FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
i
JADUAL DAN ACARA PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH TA 2020/2021
No Tanggal Acara
1 6 Oktober 2020 Asistensi praktikum
2 13 Oktober 2020 Perlakuan dan Penyimpanan Benih
3 20 Oktober 2020 Perkecambahan
4 27 Oktober 2020 Pengamatan acara perkecambahan
5 3 November 2020 Pengamatan acara perlakuan dan penyimpanan benih
6 10 November 2020 Dormansi Benih
7 17 November 2020 Pengamatan acara dormansi benih
8 24 November 2020 Uji Viabilitas
9 1 Desember 2020 Pengamatan acara uji viabilitas
10 8 Desember 2020 Uji Vigor
11 15 Desember 2020 Pengamatan acara uji vigor
12 22 Desember 2020 Pendalaman Materi
Waktu Praktikum:
Ir.Lagiman,MSi
ii
JADUAL DAN ACARA PRAKTIKUM (SINKRON)
TEKNOLOGI BENIH TA 2020/2021
WaktuPraktikum:
Ir.Lagiman,MSi
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ............................................................................................. i
Acara dan Jadual Praktikum .......................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iii
Daftar Isi ...................................................................................................... iv
Tata Tertib Praktikum .................................................................................. v
Acara I. Perlakuan dan Penyimpanan Benih ................................................. 1
Acara II. Perkecambahan ............................................................................. 4
Acara III. Uji Mutu Fisik Benih ................................................................... 18
Acara IV. Dormansi Benih ............................................................................ 22
Acara V. Uji Viabilitas ................................................................................. 24
Acara VI. Uji Vigor ..................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 31
Lampiran
v
TATA TERTIB PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
vi
ACARA I
PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH
PENDAHULUAN
A. Perlakuan Benih
Mekanisasi dalam budidaya pertanian semakin hari semakin
meningkat, Terutama di negara yang telah berkembang. Hal ini merupakan
salah satu langkah dalam meningkatkan efisien dan menekan biaya produksi.
Konsekuensinya, dibutuhkan benih atau bibit yang cepat tumbuh, seragam dan
memiliki persentase perkecambahan yang tinggi.
Dalam satu seed lot laju deteriorasi benih secara individual tidaklah
sama. Hal ini akan menjadi kendala dalam penanaman secara mekanis. Untuk
mengatasi hal tersebut maka sebelum benih ditanami, baik langsung di ladang
atau disemai, harus diberi perawatan tertentu agar perkecambahannya dapat
seragam dan cepat.
1
Benih sebelum dikecambahkan direndam/dicampur dengan zat
kimia/hormon untuk merangsang perkecambahan atau melindungi benih
dari hama dan penyakit.
- Pemanasan (energy treatment)
Benih sebelum dikecambahkan dijemur atau dipanaskan guna merangsang
atau meningkatkan laju imbibisi.
- Perawatan untuk merangsang metabolisme(presowing treatment involving
initation of the germination metabolisme)
B. Penyimpanan Benih
Selama benih disimpan maka cepat atau lambat kemunduran daya
hidup benih pastiakan terjadi. Kemunduran tersebut akan lebih dipercepat bila
didukung oleh kondisi lingkungan simpan dan metode simpan yang kurang
memenuh isyarat. Kemampuan benih untuk mempertahankan daya hidupnya
yang maksimum dalam satu periode simpan tertentu, tergantung faktor dalam
yaitu: jenis dan sifat benih, viabilitas awal benih dan kadar air awal benih, dan
faktor luar yaitu: kondisi lingkungan simpan termasuk metode penyimpanan
dan kemasan benih.
Jenis benih ortodok seperti: benih jagung, kedelai, padi berbeda cara
penyimpanannya dengan benih rekalsitran seperti rambutan, cacao, mangga,
karet. Benih ortodok hanya dapat disimpan pada kadar air benih yang rendah,
sedangkan benih rekalsitran sebaliknya, hanya dapat disimpan pada kadar air
benih yang tinggi.
Benih rekalsitran menghendaki kadar air dan kelembaban udara ruang
simpan yang tinggi, tetapi hal ini dapat menyebabkan benih berkecambah
dalam ruang simpan dan berkembangnya jamur sehingga viabilitas benih tetap
tinggi setelah disimpan beberapa waktu. Salah satu teknik cara penyimpanan
benih rekalsitran adalah dengan menggunakan media penyimpanan berupa
serbuk gergaji lembab dan fungisida.
2
TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui cara penyimpanan dan perlakuan benih, pengaruhnya terhadap mutu
benih.
CARA KERJA
1. Penyimpan benih rekalsitran dengan 2 metode:
a. Benih yang telah dibersihkan sejumlah 20 biji, disimpan dengan dan tanpa
serbuk gergaji.
b. Menyimpan benih dengan dan tanpa fungisida. Fungisida yang digunakan
adalah fungisida Dithane 5g/l. Lama simpan 0 – 1,5 bulan.
2. Penyimpan benih ortodok dengan 2 metode:
a. Menyimpan benih sejumlah 25 biji dalam kantung plastik beraerasi dalam
suhu kamar dan ruang AC (di dalam kulkas)
b. Menyimpan benih sejumlah 25 dalam kantung plastik dengan dan tanpa
fungisida. Benih direndam dalam larutan Dithane 5g/l selama 10 menit.
3. Catat serangan cendawan dan hitung daya kecambah vigor sebelum dan
sesudah penyimpanan. Uji perkecambahan benih rekalsitran dan benih ortodok
menggunakan bak plastik berisi pasir selama ± 1 bulan untuk benih rekalsitran
dan selama 1 minggu untuk benih ortodok.
TUGAS
Amati dan bandingkan perbedaan metode penyimpanan dan perlakuan benih
terhadap mutu benih. Diamati setelah 1,5 bulan.
3
ACARA II
PERKECAMBAHAN
PENDAHULUAN
A. Penilaian Kecambah Normal dan Abnormal
Salah satu kesukaran pokok yang timbul dan sering diabaikan terutama
oleh para mahasiswa atau pekerja laboratorium pada pengujian
perkecambahan biji (seed germination test) ialah menentukan bibit atau
kecambah yang termasuk normal (Identification of normal seedling).
Pekerjaan ini menghendaki pengetahuan mengenai struktur kecambah secara
botanis (Morfologis) yang baik dan pengalaman terampil.
Penentuan kecambah (bibit) yang normal ini dilakukan selama batas
periode pengujian perkecambahan (Germination Period) menurut ISTA
(International Seed Testing Association) yang berbeda-beda untuk masing-
masing jenis biji (spesies).
Pada umumnya, apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air
suhu, oksigen dan cahaya dipenuhi. Biji bermutu tinggi (high vigor) akan
menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal seedling). Tetapi oleh
karena faktor luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya selama
pengujian perkecambahan atau sudah terbawa di dalam biji atau biji bermutu
rendah (low vigor) kemungkinan kecambah (bibit) yang dihasilkan tidak
normal (abnormal seedling).
Baik dalam uji daya berkecambah maupun uji kekuatan tumbuh
indikasi untuk kecambah abnormal umumnya adalah :
1. Less of storage tissue.
Akibatnya tidak cukup hara bagi kecambah.
2. Meristematic damage.
Kerusakan pada jaringan radikula, plumula dan lain-lain.
3. Vascular damage.
Kerusakan/patah pada hipokotil atau epikotil
4
Selanjutnya indikasi dari struktur terpenting yang harus dimiliki oleh
kecambah normal dalam pengujian di atas substrat buatan menurut ISTA
(dalam proceeding of the ISTA, 1996) adalah sebagai berikut :
1. Perkecambahan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan
untuk tanaman yang secara normal menghasilkan seminal maka akar tidak
boleh kurang dari dua.
2. Perkembangan hypokotil yang baik dan sempurna tanpa ada kerusakan
pada jaringan-jaringannya.
3. Penumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik,
sempurna dengan kuncup yang normal.
4. Satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.
B. Struktur Bibit
Di dalam teknologi benih yang dimaksud dengan bibit (seedling)
adalah tumbuhan muda yang makanannya tergantung pada persediaan bahan
makanan yang terdapat (tersimpan) di dalam biji. Secara umum, bibit adalah
tumbuhan muda yang tumbuh dari biji. Ini adalah pengertian bibit ditinjau dari
segi perkembangbiakan tumbuhan secara generatif (sexual reproduction).
Pada kondisi yang menguntungkan (favourable conditions) suatu biji
akan berkecambah (germinates). Apabila biji tersebut dikecambahkan pada
medium tanah akan terjadi suatu peristiwa dimana bibit muncul di atas
permukaan tanah. Peristiwa ini disebut “emergence of seedling”, yang
selanjutnya diikuti dengan pertumbuhan bibit menjadi tanaman dewasa.
Umumnya struktur yang pertama kali keluar (protudes) dari kulit biji
pada proses perkecambahan adalah radicle (embriyonicroot), biasanya melalui
“micropyle zone” kemudian diikuti oleh keluarnya plumule. Tetapi pada
beberapa species yang sama plumele lebih dahulu daripada radicle. Pada
beberapa jenis biji daerah micropyle ini masih terlihat dengan nyata sewaktu
biji telah masak, umpamanya kedelai, beans.
5
Pada tahap pertumbuhan selanjutnya radicle bertumbuh menjadi
“primary root” (ditambah dengan root hair padanya) dari mana keluar
“secondary roots” (lateral or radial roots).
Pada beberapa tanaman seperti jagung (corn), dalam waktu relatif
bersamaan, juga keluar “seminal roots” yang berasal dari “seminal root initial”
yang terletak pada embryonicaxis. Pada monocots (seperti pada jagung)
kemudian “adventive roots” yang keluar dari “mesocotyl zone” berasal dari
pericycle. Akar adventif yang kemudian disebut akar serabut inilah yang
mempertahankan kehidupan dan meneruskan pertumbuhan bibit atau tanaman
jagung lebih lanjut.
Bersamaan dengan cotyledon, pada dicots, plumule tumbuh membesar
dan memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya matahari.
Sedangkan pada monocots (famili grass) plumule terlebih dulu menembus
coleoptile sebelum melanjutkan pertumbuhannya.
Pertumbuhan akar adalah sangat penting, kian cepat kian baik untuk
pertumbuhan bibit atau tanaman tersebut. Setelah bibit muncul ke permukaan
tanah (emerges), akar ini berfungsi untuk menambatkan (anchor) bibit kepada
tanah, untuk menyerap air (makanan) dari tanah, menggantikan zat makanan
cadangan yang diserap dari endosperm dan / atau cotyledons.
Pada dicots (famili legume), dapat dibedakan dengan tegas dua
struktur pokok pada bibit embryo, yaitu :
(1) hypocotil, bagian batang antara cotyledons dan radicle dari embryo atau
bibit muda dan
(2) epicotyl, bagian batang antara cotyledons dan daun pertama dari embryo
atau bibit muda.
C. Tipe Bibit
Berdasarkan kepada letak cotyledons atau scutellum terhadap
permukaan tanah, maka dapat dibedakan dua tipe bibit (seedling type) yaitu :
(1) bibit epigeal
(2) bibit hypogeal.
6
Bibit Epigeal
Bibit tipe epigeal ialah bibit dimana cotyledonsnya terangkat di atas
permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya. Terangkatnya cotyledons ini ke
atas permukaan tanah disebabkan oleh pertumbuhan dan perpanjangan
hypocotyle, sedangkan oleh ujung arah ke bawah sudah tertambat ke tanah
dengan akar-akar lateral. Hypocotyl membengkok dan bergeser ke arah
permukaan tanah, kemudian menembus dengan merekahnya, lalu muncul di
permukaan tanah.
Jadi bagian pertama kali terlihat di atas permukaan tanah adalah
hypocotyls (bengkokan hypocotyls), bukan cotyledons. Kemudian cotyledons
diangkat ke atas permukaan tanah oleh hypocotyls. Pada proses ini cotyledons
tersebut berfungsi sebagai pelindung plumule (growing point) dari kerusakan
yang disebabkan pergeseran dengan tanah. Saat merekahnya permukaan tanah
oleh hipocotyl ini merupakan kenampakan-kenampakan yang spesifik bagi
pertumbuhan bibit tipe epigeal dan saat ini disebut “cracking stage”. Saat ini
mempunyai arti yang penting bagi petani dalam penilaiannya terhadap proses
pertumbuhan bibit di lapangan (field emergence of seedlings).
Bibit tipe epigeal ini umum terdapat pada dicots seperti bean, alfalfa,
clovers, kacang kedelai, kacang tanah dan species lainnya termasuk legume,
tetapi sedikit dijumpai pada monocots.
Bibit Hypogeal
Bibit hypogeal iaiah bibit dimana cotyledonsnya tetap tinggal di bawah
permukaan tanah (di dalam tanah) sewaktu pertumbuhannya. Pada bibit type
hypogeal, hypocotyls tidak atau hanya sedikit memanjang, sehingga
cotyledons tidak terangkat ke atas.
Malah pada species tertentu umpamanya pea (Pisum sativum) epicotyl
ini menekan cotiledon dari atas sehingga cotiledon tersebut tetap berada di
bawah permukaan tanah. Bibit tipe hypogeal dijumpai pada semua famili
grass (Graminae) atau pada kebanyakan monocot. tetapi jarang diketemukan
7
pada dicots. Contoh bibit hypogeal pada dicots yang terkenal ialah bibit peas
dan “scarlet runner bean”.
Beberapa contoh bibit tipe epigeal dan hypogeal dilukiskan secara
diagramatis pada gambar lampiran no 2.
D. Subtratum Perkecambahan
Subtratum perkecambahan yang dimaksud disini ialah suatu bahan di
atas mana biji dapat ditempatkan untuk pengujian perkecambahan. Secara
alam, biji yang telah masak dan normal apabila jatuh pada substratum yang
menguntungkan (favorable condition) seperti kelembaban, suhu dengan
cahaya cukup, maka biji akan berkecambah.
Untuk keperluan pengujian dan hasilnya suatu pengujian dipilih
substratum yang memenuhi persyaratan. Adapun persyaratan secara umum
substratum ialah mempunyai daya serap dan daya pegang air yang tinggi,
tidak terlalu mudah kering atau terlalu mudah becek, bersih dan steril serta
uniform.
Berdasarkan bahan dan cara pemakaiannya, menurut ISTA (Asosiasi
Pengujian Biji Sedunia) macam subtrata perkecambahan biji dibedakan
menjadi :
1. Tanah atau pasir dengan simbol S (soil or sand)
2. Di atas tanah atau pasir dengan simbol TS (top of soil or sand)
3. Kertas dengan simbol T (paper toweling)
4. Antara kertas kembang dengan simbol B (between blotter)
5. Di atas kertas kembang dengan simbol TB (top of blotter)
6. Petridish tertutup dengan simbol P (covered petridish)
7. Kertas selulosa dengan simbol C (creped cellulosa)
8
kecil sampai besar. Namun kejelekannya disamping tidak steril juga
membutuhkan ruang dan volume yang lebih besar. Subtratum ini banyak
dipakai untuk pengujian vigor seperti Uji Muncul Tanah (UMT), Uji Muncul
Lapangan (UML) dan Uji Dingin (UD).
Subtratum tanah atau pasir ini dapat berupa tanah atau pasir saja atau
merupakan kombinasi kedua-duanya dengan perbandingan tertentu.
Substratum Kertas
Substratum kertas ini terbukti sebagai substrata yang paling praktis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan guna pengujian perkecambahan biji atau
pengujian mutu biji secara modern. Subtratum kertas ini lebih mudah diatur
atau ditempatkan pada alat perkecambahan (germinator) dan kelembaban,
suhu dan sinar di dalamnya dapat lebih mudah dikontrol. Disamping itu cocok
digunakan untuk biji-biji yang berukuran kecil sampai sedang.
Jenis kertas untuk substratum ini, semula masih import dari Amerika
Serikat atau Eropa namun dengan melalui tinjauan secara ekonomis dan
praktis serta melalui berbagai macam penelitian (dengan alat kecambah baku
dan alat kecambah miring) yang dilakukan Universitas Andalas dan IPB, hal
ini dapat digunakan kertas hasil dalam negeri sendiri berupa “kertas merang”
atau kertas steril.
Substratum kertas ini disamping sebagai uji perkecambahan
sebagaimana yang dianjurkan ISTA juga banyak digunakan untuk pengujian
daya tumbuh atau pengujian vigor seperti Uji Tumbuh Akar dan Batang.
Untuk contoh pelaksanaan uji perkecambahan dengan substratum
kertas dapat dilihat pada (gambar lampiran 3).
9
kertas tersebut di atas. Subtratum ini juga digunakan untuk uji kecambah bagi
biji-biji yang berukuran kecil.
Subtratum Lain
Disamping subtrata yang disebutkan di atas ada substrata lain berupa
substrata kapas. Pecahan batu bata atau genteng dan agar makanan serta tanah
atau pasir di dalam petridish.
Semua substratum ini efektif digunakan dengan didasarkan pada
maksud dan tujuan perkecambahan masing-masing.
Tujuan :
- Mengetahui ciri-ciri normal dan abnormal dari berbagai spesies kecambah.
- Mengetahui macam-macam media untuk pengecambahan benih dan
metode yang dapat dipakai
- Menghitung daya kecambah masing-masing spesies benih pada media
berbeda.
10
Bahan dan Alat :
1) Petridish atau cawan plastik
2) Media kertas merang berukuran sama dengan alas petridish/cawan
3) Pinset
4) Label
5) Alat pengecambah benih
6) Benih kacang hijau: 20 butir
7) Air
Cara Kerja:
1) Media kertas (2 lembar) diletakkan pada alat petridish atau cawan
plastik.
2) Basahi media tersebut hingga merata caranya beri air berlebihan,
biarkan beberapa menit supaya meresap (warna lebih tua),
kemudian air sisanya dibuang.
3) Tanamlah benih di atas lembar substrat dengan pinset. Perhatikan
jarak tanam benih, jangan berdekatan satu sama lain.
4) Beri label pada petridish
5) Tanam / letakkan dalam alat pengecambah benih
6) Pengamatan I : 5 × 24 jam
7) Pengamatan II : pengamatan I + (2 × 24 jam).
11
Cara Kerja:
Empat macam benih (jagung, padi, kedelai, kacang tanah)
dikecambahkan dengan metode UKDp dan UKDdp dalam substrat
kertas merang, benih ditanam di dalam alat pengecambah benih.
Masing-masing ulangan diamati pada hari ke (5 × 24) dan hari ke (7 ×
24) sesudah tanam. Setiap metode menggunakan 25 benih.
12
Cara Kerja :
a. Pasir dan tanah dibasahi secukupnya
b. Sebar benih dengan jumlah tertentu pada satu deretan
c. Benih ditanam pada kedalaman 1 cm.
d. Pengamatan I : 5 × 24 jam / 7 × 24 jam
e. Pengamatan II : pengamatan I + (2 × 24 jam)
b. Benih Jagung
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar seminal primer tumbuh dengan kuat dengan akar-akar
sekunder. Sedangkan akar seminal sekunder tumbuh 2-3
dengan kuat. Adakalanya akar seminal primer tidak tumbuh
13
tetapi paling sedikit 2 akar seminal sekunder harus tumbuh
dengan kuat.
Plumula : Daun primer tumbuh sepanjang koleoptil telah tersembul
keluar dari koleoptil. Dalam keadaan demikian, daun harus
kelihatan sehat. Plumula dapat pula melengkung tumbuhnya
asal tidak busuk.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Tidak tumbuh akar seminal primer atau sekunder atau hanya
tumbuh lemah.
Plumula : Tidak tumbuh daun pertama dan koleoptil tidak berwarna.
Adakalanya plumula tumbuh tetapi kerdil atau membelah.
Plumula berwarna putih atau busuk sama sekali.
c. Benih Sorghum
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar seminal tumbuh dengan kuat dengan akar sekunder.
Adakalanya menunjukkan warna merah oleh pertumbuhan
pigmen.
Plumula : Daun pertama yang hijau tumbuh dalam koleoptil. Koleoptil
dapat menunjukkan warna merah oleh perkembangan pigmen.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Akar tidak tumbuh atau tumbuh dengan lemah dan busuk.
Plumula : Daun tumbuh segar dan hanya tumbuh koleoptil yang tidak
berwarna.
d. Benih Kedelai
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar primer dan hypokotyl tumbuh dengan kuat
Daun : Daun pertama tumbuh sehat diantara kedua daun lembaga dan
dapat dilihat apabila daun lembaga dikuakkan. Keping daun
lembaga tumbuh kuat.
Ciri-ciri Abnormal
14
Akar : Akar seminal primer tidak tumbuh atau tumbuh kerdil lemah
dan busuk.
Daun : Hipokotil membusuk, daun lembaga tidak segar daun pertama
tidak tumbuh.
f. Benih Tomat
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar primer tumbuh baik, biasanya dengan akar rambut atau
tak ada akar primer, atau akar membatang (stubby), tetapi akar
sekunder tumbuh kuat dan hypokotil normal seperti sering
dijumpai pada bibit tomat.
Daun : Hypokotil panjang tanpa patahan atau luka memanjang sampai
ke jaringan pengangkut. Cotyledon paling kurang ada satu
yang masih melekat pada bibit. Epykotil utuh.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Tak ada primer atau akar membatang (stubby) dan hanya ada
akar sekunder yang lemah.
Daun : Hypokotil cacat (Malfomed) mungkin membengkok menebal
atau memendek atau terdapat luka-luka. Cotyledon hilang atau
15
membesar (memanjang dengan hypokotil cacat atau keduanya
membusuk). Epykotil hilang.
Tugas :
1. Hitung daya kecambah masing-masing benih dengan rumus :
Jumlah benih yang berkecamba h normal (Pengamata n I II)
100%
Jumlah benih yang dikecambah kan
Keterangan :
Kecambah yang normal pada pengamatan I, dibuang.
2. Gambarkan diskripsi dari masing-masing kecambah pada pengamatan I
atau II. Varietas normal dan varietas abnormal tiap perlakuan.
3. Beri keterangan bagian-bagiannya dan sebutkan tipe kecambahnya
berdasarkan letak kotiledon dan skutellum dari permukaan substrat /
media.
Keterangan :
Pengamatan I = hari ke-5
Pengamatan II = hari ke-7
Ada 4 perlakuan :
1. Petridish, dengan benih kacang hijau, sebanyak 20 butir.
2. UKDp, 2 × 2 × 4, dengan benih jagung, sebanyak 20 butir.
3. UKDdp, 2 × 2 × 4, dengan benih jagung sebanyak 20 butir.
4. Pasir dan tanah, dengan benih kacang tanah, sebanyak 20 butir.
16
Cara kerja :
1. Petridish
17
ACARA III
UJI MUTU FISIK BENIH
PENDAHULUAN
Mutu/kualitas fisik benih dapat dicerminkan dari kemurnian benihnya,
kadar air dan berat 1000 butir benih. Benih murni merupakan salah satu
komponen dalam pengujian benih dan sangat penting dalam menghasilkan benih
yang berkualitas tinggi. Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji
diambil dari fraksi benih murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian dan
daya berkecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk pertanaman. Selain uji
daya berkecambah, uji bobot 1000 butir, uji kesehatan benih dan uji lain, juga
menggunakan fraksi benih murni.
Pengujian kemurnian digunakan untuk mengetahui komposisi contoh
kerja, kemurnian dan intensitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih
yang didasarkan pada berat komponen pengujian. Dalam pengujian kemurnian
contoh kerja kemurnian dipisahkan menghasil benih murni, biji tanaman lain dan
kotoran (ISTA).
Yang termasuk kategori benih murni adalah benih :
- Masak dan utuh
- Tidak masak, berukuran kecil dan mengkerut
- Telah berkecambah sebelum diuji
- Pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih sesungguhnya.
Asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk dalam spesies
yang dimaksud.
Biji spesies lain mencakup semua biji yang ikut tercampur di dalam contoh
uji tetapi tidak termasuk dalam spesies yang dimaksud dan beratnya tidak lebih
dari 5% berat contoh kerja kemurnian tidak dimaksudkan untuk diuji.
Bahan lain/kotoran adalah semua materi yang terdapat di dalam contoh
kerja kemurnian akan tetapi tidak termasuk kedua komponen sebelumnya, seperti
jerami, sekam, batu, debu, tanah, pecahan benih yang ukurannya kurang dari ½
ukuran benih asli.
18
Pengukuran kadar air penting diketahui untuk penentuan saat panen, untuk
tujuan pengolahan maupun penyimpanan kadar air memiliki dampak besar
terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodoks pada kadar air
tinggi beresiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan.
Pengukuran kadar air biji dapat dilakukan dengan beberapa, antara lain
dapat secara langsung dengan alat pengukur kadar air benih secara otomatis (seed
moisture tester) dan secara tidak langsung dengan metode pengukuran susutnya
air secara total dalam benih.
Berat 1000 butir benih penting untuk mengetahui kebutuhan benih di
lapang. Efek berat 1000 butir benih ditunjukkan dalam hubungannya dengan
keadaan embrio ataupun cadangan makan yang dikandungnya. Pada benih-benih
dengan besar embrio sama, maka benih yang lebih berat menunjukkan kandungan
cadangan makanan yang lebih banyak.
Tujuan :
- Menentukan mutu fisik benih berdasarkan kemurnian benihnya. kadar air dan
berat 100 butir.
- Menentukan komponen-komponen yang terdapat pada pengujian kemurnian
benih.
- Mempelajari cara pengukuran kadar air benih secara otomatis dan secara tidak
langsung.
19
4. Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing
komponen dibagi serta total kemudian dikali angka 100%. Hasilnya ditulis
dalam 2 desimal (dua angka di belakang koma).
5. Analisa dilakukan secara duplo (dua kali sebagai ulangan). Beda antar
ulangan tidak boleh lebih tinggi dari 5%.
20
3. Masukkan dalam oven bersuhu 105°C selama 1 x 24 jam
4. Dinginkan dalam eksikator, timbang berat keringnya.
5. Kadar air dihitung berdasar rumus :
Berat basah - berat kering
Kadar air benih : 100%
Berat basah
21
ACARA IV
DORMANSI BENIH
PENDAHULUAN
A. Arti dormansi dan penyebabnya
Benih dikatakan dorman bila dihadapkan pada lingkungan yang cocok
untuk perkecambahan, tetapi tidak mau tumbuh, meskipun masih hidup.
Dormansi pada benih disebabkan oleh keadaan kulit benihnya atau keadaan
dalam benih itu sendiri.
Dormansi yang disebabkan oleh keadaan kulit benih disebut juga
dengan istilah dormansi structural. Misalnya: 1. Kulit benih yang keras atau
tertutup gabus/lilin, tidak dapat dilalui air atau udara, 2. Zat penghambat yang
berada dalam kulit benih atau menempel pada kulit benih, 3. Kulit benih yang
mekanik resisten, karena kerasnya kulit biji, embrio yang sudah berkecambah
dengan kekuatannya tidak dapat menyobek kulit, sehingga tidak dapat tumbuh
keluar.
Dormansi yang penyebabnya ada dalam benih dibedakan menjadi 2
yaitu dormansi morfologis dan fisiologis. Dormansi morfologis penyebabnya
karena embrio belum sempurna pertumbuhannya, sedangkan dormansi
fisiologis penyebabnya karena embrio belum masak atau ada zat penghambat
atau belum mampu membentuk Gibberellin.
22
- Mengatasi dormansi pada benih.
Cara Kerja:
1.Perlakuan untuk mematahkan dormansi benih padi meliputi:
a. Merendam benih dalam larutan KNO3 3% selama 12 jam
b. Penjemuran dibawah sinar matahari selama 5 hari
2.Perlakuan untuk mematahkan dormansi benih sengon/lamtoro meliputi:
a. Menipiskan kulit benih dengan amplas
b. Perendaman menggunakan air panas
3.Pengujian perkecambahan
Benih-benih yang telah diperlakukan diuji perkecambahannya dengan
media pasir atau kertas. Dan hitung persentase daya kecambah.
4. Catat jumlah benih yang berkecambah dan hitung persentase daya
kecambah.
Tugas:
Amati dan bandingkan perbedaan perlakuan pematahan dormansi dan jenis
dormansi.
23
ACARA 5
UJI VIABILITAS
Pendahuluan
Viabilitas berasal dari kata “viable” dan “ability” artinya kemampuan
untuk hidup. Viabilitas benih merupakan refleksi dari mutu benih, yang dapat
didefinisikan sebagai daya hidup benih yang ditunjukkan oleh fenomena
pertumbuhan benih atau gejala metabolismenya. Sementara Gordon (1992),
menyatakan bahwa viabilitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh benih untuk
berkecambah, sedangkan perkecambahan adalah keberhasilan proses di dalam
benih untuk menghasilkan semai yang baik di persemaian.
Menurut analis benih, viabilitas benih sama dengan daya kecambah/daya
tumbuh yaitu kemampuan benih untuk kecambah menjadi normal dalam kondisi
yang optimum/menguntungkan.
Viabilitas benih dapat dideteksi melalui beberapa pendekatan, pendekatan
yang lazim dilakukan adalah melalui pendekatan fisiologis. Pendekatan fisiologis
ini dibagi menjadi metode/pengukuran secara langsung dan secara tidak langsung.
1. Secara langsung yaitu uji perkecambahan benih. Biji/benih dikecambahkan
lebih dahulu dalam kondisi yang menguntungkan sampai menjadi tanaman
muda yang normal. Ukuran dimensi dalam persen. Rumus perhitungan daya
kecambah/ viabilitas :
24
pengujian viabilitas dengan tetrazolium memerlukan ketrampilan khusus dan
biaya yang lebih besar.
Uji tetrazolium adalah suatu metode yang cepat untuk menaksir
viabilitas benih dengan pengecatan benih dengan zat kimia 2,3,5, triphenyl
tetrazolium cloride. Tes ini didasarkan atas kemampuan enzim dehydrogenase
(pada jaringan) untuk mereduksi larutan 2,3,5, tryphenil tetrazolium cloride
yang jernih (tidak berwarna) menjadi formasan (larutan yang berwarna merah,
stabil dan tidak terdifusi). Dengan demikian jaringan hidup akan berwarna
merah cerah terkena zat ini. Jaringan yang mati tidak berwarna dan jaringan
yang rusak berwarna merah tua. Maka timbullah pola-pola warna yang
berbeda dan bagian-bagian yang tidak berwarna. Viabilitas benih dapat
ditentukan berdasar pola-pola pewarnaan tersebut :
Reaksi kimia proses tersebut di atas adalah sebagai berikut :
N-N-C6H5
C6H5-C + 2e + 2H N-NH-C6H5+H+
Cl-
C6H5-C
N=N+Cl-C6H5 dehydrogenase N=N=C6H5
2,3,5 tryphenil tetrazolium cloride
Reaksi hanya terjadi pada jaringan yang masih hidup.
Metode secara tidak langsung lainnya dengan uji Daya Hantar
Listrik/Conductuvity Test. Benih direndam dalam aquades dengan
perbandingan volume 1:3 selama 24 jam. Air rendaman benih diukur daya
hantar listriknya dengan alat Conductivitymeter.
Tujuan :
- Menaksir viabilitas benih dengan metode pengecatan tetrazolium dan
mempelajari morphologi internal benih dan daerah-daerah yang kritis
untuk perkecambahan benih.
- Menaksir viabilitas benih dengan metode daya hantar listrik
25
- Membandingkan daya tumbuh/daya kecambah benih dari uji viabilitas
benih secara langsung dan tidak langsung.
A. Uji Tetrazolium
Cara Kerja :
1. Siapkan larutan 1% dari 2,3,5, triphenil tetrazolium chloride.
2. Benih yang akan diuji dilembabkan sekitar 12 jam atau direndam selama
empat 4 jam tergantung jenisnya.
3. Bila perlu benih dikupas, diiris, atau ditusuk agar larutan tetrazolium dapat
masuk jaringan benih tersebut.
4. Benih yang telah disiapkan dimasukkan dalam larutan tetrazolium selama
15 menit–3 jam (sampai pengecatan berlangsung). Reaksi reduksi akan
berlangsung lebih cepat apabila dalam keadaan gelap dan dalam
temperatur 40°C.
5. Apabila reaksi pengecatan sudah dirasa cukup, evaluasi dapat segera
dilakukan. Gantilah larutan tetrazolium dengan aquadest, kemudian amati
pola-pola yang terjadi pada benih dengan teliti. Apabila evaluasi tidak
dapat dilakukan segera, masukkan benih yang telah mengalami pengecatan
tersebut ke dalam refrigerator dengan suhu 10° C (bahan ini masih dapat
bertahan).
6. Pisahkan benih yang hidup dan mati (jaringan sehat berwarna merah,
jaringan rusak berwarna merah tua, dan jaringan mati tidak mengalami
perubahan warna). Pola-pola tertentu akan menunjukkan benih yang mati
26
dan yang masih mati. (lihat contoh pada lampiran 4)
C. Uji Perkecambahan
Cara Kerja
1. Benih-benih masing-masing ulangan 25 butir ditanam dengan metode
UAKm (Uji Antar Kertas, Dimiringkan) dalam Alat Pengecambah Benih
dimaksudkan menguji benih dengan menanam benih diantara lembar
substrat, kemudian dilipat. Setelah itu ditanam dengan memiringkan letak
trays di alat pengecambah benih.
Gambar berikut menunjukkan penanaman benih dengan metode UAKm.
27
ACARA V
UJI VIGOR
PENDAHULUAN
Vigor adalah kemampuan benih berkecambah normal dalam kondisi
lapangan yang kurang menguntungkan. Kekuatan tumbuh benih dapat
ditunjukkan oleh berbagai indikasi antara lain kecepatan tumbuh benih,
keserempakan tumbuh benih pada kondisi optimum, perkecambahan benih normal
pada kondisi yang tidak menguntungkan dan berat kering bibit.Dengan kata lain
ada banyak cara pengujian vigor benih dan bibit. Diantaranya adalah kecepatan
berkecambah. Cara ini erat hubungannya dengan laju pertumbuhan bibit.
Perhitungan kecepatan berkecambah ada 3 macam:
a. Hitungan pertama (first counting) yaitu persentase bibit yang pertama
berkecambah pada hitungan beberapa hari.
𝐴1+𝐴2
Hit I = 𝑥100%
B
Keterangan :
A1 = Jumlah benihberkecambah yang tumbuh pertama
A2 = Jumlah benih berkecambah yang tumbuh 1 hari setelah hari ke-A1
B = Jumlah benih total
b. CG = Coefficient Germination
100 ∑ 𝐴𝑖
∑ 𝐴𝑖 𝑡𝑖
c. IV = Indeks Vigor
∑ 𝐴𝑖
∑ 𝑡𝑖
Keterangan :
Ai = Jumlah benih berkecambah hari ke-
28
ti = Banyak hari yang diperlukan untuk berkecambah dari tiap Ai.
Pengujian yang lain adalah kekuatan tumbuh benih terhadap cekaman
kekeringan. Pada tanah yang mengandung kadar garam tinggi, terutama yang
mengandung NaCl dapat menyebabkan terhambatnya perkecambahan, hal ini
terutama disebabkan oleh pengaruh tekanan osmose. Metode tekanan osmose
tinggi dapat digunakan untuk menduga ketahanan benih terhadap kekeringan dan
ketahanan benih terhadap salinitas. Benih yang kuat dapat tumbuh dengan baik
dan merata dalam kondisi kekeringan air, sedangkan benih yang kurang kuat tidak
akan tumbuh.
Manitol dan PEG juga dapat dipakai untuk indikasi ketahanan benih
terhadap kekeringan tanpa mengalami keracunan. Penilaian kekuatan tumbuh
benih digolongkan atas kecambah kuat, kurang kuat, abnormal dan mati. Untuk
memudahkan penilaian kelompok kecambah yang dinilai, terlebih dahulu
digolongkan benih yang mati.
Penilaian kuat dan kurang kuat dilakukan dengan membandingkan
kecambah satu dengan yang lain dalam substrat. Uji Vigor lainnya adalah Paper
Piercing Test (PPT). PPT adalah ujivigor dengan menggunakan pasir dan kertas
filter, kecambah yang mampu menembus substrat pasir dan kertas filter tersebut
dianggap mempunyai vigor yang tinggi.
Tujuan:
- Mengetahui berbagai jenis uji vigor.
- Menghitung persentase kekuatan tumbuh dan kecepatan tumbuh benih.
Cara Kerja:
A. Kecepatan Tumbuh
29
1. Benih kedelai lama dan Baru dikecambahkan di bak plastik
perkecambahan yang berisi pasir.
2. Kecambah normal dihitung setiap hari sampai hari ke-7.
Tugas :
1. Amati perbedaan persentase perkecambahan benih kedelai lama dan baru.
2. Untuk uji NaCl, hitung persentase benih yang vigor (kecambah kuat dan
kurang kuat). Sebagai pedoman, penilaian kekuatan tumbuh benih digolongkan
atas kecambah kuat, kurang kuat, abnormal dan mati.
3. Apabila benih yang berkecambah kuat + kurang kuat > 75% dikategorikan
vigor.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
32
33
34
35
36