Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PRAKTIK KERJA

PROCESS ENGINEERING
PT. KILANG PERTAMINA INTERNASIONAL
REFINERY UNIT III PLAJU – SUNGAI GERONG
(17 Juli 2023 – 18 Agustus 2023)

Disusun Oleh:
GENTA HUDA FAUZAN I0520037

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2024
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

Nama : Genta Huda Fauzan

NIM : I 0520037

Tempat Praktik Kerja : PT. Kilang Pertamina Internasional

Refinery Unit III Plaju - Sungai Gerong

Dosen Pembimbing : Inayati, S.T., M.T., Ph.D.

Surakarta,
Dosen Pembimbing

Inayati, S.T., M.T., Ph.D.


NIP. 197108291999032001

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA
PROCESS ENGINEERING
PT. KILANG PERTAMINA INTERNASIONAL
REFINERY UNIT III PLAJU – SUNGAI GERONG

Telah disetujui dan disahkan, laporan praktik kerja :

Nama : Genta Huda Fauzan


Nomor Induk Mahasiswa : I0520037
Program Studi : S-1 Teknik Kimia
Instansi : Universitas Sebelas Maret
Tempat Praktik Kerja : PT. Kilang Pertamina Internasional
Refinery Unit III Plaju - Sungai Gerong
Tanggal Pelaksanaan Praktik Kerja : 17 Juli 2023 - 18 Agustus 2023

Plaju, Agustus 2023


Mengetahui,

Lead of Process Engineering, Pembimbing Lapangan

Imam Nurhadi M. Probokusumo

iii
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING LAPANGAN

Nama : Genta Huda Fauzan


No. Induk Mahasiswa : I0520037
Praktik Kerja di Industri : PT. Kilang Pertamina Internasional
Refinery Unit III Plaju - Sungai Gerong
Tanggal Praktik Kerja : 17 Juli 2023 - 18 Agustus 2023
Pembimbing Lapangan : M. Probokusumo

Paraf
No. Tanggal Konsultasi
Mahasiswa Pembimbing

iv
Paraf
No. Tanggal Konsultasi
Mahasiswa Pembimbing

Dinyatakan selesai
Tanggal :
Pembimbing Lapangan

M. Probokusumo

v
LEMBAR KONSULTASI DOSEN PEMBIMBING
Nama : Genta Huda Fauzan
No. Induk Mahasiswa : I0520037
Praktik Kerja di Industri : PT. Kilang Pertamina Internasional
Refinery Unit III Plaju - Sungai Gerong
Tanggal Praktik Kerja : 17 Juli 2023 - 18 Agustus 2023
Dosen Pembimbing KP : Inayati, S.T., M.T., Ph.D.

Paraf
No Tanggal Konsultasi
Mhs Pembimbing

Dinyatakan selesai
Tanggal :
Dosen Pembimbing

Inayati, S.T., M.T., Ph.D.

NIP. 197108291999032001

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami
dapat menyelesaikan praktik kerja di PT. Kilang Pertamina Internasional Refinery
Unit III Plaju - Sungai Gerong sampai dengan selesainya penyusunan laporan ini.
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat kurikulum tingkat sarjana di
Program Studi Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta, maka kami
selaku mahasiswa mendapatkan kesempatan dalam praktik kerja ini untuk
menyelesaikan dan membandingkan antara ilmu yang telah diperoleh di perguruan
tinggi dan penerapannya di bidang industri yaitu industri oil and gas. Laporan ini
disusun berdasarkan hasil praktik kerja di PT. Kilang Pertamina Internasional
Refinery Unit III Plaju - Sungai Gerong dari tanggal 17 Juli – 18 Agustus 2023.
Selama melakukan praktik kerja, kami mendapat banyak
bimbingan,dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala rahmat, hidayah,
petunjuk, dan cinta kasih-Nya yang tiada henti kepada kami.
2. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penyusun.
3. Bapak M. Probokusumo dari pihak PT. Kilang Pertamina Internasional
Refinery Unit III Plaju - Sungai Gerong selaku Pembimbing Lapangan
Praktik Kerja atas penjelasan, bimbingan, dan arahan dalam pelaksanaan
praktik kerja dan penyusunan laporan.
4. Bapak Dr. Joko Waluyo, S.T., M.T. selaku Kepala Program Studi Sarjana
Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret.
5. Ibu Inayati, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja yang
telah memberikan bimbingan, doa, dan dukungannya.
6. Ibu Dr. Dwi Ardiana Setyawardhani, S.T., M.T., selaku Koordinator Praktik
Kerja Program Studi Sarjana Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret.
7. Seluruh pihak yang telah membantu kami selama melakukan kerja praktik
dan dalam penyusunan laporan ini.

vii
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk
menyempurnakan laporan ini.
Kami selaku penyusun memohon maaf kepada semua pihak apabila dalam
melakukan Praktik Kerja dan dalam penyusunan laporan ini terdapat kesalahan.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Agustus 2023

Penyusun

viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ................................................................................................. ii
Lembar Konsultasi................................................................................................... .iv
Kata Pengantar......................................................................................................... vii
Daftar Isi .................................................................................................................. .ix
Daftar Tabel ..............................................................................................................xi
Daftar Gambar ........................................................................................................ xii
Intisari .....................................................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………1
I.1 Sejarah Pabrik……………………………………………………...........1
I.2 Lokasi Pabrik……………………………………………………………3
I.3 Konsep ……...…………………………………………………………..5
I.4 Bahan Baku……………………………………………...……………...6
I.5 Produk ………………..…………………………………………...........8
I.6 Struktur Organisasi Perusahaan………………………….……….........12
I.7 Keselamatan dan Kesehatan Kerja…………………………………….18
BAB II. DESKRIPSI PROSES…………………………………………………20
II.1 Diagram Alir Proses……………………………………………….......20
II.2 Uraian Proses…………...……………………………………………...20
BAB III. SPESIFIKASI ALAT………………………………………………….34
III.1 Sistem Proses Crude Distiller dan Gas Plant (CD&GP)….…………...34
III.2 Sistem Proses Crude Distiller dan Light-Ends(CD-L)...….…………...36
BAB IV. UTILITAS…………………………………………………………......41
IV.1 Penyediaan Air…………………………………………………...........41
IV.2 Penyediaan Uap………………………………………………………..43
IV.3 Penyediaan Tenaga Listrik…………………………………………….44
IV.4 Penyediaan Udara Tekan..………………………………………….....44
IV.5 Penyediaan Sistem Bahan Bakar (Fule System)………………………45

ix
BAB V. PENGOLAHAN LIMBAH…………………………………………....46
V.1 Potensi Limbah………………………………………………………...46
V.2 Pengolahan Limbah…………………………………………………....48
BAB VI. LABORATORIUM…………………………………………………....50
VI.1 Laboratorium ……………….………………………………………....50
BAB VII. PENUTUP……………………………………………………………..53
VII.1 Kesimpulan……………………………………………………….........53
VII.2 Saran……………………………………………………………...........53
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………............53
TUGAS KHUSUS………………………………………………………………….....54

x
DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Sejarah PT Pertamina (Persero) RU III Plaju – Sungai Gerong .............. 2
Tabel I.2 Lokasi dan Luas Wilayah PT Pertamina (Persero) RU III ...................... 4
Tabel I.3 Persebaran Unit di PT. Pertamina (Persero) RU III ................................ 4
Tabel I.4 Umpan Unit Primary Process ................................................................. 7
Tabel I.5 Umpan Unit Secondary Process .............................................................. 7
Tabel I.6 Bahan Baku Penunjang ............................................................................ 8
Tabel I.7 Ringkasan Jenis Produk Petroleum ........................................................ 9
Tabel I.8 Komposisi Gas Kering dan Gas Campuran ........................................... 10
Tabel I.9 Data Komposisi Fuel Gas ..................................................................... 12
Tabel I.10 Data Komposisi Fuel Oil .................................................................... 12
Tabel III.1 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat di CD-II.................................. 34
Tabel III.2 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat di CD-III ................................ 35
Tabel III.3 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat di CD-IV ................................ 36
Tabel III.4 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat di HVU-II............................... 37
Tabel III.5 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat di RFCCU .............................. 38
Tabel III.6 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Reaktor di RFCCU ........................ 39
Tabel III.7 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Regenerator di RFCCU ................. 40

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Lokasi dan Tata Letak Pabrik .............................................................. 3


Gambar I.2 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) ..................................... 13
Gambar I.3 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III ......................... 14
Gambar I.4 Struktur Organisasi di Process Engineering (PE) .............................. 17
Gambar I.5 Struktur Organisasi Bagian CD&L .....................................................18
Gambar II.2 Diagram Alir Proses Pengolahan Crude Oil di Refinery Unit III Plaju
– Sungai Gerong .............................................................................. 20

xii
INTISARI

PT. Pertamina (Persero) berdiri pada tanggal 10 Desember 1950 yang


awalnya bernama Perusahaan Pertambangan Minyak Nasional (PT Permina).
Kemudian penggabungan antara PN Pertamin dengan PN Permina pada tahun
1968 menjadi PT Pertamina (Persero). Perusahaan ini bergerak dalam bidang
minyak dan gas bumi yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan
untuk meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat Indonesia. PT Pertamina sendiri memiliki enam unit pengolahan yang
tersebar di seluruhIndonesia, diantaranya yaitu RU II Dumai dan Sungai Pakning,
RU III Plaju dan Sungai Gerong, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI
Balongan, RU VII Kasim.
Salah satu Refinery Unit yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero)
adalah Refinery Unit III Plaju yang terletak di Palembang. Kilang minyak Plaju
didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1903. Kilang dengan kapasitas
produksi 100 MBCD (Million Barrel per Calendar Day) ini mengolah minyak
mentah yang berasal dari Prabumulih dan Jambi. Lalu pada tahun 1957, kilang
ini diambil alih oleh PT. Shell Indonesia dan pada tahun 1965 pemerintah
Indonesia mengambil alih kembali kilang Plaju ini dari PT. Shell Indonesia.
Kilang Sungai Gerong didirikan oleh STANVAC pada tahun 1926. Kilang yang
berkapasitas produksi 70 MBCD ini kemudian dibeli oleh PN Pertamina pada
tahun 1970. Dengan adanya penyesuaian terhadap unit yang masih ada, maka
kapasitas produksi kilang Sungai Gerong menjadi 25 MBCD.
Pertamina Refinery Unit III merupakan salah satu dari 6 (enam) Refinery
Unit PT Pertamina (Persero) dengan kegiatan bisnis utamanya berupa mengolah
minyak mentah atau crude oil dan mengolah produk intermediate (Alkylfeed,
HSDC, slop oil, LOMC, Long Residue, Raw PP) menjadi produk akhir yaitu
BBM (Premium, Kerosene, Solar, dan Fuel Oil), NBBM (LPG, Musicool, HAP,
LAWS, SBPX, LSWR), BBK (Avtur, Pertalite, Pertamax, Pertamax Racing)
dan produk-produk lainnya seperti LSFO dan Polypropylene (Polytam).

xiii
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Sejarah Pabrik


Perusahaan minyak dan tambang yang beroperasi di Indonesia pada awal
abad ke-20 sudah mencapai 18 perusahaan. Salah satunya ialah Nederlandsche
Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM). Pada tahun 1921, NKPM
menemukan Lapangan Talang Akar di Sumatera Selatan dan mendirikan Kilang
Sungai Gerong yang berlokasi di seberang Kilang Plaju milik Shell. Pada tahun
1965 pemerintah Indonesia mengambil alih Kilang Plaju dari Shell. Pada tahun
1973, kedua kilang ini mengalami proses integrasi. Sehingga, Kilang Plaju dan
Kilang Sungai Gerong dikenal dengan sebutan Kilang Musi. Kilang Musi berada
di bawah pengawasan PT Pertamina (Persero) RU III dan bertanggung jawab
dalam pengadaan BBM (Bahan Bakar Minyak) untuk wilayah Jambi, Sumatera
Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Setelah proses integrasi tersebut, PT Pertamina
(Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong melakukan Musi Refinery Project Phase 1
dengan membangun HVU-II dan revamping Crude Distillation Unit dan Fluid
Catalytic Cracking Unit untuk mengingkatkan kapasitas dan performa dari Kilang
Plaju dan Kilang Sungai Gerong. Setelah projek tersebut berhasil dilakukan PT
Pertamina melanjutkan projek dengan melaksanakan Musi Refinery Project Phase
II pada tahun 1992 dengan pembangunan Polipropilena Plant baru berkapasitas
45.200 ton/tahun dan proses revamping Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU).
Selain proses integrasi dan Musi Refinery Project PT Pertamina (Persero) RU III
Plaju-Sungai Gerong juga melakukan beberapa modifikasi yang secara lengkap
terdapat pada Tabel I.1 sebagai berikut:

1
Tabel I.1 Sejarah PT Pertamina (Persero) RU III Plaju – Sungai Gerong
(Pertamina, 2020)

Tahun Sejarah

1904 Kilang milik Shell didirikan di Plaju, dengan kapasitas 110 MBCD

1926 Kilang milik Stanvac didirikan di Sungai Gerong, dengan kapasitas 70


MBCD

1965 Kilang Shell di Plaju dibeli oleh PN Pertamin

1966 Seluruh properti Shell di Plaju dibeli oleh PN Pertamin

1968 PN Permina dan PN Pertamin melakukan merger, menjadi PN


Pertamina

1970 PN Pertamina membeli kilang milik Stanvac di Sungai Gerong

1972 Jalur pipa operasional kilang Plaju dan Sungai Gerong diintegrasikan

1982 Musi Refinery Project Phase I berlangsung, berupa pembangunan


HVU-II dan revamping CDU dan FCCU

1983 PTA Plant dibangung, berkapasitas 150.000 TPY

1992 Musi Refinery Project Phase II berlangsung, berupa pembangunan PP


Plant baru berkapasitas 45.200 ton/tahun, dan revamping FCCU

2002 Jembatan Integrasi dibangun

2003 Pertamina berubah status hukumnya menjadi PT Pertamina (Persero)

2015 Proyek UU 32 dan berbagai proyek lainnya sesuai rencana dan


perubahan RDMP 2015 dilaksanakan

2020 PT Pertamina (Persero) melakukan restrukturisasi dan transformasi


organisasi menjadi Holding BUMN Migas

2
I.2 Lokasi Pabrik
PT Pertamina (Persero) RU III berada di Provinsi Sumatera Selatan,
tepatnya di Plaju dan Sungai Gerong. RU III terbagi menjadi dua kilang, yaitu
kilang Plaju dan Kilang Sungai Gerong. Kedua kilang ini dipisahkan oleh Sungai
Komering yang merupakan anak Sungai Musi. Pada tahun 2003, PT Pertamina
(Persero) RU III membangun jembatan yang menghubungkan Kilang Plaju dan
Kilang Sungai Gerong untuk transportasi antar kilang. PT Pertamina (Persero) RU
III memiliki lokasi seluas 921 Ha (di luar terminal P. Sambu dan T. Uban).
Kilang Plaju terletak di sebelah barat Sungai Komering dan di sebelah
utara berbatasan dengan Sungai Musi. Sedangkan Kilang Sungai Gerong terletak
di kabupaten Musi Banyuasin.. Peta lokasi PT Pertamina (Persero) Refinery Unit
III antara dua kilang tersebut (Kilang Plaju dan Kilang Sungai Gerong) dapat
dilihat pada Gambar I.1.

Gambar I.2 Lokasi dan Tata Letak Pabrik (Pertamina, 2020)


Luas wilayah kerja PT Pertamina (Persero) RU III sebesar 1812,6 ha,
sedangkan luas wilayah efektifnya sebesar 921,02 Ha yang terletak pada 7 tempat
lokasi meliputi area pekantoran yang dapat dilihat pada Tabel I.2

3
Tabel I.2 Lokasi dan Luas Wilayah PT Pertamina (Persero) RU III
(PT Pertamina, 2009)

No. Tempat Luas (Ha)

1. Area perkantoran dan kilang Plaju 229.6

2. Area kilang Sungai Gerong 153.9

3. Pusdiklat fire and safety 34.95

4. RDP dan Lap. Golf Bagus Kuning 51.4

5. RDP Kenten 21.2

6. Lap. Golf Kenten 80.6

7. RDP Plaju, Sungai Gerong dan 3 Ilir 343.97

Total 921.02
Sedangkan pembagian unit-unit proses yang ada di PT Pertamina (Persero)
RU III dapat dilihat pada Tabel I.3 berikut:

Tabel I.3 Persebaran Unit di PT. Pertamina (Persero) RU III

Kilang Wilayah Unit

Plaju Kilang Utara Crude distiller unit II (CDU II), CDU III, CDU IV

Plaju Kilang Tengah CDU V, stabilizer C/A/B, straight run main gas
compressor (SRMGC)

Plaju Kilang Selatan Butane butylene motor gas compressor (BBMGC),


BB distiller, BB treater, unit polimerisasi, unit
alkilasi, gas plant, dan storage & blending
musicool

Sungai Sungai CDU VI, , high vacuum unit II (HVU II), RFCCU,
Gerong Gerong stabilizer III, caustic treater unit, dan merichem
treater

4
I.3 Konsep
Minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks yang tersusun
dari berbagai senyawa hidrokarbon. Minyak mentah akan mengalami sejumlah
proses yang akan memurnikan dan mengubah struktur dan komposisinya sehingga
diperoleh produk yang bermanfaat. Secara garis besar, proses yang berlangsung
di dalam kilang minyak dapat digolongkan menjadi 5 bagian, yaitu :
(i) Proses Distilasi
Proses distilasi adalah proses penyulingan berdasarkan perbedaan titik
didih; Proses ini berlangsung di kolom distilasi atmosferik dan kolom destilasi
vakum.
(ii) Proses Konversi
Proses konversi adalah proses untuk mengubah ukuran dan struktur
senyawa hidrokarbon. Termasuk dalam proses ini adalah :
a) Dekomposisi, dengan cara perengkahan termal dan katalis (thermal and
catalytic cracking)
b) Unifikasi, melalui proses alkilasi dan polimerisasi
c) Alterasi, melalui proses isomerisasi dan catalytic reforming
(iii) Proses Pengolahan (Treating)
Proses pengolahan (treating) dimaksudkan untuk menyiapkan fraksi-
fraksi hidrokarbon untuk diolah lebih lanjut, juga untuk diolah menjadi produk
akhir.
(iv) Formulasi dan Pencampuran (Blending)
Formulasi dan pencampuran yaitu proses pencampuran fraksi-fraksi
hidrokarbon dan penambahan bahan aditif untuk mendapatkan produk akhir
dengan spesifikasi tertentu.
(v) Proses Lainnya
Proses lainnya antara lain meliputi: pengolahan limbah, proses
penghilangan air asin (sour-waterstripping), proses pemerolehan kembali sulfur
(sulphur recovery), proses pemanasan, proses pendinginan, proses pembuatan
hidrogen, dan proses-proses pendukung lainnya.

5
I.4 Bahan Baku
Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong, mengolah bahan baku minyak
mentah yang berasal dari berbagai daerah, terutama dari daerah Sumatera Bagian
Selatan (Sumbagsel). Transportasi minyak mentah ke kilang dilakukan melalui
dua cara, yaitu melalui sistem perpipaan dan sebagian besar menggunakan kapal
tanker. Jalur penyaluran minyak mentah tersebut adalah sebagai berikut :
a) Minyak mentah yang dikirim melalui sistem perpipaan adalah :
- South Palembang District (SPD) dari DOH Prabumulih
- Talang Akar Pendopo Oil (TAP) dari DOH Prabumulih
- Jambi Asphalitic Oil (Paraffinic Oil)
- Jene
- Ramba Crude Oil (RCO) dari DOH Jambi
b) Minyak mentah yang dikirim menggunakan kapal tanker adalah :
- Geragai Crude Oil (GCO) dari Santa Fe, Jambi,
- Bula/Klamono (BL/KL) dari Irian Jaya,
- Kaji Semoga Crude Oil (KSCO),
- Sepanjang Crude Oil (SPO),
- Sumatera Light Crude (SLC), dan
- Duri Crude Oil (DCO).
Setiap minyak mentah dari sumber yang berbeda tersebut akan ditampung
dahulu di dalam tangki penampungan. Minyak mentah tersebut seringkali masih
mengandung kadar air yang cukup tinggi, baik dalam bentuk emulsi maupun air
bebas. Adanya kandungan air dapat menyebabkan gangguan dalam unit-unit
pengolahan sehingga sebelum dimasukkan ke dalam unit CD, minyak mentah harus
dipisahkan dari air terlebih dahulu. Spesifikasi minyak mentah yang boleh
diumpankan ke dalam unit CD adalah di bawah 0,5%-vol. setelah memiliki
kandungan air yang sesuai spesifikasi, minyak mentah dapat diumpankan ke dalam
CD. Setiap CD didesain untuk mengolah minyak mentah dengan spesifikasi
tertentu, bergantung komposisi dan sifat minyaknya. Pada Tabel I.4 dan Tabel I.5
ditunjukkan jenis umpan yang masuk ke dalam unit pengolahan pertama (primary
process) dan unit pengolahan lanjut (secondary process).

6
Tabel I.4 Umpan Unit Primary Process
Unit Kapasitas Pengolahan Sumber Minyak Bumi
CD II 16,2 MBCD Kaji, Jene, SPD, TAP
CD III 30,0 MBCD Ramba, Kaji, Jene
CD IV 30,0 MBCD Ramba, Kaji, Jene
CD V 35,0 MBCD SPD, TAP
CD VI 15,0 MBCD Geragai, Bula, Klamono

Tabel I.5 Umpan Unit Secondary Process


Unit Sumber Minyak Bumi
HVU Long Residue
RFCCU MVGO (Medium Vacuum Gas Oil),
HVGO (High Vacuum Gas Oil), dan
Long Residue
BB (Butane-Butilene) Distiler Unstab crack, Compromate,
Condensate Gas, dan Residual Gas
Stabilizer C/A/B SR-Tops (Straight Run-Tops)
Unit Polimerisasi Fresh BB (Butane Butylene)
Unit Alkilasi Fresh BB dari BB Distiler
Kilang Polypropylene Raw PP (Propane-Propylene) dari
RFCCU (Riser Fluid Catalytic
Cracking Unit)

Selain bahan baku utama, proses pengolahan juga membutuhkan bahan-


bahan penunjang lain, seperti bahan bakar, ko-katalis, katalis, solvent, dan bahan
aditif yang mendukung proses pengolahan bahan baku. Bahan-bahan penunjang
yang digunakan di PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong ditunjukkan pada
Tabel I.6

7
Tabel I.6 Bahan Baku Penunjang
Bahan Unit Fungsi
H2SO4 Alkilasi Katalis
NaOH BB Treating & Proses treating untuk
Caustic Treating menghlangkan senyawa
belerang
Silika Alumina RFCCU Katalis Cracking
Titanium Catalyst Polypropylene Katalis Katalis
Tri Ethyl Amunumium Polypropylene Ko-katalis
CMMS Polypropylene Katalis adjuvant
Hexane Polypropylene Pelarut katalis
DEA Polypropylene Ekstraktor pada purifikasi
raw propane, propilen
AE-stab, AH-stab, AI- Polypropylene Stabilizer additive
stab, SB-Stab, SC-stab
Gas N2 Polypropylene Off gas, carrier gas
Fuel oil, Fuel gas Semua Unit Bahan bakar untuk
pembakaran di unit furnace

I.5. Produk
Petroleum memiliki komposisi dan sifat yang sangat beragam baik dari
sumber yang berbeda maupun dari sumber eksplorasi yang sama karena
dipengaruhi komposisi hidrokarbon yang terdapat pada petroleum tersebut. Secara
garis besar, produk-produk hasil pengilangan minyak bumi dapat digolongkan
menurut batasan jumlah karbon dan titik didih seperti tertera pada Tabel I.7

8
Tabel I.7 Ringkasan Jenis Produk Petroleum
(PT Pertamina, 2020)
Karbon Karbon Titik Didih Titik Didih
Komponen
terendah tertinggi terendah (°C) tertinggi (°C)
Refinery Gas C1 C4 -161 -1
Liquefied
C3 C4 -42 -1
Petroleum Gas
Nafta C15 C17 36 302
Gasoline C4 C12 -1 216
Kerosin C8 C16 126 287
Aviation Turbin
C8 C16 126 287
Fuel
Fuel Oil C12 >C20 216 421
Lubricating Oil >C20 >343
Wax C17 >C20 302 >343
Aspal >C20 >343
Coke >C50 >1000

(i) Petroleum Gas


Gas yang dihasilkan dari proses pengilangan minyak bumi tersusun
dengan komponen terbesar adalah hidrokarbon C4 atau C5 yang teruapkan 22
sebagian pada temperatur ambien dan tekanan atmosfer. Gas dapat terbentuk dari
reservoir bawah pada saat eksplorasi minyak mentah atau sebagai hasil samping
proses pengilangan. Petroleum gas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Gas alam meliputi gas kering dan gas campuran
Gas alam merupakan petroleum gas yang dihasilkan pada saat proses
eksplorasi minyak mentah atau dihasilkan di tambang gas alam. Gas alam
ditemukan dalam sumber minyak bumi sebagai gas bebas (associated gas),
sebagai larutan dalam minyak mentah (dissolved gas) atau dalam sumber yang
hanya memiliki sedikit (atau tidak ada) minyak bumi yang disebut
unassociated gas. Komponen penyusun utamanya adalah metana, etana,

9
propana, dan butana, nitrogen, karbondioksida dan hidrogen sulfida. Jenis gas
alam bervariasi tergantung dari komposisi penyusunnya. Gas kering (dry gas)
memiliki komposisi etane, propane, dan butane yang sangat kecil bila
dibandingkan dengan gas campuran yang komposisi ketiga hidrokarbon
tersebut cukup besar. Berikut komposisi gas kering dan gas campuran pada
gas alam.
Tabel I.8 Komposisi Gas Kering dan Gas Campuran
Komposisi Gas Kering (%) Gas Campuran (%)
CH4 81,76 66,8
C2H6 2,73 19,4
C3H8 0,38 9,1
C4H10 0,13 3,5
C5H12 0,17 -
CO2 0,87 -
N2 13,96 -
He <0,01 -

b) Gas Refinery
Gas refinery adalah gas sisa proses dalam pabrik pencairan gas ataupun dari
kilang minyak. Gas tersebut biasanya hanya digunakan sebagai fuel gas untuk
bahan bakar boiler maupun furnace.
c) Propana dan Butana (LPG)
Propana dan butana merupakan bahan bakar tercairkan (LPG) dengan
komponen utama campuran propana, butana, iso-butana, sedikit propilena atau
butilena dan tidak mengandung gas toksik. Istilah LPG merujuk kepada
hidrokarbon jenis tertentu dan campurannya yang ada dalam fasa gas pada
kondisi atmosfer namun bisa dikonversi menjadi fasa cair pada tekanan
sedang dan temperatur ambien. Spesifikasi propane komersial:
- Total kandungan C2 tidak lebih dari 5% mol.
- Total etilena tidak lebih dari 1% mol.
- Total C4 dan lebih tidak boleh lebih dari 10% mol.

10
- Total C5 atau lebih tidak lebih dari 2% mol.
- Tekanan uap pada 45°C tidak lebih dari 17,9 kgf /cm2.
- Kandungan sulfur tidak lebih dari 0,02% mol.
- Total sulfur merkaptan tidak lebih dari 92 mg/m 3.
- Hidrogen sulfida tidak terdeteksi.
- Total asetilena tidak lebih dari 2% mol.
- Limit flammability 2,4% (v/v) di udara.
Spesifikasi butana komersial:
- 95% (v/v) bahan dapat diuapkan pada 2,2°C atau kurang.
- Tekanan uap pada 45°C tidak lebih dari 5,9 kgf/cm2.
- Kandungan diena total tidak lebih dari 10% mol.
- Kandungan sulfur tidak lebih dari 0,02% mol.
- Total sulfur merkaptan tidak lebih dari 92 mg/m 3.
- Hidrogen sulfida tidak terdeteksi 24.
- Total asetilena tidak lebih dari 2% mol.
Campuran propana dan butana komersial diproduksi untuk memenuhi kriteria
seperti volatilitas, tekanan uap, specific gravity, komposisi hidrokarbon, sulfur
dan senyawanya, korosi tembaga, residu, dan kandungan air.
(ii) Komposisi Crude Oil
Minyak bumi atau crude oil merupakan salah satu sumber energi
utama yang hingga saat ini masih sering digunakan, baik oleh industri maupun
masyarakat umum. Crude oil harus dimurnikan melalui proses refinery untuk
menjadi produk siap pakai. Crude oil memiliki peran penting dalam kelangsungan
hidup manusia sehingga perlu untuk selalu dikembangkan sehingga mampu
memaksimalkan fungsinya agar lebih efisien. Crude oil yang diolah oleh PT.
Kilang Pertamina Internasional RU III Plaju-Sungai Gerong, memiliki komposisi
sebagai berikut :

11
Tabel I.9 Data Komposisi Fuel Gas
(PT Pertamina,2020)
Komposisi Fuel Gas Rumus %Volume
Metana CH4 84.23
Etana C2H4 6.48
Propana C3H6 1.45
i-butana i-C4H10 0.31
n-butana n-C4H10 0.26
i-pentana i-C5H12 0.1
n-pentan n-C5H12 0.04
hexane C6H14 0.01
CO2 CO2 5.1
Nitrogen N2 2.02
Total 100

Tabel I.10 Data Komposisi Fuel Oil


(PT Pertamina,2020)
Komponen %Berat
C 87,50
H 12,33
S 0,17
Total 100

I.6 Struktur Organisasi Pabrik


(i) Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero)
PT Pertamina (Persero) dipimpin oleh seorang Presiden Direktur dan CEO
yang membawahi lima (5) direktur yang membawahi beberapa bidang. Direktur
tersebut adalah Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha, Direktur
Keuangan, Direktur SDM, Direktur Logistik & Infratruktur, dan Direktur

12
Penunjang Bisnis. Struktur organisasi PT Pertamina (Persero) disajikan pada
Gambar I. 2.

Gambar I. 3 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero)


(PT Pertamina, 2020)

(ii) Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III


Sistem organisasi di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju didasarkan pada
surat keputusan Direksi Pertamina No. Kpts 007/C0000/99-SO tanggal 13 Januari
1999, dimana General Manager PT Pertamina (Persero) RU III Plaju langsung
membawahi beberapa manajer yang mempunyai tugas dan fungsi sesuai dengan
bidang-bidang yang ada di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju. Struktur
organisasi PT Pertamina (Persero) RU III disajikan pada gambar I. 3.

13
Gambar I. 4 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III
(PT. Pertamina, 2020)

Tugas atau tanggung jawab dari masing-masing bidang yang ada di PT


Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong antara lain, yaitu:
a) Production
Bidang ini bertugas untuk menyelenggarakan (operator) pengolahan minyak
mentah (crude) menjadi produk BBM dengan biaya ekonomis. Manajer di
bidang ini membawahi section head dari 6 unit produksi antara lain, crude
distiller & gas plant (CD&GP), crude distiller & light end (CD&L),
polypropylene, Utilitas, oil movement, dan laboratorium.
b) Refinery Planning and Optimization
Bidang ini bertugas merencanakan pengolahan untuk mencari gross-margin
sebesar-besarnya, menyiapkan atau menyajikan perspektif keekonomian
kilang, serta mengembangkan perencanaan yang dapat memaksimumkan
pendapatan berdasarkan pasar dan kondisi kilang. Manajer di bidang ini
membawahi tiga section head antara lain, supply chain & distribution, refinery
planning, dan budget & planning.

14
c) Maintenance Planning and Support
Bidang ini menjaga peralatan kilang yang tersedia dalam jangka waktu
tertentu agar proses pengolahan berjalan lancar dan target pengolahan dapat
tercapai dengan cara memperbaiki secepat mungkin peralatan operasi dan
melakukan pekerjaan terencana untuk Turn Around. REIE, SSIE, EIIE,
Planning & Schedulling, dan Workshop termasuk bagian bidang ini juga.
d) Maintenance Execution
Maintenance execution berperan untuk melaksanakan program pemeliharaan
yang telah direncanakan oleh MPS, Reliability, dan Turn Around serta
mengeksekusi maintenance harian. Manajer di bidang ini membawahi
langsung bagian MA-I, MA-II, dan MA-III.
e) Health, Safety, and Environmental
PT Pertamina (Persero) RU III Plaju melindungi keselamatan, kesehatan, dan
lingkungan kerja karyawan–karyawannya melalui unit HSE. Unit ini
melaksanakan tugasnya berdasarkan UU No.1/1970 tentang keselamatan
karyawan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja. Fungsi lainnya
yaitu sebagai pengelola lingkungan hidup.
f) Engineering and Development
Bidang ini bertugas untuk melakukan pengembangan kilang demi
menghasilkan produk yang bernilai jual dengan modifikasi pada proses
sehingga dihasilkan kondisi operasi yang lebih efisien dan ekonomis. Manajer
di bidang ini membawahi 4 bagian bidang antara lain, lead of project
engineering, project engineering section head, energy conservation lost
control section head, dan quality management & procedure.
g) General Affairs and Legal
General fffairs membidangi public relation, sedangkan legal memiliki peran
untuk melakukan pengamanan aset-aset yang dimiliki oleh kilang, perijinan,
pengkajian Undang-Undang, serta menganalisa peraturan.
h) Reliability
Bidang ini bertugas untuk melihat kehandalan instrumen kilang, sebelum
direncanakan untuk maintenance dan setelahnya.

15
i) Procurement
Kegiatan utama dari bidang procurement adalah inventory controlling
(pengendalian persediaan), purchasing (pengadaan material), contract officer
(kontrak jasa), dan terakhir service and warehousing.
j) OPI (Operational Performance Improvement)
OPI diadakan untuk memberi pelatihan untuk meningkatkan performance
pekerja serta untuk merubah budaya kerja yang tidak baik, dan menjaga
sustainability dari improvement yang sudah terlaksana.
k) Turn Around
Turn Around (TA) adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dalam skala
besar (extraordinary maintenance activities). TA harus dilakukan secara
berkala (3 sampai dengan 4 tahun) dimana hanya dapat dilaksanakan pada saat
unit dalam keadaan berhenti operasi.

(iii) Struktur Organisasi Process Engineering (PE)


Process engineering dipimpin oleh seorang process engineering
Section Head, dan terletak di bawah pengawasan langsung manajer engineering &
development. Tugas process engineering adalah sebagai berikut :
a) Melakukan studi-studi untuk pengembangan kilang RU III.
b) Melakukan sourcing bahan-bahan kimia dan katalis baru.
c) Bekerjasama dengan bagian operasi dalam menyelesaikan masalah teknis dan
harian yang bersifat kontinu (bukan sekedar masalah harian).
d) Memberikan pengarahan serta saran kepada bagian operasi untuk melakukan
perbaikan atau perubahan agar dapat mencapai kondisi proses yang optimum.
e) Melakukan modifikasi pada proses sehingga dihasilkan kondisi operasi yang
lebih efisien dan ekonomis.

16
Gambar I. 5 Struktur Organisasi di Process Engineering (PE)
(PT. Pertamina, 2017)

(iv) Struktur Organisasi CD&L (Crude Distillation and Light End)


PT Pertamina (Persero) RU III Plaju dipimpin oleh seorang General
Manager, dibawahnya ada Manajer Kilang yang membawahi beberapa
fungsi. Salah satu fungsi tersebut adalah fungsi Produksi-I yang dipimpin
oleh seorang Manajer Produksi-I. Bagian CD&L berada dibawah fungsi
Produksi yang dipimpin oleh seorang Kepala Bagian (Section Head), yang
dalam kegiatannya dibantu oleh Administration Clerk, Senior Supervisor
CLE dan CD. Dibawahnya adalah Shift Supervisor (Kepala Jaga) Gas Plant,
FCCU, CD-VI, HVU-II serta Supervisor CD dan HVU. Setelah itu ada
beberapa Panelman LE & MER., FCCU, HVU, dan CD-VI. Selain itu
terdapat pula operator, field operator, assistant untuk material & data
supporting dan facility & quality. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar struktur organisasi berikut ini:

17
Gambar I. 5 Struktur Organisasi Bagian CD&L (PT. Pertamina, 2017)

I.7 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tugas PE adalah melakukan monitoring dan problem solving terhadap
operasional kilang. PE juga bertugas untuk melakukan improvement dan inovasi
pada proses sehingga dapat meningkatkan efisiensi, menambah margin, maupun
memperbaiki kualitas produk serta melakukan inovasi terhadap pentaatan
peraturan terkait aspek Health, Safety, Security, and Environment (HSE), tugas
yang dilakukan meliputi:
a) Melakukan studi yang bertujuan untuk pengembangan kilang RU III.
b) Melakukan sourcing yang meliputi bahan-bahan kimia serta katalis-katalis
baru.
c) Menyelesaikan masalah-masalah teknis harian yang bersifat kontinu (bukan
sekedar masalah harian) bersama-sama dengan bagian operasi dan memberikan
pengarahan serta saran pada bagian operasi dalam pengoperasian kilang.
d) Melakukan modifikasi proses sehingga dapat dihasilkan kondisi operasi yang
optimum, efisien, serta ekonomis.

18
e) Melakukan kajian analisa bahaya proses yang berkaitan dengan operasional
kilang dan improvement terkait pemenuhan aspek HSE.
Untuk mengawasi dan memberi saran terkait penerapan aspek-aspek K3
dalam kegiatan operasional, Pertamina RU III membentuk sebuah badan
pengawas berupa Tim Panitia Pembina Kesehatan Keselamatan kerja (P2K3) yang
juga berfungsi sebagai HSSEQ Committee. HSSEQ Committee beranggotakan 28
orang, yang berasal dari manajemen Pertamina RU III, perwakilan Serikat Pekerja
dan Section Head Pertamina RU III. HSSEQ Committee mengadakan pertemuan
minimal setiap satu kali per triwulan untuk membahas hal-hal yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, lingkungan, mutu dan keamanan. HSSEQ Committee
juga membahas berbagai isu terkait kesehatan dan keselamatan kerja yang
diangkat baik oleh pekerja maupun oleh pemangku kepentingan lainnya. Seluruh
pekerja tetap Pertamina RU III terwakilkan dalam HSSEQ Committee.
……………………………………………..

19
BAB II DESKRIPSI PROSES

II.1 Diagram Alir Proses


Berikut adalah proses pengolahan crude oil di Refinery Unit III Plaju-Sungai
Gerong :

Gambar II. 1 Diagram Alir Proses Pengolahan Crude Oil di Refinery Unit III
Plaju-Sungai Gerong (PT Pertamina RU III, 2017)

II.2 Uraian Proses


(i) Primary Process
Proses primer ialah proses pemisahan komponen minyak mentah yang
dilakukan secara fisik. Pada tahap ini, minyak mentah dipisahkan menjadi fraksi-
fraksinya dengan menggunakan proses distilasi. Unit operasi yang digunakan pada
proses ini adalah Crude Distiller (CD) II, III, IV, dan V. Residu hasil pemisahan
dari unit CD II, III, IV, dan VI dipisahkan lagi di High Vacuum Unit (HVU) II,
sedangkan slop oil (minyak sisa yang tidak memenuhi standar atau off spec)
diolah di CD VI sebagai injeksi feed. Berikut deskripsi proses pada tiap CDU
yang ada di Refinery Unit III Plaju-Sungai Gerong :

20
a) Crude Distiller Unit II (CD-II)
CDU II mengolah crude oil yang berasal dari lapangan minyak di area
sumatera bagian selatan maupun crude oil yang berasal dari daerah lain yang
dikirim dengan menggunakan kapal. Crude oil yang diolah bisa berupa single
maupun campuran berbagai crude atau disebut cocktail crude sehingga crude
tersebut dapat diolah di CDU II. Pada CDU II terdapat 1 kolom evaporator dan
5 kolom fraksionator. Crude oil dari tangki penyimpanan akan dipompa masuk
menuju heat exchanger (HE6-5/6, HE6-7, dan HE6-1/2/3/4) sebelum
memasuki furnace agar meringankan beban furnace. Setelah itu, akan
dipanaskan di dalam furnace sampai suhu 255ºC dan masuk ke dalam kolom
evaporator untuk menguapkan fraksi ringan agar pemisahan di kolom distilasi
lebih baik. Produk atas dari evaporator akan menjadi feed untuk kolom distilasi
I sedangkan produk bawah evaporator akan menjadi feed untuk kolom distilasi
IV. Feed dari hasil atas evaporator akan masuk pada kolom distilasi I pada tray
10. Hasil atas dari kolom distilasi I akan diumpankan masuk ke dalam kolom
distilasi V. Sementara itu produk bawah akan masuk sebagai bahan light gas
oil stripper dimana hasil bawah dari stripper menjadi produk LCT setelah
didinginkan terlebih dahulu di cooler Sedangkan produk atas stripper masuk ke
kolom distilasi IV. Produk bawah evaporator selanjutnya dipompakan dan
dipanaskan di furnace II hingga mencapai temperatur 335℃ dan masuk kolom
distilasi IV pada tray 4. Side stream produk pada tray 11 masuk ke stripper.
Produk atas kolom distilasi IV didinginkan dengan heat exchanger dan
dikondensasikan dengan kondensor lalu ditampung di akumulator lalu
dipompakan menuju kolom distilasi IV pada tray 16 sebagai refluks dan
sebagian lagi dikembalikan ke kolom distilasi I pada tray 16. Produk bawah
kolom distilasi IV dipompakan untuk didinginkan menggunakan HE dan box
cooler yang menjadi produk long residue untuk feed HVU. Selanjutnya pada
kolom distilasi II akan memproduksi LKD dan refluks kolom I. Produk atas
kolom distilasi II masuk ke akumulator sebagai refluks kolom distilasi II
setelah dikondensasikan terlebih dahulu dalam kondensor. Refluks sebagian

21
masuk kolom distilasi I pada tray 13 dan sebagian lagi dikembalikan ke kolom
distilasi II. Produk bawah kolom distilasi II didinginkan dengan cooler dan
dipompakan menjadi produk LKD.
b) Crude Distiller Unit III (CD-III)
Umpan masuk CD III berupa campuran Jene Crude Oil, Ramba Crude Oil,
dan SLC Crude Oil. CD-III memiliki kapasitas 4000 ton/hari. Unit ini terdiri
dari tiga kolom distilasi dan satu stabilizer yang bekerja pada kondisi masing-
masing. Sebelum diproses, dilakukan peningkatan temperatur umpan (pre-heat)
dengan delapan buah heat exchanger. Umpan pertama kali masuk ke stabilizer
1-4. Produk atas stabilizer 1-4 didinginkan sehingga terbentuk dua fasa, yaitu
cair dan gas. Aliran fasa cair dibagi dua, sebagian masuk kembali ke Stabilizer
1-4 sebagai reflux dan sebagian sebagai produk Crude Butane. Fasa gas
sebagai produk, dialirkan ke unit SRMGC. Produk bawah stabilizer 1-4 masuk
sebagai umpan kolom I-1. Reboiling pada stabilizer 1-4 dilakukan
menggunakan furnace I (F1 C1).
Produk atas kolom I-1 sebagian menjadi umpan kolom I-3 dan sebagian
dikembalikan sebagai reflux. Side stream kolom I-1 masuk ke side stripper 2-5.
Dari side stripper sebagian keluar sebagai produk berupa Naphta III dan TOP
masuk kembali ke kolom I-1. Reboiling pada kolom I-1 dilakukan oleh furnace
I. Produk bawah kolom ini sebelum masuk sebagai umpan kolom I-2
dipanaskan oleh furnace II yang juga merupakan reboiler kolom I-2.
Produk atas kolom I-3 didinginkan dan dimasukkan ke tangki akumulator
8-3. Dari tangki ini sebagian dikeluarkan sebagai produk SR tops dan sebagian
sebagai gas. Produk atas kolom I-2 didinginkan dan kemudian ditampung pada
tangki akumulator 8-2. Dari tangki akumulator 8-2 aliran dibagi menjadi dua.
Aliran pertama dikembalikan sebagai reflux dan aliran lainnya sebagai produk
LKD. Pada kolom I-2 ini terdapat 3 aliran side stream yang masing-masing
mengalami 2 proses pendinginan dan masing-masing menghasilkan produk.
Aliran side stream kolom I- 2 paling atas berupa heavy kerosene distillate
(HKD), light cold test gas oil (LCT) dan heavy cold test gas oil (HCT). Produk
bawah kolom I-2 ini menghasilkan long residue yang dikirim ke high vacuum

22
unit (HVU). Reboiling kolom I-2 dilakukan menggunakan furnace II
c) Crude Distiller Unit IV (CD-IV)
Unit CD IV menggunakan umpan Ramba Karam, Arjuna, dan Grisik.
crude distiller IV sebenarnya mempunyai prinsip dan cara kerja yang sama
seperti CD III namun terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut yaitu
produk bawah stabilizer umpan kolom (1-1) dipanaskan terlebih dahulu dalam
furnace 2.
d) Crude Distiller Unit V (CD-V)
Umpan dari unit ini adalah minyak mentah yang berasal dari South
Palembang District (SPD) dan Talang Akar Pendopo (TAP). Unit ini
mengolah minyak mentah sehingga menghasilkan beberapa produk. Crude
distiller V didirikan pada tahun 1938 dan dilakukan revamping pada tahun
1984 untuk meningkatkan efesiensinya. Sama seperti CD yang lain, CD V
digunakan untuk mengolah minyak mentah menjadi fraksi–fraksinya. Umpan
yang masuk ke unit ini adalah minyak mentah yang berasal dari SPD, TAP,
Ramba, dan Jene. Kapasitas pengolahan unit ini adalah sebesar 32 MBCD.
Minyak mentah dari tangki R dibagi menjadi dua aliran. Aliran pertama
dibagi kembali menjadi dua aliran dan mengalami sejumlah pemanasan
kemudian masuk ke dalam kolom flash dengan kondisi operasi yang telah di
desain. Fasa gas dari kolom flash masuk sebagai umpan kolom 1-1 pada tray
10 dan fasa cairnya dipanaskan menggunakan furnace F-2C1 dan masuk juga
sebagai umpan pada tray 6. Aliran kedua dari tangki R dipanaskan pada
preheater dan furnace. Setelah mengalami pemanasan aliran digabungkan
dengan aliran fasa cair keluaran kolom flash sebagai umpan kolom 1-1.
Produk atas kolom 1-1 masuk ke kolom 1-3 sebagai umpan. Side stream
kolom 1-1 yang keluar dari tray 30 dipompa dan didinginkan untuk kemudian
dikembalikan sebagai inter volume reflux (pump around). Side stream dari tray
20 masuk ke side stripper 2-2. Fasa gas dikembalikan ke kolom 1-1 sebagai
refluks, sedangkan fasa cair didinginkan sebagai produk LKD. Produk bawah
kolom 1-1 dipanaskan oleh furnace F2C2 dan dialirkan sebagai umpan kolom
1-2. Produk atas kolom 1-3 dikondensasikan dan masuk ke tangki akumulator

23
8-2. Gas yang tidak terkondensasikan dijadikan sebagai produk gas, sedangkan
sebagian kondensat direfluks dan sebagian dipompakan sebagai umpan kolom
1-4. Side stream kolom ini masuk ke side stripper 2-4. Fasa gas dikembalikan
ke kolom dan fasa cair didinginkan kemudian dijadikan produk Naphta II.
Produk bawah kolom 1-3 didinginkan sebaagi produk Naphta IV.
Produk atas kolom 1-2 2 ditampung pada tangki akumulator kolom
8-3 dan dijadikan produk HKD. Side stream yang keluar dari tray 3-2
didinginkan dan sebagian dikembalikan sebagai reflux dan sebagian menjadi
produk BGO (Bandung gas oil) atau SGO (special gas oil). Side stream yang
keluar dari tray 24 masuk ke side stripper 2-1. Fasa gas direfluks kembali dan
fasa cair didinginkan sebagai produk LCT. Side stream yang keluar dari tray
17 masuk ke side stripper 2-3. Fasa gas direfluks kembali dan fasa cair
didinginkan sebagai produk HCT. Produk bawah didinginkan dengan
sejumlah heat exchanger dan dijadikan long residue, sebagian masuk HVU,
sebagian sebagai (low sulphuric waxy residue) LSWR. Produk atas kolom 1-4
dikondensasi. Produk yang tidak terkondensasi dijadikan produk gas untuk
kemudian masuk SRMGC, sedangkan kondensat sebagian dikembalikan ke
kolom 1- 4 dan sebagi dijadikan produk SR TOP. Produk bawah dijadikan
produk Naphta I.
(ii) Secondary Process
Proses sekunder melibatkan terjadinya perubahan struktur kimia dari
suatu senyawa. Proses yang bertujuan untuk mengolah fraksi-fraksi dari hasil
proses primer ini meliputi dekomposisi molekul (cracking), kombinasi
molekul (polimerisasi dan alkilasi) dan perubahan struktur molekul
(reforming). Unit-unit yang beroperasi pada proses ini adalah FCCU (fluid
catalytic cracking unit), polimerisasi, alkilasi, stabillizer C/A/B, SRMGC
(straight run motor gas compressor), dan BB Distiller (buthane-buthylene
distiller).
a) FCCU (Fluid Catalytic Cracking Unit)
Unit FCCU merupakan unit yang berfungsi untuk mengolah long
residue pengolahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi ringan yang

24
diinginkan dengan bantuan katalis panas. Perengkahan yang terjadi dalam
unit ini dilakukan secara katalitik dengan menggunakan katalis silika
alumina (zeolit). Katalis tersebut berupa butiran halus (20 – 140 mikron)
yang bergerak seperti fluida cair dan bersirkulasi timbal balik antara
reaktor dan regerator secara kontinu. Peralatan utama yang ada di unit ini
adalah sepasang reaktor-regenerator yang digunakan untuk reaksi
perengkahan yang juga didukung dengan seperangkat peralatan tambahan
dan kolom flaksionasi.
b) BB Distiller
Umpan berupa gas dan cairan yang terdiri dari campuran methane,
ethane, propane, propylene, buthane butylene, dan tops (ligh naphta)
akan masuk ke kolom absorber 1-1. Umpan gas akan masuk pada tray 16
sedangkan umpan liquid masuk ke tray 14. Pada puncak kolom absorber,
dipompakan lean oil (kerosene) untuk menyerap komponen-komponen
C3 yang lebih berat. Produk atas dari kolom absorber disebut dengan
drying gas yang terdiri dari methane, ethane, dan sedikit propane
propylene yang akan dialirkan menuju liquid trap 6-3 dan selanjutnya
sebagai produk refinery fuel gas. Produk bawah yang berupa lean oil dan
C3 sebagian dikembalikan ke kolom sebagai reboiling dan sisanya
dialirkan ke kolom depropanizer sebagai umpan melalui accumulator 9-1.
Agar propane yang terkandung dalam dry gas berjumlah sedikit mungkin,
maka suhu maksimal top absorber adalah 45oC dengan tekanan 20-21
kg/cm2.
Rasio lean oil dengan intake gas (1,8:2,0). Untuk mengatur suhu top
absorber ini, diperlukan 3 buah intercooler, yaitu 1 buah intercooler
untuk mendinginkan fat oil dari tray 46 serta 2 buah intercooler untuk
mendinginkan fat oil dari tray 30. Produk bawah dari kolom absorber
akan masuk ke kolom depropanizer pada tray 18. Namun untuk variasi
komposisi umpan, umpan dapat masuk melalui plate nomor 14, 22, 31
dan 32. Produk atas depropanizer akan didinginkan menggunakan
kondenser dan akan masuk accumulator 8-11. Pada accumulator, akan

25
terjadi pemisahan yang mana fasa gas akan keluar sebagai produk atas dan
menjadi refinery fuel gas sedangkan produk bawah sebagai refluks dan
sisanya sebagai produk propane. Suhu top kolom harus dijaga maksimal
43oC agar propane propylene dapat dipisahkan dengan baik, yaitu
mengandung isobutana kurang dari 1% berat. Pengaturan suhu dapat
dilakukan dengan melakukan refluks. Produk bawah kolom depropanizer
sebagian dikembalikan sebagai reboiling dan sisanya dialirkan ke kolom
debuthanizer (1-2).
Pada debuthanizer, umpan akan masuk pada tray 22. Pada kolom ini
juga akan terjadi pemisahan yang mana produk atas akan masuk ke
accumulator 8-12 setelah didinginkan terlebih dahulu. Pada accumuluator,
gas sebagai produk atas akan keluar sebagai produk refinery fuel gas
sedangkan produk bawah sebagian akan menjadi refluks dan sebagian lagi
akan menjadi fresh BB dan dialirkan menuju BB treater. Produk bawah
kolom debuthanizer akan dikembalikan ke kolom sebagai reboiling dan
sisanya dialirkan ke kolom stripper (1-4) sebagai umpan.
Produk bawah debuthanizer yang masuk ke kolom stripper akan masuk
pada tray 23. Produk atas kolom stripper akan didinginkan oleh kondenser
dan selanjutnya masuk ke accumulator 8-13. Produk bawah accumulator
sebagian akan dialirkan kembali sebagai refluks dan sebagian lagi sebagai
produk stabilzed crack top. Produk bawah kolom stripper sebagian akan
dikembalikan ke kolom sebagai reboiling dan sisanya akan dialirkan ke
surge tank lean oil 9-2. Lean oil akan disirkulasikan kembali ke kolom
absorbsi. Untuk memanaskan reboiler 7-1/2, 7-3/4, 7-5/6, dan 7/7
digunakan sirkulasi heating oil (HCT) melalui heating oil surge tank 9-3
dan dapur.
c) Unit Polimerisasi
Umpan BB dipompakan dengan P-1/2/3/4 dari tank 1205/06 ke
convertor section. Ada tiga set convertor section: A set, B set, C set yang
tiap set terdiri dari 3 convertor. Jadi 9 convertor yang dipasang secara
pararel dengan kapasitas 30 T/day per convertor. Sebelum masuk

26
convertor, umpan dipanaskan dalam preheater 6- 1/3/5 dan final heater 6-
2/4/6 oleh heating oil (solar) yang telah dipanaskan dulu dalam furnace.
Dari final heater, BB masuk ke convertor section yang berupa tube/shell
equipment. Bagian tube diisi dengan katalis (P2O5) yg berbentuk pellet.
BB yang direaksikan masuk kedalam tube melewati katalis sehingga
terjadi reaksi yang diinginkan. Tiap set convertor berisi 9 drum katalis
dengan masing-masing drum berisi 200 kg. Reaksi polimerisasi
berlangsung pada tekanan dan temperatur yang tinggi yaitu 32 kg/cm 2 dan
160oC. Untuk memanaskan sampai suhu reaksi, maka di dalam bagian
shell dari convertor dialirkan heating oil. Jika reaksi polimerisasi sudah
berjalan normal maka solar yang mengalir melalui shell dapat
dimanfaatkan sebagai pendingin juga pemanas. Produk selanjutnya
dialirkan ke dalam bagian stabilizer column 1-1 untuk mengalami
pemurnian.
Kolom stabilizer berfungsi sebagai pemisah butane dari polimer hasil
reaksi. Produk atas dari kolom stabilizer didinginkan dengan cooler 5-
1/2/3/4 kemudian melalui accu tank 8-1 produk atas dialirkan ke flare,
sedangkan produk bawah dari didinginkan lagi dengan cooler 4-8/9 dan
disebut residual buthane butylene. Residual butane butylene merupakan
campuran dari isobuthene, normal buthane, sisa buthane butylene dan
sedikit propane propylene. Residu BB tersebut disimpan di dalam tangki
1207/08 untuk dipakai sebagai umpan unit alkilasi.
d) Unit Alkilasi
Unit alkilasi terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian reaktor, distilasi,
dan bagian penghasil isobuthane. Pada bagian reaktor, umpan dari tangki
1207/08, sebelum masuk reaktor bersama isobuthane recycle, didinginkan
pada HE 6-2/3 produk reaktor sampai 25oC. Selanjutnya aliran ditampung
di settler 8-8 untuk mencampur umpan dan memisahkan airnya, supaya
tidak mengencerkan katalis asam sulfat yang bisa menurunkan kecepatan
reaksi alkilasi dan meningkatkan konsumsi asam.

27
Aliran dari umpan settler dengan asam dan sirkulasi produk reaktor
bersama sama memasuki propane chiller 3-3/1/2 dengan pompa
P45/20/24, untuk didinginkan sampai 3-10oC, dan selanjutnya
dimasukkan ke reaktor 2-3/1/2. Reaktor terdiri dari 3 rangkaian paralel,
berupa vessel vertikal dengan dengan perforated plate. Reaksi alkilasi
berlangsung pada 3-8oC pada emulsi HC dengan asam sulfat, dengan
bantuan mixing oleh perforated plate. Produk keluar dari bawah, sebagian
disirkulasikan ke reaktor melalui propane chiller dan sebagian lain
mengalir ke reaktor separator dengan kekuatan tekanan reaktor 4,5-5
kg/cm2.
Dari reaktor separator dibuang ke parit, sedang HC dari atas
disempurnakan pemisahan asamnya di final separator. Produk bawah dari
final separator dibuang ke parit, sedang HC dari atas dipompa ke caustic
settler untuk membebaskan dari asam. Caustic diganti setelah kandungan
minimum 40 g/l. HC keluar dari caustic settler berupa campuran alkilasi,
butane, isobutane, dan propane, untuk dikirim ke bagian distilasi. Untuk
mencapai temperatur rendah di reaktor maka digunakan propane chiller,
untuk mendapatkan propane cair yang dingin dipakai sistem propane
refrigeration. Propane cair setelah dikeringkan dengan CaCl2 dalam
propane dryer ditampung dalam refrigerant accumulator. Selanjutnya
propane mengalami siklus ekspansi yaitu : evaporasi, kompresi dan
kondensasi. Sewaktu evaporasi, propane menyerap panas dari sekitarnya
sehingga mendinginkan sistem.
Pada bagian distilasi, aliran produk reaktor pertama memasuki kolom
stabilizer yang beroperasi pada tekanan kolom 7,5 kg/cm2, temperatur top
56 oC dan bottom 165oC. Kolom ini berfungsi memisahkan butane,
isobutane, dan propane dari produk alkilatnya. Produk atas berupa
campuran buthane, isobuthane, dan propane yang akan dimasukkan ke
deisobuthanizer. Produk bawah berupa light dan heavy alkylate
dimasukkan ke rerun column. Pada deisobutanizer yang beroperasi pada
tekanan 8,5 kg/cm2, suhu top 60oC bottom 78oC ini dipisahkan propane

28
dan isobuthane pada top kolom dan n-butane 96% pada bottom yang akan
dialokasikan ke tanki LPG/buthane atau komponen pengatur mogas pool.
Aliran propane dan isobuthane selanjutnya dikirim ke kolom
depropanizer.
Pada depropanizer ini propane dipisahkan dan akan dialokasikan ke
propane chiller atau sebagai LPG/propane sebagai top produk. Bottom
yaitu isobuthane akan dikirim sebagai recycle ke reaktor setelah melewati
cooler. Pada rerun column umpan berasal dari bottom stabilizer column,
dipisahkan light alkylate sebagai top produk yang merupakan produk
utama unit, dan pada bottom berupa heavy alkylate yang akan digunakan
sebagai odourless solvent dan lean oil pada unit polimerisasi.
Pada bagian penghasil isobuthane, bila isobuthane tidak mencukupi
untuk umpan di unit maka bagian ini akan dioperasikan. umpan berupa
fresh atau res. BB dimasukkan ke kolom deisobuthanizer. Disini terjadi
pemisahan n-butane sebagai bottom dan isobutane sebagai top produk,
pada top produk selanjutnya dialokasikan ke depropanizer. Pada
depropanizer akan didapatkan propane pada top produk, dan isobutane
sebagai bottom produk yang akan dialokasikan untuk umpan reaktor.
Untuk memanaskan atau menaikan suhu keempat kolom di unit alkilasi
dilakukan sistem sirkulasi heating oil yang akan memanaskan reboiler
kolomnya. Pemanasan heating oil dilakukan dalam dapur pada temperatur
200oC, brander di dapur menggunakan gas.
e) Stabilizer C/A/B
Stabilizer C/A/B merupakan proses sekunder yang berfungsi untuk
memisahkan SR Tops dari unit CD II/III/IV/V menjadi komponennya
yaitu isopentana dan isoheksana dengan menggunakan distilasi
bertekanan. Unit ini memiliki tiga buah kolom distilasi (C, A, dan B)
dimana kolom B merupakan kelanjutan dari kolom A dan C.
Pada stabilizer C umpan (SR-Tops) dari tangki O di pompakan
dengan booster pump ke unit stabilizer, dengan pompa feed P-4/5
dipompakan melalui HE 6-1/ 6-4 dan selanjutan masuk ke kolom

29
stabilizer sebagai umpan. Produk atas dari stabilizzer-C didinginkan
dengan condenser 5-1/5-2 dan kemudian masuk ke accumullator tank (8-
1) dengan pompa 6/7 dipompakan sebagai refluks dan sebagian lagi
sebagai feed stabilizzer-B. Gas yang tidak terkondensasi pada
accumulator tank 8-1 dialirankan ke SRMGC. Produk bawah kolo
stabilizer sebagaian dikembalikan sebagai reboiling dan sebagaian lagi
didinginkan melalui HE 6-1/6-4 dan cooler 4-5/4-8 yang selanjutnya
dipompakan ke tanki penampung sebagai produk Dip Top (LOMC).
Pada stabilizer A umpan (SR-Trops) dari tanki “O” dipompakan
dengan booster pump ke unit stabilizer, dengan pompa Feed P-9/10
dipompakan melalui HE 6-1/6-2 dan selanjutnya masuk ke kolom
stabilizer sebagai umpan Produk atas dari stabilizer-C didinginkan dengan
condensor 5-4/5-6 dan kemudian masuk ke ACCU Tank (8-2). Produk
bawah dari accu tank 8-2 dengan pompa P-25/26 dipompakan sebagai
refluks dan sebagaian lagi sebagai feed stabilizer-B. Gas yang tidak
terkondensasi pada accu tank 8-2 dialirkan ke SRMGC. Bottom product
kolom sebagaian dikembalikan sebagai reboiling dan sebagaian lagi
didinginkan melalui HE 6-1/6-2 dan cooler 4-6/4-7 yang selanjutnya
dengan pompa P-25/26 dipompakan ke tanki penampung.
Pada stabilizer B umpan stabilizer-B adalah top produk (bottom
accumulator tank 8-1 dan 8-2) dari stabilizer-C dan A yang sebelumnya
telah dipanaskan melalui HE 6-1/6-2. Produk atas dari stabilizer-B
didinginkan dengan kondensor 5-4/5-5 dan kemudian masuk ke accu tank
(8-2). Produk bawah dari accu tank 8-2 dengan pompa P-25/26
dipompakan sebagaian sebagai refluks dan sebagaian lagi sebagai produk
raw buthane gas yang tidak terkondensasi pada accumulator tank 8-2
dialirkan ke SRMGC. Produk bawah stabilizer sebagaian dikembalikan
sebagai reboiling dan sebagaian lagi didinginkan melalui HE 6-1/6-2 dan
cooler 4-6/4-7 yang selanjutnya dengan pompa P-25/26 dipompakan ke
tanki penampung sebagai produk SBPX-40B.
(iii) Treating

30
Produk akhir dimurnikan dengan proses treating untuk menghilangkan
senyawa belerang (seperti H2S, sulfida, dan merkaptan) yang masih terkandung di
dalam produk. Senyawa-senyawa tersebut bersifat korosif dan menyebabkan
kerusakan pada mesin. Tetapi pada pembuatan LPG, senyawa merkaptan justru
ditambahkan dengan tujuan agar baunya menjadi indikasi kebocoran gas. Zat
kimia yang digunakan untuk proses treating umumnya soda kaustik (NaOH).
a) Caustic Treater
Identik dengan unit treating yang ada di kilang CD&GP, unit ini
berfungsi untuk menghilangkan kandungan senyawa-senyawa sulfur, terutama
merkaptan, yang masih terkandung di dalam produk akhir. Penghilangan
senyawa ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi spesifikasi produk yang
diinginkan pasar. Proses penghilangan merkaptan ini dilakukan dengan cara
menambahkan soda kaustik NaOH.
Proses yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut. Umpan naptha yang
berasal dari CD VI dimasukkan ke mixer column dan diinjeksikan dengan
NaOH. Campuran ini dimasukkan ke weak soda setter dan kemudian ke strong
soda setter. Pada strong soda setter terjadi pemisahan secara gravitasi dimana
naptha akan berada pada bagian atas sedangkan NaOH di bagian bawah. Soda
tersebut kemudian dipompa keluar dan dimasukkan kembali ke mixer column
sedangkan naptha yang sudah bersih dikirim ke tangki penampungan dengan
sebelumya diinjeksikan topanol untuk mencegah pembentukan gas.
b) BB Treater
Umpan dari BB distiller dan caustic soda masuk ke dalam mixer ke
Caustic soda Settler 9-26 untuk dihilangkan senyawa-senyawa belerang (H2S,
mercaptan, carbonyl sulfide, disulfide, dll) yang terkandung didalam butane
butylene. Pencucian dilakukan agar senyawa-senyawa tersebut tidak meracuni
katalis bila BB dipakai sebagai umpan untuk polimerisasi, disamping itu juga
agar memenuhi spesifikasi copperstrip corrosion bila BB dipakai untuk LPG
dan komponen campuran mogas/avigas. Setelah bereaksi, maka caustic soda
mengendap dan keluar melalui bagian bawah settler, selanjutnya, dengan
pompa P-6/7, dipompakan kembali ke umpan sebagai caustic circulation.

31
Buthane butylene keluar dari bagian atas caustic soda settler 9-26 dan
seterusnya bersama dengan injeksi air masuk ke water settler 9-25 melalui
mixer. Berdasarkan perbedaan berat jenisnya maka air akan mengendap dan
keluar pada bagian bawah settler 9-25 yang selanjutnya di drain ke parit,
sedangkan treated buthane butylene keluar dari bagian atas settler 9-25 dan
mengalir menuju Final settler 9-29 yang digunakan untuk memisahkan
entrinment air. Treated buthane butylene keluar dari bagian atas final settler 9-
29 dan selanjutnya mengalir ke tanki penampung (T-1207/1208 untuk treated
BB ex BB Distiller). Umpan dari BB sungai gerong masuk bersama-sama
dengan injeksi air masuk ke water settler 9-31 melalui mixer.
Berdasarkan perbedaan berat jenisnya maka air akan mengendap dan
keluar pada bagian bawah settler 9-31yang selanjutnya di drain ke parit,
sedangkan treated buthane butylene keluar dari bagian atas settler 9-31 dan
mengalir menuju final settler 9-30 yang digunakan untuk memisahkan
entrinment air. Treated buthane butylene keluar dari bagian atas final settler 9-
30 dan selanjutnya mengalir ke tanki penampung (T-1205/ 1206 untuk treated
BB ex stabilizer S. Gerong). Water treating (washing) dimaksudkan untuk
melarutkan alkyl amine dan entrainment Caustic Soda. Maksimum kadar
Mercaptan sulfur (RSH) dalam treated BB = 20 ppm, apabila kadar RSH > 20
ppm maka caustic soda circulation diganti dengan yang baru.
(iv) Blending
Proses blending bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau agar
produk memenuhi spesifikasi. Proses ini dilakukan dengan penambahan zat
aditif atau dengan pencampuran dua produk yang berbeda spesifikasi.
Contohnya ialah penambahan TEL (Tetra Ethyl Lead) untuk meningkatkan
angka oktan bensin atau pencampuran HOMC (High Octane Mogas
Component) dengan naphta untuk menghasilkan bahan bakar premium dengan
angka oktan tinggi.
(v) Produksi Polypropylene
Bahan baku unit ini adalah Raw Propane-Propylene dari hasil
perengkahan di FCCU. Proses pengolahannya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu

32
pemurnian bahan mentah menggunakan proses ekstraksi, pengeringan, distilasi,
polimerisasi dan peletisasi Polypropylene yang akan menjadi bijih plastik
(pellet).
(vi) Produksi TA/PTA
Proses utama dalam Unit TA adalah proses oksidasi antara bahan baku
paraxylene dengan oksigen dalam suatu larutan acetic acid (solvent). Unit TA
berfungsi mengolah bahan baku Paraxylene menjadi Crude Terephtalic Acid
(CTA), sedangkan Unit PTA mengolah CTA menjadi purified terephtalic acid
(PTA). Saat ini produksi TA/PTA sudah tidak beroperasi lagi.

33
BAB III SPESIFIKASI ALAT

III.1 Sistem Proses Crude Distiller and Gas Plant (CD&GP)


(i) Crude Distiller Unit II (CD-II)
CD-II memiliki kapasitas 2600 ton/hari. Unit ini memiliki 5 kolom
fraksinator dan 1 kolom evaporator. Feed unit berasal dari Sumatera light
crude (SLC).

Tabel III.1 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses di CD-II


No. Nama Temperatur Tekanan Diameter Jumlah
Alat Alat (oC) (kg/cm2g) (m) Tray
3-1 Evaporator Flash : 225 1,8 - -
Top : 95
1-1 Kolom I 2,0 2,7 16
Bottom : 155
Top : 118
1-2 Kolom II 0,5 1,8 16
Bottom : 192
Top : 181
1-3 Kolom IV 0,3 1,8 16
Bottom : 328
Top : 114
1-4 Kolom V 1,9 3 18
Bottom : 128

(ii) Crude Distiller Unit III (CD-III)


CD-II memiliki kapasitas 4000 ton/hari dengan beberapa alat proses,
yaitu 3 kolom distilasi, 1 stabilizer, dan 3 stripper. Feed unit berasal dari Jene
crude oil, Ramba crude oil, dan SLC (Sumatera light crude) dengan produk
berupa crude butane, straight run-tops (SR-Tops), naphta II, light kerosene
distillate (LKD), light cold test gas oil (LCT), long residue. Kondisi operasi
dan spesifikasi alat proses yang terdapat pada crude distiller unit III (CD-III)
disajikan pada Tabel III.2

34
Tabel III.2 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses di CD-III
No. Nama Temperatur Tekanan Diameter Jumlah
Alat Alat (oC) (kg/cm2g) (m) Tray
Top : 143
Feed : 202
Reb.suct : 303
1-1 Kolom-I 1,5 3,96 27
Bottom : 273
Take-off tray
N-III : 113
Top : 234
Feed : 311
1-2 Kolom-II 0,3 3,96 30
Reb.suct : 365
Bottom : 336
Top : 93
Kolom-III 1,5 2,975 31
Bottom : 97
1-3
Feed : 147
Stabilizer 2,8 1,152 30
Reb.suct : 194
2-3 Stripper - - 1,176 6
2-4 Stripper - - 1,176 6
2-5 Stripper - - 1,176 6

(iii) Crude Distiller Unit IV (CD-IV)


Crude distiller unit IV (CD-IV) memiliki konfigurasi alat proses yang
relatif sama dengan crude distiller unit (CD-III), yaitu 3 kolom distilasi, 1
stabilizer, dan 3 stripper namun feed unit ini berasal dari Ramba crude oil dan
SLC (Sumatera light crude) dan menghasilkan produk berupa crude butane,
straight run-tops, naphta II, naptha III, naptha IV, light kerosene distillate (LKD),
Heavy Kerosene Distillate (HKD), light cold test gas oil (LCT), heavy cold test
(HCT) dan long residue.

35
Tabel III.3 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses di CD-IV
No. Nama Temperatur Tekanan Diameter Jumlah
Alat Alat (oC) (kg/cm2g) (m) Tray
Top : 91
Feed : 148
1-4 Stabilizer 2,4 2,1 30
Reboiler : 192
Bottom : 155
Top : 135
Feed : 206
Reb.suct : 271
1-1 Kolom-I 0,3 4 35
Bottom : 238
Take-off tray
N-III : 159
Top : 236
Feed : 305
1-2 Kolom-II 0,28 4 27
Reb.suct : 362
Bottom : 331
Top : 85
1-3 Kolom-III 0,3 3,2 36
Feed : 135
2-1 Stripper 259 0,3 1,2 6
2-2 Stripper 252 0,4 1,2 6
2-3 Stripper 241 0,5 1,2 6
2-4 Stripper 209 0,6 1,2 6
2-5 Stripper - 0,6 1,2 6

III.2 Sistem Proses Crude Distiller and Light-Ends (CD&L)


(i) Crude Distiller Unit VI (CD-VI)
Unit CD-VI di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong saat ini dalam
kondisi idle. Alasan CD-VI idle karena dari proses yang berjalan pada CD-II,
CD-III, CD-IV, dan CD-V dinilai cukup sehingga tidak memerlukan proses
tambahan pada CD-VI.

36
(ii) High Vacuum Unit (HVU)
High Vacuum Unit II (HVU-II) merupakan unit operasi kilang Pertamina
Refinery Unit III yang terletak di Sungai Gerong. HVU dibangun dengan
kapasitas desain 54 MBCD (7800 TCD). Pada prinsipnya proses pengolahan
HVU II dilakukan dengan cara memisahkan fraksi-fraksi atas dasar perbedaan
titik didih pada tekanan vakum. Hal ini dilakukan karena long residue terdiri dari
komponen yang memiliki titik didih yang tinggi Produk yang dihasilkan oleh
HVU II antara lain :
a) Hasil tengah di bagi menjadi dua aliran yaitu medium vacuum gas oil (MVGO)
dan high vacuum gas oil (HVGO). MVGO dan HVGO sebagian akan menjadi
reflux kolom dan sebagian lagi akan menjadi feed unit RFCCU.
b) Hasil bawah dari HVU yaitu vacuum residue yang berfungsi sebagai produk
blending fuel oil dan juga untuk mempertahankan suhu dari bottom.
c) Hasil atas dari HVU ialah light vacuum gas oil (LVGO) yang biasa digunakan
untuk komponen motor gas.
Vacuum gas oil yang menjadi produk dari HVU digunakan untuk
memanaskan long residue yang akan masuk ke HVU. Hal ini dilakukan untuk
meringankan beban dari furnace.
Tabel III.4 Kondisi Operasi Alat Proses di HVU-II

Kondisi Nilai

Flash Zone 110 mmHg

Vapor Line 75 mmHg

COT 395 ℃

LVGO draw off 170 ℃

MVGO draw off 282 ℃

HVGO draw off 347 ℃

(iii) Riser Fluidized Catalytic Cracking Unit (RFCCU)


RFCCU pada Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong digunakan untuk
mengkonversi MVGO, HVGO, dan long residue menjadi produk minyak

37
ringan dengan bantuan katalis. Unit RFCCU Pertamina RU III Plaju-Sungai
Gerong terdiri dari reaktor, regenerator katalis, primary fractionator,
secondary fractionator, LCGO stripper.
Tabel III.5 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses di RFCCU

Temperatur Tekanan Jumlah


No. Alat Nama Alat
(oC) (kg/cm2g) Tray

Upper : 676
FC D-1 Reaktor 1,21 -
Lower : 672

FC D-2 Regenerator 520 1,6 -

Top : 269
Primary 6 tray +
FC T-1 Feed : 520 1,21
Fractionator fixed bed
Bottom : 370

Secondary Top : 130


FC T-20 1,02 22
Fractionator Bottom : 232

LCGO Top : 226


FC T-2 - 4
Stripper Bottom : 218

FLRS T- Primary Top : 51


- 40
401 Absorber Bottom : 45

FLRS T- Sponge Feed : 38


- 20
402 Absorber Top : 40

FLRS T- Feed : 61
Stripper - 36
403 Bottom : 122

Top : 11,0
FLRS T- Feed : 126
Debutanizer Bottom : 25
102 Top : 65
11,3

Top : 56 Top : 11,0


LS T-1 Stabilizer Feed : 78 Bottom : 42
Bottom : 111 11,3

38
Tabel III.6 Kondisi Operasi Reaktor di RFCCU

Variabel Nilai Satuan

Riser

o
Temperatur 520 C
o
Temperatur Umpan 331 C

120600 kg/jam
Laju Alir Umpan
2890 ton/hari

4724 kg/jam
Steam dispersion
113,4 ton/hari

Perbandingan
6,6 C/O
Katalis/Oil

Delta coke 0,65 %wt

Reaktor

Tekanan 1,5 kg/cm2g

2786 kg/jam
Stripping
Stream
66,9 ton/hari

100 kg/jam
Anti-cooking
2,4 ton/hari

123248 kg/jam
Effluent Reactor
2958 ton/hari

39
Tabel III.7 Kondisi Operasi Regenerator di RFCCU

Variabel Nilai Satuan

Regenerator

Temperatur Dilute o
676 C
Phase

Temperatur Dense o
672 C
Phase

Tekanan 1,4 kg/cm2g

72676 kg/jam
Laju Alir Flue Gas
1744,2 ton/hari

67714 kg/jam
Laju Alir Udara
1625 ton/hari

13,27 ton/menit
Make-RU Katalis
1,5 ton/hari

40
BAB IV UTILITAS

IV.1 Penyediaan Air


(i) Water Treating Unit (WTU)
Water Treating Unit (WTU) merupakan unit pengolahan kembali atau
resirkulasi air bekas pakai yang telah digunakan di kilang. Raw water didapatkan
dari Sungai Komering dengan menggunakan pompa untuk dialirkan menuju
clarifier yang sudah diinjeksikan dengan Al2(SO4)3 yang berfungsi sebagai
koagulan. Chlor juga diinjeksikan yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri yang
akan membentuk flokulasi. Koagulasi dapat dipercepat dengan injeksi koagulan
aids polyelectolyte. Setelah mengendap, aliran air jernih akan dialirkan ke
saringan untuk memisahkan gumpalan kecil dan kotoran yang masih terbawa oleh
air.
Setelah melewati saringan, aliran air akan diinjeksikan dengan larutan
NaOH untuk mengatur pH. Air hasil proses akan ditampung clear well dan siap
dipakai.
(ii) Rumah Pompa Air (RPA)
Fungsi utama dari Rumah Pompa Air (RPA) ialah untuk menyediakan
kebutuhan air yang terdapat pada Pertamina RU III. Pertamina RU III memiliki
enam buah RPA. Air merupakan salah satu bahan baku yang sangat penting, di
mana air akan digunakan sebagai air minum, air proses, air pendingin, dan air
umpan boiler.
Proses pengolahan air yang digunakan di RPA sama seperti dengan di
WTU akan tetapi setelah air keluar dari unit clarifier, air akan dialirkan ke
demineralization plant yang akan menghilangkan kandungan garam mineral yang
terdapat pada air sehingga didapatkan denim water yang akan menjadi feed dari
boiler dan hydrogen plant.
(iii) Drinking Water Plant (DWP)
Drinking water plant (DWP) digunakan untuk mengolah air bersih
menjadi air minum dengan melewatkan air tersebut pada activated carbon filter
yang dapat menghilangkan bau, rasa, warna, dan chlor yang terdapat pada air.

41
Pertamina RU III memiliki dua unit DWP, yaitu di Sungai Gerong dan Bagus
Kuning. DWP yang terdapat pada Sungai Gerong memiliki kapasitas sebesar 150
ton/jam sedangkan DWP yang ada di Bagus Kuning hanya dioperasikan bila
diperlukan dalam memproduksi air minum tambahan.
Air yang diolah pada unit DWP akan diuji dan harus memenuhi
persyaratan kesehatan baik secara kimia, fisika, dan biologi agar aman untuk
diminum.
(iv) Cooling Tower
Cooling tower merupakan suatu unit menara yang berfungsi dalam
mendinginkan fluida suhu tinggi. Terdapat dua tipe sirkulasi yang terjadi pada
cooling tower, yaitu :
a) Open circulation (sirkulasi terbuka) yaitu sistem sirkulasi di mana cooling
water akan selalu dialirkan dan disirkulasikan kembali ke cooling water.
b) Once through, yaitu sistem di mana sirkulasi dari cooling water hanya
dilakukan satu kali
Cooling water yang digunakan diperoleh dari unit PP (Polypropylene) dan
own use UT. Air tersebut akan dipecah dengan menggunakan fan, yang membuat
panas akan keluar melalui vent. Setelah itu akan diinjeksikan zat anti korosi dan
NaOH untuk mengatur pH pada air. Sebelum air didistribusikan maka diperlukan
injeksi dengan chlor agar tidak tumbuh lumut pada peralatan.
(v) Demineralization Plant
Unit demineralization plant berfungsi menghilangkan kandungan garam
mineral yang terkandung pada air hasil WTU. Demineralization plant mengolah
air yang diperoleh dari WTU Sungai Gerong. Pertamina RU III memiliki dua buah
demineralization plant yang berada di Sungai Gerong dan Plaju. Kapasitas dari
demineralization plant pada unit Sungai Gerong sebesar 45 m3/jam sedangkan
pada unit Plaju memiliki kapasitas sebesar 320 m 3/jam. Selain untuk memenuhi
kebutuhan steam, demineralization plant dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan pasokan air untuk boiler, air minum, serta hydrogen plant.
Demineralization plant yang terdapat pada Pertamina RU III Plaju-Sungai
Gerong, terdiri dari :

42
a) Activated carbon filter, yang berfungsi untuk mengadsorpsi zat organik dan
mendekomposisi Cl2 menjadi CI-
b) Cation exchanger, berfungsi untuk demineralisasi kation (ion positif)
c) Anion excchanger, berfungsi untuk demineralisasi anion (ion negatif)
d) Mixed bed, berfungsi untuk mempolis sisa kation dan anion
Demineralization plant menggunakan resin penukar ion berupa divinil
benzene (DVB) dan polimer stirena. Air hasil pengolahan di WTU yang
ditampung pada clear well akan dialirkan menuju activated carbon filter, untuk
selanjutnya dimanfaatkan sebagai air minum. Lalu, air akan dialirkan melalui
cation & anion exchanger yang akan memasukkan ion H+ dan OH- dari resin
sehingga air bersifat asam. Pada tahap akhir, air akan dilewatkan melalui mixed
bed. Regenerasi dari penukar ion akan dilakukan dengan menghilangkan ion
garam yang terdapat pada resin. Proses regenerasi menggunakan asam sulfat dan
anion.
IV.2 Penyediaan Uap
PT Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong memiliki unit penghasil steam
pada power station (PS-II) Plaju dan unit package boiler yang memiliki kapasitas
masing-masing 50 ton/jam dengan tekanan 42,2 kg/cm 2 dan bersuhu 390oC. PT
Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong juga memiliki tiga unit waste heat
recovery unit (WHRU) yang masing-masing memiliki kapasitas 60 ton/jam
dengan kondisi tekanan dan suhu sama seperti PS-II. Pada Pertamina RU III,
steam yang dihasilkan digunakan untuk :
a) Pemanas generator dan compressor
b) Produksi polypropylene
c) Penggerak pompa
Feed dari boiler dan pembangkit steam lainnya berasal dari air hasil
pengolahan demineralization deaerator dan chemical treatment. Demineralization
plant berfungsi untuk menghilangkan kandungan mineral, selain itu silica yang
terkandung pada aliran dapat menyebabkan gumpalan pada turbin yang dapat
menurunkan efisiensi.

43
Deaerator berfungsi untuk menurunkan kandungan O2 dan CO2 dalam
air dengan tujuan untuk menghindari korosi pada boiler dan turbin. Pada proses
tersebut, air akan dipanaskan hingga mencapai suhu 110 oC yang menyebabkan
kelarutan dari O2 dan CO2 dalam air akan turun dan gas-gas tersebut akan
terlepas.
Chemical treatment dilakukan dengan menginjeksi hydrazine, fosfat, dan
morpholine. Hydrazine diinjeksikan dengan tujuan untuk mengurangi kadar ion-
ion penyebab kesadahan, seperti Ca2+ dan Mg2+.
IV.3 Penyediaan Tenaga Listrik
PT Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong memiliki unit pembangkit
listrik sendiri untuk memenuhi kebutuhan listrik serta efisiensi operasi. Listrik
yang dihasilkan dari unit pembangkit listrik pada Pertamina RU III digunakan
untuk memenuhi kebutuhan listrik di kilang, perkantoran, dan perumahan
karyawan yang berada di Plaju dan Sungai Gerong. Unit pembangkit listrik pada
Pertamina RU III, yaitu :
a) Gas turbine A,B, dan C yang memiliki kapasitas masing-masing
sebesar 31,1 MW.
b) Steam turbine dengan kapasitas sebesar 3,2 MW.
c) Diesel generator dengan kapasitas sebesar 0,75 MW.
Gas turbine A, B, dan C merupakan unit yang bertugas untuk
menghasilkan listrik dengan frekuensi 50 Hz untuk pemakaian di kilang,
perkantoran, dan perumahan. Gas turbine menggunakan bahan bakar mixed gas
dan fuel gas yang diperoleh dari hasil unit light end dan gas plant.
Steam turbine menggunakan steam dengan tekanan 8,5 kg/cm2 untuk
menghasilkan listrik. Steam turbine hanya dioperasikan bila terjadi masalah pada
gas turbine atau saat memerlukan pasokan listrik tambahan. Diesel generator
digunakan bila terjadi masalah pada steam turbine dan gas turbine, dengan
menggunakan diesel oil sebagai bahan bakar.
IV.4 Penyediaan Udara Tekan
Udara bertekanan memiliki fungsi untuk membuka dan menutup valve
yang terdapat pada kilang. Unit penyediaan udara tekan pada PT Pertamina RU III

44
Plaju-Sungai Gerong berasal dari alat kompresor yang berfungsi untuk
mengkompres udara tekan, udara instrument, dan service air. Terdapat empat unit
kompresor yang digunakan pada PT Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong
dengan tekanan mencapai 9,5 kg/cm2 pada suhu 40oC. Udara yang telah melewati
kompresor berfungsi untuk menyerap logam-logam, kecuali O2 dan N2. Media
adsorbent yang digunakan berupada padatan seperti molecular sieve dan activated
alumina. Udara yang telah melewati kompresor memiliki spesifikasi bertekanan
tinggi, bebas debu dan kotoran, serta kering (menggunakan dryer).
IV.5 Penyediaan Sistem Bahan Bakar (Fuel System)
Sistem bahan bakar yang terdapat di PT Pertamina RU III Plaju-Sungai
Gerong terdiri dari dua jenis, yaitu fuel gas system dan diesel gas system.
(i) Fuel Gas System
Fuel gas yang terdapat di PT Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong
terdiri dari high pressure gas (17,6 kg/cm2g) dan low pressure (3,5 kg/cm2g).
Pertamina RU III memeroleh fuel gas dari lapangan bekas eksplorasi Prabumulih
yang bertekanan 10 kg/cm2g dan ditransportasikan ke kilang sungai gerong
dengan menggunakan sistem perpipaan dan dimasukkan ke dalam knock out drum
(KDO). Setelah melalui KDO, aliran dibagi menjadi dua sistem. Sistem pertama
tekanan pada aliran tersebut akan dinaikkan menjadi 19 kg/cm 2g dengan
menggunakan centrifugal compressor. Setelah itu sistem kedua akan menurunkan
tekanannya menjadi 3 kg/cm2g dengan menggunakan step down control untuk
digunakan sebagai bahan bakar di waste heat recovery unit (WHRU) dan package
boiler.
(ii) Diesel Fuel Oil
Diesel fuel oil digunakan untuk start-up turbine gas generator dan dapat
digunakan sebagai pengganti fuel gas bila terdapat kegagalan pada system field
gas. Diesel fuel oil diperoleh dari kilang lalu ditampung terlebih dahulu di tangki
penyimpanan sebelum digunakan, dan biasanya diesel fuel oil berjenis
ADO/HSD.

45
BAB V PENGOLAHAN LIMBAH

V.1 Potensi Limbah


Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong menghasilkan limbah padat, cair,
dan gas yang harus diolah dengan benar agar tidak mencemari lingkungan
khususnya di sekitar kilang Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong. Berikut
berbagai jenis limbah yang dihasilkan oleh Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong
(i) Potensi Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong,
antara lain :
a) Spent Catalyst
Merupakan katalis yang sudah terpakai dan diregenerasi beberapa kali hingga
mencapai kondisi jenuh. Pada Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong, Spent
Catalyst dihasilkan dari dua unit, yaitu RFCCU yang menghasilkan
b) Limbah Perkantoran
Limbah yang diperoleh dari perkantoran biasanya berupa limbah tidak
berbahaya, seperti kertas dan peralatan kantor. Namun, terdapat limbah B3
yang dihasilkan seperti cartridge dari printer.
(ii) Potensi Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong,
antara lain :
a) Caustic dari unit polimerisasi
Kadar mercaptan pada feed yang memasuki unit BB treating harus dihilangkan
dengan menggunakan caustic soda yang bersifat basa kuat. Limbah dari caustic
soda tersebut merupakan limbah yang sangat berbahaya jika langsung dibuang
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b) Spent DEA dari unit Polypropylene
DEA pada unit Polypropylene digunakan sebagai absorben pada kolom
ekstraktor cair-cair untuk memisahkan kandungan sulfur. Limbah DEA
termasuk limbah B3 sehingga perlu pengolahan lebih lanjut agar limbah
tersebut aman sebelum dibuang.

46
c) Asam Sulfat dari Unit Alkilasi
Asam sulfat yang merupakan asam kuat digunakan sebagai katalis pada unit
alkilasi. Memilik sifat yang sangat korosi, asam sulfat sangat berbahaya bagi
manusia, di mana apabila terkena kulit dapat menyebabkan luka bakar dan jika
terhirup dapat mengakibatkan iritasi pernapasan. Sehingga limbah asam sulfat
perlu diolah lebih lanjut sebelum dibuang.
d) Minyak dari Unit Crude Distiller
Limbah minyak merupakan limbah hasil dari primary proses pada kilang
Pertamina RU III. Limbah minyak diperoleh dari unit CD, dan biasanya
didapatkan dari bekas wadah untuk pengambilan sampel minyak dari unit CD.
Wadah tersebut akan dibilas setelah pemakaian, minyak yang terbilas
merupakan limbah B3.
(iii) Potensi Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong,
antara lain :
a) Oksida Nitrogen (NOx)
Salah satu penyebab turunnya hujan asam ialah terlepasnya emisi gas NO x.
Hujan asam dapat menghambat produksi yang berjalan di kilang karena
bersifat korosif sehingga dapat merusak peralatan maupun kendaraan yang
terdapat di kilang. Hujan asam juga dapat melukai manusia bila terhidup pada
konsentrasi tinggi. Pemerintah telah menetapkan standar baku mutu untuk
limbah NOx sebesar 0,05 ppm.
b) Karbon Monoksida (CO)
Pada Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong, limbah CO dihasilkan pada unit
RFCCU. CO terbentuk dari proses pembakaran yang tidak sempurna. CO
lebih mudah terikat dengan hemoglobin dan membentuk karboksihemoglobin
(COHb) yang mana bila terhirup dapat menyebabkan kematian.

47
c) Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur dioksida memiliki sifat yang tidak mudah terbakar dalam bentuk gas
maupun cair. Sulfur dioksida merupakan salah satu penyumbang hujan asam
pada konsentrasi 0,095. Standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah adalah
sebesar 0,1 ppm.

V.2 Pengolahan Limbah


Secara umum, pengolahan limbah yang dilakukan di Pertamina RU III
Plaju-Sungai Gerong dibagi berdasarkan bentuk dari limbah tersebut, yaitu
pengolahan limbah padat, cair, dan gas.
(i) Pengolahan Limbah Padat
Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong menghasilkan limbah padat berupa
spent catalyst, sisa arsine, dan limbah sisa perkantoran. Limbah padat yang
bersifat bahan berbahaya dan beracun (B3) akan dikirimkan ke PT Prasadha
Pamunah Limbah Industri (PPLI) sebagai tempat pembuangan akhir limbah. Salah
satu pilihan lain ialah mengirim limbah ke pabrik semen untuk dibakar hingga
habis.
(ii) Pengolahan Limbah Cair
Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong menghasilkan limbah cair berupa
caustic soda, asam sulfat, spent DEA, dan sisa minyak dari unit CD. Caustic
soda dan asam sulfat akan diolah oleh pihak ketiga agar dapat digunakan lebih
lanjut. Spent DEA akan dibakar sampai habis di incerator. Sisa minyak dari unit
CD akan dikirimkan ke unit oil catcher yang berfungsi untuk memperoleh
kandungan minyak di air limbah yang akan dibuang ke sungai musi. Kandungan
minyak yang diperoleh dari air limbah tersebut akan dicampurkan kembali
menjadi aliran feed yang akan masuk ke unit CD. Sisa air yang diperoleh dari
minyak tersebut akan dibuang ke sungai musi.
(iii) Pengolahan Limbah Gas
Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong menghasilkan limbah gas yang
memiliki kadar yang masih aman untuk dilepaskan ke udara bebas di mana limbah
gas yang mengandung hidrokarbon akan dibakar dengan menggunakan flare.

48
Menara flare yang digunakan di Pertamina RU III memiliki ketinggian yang
cukup tinggi sehingga limbah gas yang telah dibakar bersifat aman jika mencapai
tanah.

49
BAB VI LABORATORIUM

VI.1 Laboratorium
Laboratorium di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong dibagi menjadi
laboratorium kilang BBM dan laboratorium petrokimia. Fungsi laboratorium
secara keseluruhan adalah menunjang operasional kilang dari segi pengendalian
mutu mulai dari bahan baku, bahan-bahan ketika diolah, produk dalam kilang,
hingga produk yang telah dikemas dan dikapalkan.
Menurut fungsinya, laboratorium tersebut dibagi menjadi :
a) Laboratorium Penelitian dan Pengembangan (Lab Lit&Bang)
b) Laboratorium Analisis dan Gas
c) Laboratorium Pengamatan (Fuel)
d) Laboratorium Petrokimia
(i) Laboratorium Penelitian dan Pengembangan (Lab Lit&Bang)
Laboratorium ini berfungsi untuk menganalisa sifat fisik bahan baku yang
akan digunakan dalam proses. Bahan baku yang dianalisa antar lain crude oil, dan
bahan additif yang digunakan dalam proses pengolahan. Selain itu, Lab Lit&Bang
ini juga melakukan plant test pre and post turn around. Untuk menunjang
evaluasi sifat fisik bahan baku dan produk, laboratorium ini dilengkapi dengan
alat-alat sebagai berikut :
a) Adiabatic Calorimeter, alat yang digunakan untuk pengukuran kandungan
kalori bahan bakar
b) Kinematic Viscometer, alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan
minyak
c) Furnace
d) Color ASTM/Lovibond, alat yang digunakan untuk pengukuran kadar warna
solar dan kerosin
e) Specific Gravimeter
f) Copper Strip Test, alat yang digunakan untuk mengukur korosivitas minyak
terhadap tembaga
g) Alat pengukur titik beku

50
h) PONA Analysis, alat yang digunakan untuk mengetahui komposisi
hidrokarbon
i) Dephentanizer, alat yang menggunakan prinsip destilasi untuk menghilangkan
fraksi ringan minyak bumi
j) Alat pengukur smoke point minyak tanah
k) Reid Vapor Pressure, alat yang digunakan untuk pengukuran tekanan uap
premium, nafta, dan avigas
l) Centrifuge
m) Alat pengukur flash point
n) Alat pengukur sendimen dengan prinsip ekstraksi
o) Alat untuk memeriksa kadar wax dalam sampel
p) Distiller, alat yang digunakan untuk mengetahui TBP (True Boiling Point) dari
minyak mentah. Alat ini menyerupai crude distiller di pabrik, yang dapat
memisahkan minyak mentah menjadi fraksi-fraksinya
q) Alat pengukur pour point
r) Alat pengukur kadar aromatik yang terdapat dalam bahan baku

(ii) Laboratorium Analisis dan Gas


Laboratorium ini berfungsi untuk menganalisa sifat kimia produk minyak,
limbah, dan perairan lingkungan Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong
membuang limbahnya. Untuk memenuhi fungsi tersebut, laboratorium ini
dilengkapi dengan alat-alat sebagai berikut :
a) Atomic Adsorber Spectrophotomery untuk menganalisa logam dalam sampel
b) Sinar UV untuk menganalisa kandungan bahan non logam dalam sampel
c) X-Ray Test untuk menganalisa kandungan sulfur dalam minyak mentah dan
produk
d) pH meter
e) Gas Chromatography
f) Pengukur BOD konvensional
g) Pengukur kadar garam konvensional
h) Penganalisa TEL konvensional

51
(iii) Laboratorium Pengamatan (Fuel)
Laboratorium ini berfungsi untuk mengamati sifat penampakan produk,
dan membandingkan hasilnya dengan spesifikasi produk. Jenis analisa yang
dilakukan sama dengan yang dilakukan pada laboratorium Lit&Bang tetapi
dengan menggunakan sampel produk. Analisa lain yang digunakan di dalam
laboratorium adalah analisa Octane Number dan Cetane Number, dan juga doctor
test dengan menggunakan Pb untuk mengetahui kandungan merkaptan.
(iv) Laboratorium Petrokimia
Laboratorium ini menganalisa bahan baku dan produk PP. Analisa
dilakukan pada MFR, Ash Content, Isotactic Index, Volatile Loss, Bulk Density,
Warna, pH, kadar air, dan penampakan luar bahan. Alat yang digunakan untuk
melakukan analisa tersebut antara lain GC, AAS, Spectrophotometer,
Polarograph, dan Color LC.

52
BAB VII PENUTUP

VII.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kerja praktik di PT.Pertamina RU III
Plaju yaitu:
a) Penggunaan bahan bakar fuel gas menghasilkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan bahan bakar fuel oil dikarenakan fuel gas lebih stabil
dibandingkan dengan fuel oil tetapi, biaya operasi penggunaan fuel gas lebih
mahal dibandingkan biaya operasi penggunaan fuel oil sehingga PT Pertamina
RU III digunakan perpaduan kedua bahan bakar tersebut agar mendapatkan
biaya operasi yang efisien.
b) Masih terdapatnya kandungan hidrokarbon di dalam flue gas menyebabkan
pembakaran yang lebih tdak sempurna ditandai dengan kandungan CO yang
banyak pada flue gas sehingga menyebabkan efisiensi menurun.
c) Terdapatnya heat loss yang menyebabkan efisiensi aktual menyimpang dari
design yang disebabkan isolasi sistem yang kurang baik. Tetapi, dikarenakan
dilakukan TA (Turn Around) pada CDU III sebelumnya sehingga heat loss
yang dihasilkan lebih sedikit.

VII.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari kerja praktek di PT.Pertamina RU III Plaju
yaitu:
a) Pembaharuan terhadap alat – alat pabrik yang telah lama digunakan dan
modifikasi proses sebaiknya dapat dilakukan sehingga akan diperoleh produk
yang optimal dan menguntungkan.
b) Mengatur heat loss pada furnace yang seminimal mungkin dengan
memperbaiki atau memperbaharui isolasi pada furnace tersebut agar efisiensi
yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.

53
DAFTAR PUSTAKA

Coulson, J. M., Richardson, J. F., & Coulson, J. M. (2003). Chemical


Engineering. Oxford: Butterworth-Heinemann.
Campbell, John. (1992). Gas Conditioning and Processing Volume 2: The
Equipment Modules. 7th Edition. USA: Campbell Petroleum Series.
De Nevers, Noel. (1991). Fluid Mechanics for Chemical Engineers. 2nd Edition.
Singapore: Mc Graw-Hill Book Co.
Ellenberger, Phillip. (2010). Piping and Pipeline Calculations Manual:
Construction, Design Fabrication, and Examination. UK: Elsevier Inc.
Hougen, Olaf A., Watson, Kenneth M.. (1947). Chemical Process Principles Part
Two : Thermodynamics.New York: John Wiley & Sons.
Pertamina. (2020). Refinery Unit III Plaju.
https://www.pertamina.com/id/refinery-unit-iiiplaju. Diakses pada tanggal
17 Februari 2022.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2008. Laporan Plant Test 2008 Unit
CD-IV, Stabilizer C/A/B, BB Distiller. Plaju
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2016. Deskripsi Proses Unit CD&L,
CD&GP, Unit Propilen, dan Utilities. Plaju
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2016. Overview Kilang PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit III. Plaju
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2020. Laporan Kerja PT. Pertamina
(Persero) RU III Plaju. Plaju
Robinson, Paul. (2005). Petroleum Processing Overview. Texas: PQ
Optimization, Inc.Speight
James. (2007). The Chemistry and Technology of Petroleum. 4th Edition. Boca
Raton: Taylor and Francis Group.

54

Anda mungkin juga menyukai