Anda di halaman 1dari 33

PENGANTAR DAN PETUNJUK PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH

Oleh:
Ami Suryawati
Ni Kadek Ema Sustia Dewi
M. Fauzan Farid Al Hamdi

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH


PRODI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku
Panduan Praktikum Teknologi Benih ini dengan baik. Buku Pengantar dan Petunjuk
Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih ini ditujukan untuk mahasiswa Program Studi
Agroteknologi semester V. Materi merupakan bagian dari perkuliahan dimana
mahasiswa setelah praktek diharapkan mampu melaksanakan praktikum dengan
sebaik-baiknya dan dapat mempersiapkan kebutuhan untuk setiap acara praktikum
yang memerlukan preparasi sebelum dilakukan acara praktikum. Mahasiswa
diharapkan mempelajari pula bahan kuliah dan literatur pendukung sebagai
penunjang dalam melengkapi pelaksanaan praktikum.
Saran dan tanggapan tentang materi praktikum Teknologi Benih ini sangat
diharapkan untuk perbaikan praktikum ke depan. Terima kasih kepada pemikiran
teman-teman pengampu mata kuliah Teknologi Benih Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta, semua pihak yang telah membantu
dan berperan dalam kegiatan praktikum Teknologi Benih ini. Semoga buku pengantar
dan petunjuk praktikum ini dapat membantu dan bermanfaat bagi mahasiswa.

Yogyakarta, 18 Agustus 2022


Penanggung Jawab

Ami Suryawati

i
ACARA DAN JADWAL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH

No. Tanggal Acara Praktikum Penanggungjawab


Praktikum
1 13 September Uji Mutu Fisik dan Ir. Ami Suryawati, MP
2022 Perkecambahan benih Ir. Chimayatus Solichah, MP
2 20 September Perlakuan Ir. Siwi Hardiastuti EK, SH, MP
2022 Penyimpanan Benih Ir. Tutut Wirawati, M.Si
dan Uji Viabilitas
3 27 September Kunjungan Dosen dan Asisten
2022
4 4 Oktober Dormansi dan Uji Endah Wahyurini, SP, MP
2022 Vigor Benih Ir. Ami Suryawati, MP

5 18 Oktober Pendalaman Materi Asisten


2022

Waktu Praktikum
Selasa : Sesi 1 : 07.30 – 09.30
Sesi II : 10.00 – 12.00
Sesi III : 12.30 – 14.30

Tempat Praktikum
Laboratorium Pemuliaan dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, UPN Veteran
Yogyakarta

Keterangan
Sebelum praktikum dimulai, terdapat pre-test selama 10 menit dan penjelasan
praktikum selama 10 menit

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

1. Mahasiswa yang berhak mengikuti praktikum Teknologi Benih adalah mahasiswa


yang sudah terdaftar.
2. Lima menit sebelum praktikum dimulai, praktikan sudah harus hadir di dalam
laboratorium. Bagi yang terlambat tidak diperkenankan mengikuti praktikum, jika
tidak ada alasan yang syah dan benar.
3. Sebelum dilaksanakan praktikum diadakan tes tertulis dan asistensi, mahasiswa
diharapkan mempersiapkan diri. Jika nilai tes tertulis < 50, maka mahasiswa
mendapat tugas.
4. Mahasiswa yang berhalangan hadir diwajibkan memberikan keterangan yang
syah dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Mahasiswa yang tiga kali tidak mengikuti praktikum maka dicabut haknya dan
mengulang pada tahun berikutnya.
6. Setelah selesai praktikum, alat-alat yang digunakan harus dibersihkan dan
dikembalikan ke tempat semula dengan tertib dan menjaga kebersihan ruang
praktikum. Menghilangkan atau merusakkan alat harus mengganti dengan alat
yang sama.
7. Setiap selesai praktikum dan pengamatan, laporan sementara harus dibuat dan
disahkan asisten. Laporan setiap acara diserahkan minggu berikutnya setelah
praktikum dan menemui asisten untuk menentukan jadual pendalaman materi.
8. Bagi yang tidak mengikuti suatu acara, diberi kesempatan untuk mengulang satu
kali acara yang bersangkutan pada golongan berikutnya. Inhal dapat dilakukan
dengan kesepakatan asisten dan membawa materi praktikum.
9. Nilai akhir praktikum adalah rata-rata dari nilai tes, laporan dan pendalaman
materi serta aktivitas dengan perbandingan (3-3-4). Kreativitas dan pemahaman
dinilai sebagai bonus sedangkan kedisiplinan dan kejujuran dikurangkan dari
nilai akhir.
10. Semua laporan yang telah disetujui asisten, diserahkan ke penanggungjawab
praktikum.
11. Hal-hal lain yang berhubungan dengan praktikum dan belum tercantum dalam
tata tertib ini diatur kemudian.

iii
DAFTAR ISI

ACARA 1................................................................................................................1
ACARA 2................................................................................................................4
ACARA 3................................................................................................................7
ACARA 4..............................................................................................................17
ACARA 5..............................................................................................................22
ACARA 6..............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

iv
ACARA 1
Uji Mutu Fisik Benih

Latar Belakang
Mutu fisik benih dapat dicerminkan dari kemurnian benihnya, kadar air dan
berat 1000 butir benih. Benih murni merupakan salah satu komponen dalam
pengujian benih dan sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas
tinggi. Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih
murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian dan daya berkecambah benih
mempengaruhi nilai benih untuk pertanaman. Selain uji daya berkecambah, uji bobot
1000 butir, uji kesehatan benih dan uji lain, juga menggunakan fraksi benih murni
(ISTA 2017).
Pengujian kemurnian digunakan untuk mengetahui komposisi contoh kerja,
kemurnian dan intensitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang
didasarkan pada berat komponen pengujian. Dalam pengujian kemurnian contoh
kerja kemurnian dipisahkan menghasil benih murni, biji tanaman lain dan kotoran
(ISTA). Yang termasuk kategori benih murni adalah benih:
- Masak dan utuh
- Tidak masak, berukuran kecil dan mengkerut
- Telah berkecambah sebelum diuji
- Pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih sesungguhnya.
Asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk dalam spesies yang
dimaksud.
Biji spesies lain mencakup semua biji yang ikut tercampur di dalam contoh uji
tetapi tidak termasuk dalam spesies yang dimaksud dan beratnya tidak lebih dari 5%
berat contoh kerja kemurnian tidak dimaksudkan untuk diuji. Bahan lain/kotoran
adalah semua materi yang terdapat di dalam contoh kerja kemurnian akan tetapi tidak
termasuk kedua komponen sebelumnya, seperti jerami, sekam, batu, debu, tanah,
pecahan benih yang ukurannya kurang dari ½ ukuran benih asli.
Pengukuran kadar air penting diketahui untuk penentuan saat panen, untuk
tujuan pengolahan maupun penyimpanan kadar air memiliki dampak besar terhadap
benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodoks pada kadar air tinggi
beresiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan.
Pengukuran kadar air biji dapat dilakukan dengan beberapa, antara lain dapat
secara langsung dengan alat pengukur kadar air benih secara otomatis (seed moisture
tester) dan secara tidak langsung dengan metode pengukuran susutnya air secara total
dalam benih. Berat 1000 butir benih penting untuk mengetahui kebutuhan benih di
lapang. Efek berat 1000 butir benih ditunjukkan dalam hubungannya dengan keadaan
embrio ataupun cadangan makan yang dikandungnya. Pada benih-benih dengan besar
embrio sama, maka benih yang lebih berat menunjukkan kandungan cadangan
makanan yang lebih banyak.

1
Gambar 1. Seed moisture tester

Tujuan
- Menentukan mutu fisik benih berdasarkan kemurnian benihnya, kadar air dan
berat 1000 butir.
- Menentukan komponen-komponen yang terdapat pada pengujian kemurnian
benih.
- Mempelajari cara pengukuran kadar air benih secara otomatis dan secara tidak
langsung.

Bahan dan Metode :


A. Uji Kemurnian Benih
1. Menyiapkan benih yang akan diuji dalam sebuah wadah.
2. Menimbang berat contoh biji tersebut dengan timbangan analitik (berat total).
3. Memisahkan komponen contoh uji kemudian menimbangnya
- Benih murni = a gr
- Biji spesies lain = b gr
- Bahan lain/kotoran = c gr
4. Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing
komponen dibagi serta total kemudian dikali angka 100%. Hasilnya ditulis
dalam 2 desimal (dua angka di belakang koma).
5. Analisa dilakukan secara duplo (dua kali sebagai ulangan). Beda antar
ulangan tidak boleh lebih tinggi dari 5%.

B. Berat 1000 Butir Benih (BBPMBTPH 2020)


1. Contoh uji yang digunakan harus berasal dari benih murni
2. Dilakukan dengan mengambil secara acak 100 butir benih dengan 4 ulangan,

2
dan setiapulangan ditimbang beratnya.
3. Jumlah bobot 4 ulangan tersebut dan kalikan dengan 2,5.
C. Penentuan Kadar Air
- Secara langsung
1. Menimbang 10 g benih (berat basah)
2. Masukkan ke dalam wadah khusus pada pengukur kadar air (secukupnya),
kemudian tutup rapat-rapat dan tekan/hancurkan benih melalui pemutar.
3. Kadar air benih dapat dilihat pada meteran penunjuk.
4. Pengukuran dilakukan 2x.
- Secara tidak langsung
1. Menimbang 10 g benih (berat basah)
2. Letakkan dalam wadah tahan suhu oven
3. Masukkan dalam oven bersuhu 105°C selama 1 x 24 jam
4. Dinginkan dalam eksikator, timbang berat keringnya.
5. Kadar air dihitung berdasar rumus :
Berat basah-berat kering
×100%
Kadar air benih : Berat basah

Tugas
1. Menilai mutu fisik benih yang diuji
2. Membandingkan pengukuran kadar air secara langsung dan tidak langsung.

3
ACARA 2
Perkecambahan Benih

A. Penilaian Kecambah Normal dan Abnormal


Salah satu kesukaran pokok yang timbul dan sering diabaikan terutama
oleh para mahasiswa atau pekerja laboratorium pada pengujian perkecambahan
biji (seed germination test) ialah menentukan bibit atau kecambah yang termasuk
normal (Identification of normal seedling). Pekerjaan ini menghendaki
pengetahuan mengenai struktur kecambah secara botanis (Morfologis) yang baik
dan pengalaman terampil.
Penentuan kecambah (bibit) yang normal ini dilakukan selama batas
periode pengujian perkecambahan (Germination Period) menurut ISTA
(International Seed Testing Association) yang berbeda-beda untuk masing-masing
jenis biji (spesies).
Pada umumnya, apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air suhu,
oksigen dan cahaya dipenuhi. Biji bermutu tinggi (high vigor) akan menghasilkan
kecambah atau bibit yang normal (normal seedling). Tetapi oleh karena faktor
luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya selama pengujian
perkecambahan atau sudah terbawa di dalam biji atau biji bermutu rendah (low
vigor) kemungkinan kecambah (bibit) yang dihasilkan tidak normal (abnormal
seedling).
Baik dalam uji daya berkecambah maupun uji kekuatan tumbuh indikasi
untuk kecambah abnormal umumnya adalah :
1. Less of storage tissue. Akibatnya tidak cukup hara bagi kecambah.
2. Meristematic damage. Kerusakan pada jaringan radikula, plumula dan lain-
lain.
3. Vascular damage. Kerusakan/patah pada hipokotil atau epikotil
Selanjutnya indikasi dari struktur terpenting yang harus dimiliki oleh
kecambah normal dalam pengujian di atas substrat buatan menurut ISTA (dalam
proceeding of the ISTA, 1996) adalah sebagai berikut :
1. Perkecambahan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk
tanaman yang secara normal menghasilkan seminal maka akar tidak boleh
kurang dari dua.
2. Perkembangan hypokotil yang baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada
jaringan-jaringannya.
3. Penumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik,
sempurna dengan kuncup yang normal.
4. Satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.

B. Struktur Bibit
Di dalam teknologi benih yang dimaksud dengan bibit (seedling) adalah
tumbuhan muda yang makanannya tergantung pada persediaan bahan makanan
yang terdapat (tersimpan) di dalam biji. Secara umum, bibit adalah tumbuhan
muda yang tumbuh dari biji. Ini adalah pengertian bibit ditinjau dari segi

4
perkembangbiakan tumbuhan secara generatif (sexual reproduction).
Pada kondisi yang menguntungkan (favourable conditions) suatu biji akan
berkecambah (germinates). Apabila biji tersebut dikecambahkan pada medium
tanah akan terjadi suatu peristiwa dimana bibit muncul di atas permukaan tanah.
Peristiwa ini disebut “emergence of seedling”, yang selanjutnya diikuti dengan
pertumbuhan bibit menjadi tanaman dewasa.
Umumnya struktur yang pertama kali keluar (protudes) dari kulit biji pada
proses perkecambahan adalah radicle (embriyonicroot), biasanya melalui
“micropyle zone” kemudian diikuti oleh keluarnya plumule. Tetapi pada beberapa
species yang sama plumele lebih dahulu daripada radicle. Pada beberapa jenis biji
daerah micropyle ini masih terlihat dengan nyata sewaktu biji telah masak,
umpamanya kedelai, beans.
Pada tahap pertumbuhan selanjutnya radicle bertumbuh menjadi “primary
root” (ditambah dengan root hair padanya) dari mana keluar “secondary roots”
(lateral or radial roots).
Pada beberapa tanaman seperti jagung (corn), dalam waktu relatif
bersamaan, juga keluar “seminal roots” yang berasal dari “seminal root initial”
yang terletak pada embryonicaxis. Pada monocots (seperti pada jagung) kemudian
“adventive roots” yang keluar dari “mesocotyl zone” berasal dari pericycle. Akar
adventif yang kemudian disebut akar serabut inilah yang mempertahankan
kehidupan dan meneruskan pertumbuhan bibit atau tanaman jagung lebih lanjut.
Bersamaan dengan cotyledon, pada dicots, plumule tumbuh membesar dan
memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya matahari. Sedangkan
pada monocots (famili grass) plumule terlebih dulu menembus coleoptile sebelum
melanjutkan pertumbuhannya.
Pertumbuhan akar adalah sangat penting, kian cepat kian baik untuk
pertumbuhan bibit atau tanaman tersebut. Setelah bibit muncul ke permukaan
tanah (emerges), akar ini berfungsi untuk menambatkan (anchor) bibit kepada
tanah, untuk menyerap air (makanan) dari tanah, menggantikan zat makanan
cadangan yang diserap dari endosperm dan / atau cotyledons.
Pada dicots (famiii legume), dapat dibedakan dengan tegas dua struktur
pokok pada bibit embryo, yaitu : (1) hypocotil, bagian batang antara cotyledons
dan radicle dari embryo atau bibit muda dan (2) epicotyl, bagian batang antara
cotyledons dan daun pertama dari embryo atau bibit muda.

C. Tipe Bibit
Berdasarkan kepada letak cotyledons atau scutellum terhadap permukaan
tanah, maka dapat dibedakan dua tipe bibit (seedling type) yaitu bibit epigeal,
bibit hypogeal.

Bibit Epigeal
Bibit tipe epigeal ialah bibit dimana cotyledonsnya terangkat di atas
permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya. Terangkatnya cotyledons ini ke atas
permukaan tanah disebabkan oleh pertumbuhan dan perpanjangan hypocotyle,
sedangkan oleh ujung arah ke bawah sudah tertambat ke tanah dengan akar-akar

5
lateral. Hypocotyl membengkok dan bergeser ke arah permukaan tanah, kemudian
menembus dengan merekahnya, lalu muncul di permukaan tanah.
Jadi bagian pertama kali terlihat di atas permukaan tanah adalah
hypocotyls (bengkokan hypocotyls), bukan cotyledons. Kemudian cotyledons
diangkat ke atas permukaan tanah oleh hypocotyls. Pada proses ini cotyledons
tersebut berfungsi sebagai pelindung plumule (growing point) dari kerusakan
yang disebabkan pergeseran dengan tanah. Saat merekahnya permukaan tanah
oleh hipocotyl ini merupakan kenampakan-kenampakan yang spesifik bagi
pertumbuhan bibit tipe epigeal dan saat ini disebut “cracking stage”. Saat ini
mempunyai arti yang penting bagi petani dalam penilaiannya terhadap proses
pertumbuhan bibit di lapangan (field emergence of seedlings). Bibit tipe epigeal
ini umum terdapat pada dicots seperti bean, alfalfa, clovers, kacang kedelai,
kacang tanah dan species lainnya termasuk legume, tetapi sedikit dijumpai pada
monocots.
Bibit Hypogeal
Bibit hypogeal iaiah bibit dimana cotyledonsnya tetap tinggal di bawah
permukaan tanah (di dalam tanah) sewaktu pertumbuhannya. Pada bibit type
hypogeal, hypocotyls tidak atau hanya sedikit memanjang, sehingga cotyledons
tidak terangkat ke atas.
Malah pada species tertentu umpamanya pea (Pisum sativum) epicotyl ini
menekan cotiledon dari atas sehingga cotiledon tersebut tetap berada di bawah
permukaan tanah. Bibit tipe hypogeal dijumpai pada semua famili grass
(Graminae) atau pada kebanyakan monocot. tetapi jarang diketemukan pada
dicots. Contoh bibit hypogeal pada dicots yang terkenal ialah bibit peas dan
“scarlet runner bean”.

6
Gambar 2. Epigeal dan hipogeal

D. Subtratum Perkecambahan
Subtratum perkecambahan yang dimaksud disini ialah suatu bahan di atas
mana biji dapat ditempatkan untuk pengujian perkecambahan. Secara alam, biji
yang telah masak dan normal apabila jatuh pada substratum yang menguntungkan
(favorable condition) seperti kelembaban, suhu dengan cahaya cukup, maka biji
akan berkecambah.
Untuk keperluan pengujian dan hasilnya suatu pengujian dipilih
substratum yang memenuhi persyaratan. Adapun persyaratan secara umum
substratum ialah mempunyai daya serap dan daya pegang air yang tinggi, tidak
terlalu mudah kering atau terlalu mudah becek, bersih dan steril serta uniform.
Berdasarkan bahan dan cara pemakaiannya, menurut ISTA (Asosiasi Pengujian
Biji Sedunia) macam subtrata perkecambahan biji dibedakan menjadi :
- Tanah atau pasir dengan simbol S (soil or sand)
- Di atas tanah atau pasir dengan simbol TS (top of soil or sand)
- Kertas dengan simbol T (paper toweling)

7
- Antara kertas kembang dengan simbol B (between blotter)
- Di atas kertas kembang dengan simbol TB (top of blotter)
- Petridish tertutup dengan simbol P (covered petridish)
- Kertas selulosa dengan simbol C (creped cellulosa)

Substratum Tanah atau Pasir


Substratum tanah atau pasir ini merupakan subtrata yang paling tua dan
banyak dipakai karena harganya murah dan mudah didapat serta dapat digunakan
untuk perkecambahan secara luas mulai dari biji yang berukuran kecil sampai
besar. Namun kejelekannya disamping tidak steril juga membutuhkan ruang dan
volume yang lebih besar. Subtratum ini banyak dipakai untuk pengujian vigor
seperti Uji Muncul Tanah (UMT), Uji Muncul Lapangan (UML) dan Uji Dingin
(UD). Subtratum tanah atau pasir ini dapat berupa tanah atau pasir saja atau
merupakan kombinasi kedua-duanya dengan perbandingan tertentu.

Substratum Kertas
Substratum kertas ini terbukti sebagai substrata yang paling praktis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan guna pengujian perkecambahan biji atau
pengujian mutu biji secara modern. Subtratum kertas ini lebih mudah diatur atau
ditempatkan pada alat perkecambahan (germinator) dan kelembaban, suhu dan
sinar di dalamnya dapat lebih mudah dikontrol. Disamping itu cocok digunakan
untuk biji-biji yang berukuran kecil sampai sedang.
Jenis kertas untuk substratum ini, semula masih import dari Amerika
Serikat atau Eropa namun dengan melalui tinjauan secara ekonomis dan praktis
serta melalui berbagai macam penelitian (dengan alat kecambah baku dan alat
kecambah miring) yang dilakukan Universitas Andalas dan IPB, hal ini dapat
digunakan kertas hasil dalam negeri sendiri berupa “kertas merang” atau kertas
steril.
Substratum kertas ini disamping sebagai uji perkecambahan sebagaimana
yang dianjurkan ISTA juga banyak digunakan untuk pengujian daya tumbuh atau
pengujian vigor seperti Uji Tumbuh Akar dan Batang. Untuk contoh pelaksanaan
uji perkecambahan dengan substratum kertas dapat dilihat pada (gambar lampiran
3).

Subtratum Antara Kertas Merang


Bahan substratum ini terbuat dari serat kapas berwarna biru tua, sangat
baik menyerap serta memegang air, steril dengan tebal kira-kira 1 cm. Maka dari
itu harganya mahal dan sukar didapat, karena masih harus import. Pada
prinsipnya penggunaan dan tujuan substratum ini sama dengan substratum kertas
tersebut di atas. Subtratum ini juga digunakan untuk uji kecambah bagi biji-biji
yang berukuran kecil.

Subtratum Petridis Tertutup


Petridish yang digunakan biasanya berukuran (10-12) cm dan sebelum
digunakan terlebih dahulu diberi alas satu atau dua lapis kertas saring. Namun alat

8
ini sangat terbatas jumlah biji yang akan dikecambahkan, kurang lebih hanya 50
biji. Seperti halnya substratum kertas, setelah petridish ditutup kemudian
diletakkan didalam germinator datar di atas kisi-kisi dulang. Subtratum ini banyak
kelemahannya disamping mahal dan sukar didapat juga mudah pecah. Subtratum
petridish tertutup dapat juga digunakan untuk berbagai macam pengujian
perkecambahan, tetapi biasa ditujukan untuk biji-biji yang berukuran kecil. Untuk
contoh penggunaannya dapat dilihat pada gambar lampiran nomor 3.

Subtratum Lain
Disamping subtrata yang disebutkan di atas ada substrata lain berupa
substrata kapas. Pecahan batu bata atau genteng dan agar makanan serta tanah
atau pasir di dalam petridish.
Semua substratum ini efektif digunakan dengan didasarkan pada maksud
dan tujuan perkecambahan masing-masing.

Tujuan
- Mengetahui ciri-ciri normal dan abnormal dari berbagai spesies kecambah.
- Mengetahui macam-macam media untuk pengecambahan benih dan metode
yang dapat dipakai
- Menghitung daya kecambah masing-masing spesies benih pada media
berbeda.

Demonstrasi Berbagai Metode Perkecambahan


1. Media UDK (Uji Diatas Kertas)
Bahan dan Alat :
- Petridish atau cawan plastik
- Media kertas merang berukuran sama dengan alas petridish/cawan
- Pinset
- Alat pengecambah benih
- Benih padi dan kacang hijau masing-masing 20 biji
Prosedur kerja :
- Media kertas (3 lembar) diletakkan pada alat petridish atau cawan plastik.
- Basahi media tersebut hingga merata caranya beri air berlebihan, biarkan
beberapa menit supaya meresap (warna lebih tua), kemudian air sisanya
dibuang.
- Tanamlah benih di atas lembar substrat dengan pinset. Perhatikan jarak
tanam benih, jangan berdekatan satu sama lain.
- Beri label pada petridish
- Tanam / letakkan dalam alat pengecambah benih
- Pengamatan I : 5 × 25 jam
- Pengamatan II : pengamatan I + (2 × 24 jam).
- Beri label pada petridish
- Tanam / letakkan dalam alat pengecambah benih
- Pengamatan I : 5 × 25 jam
- Pengamatan II : pengamatan I + (2 × 24 jam)

9
2. Metode UKDp dan UKDdp
Bahan dan Metode :
Empat macam benih (jagung, padi, kedelai, kacang tanah) dikecambahkan
dengan metode UKDp dan UKDdp dalam substrat kertas merang, benih
ditanam di dalam alat pengecambah benih. Masing-masing ulangan diamati
pada hari ke (5 × 24) dan hari ke (7 × 24) sesudah tanam. Setiap metode
digunakan 2 ulangan setiap ulangan 25 benih.
1. UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik) yaitu menguji benih dengan
cara menanam benih diantara lembar substrat dilapisi plastik, kemudian
digulung. Lembaran substrat kertas merang 3 lembar yang telah dibasahi
diletakkan diatas plastik. Tanam benih di atas lembaran substrat dengan
jarak yang tidak berdekatan satu sama lain. Tutup substrat yang sudah
ditanami dengan 2 lembar substrat yang lain dan digulung. Tanam di alat
pengecambah benih.
2. UKDdp. Sama dengan UKDp hanya cara meletakkannya yang berbeda.
UKDdp didirikan.
3. Media Pasir
Bahan dan alat
1. Benih kacang hijau dan jagung
2. Kotak plastik yang telah diisi pasir, tanah
3. Pinset
4. Alat penyiraman
Prosedur Kerja :
1. Pasir dan tanah dibasahi secukupnya
2. Sebar benih dengan jumlah tertentu pada satu deretan
3. Deretan dapat digunakan sebagai ulangan. Dibuat 3x ulangan benih
ditanam pada kedalaman 1 cm.
4. Pengamatan I : 5 × 24 jam / 7 × 24 jam
5. Pengamatan II : pengamatan I + (2 × 24 jam)

Kriteria Penilaian Kecambah Normal dan Abnormal


1) Benih Padi
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar seminal primer tumbuh kuat dengan beberapa akar sekunder
yang mulai tumbuh, 2-3 buah seminal sekunder mulai tumbuh
(yang tersebut terakhir harus ada apabila pengamatan dilakukan
sekali hingga 7 × 24 jam).
Plumula : Daun yang pertama berwarna hijau biasanya sudah tersembul
keluar dari koleoptil atau kira-kira separoh panjang koleoptil.
Koleoptil berbelah asal daun sehat tampak tumbuh keluar.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Tidak terdapat akar seminal primer atau hanya tumbuh lemah

10
tanpa akar-akar.
Plumula : Tidak tumbuh daun atau hanya tampak koleoptil yang tidak
berwarna. Plumula busuk. Daun pertama adakalanya tumbuh tapi
berbelah atau hanya tumbuh lemah yang panjangnya kurang dari
separoh koleoptil.

2) Benih Jagung
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar seminal primer tumbuh dengan kuat dengan akar-akar
sekunder. Sedangkan akar seminal sekunder tumbuh 2-3 dengan
kuat. Adakalanya akar seminal primer tidak tumbuh tetapi paling
sedikit 2 akar seminal sekunder harus tumbuh dengan kuat.
Plumula : Daun primer tumbuh sepanjang koleoptil telah tersembul keluar
dari koleoptil. Dalam keadaan demikian, daun harus kelihatan
sehat. Plumula dapat pula melengkung tumbuhnya asal tidak
busuk.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Tidak tumbuh akar seminal primer atau sekunder atau hanya
tumbuh lemah.
Plumula : Tidak tumbuh daun pertama dan koleoptil tidak berwarna.
Adakalanya plumula tumbuh tetapi kerdil atau membelah.
Plumula berwarna putih atau busuk sama sekali.
3) Benih Kedelai
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar primer dan hypokotyl tumbuh dengan kuat
Daun : Daun pertama tumbuh sehat diantara kedua daun lembaga dan
dapat dilihat apabila daun lembaga dikuakkan. Keping daun
lembaga tumbuh kuat.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Akar seminal primer tidak tumbuh atau tumbuh kerdil lemah dan
busuk.
Daun : Hipokotil membusuk, daun lembaga tidak segar daun pertama
tidak tumbuh.

4) Benih Kacang Tanah


Ciri-ciri Normal
Akar : Akar seminal primer tumbuh dengan baik dengan banyak akar
sekunder
Daun : Hypokotil, epikotyl daun lembaga serta daun pertama tumbuh
dengan baik.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Akar seminal primer tumbuh kerdil dan busuk atau tumbuh
normal tetapi akar sekunder tumbuh merana.

11
Daun : Daun lembaga busuk, sebagian atau seluruhnya. Daun pertama
tidak tumbuh
Tugas
1. Hitung daya kecambah masing-masing benih dengan rumus :
Jumlah benih yang berkecambah normal (Pengamatan I+II)
×100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
Keterangan :
Kecambah yang normal pada pengamatan I, dibuang.
2. Gambarkan diskripsi dari masing-masing kecambah (ada 4 jenis) pada
pengamatan I atau II. Varietas normal dan varietas abnormal tiap perlakuan.
3. Beri keterangan bagian-bagiannya dan sebutkan tipe kecambahnya
berdasarkan letak kotiledon dan skutellum dari permukaan substrat / media.
Keterangan :
Pengamatan I = hari ke-5
Pengamatan II = hari ke-7

Ada 4 perlakuan :
1. Petridish, dengan benih padi dan kacang hijau, tiap-tiap varietas 20 butir.
2. UKDp, dengan benih padi, kacang tanah, kedelai dan jagung, tiap-tiap
varietas 25 butir.
3. UKDdp, dengan benih padi, kacang tanah, kedelai dan jagung, tiap-tiap
varietas 25 butir.
4. Pasir, dengan benih kacang hijau dan jagung, tiap-tiap varietas 25 butir.

Cara kerja :
1. Petridish

2. Plastik kertas merang

Gambar 3. Metode Uji Kertas Digulung Didirikan di Dalam Plastik (UKDdp)

12
Berikut contoh dari kecambah normal, abnormal dari beberapa macam benih, yaitu:

Gambar 5. Kacang merah (Phaseolus vulgaris)

13
Gambar 6. Kecambah padi (Oryza sativa)

14
Gambar 7. Kecambah jagung (Zea mays)

15
ACARA 3
Perlakuan dan Penyimpanan Benih

A. Perlakuan Benih
Mekanisasi dalam budidaya pertanian semakin hari semakin meningkat,
Terutama di negara yang telah berkembang. Hal ini merupakan salah satu langkah
dalam meningkatkun efisien dan menekan biaya produksi. Konsekuensinya,
dibutuhkan benih atau bibit yang cepat tumbuh, seragam dan memiliki persentase
perkecambahan yang tinggi.
Dalam satu seed lot laju deteriorasi benih secara individual tidaklah sama. Hal
ini akan menjadi kendala dalam penanaman secara mekanis. Untuk mengatasi hal
tersebut maka sebelum benih ditanami, baik langsung di ladang atau disemai,
harus diberi perawatan tertentu agar perkecambahannya dapat seragam dan cepat.
Perawatan sebelum benih disebar merupakan bentuk upaya untuk
meningkatkan kualitas benih. Perawatan ini meliputi beberapa langkah fisiologis
maupun beberapa tindakan setelah benih ditanam. Perawatan yang lazim
dilaksanakan adalah :
1. Pemanasan (energy treatment). Benih sebelum dikecambahkan dijemur atau
dipanaskan guna merangsang atau meningkatkan laju imbibisi.
2. Seleksi benih (seed selection). Benih dipilah-pilah berdasarkan beberapa
kriteria dan hanya benih yang memenuhi kriteria tertentu saja yang dipakai.
3. Pematahan dormansi (dormancy breaking) jika diperlukan. Untuk benih
yang mengalami dormansi maka dormansinya harus dipatahkan sebelum
benih tersebut ditanam. Contoh pada benih kemiri yang berkulit tebal dan
keras, perlu dilakukan skarifikasi atau stratifikasi.
4. Vernalisasi (vernalization) jika diperlukan. Perlakuan diberikan agar
tanaman tetap dapat berbunga meskipun pada kondisi lingkungan yang
berbeda. Contoh pada benih bawang merah yang akan diproduksi benih
generatifnya.
5. Perawatan dengan zat kimia (chemical treatment). Benih sebelum
dikecambahkan direndam/dicampur dengan zat kimia/hormon untuk
merangsang perkecambahan atau melindungi benih dari hama dan penyakit.
6. Perawatan untuk merangsang metabolisme (presowing treatment involving
initation of the germination metabolisme). Umumnya dilakukan pada benih
yang sudah lama disimpan sehingga mengalami kemunduran benih

16
Gambar 8. Benih ortodoks dan rekalsitran

B. Penyimpanan Benih
Selama benih disimpan maka cepat atau lambat kemunduran daya hidup benih
pasti akan terjadi. Kemunduran tersebut akan lebih dipercepat bila didukung oleh
kondisi lingkungan simpan dan metode simpan yang kurang memenuhi syarat.
Kemampuan benih untuk mempertahankan daya hidupnya yang maksimum dalam
satu periode simpan tertentu, tergantung faktor dalam yaitu : jenis dan sifat benih,
viabilitas awal benih dan kadar air awal benih, dan faktor luar yaitu : kondisi
lingkungan simpan termasuk metode penyimpanan dan kemasan benih.
Jenis benih ortodok seperti : benih jagung, kedelai, padi berbeda cara
penyimpanannya dengan benih rekalsitran seperti rambutan, cacao, mangga,
karet. Benih ortodok hanya dapat disimpan pada kadar air benih yang rendah,
sedangkan benih rekalsitran sebaliknya, hanya dapat disimpan pada kadar air
benih yang tinggi.
Benih rekalsitran menghendaki kadar air dan kelembaban udara ruang simpan
yang tinggi, tetapi hal ini dapat menyebabkan benih berkecambah dalam ruang
simpan dan berkembangnya jamur sehingga viabilitas benih tetap tinggi setelah
disimpan beberapa waktu. Salah satu teknik cara penyimpanan benih rekalsitran
adalah dengan menggunakan media penyimpanan berupa serbuk gergaji lembab
dan fungisida.

Tujuan:
Mengetahui cara penyimpanan dan perlakuan benih, pengaruhnya terhadap mutu
benih.

Bahan dan alat:


1. Benih kakao/rambutan/jeruk/duku/kedelai/kacang hijau
2. Pengukur suhu dan kelembaban (thermohigrograf/termometer basah dan kering)
3. Plastik/kain/kertas pembungkus benih
4. Pasir, bak perkecambahan, kertas merang
Cara kerja
Penyimpanan benih rekalsitran
Untuk menyimpan benih- benih rekalsitran ada 2 kondisi :

17
1. Benih yang telah dibersihkan sejumlah 20 biji, disimpan dengan dan tanpa
serbuk gergaji.
2. Menyimpan benih dengan dan tanpa fungisida. Fungisida yang digunakan adalah
fungisida Ridomil MZ 5g/l.
3. Lakukan pengecekan kadar air sebelum disimpan
4. Lakukan pengecekan kadar air setelah 2 minggu
5. Lakukan penanaman pada media pasir dan catat hasilnya setelah 2 minggu.
Amati daya berkecambahnya.

Penyimpanan benih ortodok


Untuk menyimpan benih-benih ortodok ada 2 cara :
3. Menyimpan benih sejumlah 25 biji dalam kantung plastik beraerasi dalam suhu
kamar dan ruang AC
4. Menyimpan benih dengan dan tanpa fungisida. Fungisida yang digunakan adalah
fungisida Ridomil MZ 5g/l.
5. Lakukan pengecekan kadar air sebelum disimpan
6. Lakukan pengecekan kadar air setelah 2 minggu
7. Lakukan penanaman pada media pasir dan catat hasilnya setelah 2 minggu.
Amati daya berkecambahnya.

Tugas
Amati dan bandingkan perbedaan metode penyimpanan terhadap mutu benih setelah
2 minggu.

18
ACARA 4
Viabilitas Benih

Latar Belakang
Viabilitas benih dapat dideteksi melalui pengamatan dan pengujian secara fisik,
fisiologi, biokimiawi, anatomi, sitologi, dan matematik. Pengujian secara fisik dengan
melihat keseragaman bentuk dan ukuran benih serta kebersihan benih. Pengujian
fisiologis benih dengan mengamati proses pertumbuhan dan metabolisme benih
menjadi kecambah normal di dalam laboratorium dan dilapang dengan keadaan
lingkungan yang terkendali. Pengujian selanjutnya menggunakan pengujian
biokimiawi dengan mengamati reaksi kimia dengan larutan kimia tertentu untuk
mengetahui metabolik dalam benih, sel hidup dan sel mati. Pengamatan anatomi
dengan alat bantu mikroskop dengan perbesaran tertentu untuk mengetahui struktur
sel dan inti sel pada benih.
Pengamatan sitologi dengan mengamati pada organel sel normal kromosom tidak
mengalami aberasi. Pengamatan menggunakan pendekatan matematika ditentukan
oleh dimensi waktu periode viabilitas benih yang menunjukkan kecenderungan garis
viabilitas dengan fungsi persamaan diferensial (Widajati et al., 2013).
Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak
langsung. Metode uji secara langsung akan dapat diketahui antara lain potensi
tumbuh maksimum benih, daya berkecambah benih, kekuatan tumbuh benih, dan
kecepatan tumbuh benih. Pengujian secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup
benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme benih. Gejala metabolisme
misalnya berupa tingkat pernafasan benih, tingkat aktifitas enzim, dan tingkat
permeabilitas kulit (Sadjad et al., 1975).

Tetrazolium
Latar Belakang
Mutu benih menyangkut mutu fisik, fisiologis, genetis dan patologis. Cara
menguji mutu suatu benih mengacu pada ketentuan Internasional Seed Testing
Association (ISTA). Untuk mengetahui dan mengevaluasi mutu suatu benih maka
harus dilakukan pengujian.
Metode pengujian benih terdiri dari metode pengujian langsung dan tidak
langsung. Metode pengujian langsung dilakukan dengan mengamati masing-masing
individu benih, sedangkan metode pengujian tidak langsung dilakukan dengan cara
mengamati sekelompok benih sekaligus. Viabilitas benih merupakan salah satu aspek
pengujian dalam mutu fisiologis. Mengamati gejala pertumbuhan seperti pada
pengujian daya berkecambah merupakan salah satu pengujian langsung sedangkan
pengujian viabilitas benih dengan metode tidak langsung adalah uji tetrazolium (Ilyas
dan Widajati 2015).
Uji tetrazolium adalah pengujian viabilitas benih secara biokemis yang digunakan
untuk mengevaluasi viabilitas benih secara cepat (Ilyas dan Widajati 2015). Uji
tetrazolium menggunakan zat indikator 2,3,5 Triphenil tetrazolium klorida untuk
mengindikasi adanya sel-sel yang hidup.

19
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari metode pengujian viabilitas
benih secara biokimia dengan tetrazolium dan melihat pola pewarnaannya serta
dibandingkan dengan uji daya berkecambah.

Cara kerja
Benih monokotil (jagung)
1. Benih jagung 20 butir diirendam selama 1 malam
2. Belah bagian embrio untuk mempercepat masuknya larutan tetrazolium ke dalam
benih. Rendam benih tersebut dengan larutan tetrazolium secukupnya sampai
benih terendam seluruhnya. Untuk mempercepat proses pewarnaan bisa dipakai
suhu 40oC selama 1 jam.
3. Tuang larutan tetrazolium dengan menggunakan saringan the, cuci benih dengan
air mengalir sampai bersih (bebas dari larutan tetrazolium)
4. Rendam dalam air bersih
5. Amati benih satu persatu dengan kaca pembesar, klasifikasikan sesuai dengan
gambar 1-10. Gambar dan hitung persentase benih viabel

Benih dikotil (kedelai)


- Menyiapkan 20 benih kedelai yang sudah ddilembabkan selama 10 jam, mengupas
kulitnya.
- Benih kedelai sebanyak 25 direndam dalam larutan tetrazolium 1% dalam
petridish selama 1-2 jam
- Tuang larutan tetrazolium dengan menggunakan saringan the, cuci benih dengan
air mengalir sampai bersih (bebas dari larutan tetrazolium)
- Rendam dalam air bersih
- Amati benih satu persatu dengan kaca pembesar, klasifikasikan sesuai dengan
keterangan yang berlaku. Gambar dan hitung persentase benih viabel

Keterangan:
Pengamatan Jagung
a. Benih dapat berkecambah :
- No 1 Seluruh embrio berwarna merah cerah
- No 2-4 Ujung skutelum tidak berwarna
- No 5-6 Ujung skutelum tidak berwarna, bagian radikula yang tidak kritis tidak
berwarna
b. Benih tidak dapat berkecambah
- No 7-8 Daerah asal akar seminal tidak berwarna
- No 9 Plumula tidak berwarna
- No 10 Bagian tengah skutelum dan daerah perkembangan akar seminal tidak
berwarna
- No 11 Plumula dan radikula tidak berwarna
- No 12 Daerah tidak berwarna pada skutelum bagian bawah dan radikula yang
meluas ke dalam daerah tempat akar seminal berkembang
- No 13 Seluruh skutelum tidak berwarna

20
- No 14 Skutelum dan radikula tidak berwarna
- No 15 Pewarnaan merah jambu sangat lemah
- No 16 Seluruh embrio tidak berwarna

Pengamatan Kedelai
a. Benih dapat berkecambah
- No 1 Seluruh benih berwarna, warna tidak terlalu gelap
- No 2-5 Sedikit daerah tidak berwarna pada kotiledon
- No 6 Sedikit ujung radikula tidak berwarna, sedikit daerah tidak berwarna pada
kotiledon
b. Benih tidak dapat berkecambah
- No 7 Tidak sedikit ujung radikula tidak berwarna
- No 8 Pertautan antara poros radikula-hipokotil dan kotiledon tidak berwarna
- No 9 Daerah tidak berwarna pada tempat plumula berada
- No 10 Sedikit daerah tidak berwarna pada bagian atas poros radikula-hipokotil
- No 11 Lebih dari setengah bagian atas kotiledon tidak berwarna
- No 12 Bagian bawah kotiledon dan poros radikula-hipokotil berwarna merah
gelap atau merah susu, pewarnaan meluas ke seluruh daerah potongan melintang
dari kotiledon
- No 13 Seperti pada No 12 kecuali bahwa daerah berwarna merah susu lebih
meluas lagi
- No 14 Benih berwarna sangat merah keunguan, pewarnaan meluas ke seluruh
daerah potongan melintang kotiledon
- - No 15 Seluruh benih tidak berwarna

21
Gambar 9. Pola pewarnaan tetrazolium

22
Daya Hantar Listrik
Latar Belakang
Daya hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan
tingkat kebocoran membaran sel. Semakin banyak eletrolit yang dikeluarkan benih
kedalam air rendaman akan semakin tinggi nilai pengukuran konduktivitasnya.
Kondutivitas yang tinggi mengindikasikan vigor benih rendah. Menurut Saenong
(1986) DHL dapat digunakan sebagai indikator vigor benih oleh pengarh induced dan
innate. Karena DHL lebih peka dan dini dalam menunjukkan perbedaan vigor benih
oleh faktor induced dan innate maka DHL dapat digunakan untuk memdeteksi vigor
awal benih dan nilai Va merupakan interaksi dari faktor induced dan innate dimana
benih dihasilkan. Viabilitas benih yang diukur dengan peubah DHL akan lebih dini
menunjukkan gejala kemunduran benih.
Uji daya hantar listrik pada benih pada dasarnya merupakan pengujian yang
dilakukan untuk mengukur elektrolit yang bocor dari jaringan benih (Widajati, 2012).
Benih yang memiliki vigor yang tinggi memiliki integritas membran sel yang bagus.
Sebaliknya benih dengan vigor yang rendah memiliki integritas membran sel benih
yang lemah sehingga sangat mudah melalukan bahan-bahan seperti gula, K, Cl, dan
asam-asam amino dari dalam sel. Jika benih diimbibisikan, maka bahan-bahan atau
elektrolit tersebut akan larut ke dalam air rendaman benih. Konsentrasi elektrolit
terlarut dapat diukur daya hantar listriknya atau konduktivitasnya menggunakan alat
conduktivity meter.

Tujuan
- Dapat menentukan tingkat kemunduran benih berdasarkan nilai
konduktivitas/daya hantar listrik elektrolit/bocoran benih
- Melihat hubungan antara nilai konduktivitas benih dengan nilai vigor benih dari
pengujian lainnya.

Bahan dan metode


- Akuabides, larutan standar (KCl 0,01 M (diperoleh dengan melarutkan 0.745 g
KCl dalam 1 liter akuabides)
- Benih kedelai dan jagung yang berbeda umur simpannya
- Beaker glass, konduktiviti meter, germinator, oven, kertas stensil, timbangan
analitik, aluminium foil/plastik

Cara kerja
1. Benih direndam dalam aquades dengan perbandingan volume 1:3 selama 24 jam
2. Daya Hantar Listrik (DHL) air rendaman benih diukur dengan conductivity
meter
3. Nilai DHL air rendaman benih yang tinggi menunjukkan rendahnya mutu benih,
karena sudah terjadi kebocoran membran benih.

23
ACARA 5
Dormansi Benih

Latar Belakang
Benih dikatakan dorman bila dihadapkan pada lingkungan yang cocok untuk
perkecambahan, tetapi tidak mau tumbuh, meskipun masih hidup. Dormansi pada
benih disebabkan oleh keadaan kulit benihnya atau keadaan dalam benih itu sendiri.
Dormansi yang disebabkan oleh keadaan kulit benih disebut juga dengan istilah
dormansi structural. Misalnya: 1. Kulit benih yang keras atau tertutup gabus/lilin,
tidak dapat dilalui air atau udara, 2. Zat penghambat yang berada dalam kulit benih
atau menempel pada kulit benih, 3. Kulit benih yang mekanik resisten, karena
kerasnya kulit biji, embrio yang sudah berkecambah dengan kekuatannya tidak dapat
menyobek kulit, sehingga tidak dapat tumbuh keluar.
Dormansi yang penyebabnya ada dalam benih dibedakan menjadi 2 yaitu
dormansi morfologis dan fisiologis. Dormansi morfologis penyebabnya karena
embrio belum sempurna pertumbuhannya, sedangkan dormansi fisiologis
penyebabnya karena embrio belum masak atau ada zat penghambat atau belum
mampu membentuk gibberellin. Cara mematahkan dormansi pada benih:
1. Skarifikasi yaitu perlakuan perusakan kulit biji (abrasi), misalnya dengan
mengikir /mengamplas/menipiskan kulit benih atau menusuk benih.
2. Merendam benih dalam air dingin, mengalir atau air panas.
3. Stratifikasi yaitu perlakuan suhu rendah dan / tinggi.
4. Perlakuan zat kimia seperti KNO3, GA dan sitokinin.

Gambar 10. Pemotongan benih saga

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pematahan dormansi yang tepat
pada kasus dormansi fisiologi (salah satunya after ripening) dan dormansi fisik

24
Bahan dan Alat
1. Benih padi baru kering panen kadar air 11% sebanyak 20 butir, benih
lamtoro/sengon/berkulit keras (25x2x3)
2. Amplas, gunting/cutter
3. KNO3 3%, oven
4. Pasir/kertas merang

Cara Kerja
1. Perlakuan untuk mematahkan dormansi benih padi meliputi:
a. Merendam benih dalam larutan KNO3 3% selama 48 jam
b. Memanaskan benih dalam oven dengan suhu 500C selama 5 hari
2. Perlakuan untuk mematahkan dormansi benih sengon meliputi:
a. Menipiskan kulit benih dengan amplas
b. Perendaman dengan air panas
3. Pengujian perkecambahan
Benih-benih yang telah diperlakukan diuji perkecambahannya dengan media pasir
atau kertas. Dan hitung persentase daya berkecambah.
4. Catat jumlah benih yang berkecambah dan hitung persentase daya berkecambah.

25
ACARA 6
Vigor Benih

Vigor/kekuatan tumbuh adalah kemampuan benih berkecambah normal dalam


kondisi lapangan yang kurang menguntungkan. Kekuatan tumbuh benih dapat
ditunjukkan oleh berbagai indikasi antara lain kecepatan tumbuh, keserempakan
tumbuh dalam kondisi optimum, berat kering bibit dan perkecambahan benih yang
normal dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Dengan kata lain ada banyak cara
pengujian vigor benih dan bibit. Diantaranya adalah kecepatan berkecambah. Cara ini
erat hubungannya dengan laju pertumbuhan bibit. Perhitungan kecepatan
berkecambah ada 3 macam :

1. Hitungan pertama (first counting) yaitu persentase bibit yang sudah berkecambah
pada hitungan beberapa hari I.
2. CG = Coefficient Germination
100 Σ Ai
Σ Ai ti
Ai = Jumlah yang berkecambah hari ke-
ti = banyak hari yang diperlukan untuk berkecambah dari tiap Ai

Pengujian yang lain adalah kekuatan tumbuh benih terhadap kekeringan. Pada
tanah yang mengandung kadar garam tinggi, terutama NaCl dapat menyebabkan
terhambatnya perkecambahan, hal ini terutama disebabkan oleh pengaruh tekanan
osmose. Metode tekanan osmose tinggi dapat digunakan untuk menduga ketahanan
benih terhadap kekeringan dan ketahanan benih terhadap salinitas. Benih yang kuat
dapat tumbuh dengan baik dan merata dalam kondisi kekeringan air, sedangkan benih
yang kurang kuat tidak akan tumbuh.
Manitol dan PEG juga dapat dipakai untuk indikasi ketahanan benih terhadap
kekeringan tanpa mengalami keracunan. Penilaian kekuatan tumbuh benih
digolongkan atas kecambah kuat, kurang kuat, abnormal dan mati. Untuk
memudahkan penilaian kelompok kecambah yang dinilai, terlebih dahulu
digolongkan sebagai mati. Penilaian kuat dan kurang kuat dilakukan dengan
membandingkan kecambah satu dengan yang lain dalam substrat.
3. Uji Vigor lainnya adalah Paper Piercing Test (PPT). PPT merupakan uji vigor
bibit dengan menggunakan pasir dan kertas filter. Kecambah yang mampu
menembus kertas filter tersebut dianggap mempunyai vigor yang tinggi.
Tujuan
1. Mengetahui berbagai jenis uji vigor.
2. Menghitung persentase kekuatan tumbuh dan kecepatan tumbuh benih.

26
Bahan dan Alat
1. Benih kedelai lama dan baru.
2. Pasir, kertas filter, NaCl, substrat kertas merang.
3. Bak plastik perkecambahan.

Cara Kerja
A. Kecepatan Tumbuh
1. Benih kedelai lama dan baru dikecambahkan di bak plastik perkecambahan
yang berisi pasir.
2. Kecambah normal dihitung setiap hari sampai hari ke-7, kemudian dibuang.

B. Kekuatan Tumbuh dengan Uji NaCl


1. Substrat kertas merang terlebih dahulu direndam dalam larutan NaCl 0,25%
dan 0,50%
2. Benih kedelai baru dan lama ditanam di dalam substrat sebanyak 25 butir
3. Penilaiannya berdasar persen kecambah kuat, dihitung pada saat 4 x 24 jam
(hari keempat) sebagai pembanding dibuat kontrol (substrat dibasahi dengan
air).
C. Kekuatan Tumbuh dengan Uji PP (Paper Piercing)
1. Isi separuh bak plastik dengan media pasir lembab.
2. Tanam benih di atasnya, kemudian tutup dengan kertas filter.
3. Isi separuh bagian lagi dari bak plastik dengan pasir lembab.
4. Amati jumlah kecambah normal pada hari ke-7

Gambar 11. Pelembababan media kertas Gambar 12. Peletakan benih pada
perkecambahan dengan larutan NaCl media NaCl

27
DAFTAR PUSTAKA

BBPMBTPH. 2020. Penetapan berat 1000 butir benih [internet]. [diacu 2022 Agustus
8]. Tersedia dari http://bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id
/index.php/berita/541.

Ilyas S, Widajati E. 2015. Teknik dan prosedur pengujian mutu benih tanaman
pangan. Bogor. IPB Press.

ISTA. 1996. International Rules for Seed Testing, Rules 1996. International Seed
Testing Association (ISTA). Seed Science and Technology 24 (supplement).
Zurich, Switzerland.

ISTA (InternasionaI Seed Testing Association). 2017. International Rules for Seed
Testing 2017. The International Seed Testing Association. Switzerland (CH):
ISTA.

Saenong S. 1986. Kontribusi virgior awal terhadap daya simpan benih jagung (Zea
mays L.) Disertasi doktor. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor . 73hal.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. (Revisi ke-6). Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo
Persada.

Widayati, E. 2012. Metode Pengujian Mutu Benih. Dalam Dasar Ilmu dan Teknologi
Benih. Widayati, E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, dan A.
Qodir (Ed). IPB Press. 173 hal.

Sadjad, S., H. Suseno, S. S. Harjadi, J. Sutakaria, Sugiharso, Sudarsono. 1975. Dasar-


dasar Teknologi Benih. Biro Penataran IPB, Bogor.

Widajati, E., E. Murniati, E. R. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, A. Qadir. 2013.


Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press, Bogor.

28

Anda mungkin juga menyukai