Anda di halaman 1dari 4

ACARA III

PENGARUH PANJANG STEK PADA BUDIDAYA TANAMAN UBI KAYU

A. Tujuan
1. Mempelajari cara budidaya ubi kayu secara monokultur.
2. Mengetahui pengaruh panjang stek batang pada budidaya ubi
kayu.

B. Tinjauan Pustaka
Ubi kayu dengan nama latin Manihot esculenta, pertama kali dikenal
di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil
dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan
dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil Selatan. Meskipun spesies Manihot
yang liar banyak, semua kultivar Manihot esculenta dapat dibudidayakan.
Umumnya tanaman ini dibudidayakan terutama adalah untuk diambil
umbinya, sehingga segala upaya yang selama ini dilakukan adalah untuk
mempertinggi hasil umbinya. Kebanyakan tanaman singkong dapat dilakukan
dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (stek batang) (Arifin dkk, 2012).
Dalam sistem taksonomi tumbuhan ubi kayu ini dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz (Prihandana et al., 2007).
Ubi kayu (Mannihot esculenza Crantz) termasuk tumbuhan berbatang
lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang
terjadi pada bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan
termasuk tumbuhan yang tinggi. Batang ubi kayu panjang (tingginya sekitar
1-5 m, tergantung varietas), bulat (diameter bervariasi bedasarkan umur,
sekitar 3-6 cm) dan lurus, serta berbuku, warna batang biasanya bervariasi
dari merah kecoklatan sampai hijau, daun ubi kayu memiliki tangkai panjang
dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai
daun sekitar 3-11 lembar. Umbi ubi kayu berasal dari pembesaran sekunder
akar adventif, daunnya menjari, batangnya berbuku-buku, setiap buku batang
terdapat tunas. Ubi kayu dapat menghasilkan 5-20 umbi akar (Suwarto, 2005).
Umbi ubi kayu terdiri dari kulit luar 0.5-2 % dan kulit dalam antara 8 - 15 %
dari bobot seluruh umbi, dengan sebagian besar umbi ubi kayu terdiri dari
karbohidrat sebanyak 30-36 % tergantung dari varietas dan umur panen. Pati
merupakan bagian dari karbohidrat yang besarnya antara 64-72 % (Purwono
dan Purnamawati, 2008).
Ubi kayu umumnya ditanam di lahan kering yang sebagian besar
kurang subur. Tanaman ubi kayu sebaiknya tidak ternaungi karena
jikaternaungi batangnya kerdil dan tumbuhnya kurang baik. Curah hujan yang
sesuai untuk tanaman ini antara 1500-2500 mm/tahun, kelembaban udara
optimal antara 60-65 %, suhu udara minimal 10 0C (jika kurang, pertumbuhan
tanaman akan terhambat dan kerdil karena pertumbuhan bunga kurang
sempurna), dan membutuhkan sinar matahari sekitar 10 jam/hari (Purwono
dan Purnamawati, 2008).
Ubi kayu membutuhkan banyak Kalium untuk pertumbuhannya.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar
antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Ubi kayu dapat tumbuh di daerah dengan
ketinggian sampai 2300 m, sedangkan ketinggian tempat yang ideal untuk
pertumbuhan ubi kayu antara 10-700 m dpl dengan toleransi antara 10-1500
mdpl (Purwono dan Purnamawati, 2008). Berdasarkan karakteristik iklim di
Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubikayu dapat dikembangkan di hamper
semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun beriklim kering
sepanjang air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman tiap fase
pertumbuhan.
Budidaya ubi kayu dimulai dengan mempersiapkan lahan. Pengolahan
lahan ubi kayu dilakukan dengan menggemburkan tanah dan membuat
guludan. Bertanam diatas guludan berfungsi untuk memudahkan panen dan
memperbanyak hasil panen. Namun jika curah hujan tidak terlalu tinggi,
pengolahan tanah cukup dengan diratakan. Pengguludannya dapat dilakukan
pada saat tanaman berumur 2- 3 bulan. Bibit tanaman ubi kayu yang
digunakan berasal dari stek batang dengan ukuran 20-30 cm. Stek terbaik
berasal dari bagian tengah batang tanaman yang 4 berumur lebih dari 8 bulan.
Penanaman ubi kayu dilakukan secara vertical dengan posisi mata
tunas diatas dan jarak tanam sesuai kebutuhan atau pada umumnya
menggunakan jarak tanam 100cm x 100cm. Pertumbuhan ubi kayu termasuk
lambat sehingga perlu dilakukan penyiangan setiap satu bulan. Tujuannya
untuk mengurangi persaingan tanaman dengan gulma. Saat kanopi telah saling
menutupi, penyiangan dihentikan. Pengurangan tunas dilakukan pada saat ubi
kayu berumur 1 bulan dengan meninggalkan dua tunas yang sehat (Purwono
dan Purnamawati, 2007).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan 2 BST. Hara
N penting bagi tanaman ubi kayu untuk pertumbuhan tanaman, sedangkan
hara P dan K sangat diperlukan untuk pembentukan, pembesaran dan
pemanjangan umbi. Penyakit utama tanaman ubi kayu adalah bakteri layu
(Xanthomonas campestris pv.) dan hawar daun (Cassava bacterial blight).
Kerugian hasil akibat CBB diperkirakan sebesar 8% untuk varietas yang agak
tahan dan mencapai 50-90% untuk varietas agak rentan. Hama utama ubi kayu
adalah tungau merah (Tetranychus urticae). Pengendalian hama tungau merah
dapat dicegah dengan menanam ubi pada awal musim hujan dan
menggunakan varietas tahan tungau merah. Panen ubi kayu dapat dilakukan
pada umur 7-9 bulan saat kadar pati optimal dan cenderung stabil.

Anda mungkin juga menyukai