth and morphogenesis. Plant Biotechnology
Reports 7: 211–220.

Hwang, S.J. (2006). Rapid in vitro propagation and enhanced stevioside accumulation
in Stevia rebaudiana Bert. Journal of Plant Biology 49: 267–270

Kim, S.J., E.J. Hahn, J.W. Heo, and K.Y. Paek. (2004). Effects of LEDs on net
photosynthetic rate, growth and leaf stomata of chrysanthemum plantlets in vitro.
Scientia Horticulturae 101: 143–151.

Kurniawati, L. (2010). Pengaruh Pencahayaan LED. Fakultas Teknik Universitas


Indonesia, Jakarta.

Li, H., C. Tang, and Z. Xu. (2013). The effects of different light qualities on) cannot be
used (Brassica napus L.) plantlet growth and morphogenesis in vitro. Scientia
Horticulturae 150: 117–124.

Lim, Y.J., and S.H. Eom. (2013). Effects of different light types on root formation of
Ocimum basilicum L. cuttings. Scientia Horticulturae 164: 552–555.

13
Lin, Y., J. Li, B. Li, T. He, and Z. Chun. (2011). Effects of light quality on growth and
development of protocorm-like bodies of Dendrobium officinale in vitro. Plant
Cell, Tissue and Organ Culture 105: 329–335.

Mishra. (2010). Stevia Rebaudiana-A Magical Sweetener. Global Journal of


Biotechnology Dan Biochemistry 5, 1, 62–74.

Modi, A.R., G. Patil, N. Kumar, A.S. Singh, and N. Subhash. (2012). A simple and
efficient in vitro mass multiplication procedure for Stevia rebaudiana Bertoni and
analysis of genetic fidelity of in vitro raised plants through RAPD. Sugar Tech 14:
391–397.

Ramírez-Mosqueda, M. A., Iglesias-Andreu, L. G., & Bautista-Aguilar, J. R. (2017).


The Effect of Light Quality on Growth and Development of In Vitro Plantlet of
Stevia rebaudiana Bertoni. Sugar Tech, 19(3), 331–336.
https://doi.org/10.1007/s12355-016-0459-5

Rukmana, H. R. (2003). Budidaya Stevia, Bahan Pembuatan Pemanis Alami. Penerbit


Kanisius. Jogjakarta.

Sekretariat Dewan Gula Indonesia. (2013). Produksi, Kebutuhan dan Impor Gula 2005-
2013.

Shin, K.S., H.N. Murthy, J.W. Heo, E.J. Hahn, and K.Y. Paek. (2008). The effect of
light quality on the growth and development of in vitro plants Act breaks and
rearrangements Doritaenopsis. Plant Physiology 30: 339–343.

Sukmayuni, D. (2019). Pengaruh Variasi Warna Naungan Dan Media Tanam Gambut
Terhadap Pertumbuhan Stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni) (Universitas
Mummadiyah Malang). Retrieved from http://eprints.umm.ac.id/47109/.

Sumaryono, & Sinta, M. M. (2016). Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Stevia. Bogor:
Pusat Penelotian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia.

Syafriyudin, & Ledhe, N. T. (2015). Analisis Pertumbuhan Tanaman Krisan Pada


Variabel Warna Cahaya Lampu Led. Jurnal Teknologi, 8(1), 83–87.

Talha, M. (2012). Analysis Of Stevioside In Stevia Rebaudiana. Medicinal Plants


Research Vol. 6 (1), 2216–2219.

14

Anda mungkin juga menyukai