DI PG NGADIREDJO
Disusun Oleh :
MORISIYA MASYRIQOL A
NIM : 17.02.049
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Disusun Oleh:
Nim : 17.02.049
Mengetahui,
Manager Instalasi Pembimbing Lapangan
ii
Disusun Oleh :
MORISIYA MASYRIQOL A
NIM : 17.02.049
ROMI SUKMAWAN,
YUNAIDI, S.T.,M.Eng S.T.,M.Eng
NIDN : 0505017701 NIDN :
pada tanggal, 2018
Nama : Moentolip
iii
Nama : Morisiya Mayriqol A
NIM : 17.02.049
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT kerena
penulis menyadari betapa besar rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan I di PG Ngadiredjo - PT.
Perkebunan Nusantara X. Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan I ini adalah
syarat kelulusan bagi mahasiswa dalam menyelesaikan studinya pada Program
Studi Teknik Mesin Politeknik LPP Yogyakarta.
Penulis menyadari laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak akan selesai
jika tidak ada bantuan, bimbingan, maupun dukungan dari berbagai pihak yang
telah membantu penulis dalam menyusun laporan ini, maka pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Orang tua saya, yang telah memberikan bantuan moril dan materi kepada
saya.
2. Bapak Ari Wibowo, S.T.,M.Eng, selaku Direktur Politeknik LPP Yogyakarta.
iv
3. Bapak Ir. Abdul Munib, M.M., selaku General Manager PG. Ngadiredjo.
4. Bapak Yunaidi, ST, M.Eng selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Politeknik LPP Yogyakarta.
5. Bapak Suhirman, S.T., selaku Manager Instalasi PG. Ngadiredjo.
6. Bapak Moentolip, selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan I di PG.
Ngadiredjo.
7. Seluruh Staf, Karyawan, dan Pekerja diPG Ngadiredjo – PT. Perkebunan
Nusantara X atas kesediaannya dan bimbingannya membantu penulis dalam
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan I.
Penulis berharap kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya Mahasiswa Politeknik LPP Yogyakarta demi kemajuan pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
v
1.3. Manfaat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)..............................2
2.6. Struktur Tenaga Kerja Pabrik dan Jumlah Tenaga Kerja per Stasiun.....10
vi
BAB IV HALAMAN PABRIK (EMPLASEMENT).............................................25
5.5. Unigrator.................................................................................................45
vii
5.6. Alat – alat Persiapan Lainnya..................................................................47
5.7. Gilingan...................................................................................................48
5.8.2. Bagian – bagian Pengatur Tekanan Rol Gilingan dan Fungsinya. . .57
viii
5.10.4. Lokasi Pemberian Imbibisi dan Suhu Imbibisi............................67
6.4.5. Cara Mengetahui Berat Nira Tiap 8 jam atau Tiap 24 jam..............73
6.5.6. Bahan Pemanas Yang Digunakan dan Suhu Nira Yang Tercapai...81
ix
6.5.8. Menghilangkan Udara/gas Tak Terembunkan Dari Ruang Uap
Pemanas 82
6.10.2. Bagian – bagian Alat Penapis dan Jumlah Lubang Saringan per
Satuan Luas...................................................................................................104
x
6.10.5. Cara Kerja Rotary Vacuum Filter..............................................107
6.10.9. Jumlah Blotong Yang Diperoleh Tiap Hari atau per 100 kuintal
Tebu 109
6.12.4. Jumlah Kapur Tohor Yang Digunakan Tiap Jam/Tiap 100 kuintal
Tebu 120
6.13.6. Kadar Gas SO2 Yang Keluar Dari Tobong dan Cara Mengukurnya
125
xi
6.13.7. Tekanan Udara Masuk Tobong Belerang dan debit Udaranya. .125
7.3.6. Fungsi Pipa Amoniak, Pipa Air, Penangkap Nira, dan Gambar
Beserta Pipa Amoniak Dipasang..................................................................134
7.4.1. Gambar Alat Penangkap Nira Pada Setiap Badan dan Pada Pipa Uap
136
7.4.2. Verkliker........................................................................................136
xii
7.5. Perjalanan Nira dan Uap........................................................................137
7.5.1. Gambar Perjalanan Nira dan Uap Pada Satu Seri Alat Penguapan137
7.6.7. Suhu dan Jumlah Air Pendingin Masuk dan Keluar Dari Bejana
Pengembun per Satuan Waktu Jumlah.........................................................141
7.7.1. Gambar Alat Untuk Mengeluarkan Air Embun Dari Badan Penguap
143
7.7.2. Bagian – bagian Alat Untuk Mengeluarkan Air Embun Dari Badan
Penguap 143
7.8.1. Manometer Air Raksa dan Manometer Logam Pada Badan Penguap
145
xiii
7.8.2. Pengaman Untuk Tekanan Tinggi di Penguapan...........................148
8.4.3. Kapasitas Pan, Tekanan dan Suhu Pada Saat Bekerja, Brix dan HK
Masakan156
xiv
8.7.4. Waktu Pendingin, Suhu Turun dan Suhu Putar.............................166
9.3. Puteran...................................................................................................170
9.7. Gambar Timbangan Tetes dan Bagan Perjalanan Tetes sejak Keluar Dari
Puteran Sampai ke Penimbunan Tetes.............................................................185
xv
9.8.1. Lapisan Pada Lantai Gudang Gula Serta Tebalnya.......................186
BAB X PENUTUP...............................................................................................189
10.1. Kesimpulan........................................................................................189
10.2. Saran..................................................................................................190
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................191
LAMPIRAN.........................................................................................................192
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvi
Gambar 5.2 Truk Pengangkut Tebu...........................................................37
xvii
Gambar 6.11 Rotary Vacuum Filter.............................................................103
xviii
Gambar 9.4 Saringan Gula.........................................................................182
DAFTAR TABEL
Halaman
xix
Tabel 6.2 Data Nira Mentah tertimbang.................................................74
xx
Tabel 9.7 Spesifikasi Low Grade Fugal (LGF) C..................................178
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
2
Batas masalah yang ditugaskan adalah :
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PABRIK
4
Ngadiredjo didalamnya.
8. Tahun 1996 : Restrukturisasi BUMN melalui Kep. Men.
Kehakiman No.52.8338 HT.01.01 tgl 11-3-
1996. PT.Perkebunan XXI-XXII (Persero)
digabung dengan PT Perkebunan XXVII,
Pabrik Karung Pecangakan, Perkebunan
Tembakau Klaten menjadi
PT.PERKEBUNAN NUSANTARA X
(PERSERO) yang memiliki usaha :
11 Unit Pabrik Gula.
2 Unit Perkebunan tembakau cerutu
(ekspor) beserta pabrik cerutunya.
3 Unit Rumah Sakit (untuk karyawan dan
umum).
1 Unit Pabrik Karung.
9. Tahun 2014 : Holding BUMN Perkebunan sesuai PP. No.
72 Tahun 2014, PT. Perkebunan Nusantara X
tergabung dalam PT. Perkebunan Nusantara
III (Persero).
Sertifikasi dan Penghargaan yang telah di capai oleh PG. Ngadiredjo –
PT. Perkebunan Nusantara X :
5
Keberadaan PG.Ngadiredjo memiliki beberapa manfaat yaitu
sebagai aset negara yang bernilai milyaran rupiah. Perusahaan ini
merupakan perusahaan yang bergerak pada berbagai sektor serta
memiliki banyak tenaga kerja, mulai dari hulu hingga kehilir, mulai
mengolah tanah, menanam sampai menjadi produksi gula, dan dapat
menghidupi yang terlibat kegiatan di PG.Ngadiredjo (karyawan, supir
truk tebu, penebang, petani tebu, leveransir barang-barang ke pabrik,
pemborong peralatan pabrik, penjual makanan disekitar pabrik gula dan
dilahan sawah, supir dan kernet pengambil gula supir dan kernet
pengambil tetes, supir dan kernet pembuang abu dan blotong, serta
masyarakat sekitar).
No Luas (m2)
Penggunaan Lahan
. Tanah Bangunan
1. Kantor, Pabrik dan Emplasement 161.838 98.998
Perumahan, Halaman, Gedung Pertemuan,
2. 107.321 12.856
Sekolah, dan Lapangan Olahraga
6
11.000 Ha setiap tahun. Adapun wilayah kerja PG. Ngadiredjo sebagai
berikut:
7
2.5. Struktur Organisasi Pabrik, Tugas dan Wewenangnya
8
1. Bagian Keuangan dan Umum
2. Bagian Tanaman
3. Bagian Instalasi
4. Bagian Pengolahan
9
5. Bagian Quality Assurance
6. Bagian SDM
Tugas SDM
2.6. Struktur Tenaga Kerja Pabrik dan Jumlah Tenaga Kerja per
Stasiun
10
Tabel 2.2 : Jumlah Tenaga Kerja PG. Ngadiredjo
11
Asmud administrasi
2 1 -
Tebang Muat Angkut
4. Bagian Intalasi
Stasiun Gilingan 18 96 -
Stasiun Boiler dan
14 70 -
Bagase Handling
Stasiun Listrik 11 23 -
Stasiun Instrument 8 11 -
Stasiun Besali 15 23 -
Stasiun Pemurnian 7 23 -
Stasiun Masakan dan
5 19 -
Pendinginan
Stasiun Puteran 8 10 -
Kantor Instalasi 8 1 -
5. Bagian Pengolahan
Kantor Pengolahan 7 - -
Asmud Lingkungan 2 - -
Stasiun Pemurnian - 33 -
Stasiun Penguapan - 6 -
Stasiun Masakan dan
- 39 -
Palung Pendingin
Stasiun Puteran - 42 -
Stasiun Pengemasan - 48 -
Operator IPAL - 3 -
Teknisi PKWT - 1 -
Pekerja Spray Pond - 3 -
Scrab BP dan Juice
- 18 -
heater
6. Bagian Quality Control
Kantor Quality Control 3 - -
Bahan Baku (On Farm) 7 16 -
Bahan Olahan (Off Farm) 12 69 -
Jumlah 253 663 93
12
Total Karyawan PG. Ngadiredjo 1.009
1. Pol tebu :
2. Ekstraksi pol (HPG) :
3. Efisiensi proses (Boilling House Recovery) :
4. Ekstraksi direduksi :
5. Boiling House Recovery direduksi :
6. Overall Recovery :
7. TCTS (gross) :
8. Mill Ekstration :
9. Hilang dalam ampas :
10. Hilang dalam blotong :
11. Hilang dalam tetes :
12. Hilang tidak diketahui :
13
2.9. Kapasitas Olah, Rendemen, Jenis dan Mutu Produk Pabrik
1. Kapasitas Olah :
PG. Ngadiredjo memiliki kapasitas olah pabrik : 6.000 TCD.
Kapasitas pabrik musim giling 2018 : 6.250 TCD.
2. Randemen :
Randemen PG. Ngadiredjo rata-rata per hari yaitu : 8,20 – 8,63.
3. Jenis dan Mutu Produk Pabrik :
a. Produk Utama :
1. Gula Kristal Putih (GKP)
% Tebu : 8,90
% Brix : 99,98
% Pol : 99,70
HK : 99,7
Warna larutan (ICUMSA) : 157
Berat jenis butir (mm) : 1,02
b. Produk Samping :
1. Tetes
% Tebu : 4,50
% Brix : 92,74
% Pol : 30,49
HK : 30,49
2. Blotong
% Tebu : 2,31
% Pol : 3,99
Zat kering : 38,24
3. Ampas
% Tebu : 30,61
% Pol : 1,86
14
Zat kering : 47,90
Kadar sabut : 44,92
15
16
Gambar 2.4 : Denah PG. Ngadiredjo
17
2.11. Diagram Alir Proses Pabrik
18
2.12. Kapasitas Pembangkit Uap dan Listrik
19
Safety valve : 12”
TU Governor : Woodward UG-8D
: Model A-8522-167
Emergency stop valve : B6-R5-R 10413-0900-01
Overspeed trip : B6-R5-R B6 R4-R(6841.8 rpm)
Tahun : 1985
b. Turbin Shinko
Merk : Shinko Turbine
Type : Rateau 4 stage impulse
Kapasitas : 4500 kW
Speed : 6946
Tekanan Uba : 16,0 kg/cm2 g
Temp. Uba : 325 0C
Tekanan Ube : 1,2 kg/cm2 g
Konsumsi uap : 50.850 kg/h RAT 4500 kW
Dia. In/out uap : 12” Uba & 20” Ube
TU Governor : Woodward UG 10
Emergency stop valve : Spring and latch / oil pressure –
hand operation
Overspeed trip : Mechanical eccentric ring
Tahun : 2005
c. Generator Shinko
Merk : Shinko Electric
Buatan : Japan
Kapasitas : 3500 kW
Rpm : 1500
Voltage : 6300
Frekuensi : 50 Hz
20
d. Generator Nishishiba
Merk : Nishishiba
Buatan : Japan
Kapasitas : 4500 kW
Rpm : 1500
Voltage : 6300
Frekuensi : 50 Hz
21
BAB III
TIMBANGAN TEBU
22
3.3. Fungsi Masing – masing Bagian dan Spesifikasinya
1. Roda Penggerak : Berfungsi sebagai penggerak Digital Crane
Horizontal secara maju dan mundur.
2. Balak Crane : Besi kuat sebagai tumpuan Roda Horizontal
Digital untuk bergerak secara maju dan
mundur.
3. Motor Penggerak : Berfungsi untuk menggerakkan seling baja
Vertikal pada waktu mengangkat tebu yang akan
ditimbang.
4. Penggerak Motor : Berfungsi untuk menggerakkan roda
Horizontal penggerak horizontal pada waktu
menimbang secara horizontal.
5. Rumah Seling Baja : Berfungsi sebagai tempat yang berbentuk
alur melingkar untuk menggulung seling
baja pada waktu seling baja bergerak keatas.
6. Penyangga Badan : Penyangga untuk menompang badan
Timbangan timbangan crane.
7. Ruang Operator : Tempat operator mengoperasikan crane
maupun DCS ketika mengangkat tebu untuk
diletakkan di atas meja tebu sekaligus tempat
analisa tebu.
8. Seling Kawat Baja : Digerakan secara vertikal oleh motor listrik
dengan beban di bawahnya untuk
mengangkat tebu yang akan ditimbang.
9. Gabaral Tipe : Berfungsi sebagai pengait antara Digital
DEMAG Crane dengan seling baja.
10 Gabral Tipe : Berfungsi sebagai pengait antara Digital
. CULLY Crane dengan seling baja
11 Skala Digital / DCS : Penunjuk angka berat tebu yang ditimbang
.
12 Balok Rantai/ : Tempat rantai untuk pengait antara seling
. Penumpu baja Digital Crane dengan seling baja truk
yang disiapkan saat proses angkut di lahan.
13 Rantai Baja : Berfungsi sebagai penghubung antara balok
. penumpu rantai crane dengan pengait seling.
14 Pengait Rantai Baja : Untuk pengait antara seling baja Digital
. Crane dengan seling baja truk.
15 Torongan / Angka : Berfungsi sebagai pressure tebu dan perata
Empat tebu saat akan dialihkan tempatnya dari truk
ke lori gar posisi tebu tepat pas pada lori.
23
16 Truk : Transportasi pengangkut tebu dari lahan ke
. pabrik.
17 Lori : Transportasi pengangkut tebu saat proses
. transloading.
18 Ruang Pencatat : Tempat untuk mengoperasikan unit
. Penimbangan komputer sebgai pencatat berat tebu yang
akan ditimbang sekaligus menjumlah dan
mengumpulkan seluruh hasil penimbangan.
Spesifikasi Timbangan Crane Tebu
Merk : Dhuto
Kapasitas : 10 Ton
24
No. Pol : AG8624GE
Kontrak : 021200005427/121811599
No. SPTA : 112000579318
Jenis : PG12/M
Lori :
Petani/KUD : TATANG ABI
Tgl. Timbang NUGROHO/GULA
Tgl. Rept : 27.07.2018/08:51:13
Bruto : 27.07.2018
Tara : KU
Netto : KU
: 70 KU
TU Hasil
Petugas
PG12TIMBANG4
3.5. Cara Mengetahui Ketelitian Timbangan Tebu
25
1. Waktu tunggu penimbangan yang lama menyebabkan antrian truk
menjadi panjang dan kemungkinan tebu untuk terpapar oleh sinar
matahari secara langsung semakin besar.
2. Ketika proses pengankatan tebu dari bak truk seringkali tebu tercecer
di pelataran area penimbangan sehingga menyebabkan banyak tebu
terbuang dan area penimbangan menjadi kotor.
Cara Mengatasi :
1. Untuk mengatasi antrian truk tebu yang panjang maka antrian dibuat
menjadi beberapa lajur namun tetap sesuai dengan nomor antrian dan
mengarahkan truk yang bermuatan >75 kuintal untuk melakukan
penimbangan di crane timur dan diangkut oleh lori tebu.
2. Untuk mengatasi tebu yang tercecer di area penimbangan maka setiap
kali meja tebu penuh pihak operator crane dan petugas pengait tali
seling tebu akan membersihkan tebu yang tercecer dan
mengangkutnya kembali ke meja tebu menggunakan timbangan
crane.
BAB IV
HALAMAN PABRIK (EMPLASEMENT)
26
batas minimal 18. Contoh tebu sample diambil oleh petugas
PG.
b. Pemantauan rendemen tebu harian
1. Batas rendemen minimal per lori tiap hari (berlaku secara
progresif). Untuk periode 1, batas rendemen minimal adalah
8,00 % (rendemen di bawah 8,00% agar ditunda
penebangannya).
2. Target rendemen per wilayah tiap hari (berlaku progresif )
untuk periode 1target rendemen rata – rata minimal 8,10 %.
3. Pemberlakuan reward dan punishment.
c. Syarat tebu masuk PG pada periode I s/d III dari jenis masak
awal dan masak lambat yang direncanakan dengan kawalan.
2. Bersih
a. Standar tebu bersih akan dilakukan penilaian di pos penerimaan
legalisasi, dengan memperhatikan adanya komponen selain tebu
yaitu pucukan, daduk, akar, tanah dan sogolan.
b. Penilaian mutu tebu ditentukan di meja tebu dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut dikelompokkan
berdasar mutu tebangan:
1. Mutu “A” = NGA – Layanan Prima
Brix refractometer pucuk minimal 19.
Tebangan ngonce / dongkel.
Bebas kotoran (sogolan, pucukan, daduk, akar, tanah,
dan tebu mati).
Tebu segar (tegang waktu ditebang sampai emplasemen
maksimal 10jam).
Tebu dikolong dan tidak dicacah.
Diameter batang besar (sesuai deskripsi masing – masing
varietas.
2. Mutu “B” – MBS - Layanan Biasa
Brix refractometer pucuk minimal 19.
27
Bebas sogolan, pucukan, tebu mati, sedikit daduk, akar,
tanah.
Tebu segar (tenggang waktu ditebang sampai
emplasemen maksimal 20 jam).
Tebu dikolong dan tidak dicacah.
Dimeter batang besar ( sesuai deskripsi masing – masing
varietas)
3. Mutu “C”
Brix refractometer pucuk minimal 19.
Sogolan, pucuk, daduk, akar, tanah, dan tebu mati (2
kategori kotoran).
Tebu segar (tenggang waktu ditebang sampai
emplasemen maksimal 20 jam).
Tebu dikolong dan tidak dicacah.
4. Mutu “D”
Brix refractometer pucuk minimal 19.
Sogolan, pucuk, daduk, akar, tanah, dan tebu mati (3
kategori kotoran).
Tebu segar (tenggang waktu ditebang sampai
emplasemen maksimal 20 jam).
Tebu dikolong dan tidak dicacah.
5. Mutu “E” (tebu terbakar)
Maksimal 3 hari setelah terbakar.
c. Kriteria tebu di tolak
1. Analisa brix refractometer di bawah standart yang
ditetapkan.
2. Tebu sangat kotor (banyak sogolan, pucukan, daduk, akar,
tanah, dan tebu mati).
3. Tebu layu.
4. Banyak cacahan.
28
5. Terbakar lebih dari 3 hari.
6. Tebu muda (kenampakan fisik dan jumlah ruas).
7. Diameter batang kecil – kecil.
8. Penataan tebu dalam truk tanpa kancingan(rawan ambrol).
3. Segar
a. Sisa pagi maksimal 20 % (diemplasemen: 15 % dikebun : 5 %).
b. Waktu tebang sampai dengan giling maksimal 20 jam.
c. Manajemen FIFO di emplsemen.
d. Melakukan program gerakan tebang segar dengan tenggang
waktu tebangsampai dengan giling 10 jam.
4. Lain – lain :
a. Jadwal penerimaan pemasukan tebu dan batas akhir tebu
masukemplasemen:
1. Tebu dalam wilayah : 06.00 – 18.00 WIB
2. Tebu luar wilayah : diatur sesuai kebutuhan
b. Ketinggian muatan maksimal setinggi portal (290 cm) atau
maksimal 2 sapatau larap.
c. Panjang muatan tidak boleh ngonteng.
d. Satuan berat muatan maksimal 75 ku.
29
Pengaturan tebu di halaman pabrik menggunakan sistem FIFO,
dimana truk yang membawa tebu datang lebih dulu maka akan digiling
lebih dahulu juga. Hal ini dilakukan agar kualitas tebu MBS tetap terjaga
serta melindungi sukrosa dari proses perusakan inversi. Proses
transloading pada area emplasemen dilakukan dengan cara
memindahkan tebu dari truk mutu “B” kedalam lori guna menyediakan
bahan baku untuk cadangan giling sehingga dapat memenuhi kapasitas
giling dengan tetap memperhatikan mutu tebu yang baik dimana kadar
sukrosanya masih tinggi.
Proses transloading juga tidak terlepas dari tersedianya lori yang
akan di gunakan untuk mengangkut tebu. Transloading sendiri
merupakan suatu cara pemindahan tebu dari truk ke dalam lori, sehingga
sangat penting untuk dilakukan kegiatan penyediaan lori yang cukup,
maka dari itu guna terpenuhinya lori maka PG Ngadiredjo telah
menyediakan alat transportasi penggeret lori yaitu traktor. Pengerjaan
penggeret lori tidak lagi menggunakan lokomotif karena traktor dianggap
lebih efektif dan cepat, serta pengerjaanya lebih mudah dari pada
lokomotif. Lokomotif pengerjaannya lebih rumit karena hanya bisa
menggunakan satu jalur dalam beroperasi serta pembiayaan lebih mahal.
30
menentukan jumlah tebu yang harus ditebang tiap hari. Berikut ini contoh
perhitungan giling tiap harinya :
1. Spesifikasi Lori
Lori dengan nomor berwarna Kuning memiliki Tarra 9 ku.
Lori dengan nomor berwarna Biru memiliki Tarra 10 ku.
Lori sengan nomor berwarna Putih memiliki Tarra 11 Ku
2. Spesifikasi Crane
Cane Unloading Crane no. 2 (selatan-timur)
Kapasitas : 12,5 ton
Type : double rail hoist
DH2125 H18 KV3–2/2, 1 BM
Merk : DEMAG
Hoist speed : 16 mtr/min
31
Tinggi : 22 mtr
Elmo : 40 kW / 970 rpm (hoist)
Gearbox : DEMAG
Tinggi Angkat : 13,8 meter
Panjang travel : 16 meter
Tahun : 2013
Cane Unloading Crane no. 3 (utara-timur)
Kapasitas : 10 ton
Type : double rail hoist
DH1050 H16–2/1, 1 AM
Merk : DEMAG
Hoist speed : 16 mtr/min
Tinggi : 22 mtr
Elmo : 28,5 kW / 955 rpm (hoist)
2x0,65 kW (travel)
Gearbox : DEMAG 253 047
Tinggi Angkat : 14 meter
Panjang travel : 16 meter
Tahun : 1993
3. Spesifikasi Traktor
Traktor ZETOR (AG 9660 GB) berfungsi untuk menarik lori
tebu serta memindahkan lori dari crane menuju emplasemen.
Traktor MF (AG 9511 GB) berfungsi untuk mendekatkan lori
dari emplasemen ke meja tebu pada stasiun gilingan.
Traktor FORD (AG 9662 GB) berfungsi untuk menarik lori
kosong.
Traktor MF (AG 2775 KE) berfungsi untuk manarik lori kosong
Traktor COUNTY (AG 2724 KE) berfungsi untuk cadangan
apabila salah satu traktor mengalami masalah.
32
Traktor FORD (AG 9658 GB) merupakan traktor hasil
modifikasi yang berfungsi untuk membersihkan halaman pabrik
atau emplasemen.
4. Spesifikasi Lier Penarik Lori Tebu
Lier Penarik Lori Tebu Jalur Timur
Elmo : 37 kW / 1450 rpm
Sling : 50 meter
Staaldrat 7/8”
Gearbox : 1 : 25 merk All Royd
Aksesori : gear transmisi
Z-18 / D-200
Z-134 / D-1150
Lier Penarik Lori Tebu Jalur Barat
Elmo : 22 kW / 1450 rpm
Sling : 50 meter
Staaldrat 7/8”
Gearbox : 1 : 30
Aksesori : gear transmisi
Z-14 / D-180
Z-152 / D-1150
33
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X
PABRIK GULA NGADIREDJO
SURAT PERINTAH TEBANG ANGKUT
Tanggal : 26/07/2018
Wilayah : NGADILUWEH / GULA
No. Kontrak ANUGERAH
Nama Ketua : 021200005427/121811599
Kebun : TATANG ABI NUGROHO
Petak ke : PURWOKERTO
Koordinat : 041200045108/00152591
Varietas :
1119932275476444/79029445895714
: PS 862
Tgl Tebang : 26/07/2018
Jam Tebang : GL : B
Penebang : Brix : 19
No. Truk : AG 8624 GE pH :
NON DONGKEL NON ZPK
(Cetak Ulang)
Pintu Masuk SKK Tebang Angkut
Agus Siswanto
34
e. Pengamatan varietas tebu, jumlah ruas, dan tebu wayu.
f. Pemberian surat peringatan kepada pengangkut yang tidak
memenuhistandart kualitas.
2. POS II di crane
a. Portal batas tinggi muatan.
b. Pemisahan jalur berdasarkan mutu tebu.
c. Apabila setelah diangkat crane tebu nampak kotor, maka akan
dikembalikan dan diberikan surat peringatan.
3. POS III di meja tebu
a. Penetapan kriteria mutu tebu, terdiri dari:
MBS Plus
Mutu A, B1, B2, dan B3.
Cara Mengatasinya :
35
1. Melakukan penanaman pohon rindang yang lebih banyak untuk
membuat emplasement pabrik menjadi teduh dan melindungi tebu
yang diangkut dari paparan sinar matahari langsung.
2. Mengoptimalkan kapasitas lori dan mengisinya tidak sampai
menjulang tinggi karena hal ini akan mengakibatkan tebu berjatuhan
di halaman pabrik.
BAB V
STASIUN GILINGAN
36
3. Mengekstrak nira didalam batang tebu diambil sebanyak mungkin
dengan persentase kehilangan sukrosa sedikit mungkin dengan cara
yang efektif, efisien, dan ekonomis.
4. Menghasilkan hasil samping berupa ampas (bagase) dengan
persentasi zat kering ampas setinggi mungkin yang digunakan
sebagai bahan bakar Boiler.
37
5.2. Gambar Diagram Alur Proses di Stasiun Gilingan
Gambar
5.1 : Alur
1. Truk
38
tebu ke rantai cane crane.
3. Bak truk : Tempat penampung muatan tebu.
4. Tebu : Bahan untuk digiling.
c. Spesifikasi truk pengangkut tebu
Kapasitas : 60 – 100 kuintal
2. Lori
39
Gambar 5.3 : Lori Tebu
a. Keterangan Gambar
1. Ajuk lori 4. Rangka lori
2. Roda lori 5. Rantai pengait lori
3. Aspot lori
b. Fungsibagian-bagian alat
40
1. Ajuk lori : Tiang penyangga muatan tebu.
2. Roda lori : Roda menjalankan lori.
3. Aspot lori : Tempat bertumpu poros roda lori.
4. Rangka lori : Badan utama untuk menampung
muatan.
5. Rantai pengait lori : Untuk menyambung lori dengan
mesin diesel.
c. Spesifikasi lori tebu:
1. Lori dengan nomor berwarna kuning memiliki Tarra 9 ku.
2. Lori dengan nomor berwarna biru memiliki Tarra 10 ku.
3. Lori dengan nomor berwarna putih memiliki Tarra 11 ku.
3. Cane Crane
41
5. Motor penggerak crane horizontal.
b. Fungsi bagian–bagian alat
42
Tahun : 2012
43
4. Meja Tebu
a. Keterangangambar
1. Meja tebu
44
2. Motor listrik
3. Roda gigi penggerak
4. Rantai
5. Tiang
6. Cane feedeing
7. Operator
c. SpesifikasiMeja Tebu :
Type : drag chain conveyor
Kapasitas : 100 Ton/H
Jumlah meja : 4 unit
Dimensi : 6 mP x 7,5 Ml
Sudut inklinasi : 5 - 7 derajat
Apron speed : 5 mtr/min
Elmo : 15 kW/1450 rpm
Cyclodrive H-928 B
45
Gearbox : Ratio 1/289
Input 15 kW / 1500 rpm
Jumlah rantai : 842
Tipe rantai : 09063
46
2. Baut pengikat : Untuk mengikat pisau tebu agar tidak mudah
lepas.
3. Disc : Tempat menempelnya pisau tebu.
4. Poros : Tempat kedudukan disc dan pisau tebu.
5. Piringan :Berfungsi sebagai penyangga meja tebu.
6. Cane feeding : Alat yang berfungsi untuk menstransferkan
umpan dari meja tebu menuju alat
pendahuluan.
7. Operator : Tempat dipasangnya pisau-pisau pemotong.
47
5.4.5. Ukuran Tebu Setelah Melewati Pisau Tebu
48
5.5. Unigrator
49
denganpenggerak.
4. Cover : Untuk pelindung bagian luar unigrator.
5. Setelan anvil : Untuk menyetel anvil unigrator.
6. Cane carrier : Untuk mengangkut tebu yang akan masuk ke
unigrator.
7. Elevator : Untuk mengangkut tebu dari unigrator masuk
kegilingan.
5.5.4. Cara Unigrator Merusak tebu
50
5.6. Alat – alat Persiapan Lainnya
1. As Penggerak
2. Pisau perata
Elektro motor
Daya : 37 Kw
Frekuensi : 50 Hz
Voltase : 380 V
Cosphi : 0.89
51
5.7. Gilingan
52
Gambar 5.10 : Unit Rol Gilingan
53
gilingan bekerja.
3. Oli Pelumas : Berfungsi sebagai pelumas tekanan hidrolik
gilingan.
4. Tempat Plunyer : Berfungsi sebagai pegas tekanan hidrolik.
5. Metal Atas Roll : Berfungsi sebagai penerima tekanan hirolik.
Atas
6. Skrapper Roll : Berfungsi sebagai pembersih ampas yang
Atas menyumbat alur roll atas.
7. Feeding Roll : Berfungsi sebagai roll pengumpan ampas ke
gilingan.
8. Roll atas dan Roll : Berfungsi sebagai pemerah ampas dengan
Depan cara roll atas diberi tekanan hidrolik kemudian
bersama roll depan melakukan pemerahan
pertama.
9. Skrapper Roll : Berfungsi sebagai pembersih ampas yang
Belakang menyumbat alur Roll Belakang.
10 Penahan Roll : Berfungsi sebagai pembersih ampas yang
. Depan dan Roll menyumbat alur Roll Belakang.
Belakang
11 Roll Depan : Bersama dengan roll atas melakukan
. pemerahan pertama.
12 Tempat Plat : Berfungsi sebagai tumpuan Plat Ampas.
. Ampas
13 Roll Belakang : Bersama roll atas melakukan perahan ke dua.
.
14 Penyangga Metal : Berfungsi sebagai tumpuan sekaligus penahan
. Roll Depan metal Roll Depan.
15 Penyangga Metal : Berfungsi sebagai tumpuan sekaligus penahan
. Roll Belakang Roll Belakang.
16 Standart Gilingan : Berfungsi sebagai tumpuan metal-metal dari
. Roll Gilingan dan Unit Hidrolik Gilingan.
17 Setelan atau : Berfungsi sebagai tumpuan Plat Ampas
. Pressure Plat sekaligus penyetelan Plat Ampas tersebut
Ampas
54
berfungsi menata ketebalan sabut, diumpankan oleh feeding roll, masuk
ke celah antara roll atas yang diberi tekanan hidrolik, dan roll depan yang
berputar saling berlawanan untuk melakukan pemerahan. Rol pengumpan
yang berfungsi mengumpankan cacahan tebu dari unigrator dihubungkan
dengan rol depan dan rol atas melalui rantai sehingga arah perputarannya
searah dengan putaran rol depan dan rol atas. Berputarnya roll atas
digerakan oleh Turbin uap dengan kecepatan putar di reducer oleh HSR
dan LSR sehingga putaran rol sesuai kapasitas yang di kehendaki.
Hasil nira perahan pertama jatuh ke bak yang ada dibawah unit
gilingan melalui alur-alur roll gilingan dan mengalir ke bak penampung
nira perahan pertama. Dalam melakukan perahan kedua antara roll atas
dan roll belakang, roll atas tetap mendapat tekanan hidrolik. Hasil nira
perahan ke dua juga jatuh di bak yang ada dibawah unit gilingan dan
untuk selanjutnya mengalir ke bak penampung. Jumlah penampung nira
pada stasiun ini sebanyak 4 buah. Ampas yang telah melewati dua kali
perahan dalam satu unit gilingan tadi untuk selanjutnya mendapat
perlakuan yang sama di unit gilingan berikutnya. Selama pemerahan
berlangsung ampas yang melalui tiap-tiap unit gilingan ketebalannya
tidak sama.
55
alat penekan hidrolik yang bekerja pada rol atas sehingga akan
menghasilkan kecepatan putaran rol yang berbeda antar unit gilingan.
Nira yang dihasilkan gilingan I disebut NPP (Nira Perahan Pertama) dan
dialirkan ke penampung A. Jumlah penampung nira pada stasiun ini
sebanyak 4 buah. Ampas tebu dari gilingan I dengan kekeringan 41%
melalui alat bantu transportasi yaitu intermediate carrier I dialirkan ke
gilingan II yang selanjutnya diperah pada gilingan II. Agar pemerahan
lebih efisien maka perlu ditambahkan nira imbibisi dari gilingan IV. Nira
yang terperah pada gilingan II kemudian dialirkan pada penampung A
bercampur dengan nira perahan gilingan I dan selanjutnya dipompa ke
saringan rotary cus-cus untuk memisahkan nira yang masih
terkontaminasi ampas dan kotoran. Nira hasil penyaringan selanjutnya
dialirkan ke stasiun pemurnian. Ampas tebu dari gilingan II dengan
kekeringan 44% diperah oleh gilingan III dan ditambahkan nira imbibisi
dari gilingan V. Nira yang dihasilkan gilingan III ditampung pada
penampung B dan dialirkan sebagai nira imbibisi setelah gilingan I.
Ampas tebu dari gilingan III dengan kekeringan 47% diperah oleh
gilingan IV dan ditambahkan air imbibisi condensat. Nira yang
dihasilkan gilingan IV ditampung pada penampung C dan dialirkan
sebagai imbibisi setelah gilingan II. Ampas tebu dari gilingan IV dengan
kekeringan 50% dan telah diberi imbibisi air kondensat dari Badan
Penguapan dengan suhu 75-85 ℃ kemudian diperah kembali oleh
gilingan V. Nira yang dihasilkan gilingan V ditampung pada penampung
D dan dialirkan sebagai nira imbibisi menuju gilingan III.
56
terjadi dua kali pemerahan nira. Pemerahan pertama dilakukan rol atas
dan rol depan, pemerahan kedua dilakukan rol atas dan rol belakang.
Karena digunakan lima unit gilingan, maka diperoleh 10 kali pemerahan.
Hasil pemerahan gilingan I merupakan yang terbanyak, kemudian makin
ke belakang makin sedikit nira yang dihasilkan. Nira hasil perahan
gilingan I dan II dicampur pada penampung A dan campuran ini disebut
nira mentah.
5.7.6. Ukuran Rol – rol Gilingan dan Spesifikasi Mesin Penggerak Gilingan
57
Cosphi : 0.81, Amb : 40oC, IP : 55
Gilingan III Standard KAWASAKI
Turbin Uap Governor
Uk. Standard 41” x 82”
Woodward PGD
3 roll mill –V grove 470
SNM Turbine (650 HP)
Dia. Roll 38”x 78”
Doublestage
Dia. Journal450 x 600mm
Uba 16ato,Ube 1.2ato
TransmisidoublestraindChai
5050.4rpm
n
Gilingan IV Turbin Uap Governor
Standard KAWASAKI
Woodward PGD
Uk.Standard 41” x 82”
SNM Turbine (650 HP)
3 roll mill –V grove 470
Doublestage
Dia. Roll38” x 78”
Uba 16ato,Ube 1.2ato
Dia. Journal450 x 600mm
5050.4rpm
Gilingan V Turbin Uap Governor
Standard KAWASAKI
Woodward PGD
Uk.Standard 41” x 82”
SNM Turbine (650 HP)
3 roll mill –V grove 470
Doublestage
Dia. Roll38” x 78”
Uba 16ato,Ube 1.2ato
Dia. Journal450 x 600mm
5050.4rpm
Penggerak Front Roll : Elektro motor - Weg W21
250 Kw - 492 A (3 phase), Ins Cl : F, Weight : 2.133 Kg
Frame : 355 M/L-06, Frequency : 50 Hz, S.F. : 1.00
Cosphi : 0.81, Amb : 40oC, IP : 55
58
Forward &backward option
Gilingan II Sumitomo - 650HP Kawasaki 210cc/min
Input 5050,4 rpm 650HP - 150rpm 100kg/cm2
Ratio 1/33.669 Ratio 1/23 Elmo 0,75kW
With turning gear motor
Forward & backward option 1410rpm
Gilingan III Sumitomo - Kawasaki 210cc/min
650HPInput 5050,4 650HP - 150rpm 100kg/cm2
rpm Ratio 1/23 Elmo 0,75kW
With turning gear motor
Ratio 1/33.669 1410rpm
Forward & backward option
Gilingan IV Sumitomo - Kawasaki 210cc/min
650HPInput 5050,4 650HP - 150rpm 100kg/cm2
rpm Ratio 1/23 Elmo 0,75kW
With turning gear motor
Ratio 1/33.669 1410rpm
Forward & backward option
Gilingan V Sumitomo - 650HP Kawasaki 210cc/min
Input 5050,4 rpm 650HP - 150rpm 100kg/cm2
Ratio 1/33.669 Ratio 1/23 Elmo 0,75kW
With turning gear motor
Forward & backward option 1410rpm
59
5.8. Pengaturan Tekanan Gilingan
11
60
gilingan digerakkan roll atas.
6. Roll atas gilingan : Berfungsi sebagai controller tekanan hidrolik.
7. Roll Depan dan : Berfungsi sebagai tumpuan tekanan hidrolik
Roll Belakang oleh Roll atas.
8. Bak Nira Gilingan : Berfungsi sebagai tempat mengalirnya nira
perahan gilingan.
9. Kotak Oli : Tempat persediaan oli.
10 Pompa : Berfungsi sebagai sumber tekanan hidrolik.
.
11 Pondasi Gilingan : Berfungsi sebagai tumpuan 1 unit gilingan.
.
61
L : Panjang roll (dm)
d : Diameter piston
2 : Jumlah piston
Contohsoal : Kap.6000 TCD
p = 1500 kg/dm2 (unigrator) L = 21 dm
D = 9,2 dm d = 30 cm
1500 x 9 ,2 x 21
P ¿ 2 = 2015,1 kg/cm2
0,785 x 30 x 2
( )
5.9. Kepryak Tebu dan Kepryak Ampas
1. Kepryak Tebu
62
3. Rol sapu krepyak : Untuk membersihkan krepyak tebu
dari kotoran.
4. Rol penggerak : Untuk menggerakkan rantai yang
dihubungkan dengan motor listrik.
5. Rantai : Berfungsi sebagai tempat kedudukan
krepyak dan penghubung antara rol
penggerak.
c. Cara Kerja Kepryak Tebu
Krepyak tebu memiliki bentuk berupa lempengan plat
bergelombang yang disusun sejajar yang berfungsi untuk
menstransfer tebu menuju alat pendahuluan. Krepyak digerakkan
oleh elektromotor, sehingga ketika elektromotor bergerak krepyak
ikut bergerak dengan membawa tebu dari meja tebu.
63
2. Kepryak Ampas
64
7. Tiang Penyangga : Berfungsi sebagai penyangga plat
dasar.
8. Roda Penghantar : Tempat persediaan oli.
9. Penahan : Merupakan besi yang berbentuk
huruf U dan di pasang terbalik
sebagai penahan rantai.
10 Roda penahan : Berbentuk roda bergigi sebagai
. penahan rantai apabila membawa
ampas naik miring ke atas rantai
tersebut tidak terbawa lurus
kemiringan plat dasar.
11 Plat Dasar Ampas : Berfungsi Sebagai tumpuan ampas.
.
c. Cara Kerja Kepryak Ampas
Intermediet carrier digerakkan oleh suatu elektromotor.
Ampas jatuhan dari gilingan akan ditarik dan digaruk oleh cakar
krepyak, sehingga ampas ikut terbawa keatas. Di atas terdapat
lubang yang berfungsi untuk memindahkan umpan menuju
baterai gilingan berikutnya.
65
5.10. Imbibisi Gilingan
66
4. Gilingan II : Untuk memerah nira.
5. Gilingan III : Untuk memerah nira.
6. Gilingan IV : Untuk memerah nira.
7. Gilingan V : Untuk memerah nira.
8. Nira I : Nira perahan pertama.
9. Nira II : Nira perahan pertama.
10 Nira III : Nira dari gilingan III.
.
11 Nira IV : Nira dari gilingan IV.
.
12 Nira V : Nira dari gilingan V.
.
13 Bak Penampung : Untuk menampung nira.
. Nira
14 DSM Screen : Untuk menyaring nira.
.
15 Bak nira : Untuk menampung nira dari gilingan I-V.
. tertimbang
16 Pompa : Untuk memompa cairan dari satu alat ke
. alat lainnya.
17 Flow meter : Untuk menimbang nira mentah.
.
5.10.2. Cara Kerja Imbibisi Gilingan
67
serta kemampuan untuk menguapkan kandungan air yang ada pada nira
hasil ekstraksi gilingan di dalam stasiun penguapan. Air Imbibisi yang
digunakan adalah air yang harus bersih serta panas dengan suhu antara
75º C samapai 85ºC dan benar-benar merata serta benar – benar masuk
ke dalam ampas agar sukrosa yang masih terkandung di dalam ampas
mudah larut dan mudah keluar. Penambahan air imbibisi berfungsi untuk
memaksimalkan ekstraksi nira dari ampas. Bila air imbibisi yang
ditambahkan terlalu banyak maka akan menghambat proses penguapan
pada evaporator. Sedangkan bila kadar air imbibisi kurang maka kadar
gula yang tersisa dalam ampas masih tinggi.
5.10.3. Ukuran Saringan, Ukuran Lubang, Jumlah Lubang Saringan per Satuan
Luas, dan Bahan Saringan
68
Gambar 5.15 : Rotary Chus – chus
a. Bagian – bagian Rotary Chus – chus
1. Lubang uap panas 4. Badan saringan
2. Penyangga badan rotari 5. Screw conveyor
3. Saringan 6. Jatuhan nira
b. Fungsi Masing – masing Bagian
1. Lubang uap Untuk menyemprotkan uap panas pada
panas badan saringan rotari as.
2. Penyangga : Untuk menutupi badan sarinagn rotari
badan rotari agar saat uap panas keluar, pembersihan
ampas halus pada badan dapat optimal.
3. Saringan : Menyaring nira mentah dengan gerakan
memutar berlawanan arah jarum jam.
4. Badan saringan : Tempat proses penyaringan nira mentah.
5. Screw conveyor : Menyalurkan ampas halus untuk di
jatuhkan ke baterai gilingan lagi.
6. Jatuhan nira : Nira mentah tersaring yang akan dialirkan
ke dalam bak nira mentah tersaring.
c. Spesifikasi Rotary Chus – chus :
Dimensi : 1,8 md x 4,75 ml
Diameter lubang : 1 mm
Bahan : Stainless steel
69
Kapasitas : 250 m3 / jam
Speed out : 8 rpm
Elmo : 18,5 hp / 1450 rpm
With gearbox ratio 1 / 17
70
2. HPB1 > 60 62,70
3. HPBtot 91 – 95 93,70
4. HPG 92 – 96 -
5. PSHK 95 – 97 96,10
6. Pol Ampas < 2,0 1,8
7. Mill Extraction - 94,80
71
BAB VI
STASIUN PEMURNIAN
72
6.2. Angka Pengawasan Stasiun Pemurnian
73
6.4. Timbangan/pengukur Nira
74
6.4.3. Fungsi Masing – masing Bagian
Nira mentah yang masuk melalui saluran masuk nira mentah akan
dibaca levelnya oleh alat sensor berupa batangan besi yang di letakan
didalam tangki penimbang nira, ketika level nira sudah mencapai
kapasitasnya sensor akan mengirim sinyal ke buterfly valve nira masuk
untuk menutupunya dan nira yang tertampung dalam tangki akan
diketahui beratnya melalui Load cell yang akan mengirim hasil
timbangannya ke komputer, selanjutnya sensor buterfly valve nira keluar
tertimbang akan mengirimkan sinyalnya ke buterfly valve nira keluar
75
tertimbang untuk menjatuhkan nira tertimbang ke tangki penampung.
Alat penimbang nira ini beroperasi secara bergantian antara tangki
penimbang nira 1 dan tangki penimbang nira 2, dimana ketika tangki 1
terisi penuh maka pengisian nira akan berpindah ke tangki 2, ketika
tangki 2 sedang mengisi nira yang akan ditimbang maka tangki 1
menjatuhkan niranya ke tangki penampung begitu seterusnya. Berat total
nira tertimbang dari kedua tangki tersebut adalah 38 Ku.
6.4.5. Cara Mengetahui Berat Nira Tiap 8 jam atau Tiap 24 jam
Contoh : Untuk mengetahui berat nira tiap 8 jam dan tiap 24 jam.
Tabel 6.2 : Data Nira Mentah Tertimbang
76
2.721 KU 11 : 00 – 12 : 00 2.770 KU
2.681 KU 12 : 00 – 13 : 00 2.610 KU
20.867 KU Total Nira Shift 1 19.033 KU
13 : 00 – 14 : 00 2.701 KU
14 : 00 – 15 : 00 2.616 KU
15 : 00 – 16 : 00 2.680 KU
16 : 00 – 17 : 00 735 KU
17 : 00 – 18 : 00 430 KU
18 : 00 – 19 : 00 2.726 KU
19 : 00 – 20 : 00 2.641 KU
20 : 00 – 21 : 00 2.813 KU
Total Nira Shift 2 17.345 KU
21 : 00 – 22 : 00 2.706 KU
22 : 00 – 23 : 00 1.057 KU
23 : 00 – 00 : 00 2.732 KU
00 : 00 – 01 : 00 1.114 KU
01 : 00 – 02 : 00 0
02 : 00 – 03 : 00 18
03 : 00 – 04 : 00 2.280 KU
04 : 00 – 05 : 00 2.615 KU
Total Nira Shift 3 12.516
20.867 KU Total Nira Hari Ini 48.894 KU
77
6.5. Pemanas Nira (Juice Heater)
78
6.5.2. Bagian – bagian Pemanas Nira
79
13 Tube : Ruang nira bersirkulasi.
.
14 Saluran air : Saluran pengeluaran air kondensat.
. kondensat
15 Sekat : Penyekat kompartemen/penyekat aliran
. kompartemen sirkulasi nira pada ruang JH bagian bawah.
bawah
16 Deksel bawah : Berfungsi untuk membuka menutup tutup JH
. bagian bawah saat proses penyekraban.
17 Pemberat deksel : Memudahkan pada waktu membuka dan
. bawah menutup deksel (tutup).
80
n. Kecepatan nira keluar pompa :1,20 – 2,0 m/s
o. Faktor pengaman : 1,2
Ditanya : luas pemanas juice heater ?
Jawab :
Pc Ts−T 1
Luas Pemanas Juice Heater 1¿ ln
k Ts−T 2
P (berat nira mentah) = % nira mentah x kapasitas
= 105% x 6.000 TCD
= 6.300 ton nira/hari
= 262,5 ton nira/jam
= 262.500 kg/jam
c (panas spesifik) = 1 – 0,0056 x brix nira mentah
= 1 – 0,0056 x 13
= 0,9272 kcal/kg/oC
k (koef perpindahan panas) = 1,009 Ts (4,9987 + V nira
keluar)
= 1,009 105 (4,9987 + 2 m/s)
= 741,48 kcal/m2/oC/jam
Pc Ts−T 1
Luas Pemanas¿ ln
k Ts−T 2
262.500 x 0,9272 105−33
¿ ln
741,48 105−75
= 328,29 ln 2,4
= 287,408 m2 x faktor pengaman
= 287,408 m2 x 1,2
= 344,8896 m2
Pc Ts−T 1
Luas Pemanas Juice Heater 2¿ ln
k Ts−T 2
P (berat nira mentah) = % nira mentah x kapasitas
81
= 105% x 6.000 TCD
= 6.300 ton nira/hari
= 262,5 ton nira/jam
= 262.500 kg/jam
(koef. perpindahan panas) = 1,009 Ts (4,9987 + V nira keluar)
= 1,009 113 (4,9987 + 2 m/s)
= 797,97 kcal/m2/oC/jam
c (panas spesifik) = 1 – 0,0056 x brix nira mentah
= 1 – 0,0056 x 13
= 0,9272 kcal/kg/ C
o
Pc Ts−T 1
Luas Pemanas ¿ ln
k Ts−T 2
262.500 x 0,9272 113−75
¿ ln
797,97 113−105
= 305,01 ln 1,56
= 475,81 m2x faktor pengaman
= 475,81 m2x 1,2
= 570,98 m2
82
6.5.5. Diameter, Panjang Pipa dan Jumlah Pipa Tiap Kompartemen
83
Pipa
4 inch 4 inch 4 inch 4 inch 4 inch
Kondensat
Pipa Juice 10 inch 10 inch 10 inch 10 inch 10 inch
Ø Badan 1.700 mm 1.700 mm 1.700 mm 1.900 mm 2.250 mm
Ø Pipa
33 mm/36 33 mm/36 33 mm/36 33 mm/36 33 mm/36
Pemanas
mm mm mm mm mm
ID/OD
Ø Pipa Ube 350 mm 350 mm 350 mm 350 mm 355 mm
Ø Pipa Uap
400 mm 400 mm 400 mm 400 mm 355 mm
Nira
6.5.6. Bahan Pemanas Yang Digunakan dan Suhu Nira Yang Tercapai
1. Pemanas Pendahuluan I
Pemanas pendahuluan I terdiri dari 4 buah pan pemanas yaitu
pan no 1, 2, 3, dan 4. Agar dapat diperoleh reaksi yang sempurna dan
cepat, maka nira mentah sebelum diproses lebih lanjut menuju
proses defekasi dan sulfitasi nira harus dipanaskan terlebih dahulu
sampai suhu mencapai 75o C dengan tujuan :
a. Mematikan dan menghambat perkembangan bakteri mesofilis.
b. Menekan kerusakan sukrosa dan gula mereduksi.
c. Menurunkan viskositas nira hingga proses reaksi lebih cepat.
d. Menggumpalkan zat – zat putih telur, lilin, zat warna, dan
gom.
84
e. Menekan kelarutan kapur dalam nira.
f. Menekan terbentunya pewarnaan dari nira (browning)
2. Pemanas Pendahuluan II
Pada pemanas pendahuluan II terdiri dari 4 buah pan pemanas
yaitu no 5, 6, 7, 8. Pemanasan dilakukan setelah nira mengalami
proses defekasi 1 dan 2 serta sulfitasi 1, sebelum nira masuk
kedalam flash tank maka nira perlu dipanaskan sampai suhu 105o C –
110o C dengan tujuan :
a. Agar reaksi lebih sempurna dan untuk menekan kehilangan
gula yang terbawa dalam nira kotor
b. Menurunkan viscositas nira.
85
4. Ruang nira ( dalam pipa )
5. Ruang uap ( diantara pipa )
6. Lubang – lubang pipa ammonia
86
pelampung atas pipa pemasukan ke pelampung.
4. Tangkai : Klep penghubung jalannya air embun dari
pelampung bawah pelampung ke pipa pengeluaran.
5. Tutup Condenspot : Sebagai penutup badan condenspot.
6. As tangkai : As yang menghubungkan tangkai
pelampung pelampung dengan condensat.
7. Pipa Pengeluaran : Tempat keluarnya saluran air embun dari
air embun pemanas.
8. As klep : As yang menghubungkan klep pengeluaran
pengeluaran dengan afsluiter.
9. Klep pengeluaran : Sebagai penerus gerakan naik turun dari
pelampung ke klep pengeluaran.
10 Afsluiter : Untuk mengeluarkan gas-gas dari
. pengeluaran gas condenspot.
87
ketel. Khusus untuk air kondens yang masuk ke ketel, pH nya harus >7
karena jika pH nya asam, maka akan menyebabkan kerusakan pada pipa-
pipa ketel. Begitu juga dengan air kondens negatifnya. Jika air kondens
positif ikut terbawa ke ketel, maka akan menyebabkan kerak di pipa
sehingga mempercepat korosi pada pipa. Untuk mengetahui air kondens
positif dan negatif, digunakan reagen Alphanaptol dan Asam Sulfat.
Sebagai ukuran, indikator Naptol 3 tetes dan Asam Sulfat 15 tetes. Jika
air kondens berubah warna ( keruh kecoklatan atau biru) maka air
kondens tersebut adalah air kondens positif. Sebaliknya, jika setelah
ditetesi indikator air kondens tidak berubah warna, maka air kondens
tersebut adalah air kondens negatif.
88
6.7. Bejana Pengembangan dan Prefloc Tower
89
2. Arah aliran nira 8. Pipa gas buangan
3. Penyangga pipa/outlet nira 9. Badan Flash tank
4. Plat penangkap nira 10. Badan dalam Flash tank
5. Outlet nira 11. Valve tap tapan
6. Tabung outlet nira 12. Pipa pengeluar tap tapan
b. Fungsi Masing – masing Bagian
90
Diameter : 3.500 mm
Tinggi : 4.000 mm
Flash area :5m 2
V3
Waktu tinggal = m3
Q( )
menit
38,5 m3
= m3
3,14( )
menit
= 12,26 menit
91
6.7.2. Snow Bolling
92
bolling flokulan yang berbentuk angka delapan.
7. Penyangga : Alat penompang bejana tangensial Pipa tap
tangki tangensial tapan endapan.
8. Saluran : Endapan yang berhubungan langsung dengan
pengeluaran tap– tangki nira kotor.
tapan
9. Valve tap – : Valve pembuka dan penutup tap – tapan
tapan endapan.
c. Volume/Ukuran Snow Bolling
Kapasitas : 21,77 m3
Tinggi : 3.800 mm
Diameter : 2.700 mm
6.8.1. Defekasi I
93
Gambar 6.8 : Defekator
94
8. Lubang over : Lubang pengeluaran nira dari badan bagian
flow atas dalam menuju saluran outlet.
9. Outlet nira : Pipa pengeluaran nira mentah terkapuri.
10 Badan dalam flas : Bejana silinder yang menerima umpan masuk
. tank secara turbulen.
11 Valve tap-tapan : Valve yang digunakan untuk membuka dan
. menutup hasil dari tap-tapan.
12 Pipa pengeluaran : Pipa pengeluaran hasil tap-tapan yang
. taptapan berhubungan langsung dengan tangki
liquidasi.
13 Tube : Ruang nira bersirkulasi.
.
14 Saluran air : Saluran pengeluaran air kondensat.
. kondensat
15 Sekat : Penyekat kompartemen/penyekat aliran
. kompartemen sirkulasi nira pada ruang JH bagian bawah.
bawah
16 Deksel bawah : Berfungsi untuk membuka menutup tutup JH
. bagian bawah saat proses penyekraban.
17 Pemberat deksel : Memudahkan pada waktu membuka dan
. bawah menutup deksel (tutup).
4. Spesifikasi Defekator I
95
Dimana :
Q : Kapasitas giling, (TCD)
V : Volume efektif defekator (m3)
δ : Berat jenis nira mentah (ton/m3)
t : Waktu tinggal nira dalam defekator I (<3 menit)
q : Kadar nira mentah % tebu
22 x 60 x V x δ x 100
Q =
txq
22 x 60 x V x δ x 100
= 3 xq
4.000 x V x δ
= q
Di PG Ngadiredjo kapasitas giling atau Q = 6000 TCD, pada
jumlah nira = 115% tebu, dan brix nira = 13,20% (berat jenis δ =
1,0493 ton/m3) maka volume efektif bejana defekator pertama
adalah :
Q xq
V = 44.000 x δ
6.000 x 115
= 44.000 x 1,0493
= 14,9 m3
6. Waktu Tinggal Nira dan Jumlah Perputaran (Sirkulasi) Nira
96
(brom thymol blue) pada sample lalu dapat diketahui pH nira dari
warnanya, semakin gelap warnanya maka semakin tinggi pH nira.
6.8.2. Defekasi II
1. Spesifikasi Defekator II
Type : Continue stirrer tank reactor
Volume : 10,40 m3
Diameter : 2.100 mm
Pengaduk Tangki
Panjang shaft : 2.600 mm
Tinggi : 3.000 mm
Dia propeller : 930 mm
Type : Six blade open turbine
EM Penggerak : 7,5 kW / 1.450 rpm
Speed agitator : 150 rpm
Ratio gearbox : 1 : 10
97
Waktu tinggal nira dalam defekator 2 berkisar <1 menit maka
dengan demikian siklus perputaran nira dalam defekator 1 yaitu : 60
siklus/jam.
98
Gambar 6.9 : Sulfur Tower
2. Bagian – bagian Sulfur Tower
1. Saluran inlet nira 7.Verkliker nira
2. Aliran nira 8. Blower
3. Plat tirai 9. Pipa outlet gas SO2
4. Inlet gas SO2 10. Man hole
5. Pipa penghubung 11. Lubang saringan
6. Tanki penampung nira
99
menuju sulfurtower.
2. Aliran nira : Arah aliran nira yang jatuh kebawah
membentuk tirai hujan akibat aliran yang
jatuh dikenai oleh plat.
3. Plat tirai : Plat pemecah aliran nira berbentuk ¾
lingkaran yang berlubang – lubang seperti
saringan.
4. Inlet gas SO2 : Saluran masuk gas SO2 yang bergerak keatas.
5. Pipa penghubung : Saluran untuk menghubungkan nira dari
sulfultower menuju ke tangki penampung
nira.
6. Tanki : Tangki yang digunkan untuk menampung nira
penampung nira tersulfitir.
7. Verkliker nira : Peti penangkap nira yang terbawa gas SO2
agar tidak ikut terbawa ke dalam blower.
8. Blower : Berfungsi untuk menarik gas SO2 dari pipa
outlet sulfurtower untuk dialirkan ke udara
luar.
9. Pipa outlet gas : Saluran pembuangan gas SO2 menju udara
SO2 luar.
10 Man hole : Berfungsi untuk keluar-masuk atau digunakan
. untuk lubang penghihatan saat pengecekan
alat.
11 Lubang saringan : Berfungsi untuk aliran nira yang jatuh
. sehingga menimbulkan efek tirai hujan.
100
5. Isi Peti Sulfitasi Saat Bekerja
22 x 60 x V x δ x 100
Q =
txq
Dimana :
Q : Kapasitas giling (TCD)
V : Volume efektif kolom sulfitir (m3)
δ : Berat jenis nira mentah (ton/m3)
t : Waktu tinggal nira dalam kolom sulfitir (8 menit)
q : Kadar nira mentah % tebu
22 x 60 x V x δ x 100
Q =
txq
22 x 60 x V x δ x 100
=
8 xq
16.500 x V x δ
=
q
Di PG Ngadiredjo kapasitas giling (Q) = 6000 TCD, pada jumlah
nira mentah yang masuk sulfitir = 118% tebu, dan brix nira = 13,20%
(berat jenis δ = 1,0493 ton/m3) maka volume efektif kolom sulfitirnya
adalah :
Qxq 6.000 x 118
V =
16.500 x δ
= 16.500 x 1,0493
= 40,89 m3
6. Waktu Tinggal Nira dan Jumlah Perputaran (Sirkulasi) Nira
101
warnanya maka semakin tinggi pH nira. Sedangkan untuk nira kental
tersulfitir menggunakan bahan kimia berupa CPR.
102
4. Pipa outlet nira : Berfungsi sebagai saluran keluarnya nira
kotor kotor dari masing masing kompartemen.
5. Pipa outlet nira : Berfungsi sebagai saluran keluarnya nira
jernih jernih dari masing-masing kompartemen
secara overflow.
6. Pipa sentral : Pipa pembagi nira ke setiap kompartemen.
7. Scrapper : Untuk mengumpulkan nira kotor pada setiap
kompartemen.
103
Q : Kapasitas giling, (TCD)
V : Volume efektif Door clarifier (m3)
δ : Berat jenis nira mentah (ton/m3)
t : Rata-rata waktu retensi nira (menit)
φ : Faktor keamanan
Q x t xφ 3
V= m
δ x 22 x 60
6000 x 40 x 1,15 3
= m
1,0493 x 22 x 60
104
276.000 3
= m
1385,076
V = 199,26704 m3
Sehingga ukuran standart Door Clarifier yang harus dipilih adalah Ø
24’ x 18’, yang mempunyai volume efektif 200 m3.
105
Gambar 6.11 : Rotary Vacuum Filter
6.10.2. Bagian – bagian Alat Penapis dan Jumlah Lubang Saringan per Satuan
Luas
106
Perforasi : 24 x 29 mesh, tebal 0,5 mm
Total screen : 32 psc/set
Total plastik : 96 pcs / set
Rpm Drum : 1.450 rpm
EM Penggerak : 2,2 kW
b. Rotary Vacuum Filter Tengah
Luas Tapis : 80 m2
Merek : Weltes EN – 2007
Diameter Drum : 3.660 mm
Panjang Drum : 7.014 mm
Perforasi : 625 hole / inch
107
: tebal 0,3 mm
: dia. hole 0,5 mm
Total screen : 72 pcs
Total plastik : 96 pcs / set
Rpm Drum : 1,3 rpm wtih variable speed
EM Penggerak : 2,2 kW / 10 – 60 rpm
1. Pipa air pencuci / : Pipa yang dilengkapi dengan sprayer agar air
Afsud keluar dari pipa dapat mengabut / mencuci
blotong.
2. Drum Vacuum : Berfungsisebagai badan penyaring nira kotor
filter yang berputar pada porosnya yang digerakkan
oleh elektromotor dengan kecepatan putar =
0,33 rpm (3 putaran dalam 1 menit).
3. Saringan : Melekat pada dinding drum berfungsi sebagai
penyaring nira kotor dan kotoran yang berupa
blotong melekat pada saringan.
4. Sekrap Blotong : Berfungsi untuk menyekrap blotong.
5. Bak Nira Kotor : Tempat nira kotor ditampung dan disaring.
Atas
6. Pengaduk : Berfungsi untuk mengaduk nira kotor agar
tidak terjadi pengendapan (rpm=30).
7. Pipa nira : Pipa / saluran nira tapis vacuum tinggi.
Vacuum Tinggi
8. Pipa nira : Saluran keluar nira tapis vacuum rendah.
Vacuum Rendah
9. Manometer : Alat pengukur tekanan Vacuum filter.
10 Bak Pencampur : Tempat pencampuran nira kotor dengan
. ampas halus (bagacillo).
11 Bak Nira Kotor : Penampung nira kotor dari peti pengendapan.
. bawah
12 Pompa Nira : Memompa nira kotor ke bak pencampur.
. Tapis
6.10.4. Ukuran dan Kapasitas Alat
108
1
1 m2 ¿ = 10, 764 sq.ft
0,092903
28,2 m2 = 28,2 × 10,764 sq.ft = 303,54 sq.ft
0,3 m2 = 0,3 × 10,764 sq.ft = 3,23 sq.ft
Menurut Hugot ( 481 – 482)
Kebutuhan area penapisan adalah 0,3 m2/TCH
109
daerah pencucian dengan siraman air suhu ±80oC idealnya 85oC, setelah
tahap pencucian, drum berputar masuk ke daerah dengan tekanan
vacuum tinggi 40 – 45 cmHg sehingga larutan larutan nira dalam kotoran
terhisap dan kotoran menjadi kering (blotong). Daerah bebas vacuum
adalah daerah terakhir yang dilalui drum untuk melepas blotong dengan
cara disekrap.
110
Blotong yang dihasilkan per RVF
a. RVF 1
Luas Tapis = 28,2 m2
Blotong yang dihasilkan = 28,2 m2× 1345,99 kg/m2
= 37956,918 kg.
b. RVF 2
Luas Tapis = 80 m2
Blotong yang dihasilkan = 80 m2× 1345,99 kg/m2
= 107679,2 kg
6.10.9. Jumlah Blotong Yang Diperoleh Tiap Hari atau per 100 kuintal Tebu
111
63.134
Blotong = x 3%
100
= 18,94 ku
6.10.10. Jumlah Nira Seduhan dan Jumlah Steam Yang Dipakai di saringan
1. Pompa Centrifugal
112
2. Rumah Impeller 6. Kopling
3. Air atau Nira Keluar 7. Motor Penggerak
4. As atau Poros 8. Impeller
b. Fungsi Masing – masing Bagian
113
Pompa Kondensat Juice Heater 1
Type : Centrifugal
Kapasitas : 12 m3/jam
Dia. In / Out : 2 inch / 2 inch
Head : 40 m
Elmo : 7,5 kW / 1.450 rpm
Jumlah : 2 unit
Pompa Air Pendingin RSB
Type : Centrifugal
Kapasitas : 104 m3/jam
Dia. In /Out : 5 inch / 4 inch
Elmo : 22 kW / 1.500 rpm
Pompa Nira Mentah Tersulfitir
Type : Centrifugal
Kapasitas : 310 m3/jam
Head : 20 m
Dia. In / Out : 10 inch / 8 inch
Elmo : 90 kW / 1.450 rpm
Jumlah : 2 unit
Pompa Nira Kental Tersulfitir
Type : Centrifugal
Kapasitas : 200 m3/jam
Head : 50 m
Dia. In /Out : 6 inch / 6 inch
Elmo : 45 kW / 1.450 rpm
Jumlah : 4 unit
114
2. Pompa Vacuum
115
c. Spesifikasi Pompa Vacuum
Pompa Vacuum RVF Timur
Type : Centrifugal
Kapasitas : 12,5 m3/jam
Head : 15 m
Dia. In/Out : 6 inch / 6 inch
Condenser :
Diameter : 1.280 mm
Tinggi : 1.530 mm
EM Penggerak : 37 kW / 1.450 rpm
Pompa Vacuum RVF Selatan
Merk : Nash
Type : Multi stage
EM penggerak : 90 kW / 1.450 rpm
Dia. In/Out : 6 inch / 6 inch
Jumlah : 2 unit
116
6.12. Alat Pembuat Susu Kapur
1 3
2
8
5
9
7
10
11
6
12
13
14
17
16 18
117
6.12.3. Fungsi Masing – masing Bagian
118
Kapur kelarutanya dapat 6° Be.
16 Motor Pengaduk : Sebuah Motor untuk menggerakkan
. pengaduk.
17 Pipa Susu kapur : Sebuah Pipa untuk aliran Susu Kapur dari
. Kalk Dozer Apparat (Tangki Penjatah Susu
Kapur).
18 Pipa Aliran Susu : Sebuah Pipa untuk mengalirkan Susu Kapur
. Kapur ke Kalk Dozer Apparat.
19 Pompa : Sebuah Pompa untuk memompa Susu Kapur
. menuju Kalk Dozer Apparat.
20 Tangki atau Bak : Tempat untuk menampung Susu Kapur
. Susu Kapur
119
Tinggi : 3.000 mm
Kapasitas : 58,88 m3
Agitator : elmo 7,5 kW / 970 rpm
: w/ gearbox 1 : 25, speed output 40 rpm
Material : SS-41, t = 9 mm
Jumlah : 2 unit (utara dan selatan)
c. Peti Penangkap Pasir
Merk : PT. Weltest EN – 2008
Dimensi : 4 mL x 1,2 mW x 1,5 mH
Panjang : 4.000 mm
Lebar : 1.200 mm
Tinggi : 1.500 mm
Material : SS-41, tebal = 9 mm
Jumlah : 1 (satu) unit
d. BunkerKapur
Dimensi : 3000 x 2200 mm
Panjang : 3.000 mm
Lebar : 2.200 mm
Elmo lifter : 7,5 kW / 1450 rpm
Jumlah : 1 unit
e. PompaSusu Kapur Utara
Type : centrifugal
Kapasitas : 10 m3/ jam
Head : 30 m
Dia in/out : 5 inch / 5 inch
Dimensi Lime milk tank : 2,48 mD x 1,2 mH
Diameter : 2.480 mm
Tinggi : 1.200 mm
EM Penggerak : 15 kW / 1450 rpm
Jumlah : 1 unit
f. Pompa Susu Kapur Selatan
120
Type : centrifugal
Kapasitas : 10 m3/ jam
Head : 30 m
Dia in/out : 5 inch / 5 inch
Dimensi Lime milk tank : 2,48 mD x 1,2 mH
Diameter : 2.480 mm
Tinggi : 1.200 mm
EM Penggerak : 15 kW / 1.450 rpm
Jumlah : 1 unit
6.12.4. Jumlah Kapur Tohor Yang Digunakan Tiap Jam/Tiap 100 kuintal Tebu
= 72 Ku/hari
Untuk PG Ngadiredjo pemakaian kapur per hari berkisar ± 60 Ku.
PG. Ngadiredjo mampu mengolah minimal 2500 Ku tebu/jam maka
60 Ku
kebutuhan kapur tohor per jam adalah ¿
24 jam
= 2,5 Ku/jam.
Jadi pemakaian kapur per 100 Ku tebu untuk Pabrik Gula Ngadiredjo
60 x 100
adalah : ¿
60.000
= 0,1 Ku/100 Ku tebu (10 kg/100 Ku tebu).
121
6.13. Tobong Belerang
11
8
6 1
9
10
4 3
7
5
Gambar 6.15 :Rotary Sulfur Burner
122
menjaga suhu pada Rotary Sulphur Burner.
4. Hand hole : Pipa untuk membersihkan reaksi chamber.
5. Rol penyangga : Berfungsi untuk menyangga RSBsaat
berputar.
6. Drum Rotary : Tempat atau dapur pemadaman belerang
Sulphur Burner padat.
7. Roda gigi : Berfungsi untuk menggerakkan rotary
penggerak sulphur burner berputar.
8. Tobong belerang : Saluran atau tobong keluarnya gas SO2 dari
dapur belerang ke sublimator.
9. Sublimator : Berfungsi menyublimkan uap belerang agar
tidak terjadi penyumbatan pada pipa.
123
Sublimator – Sulfitator
b. Rotary Sulphur Burner Nira Kental Timur
Dia. Drum : 1.500 mm
Panjang drum : 3.000 mm
EM Penggerak Drum : 5,5 kW / 960 rpm
Dia. Sublimator : 1.500 mm
Tinggi sublimator : 3.000 mm
Sulphur feeder : Screw feeder
Dia. : 200 mm
Panjang : 1.200 mm
EM Penggerak : 3 HP / 970 rpm Gearbox flender 1/20
Sulfitator : Sekat perforated plat 4 tray
lengkap Manhole setiap tray
Dia. : 1.000 mm
Tinggi : 5.000 mm
Aksesori : Distributor gas SO2 antara Drum rotary –
Sublimator – Sulfitator
c. Rotary Sulphur Burner Nira Mentah Barat
Dia. Drum : 1.500 mm
Panjang drum : 3.000 mm
EM Penggerak Drum : 3,7 kW / 960 rpm
Dia. Sublimator : 1.500 mm
Tinggi sublimator : 3.000 mm
Sulphur feeder : Screw feeder
Dia. : 200 mm
Panjang : 1.200 mm
EM Penggerak : 3 HP / 970 rpm Gearbox flender 1/20
Sulfitator : Sekat perforated plat 4 tray
lengkap Manhole setiap tray
Dia. : 1.000 mm
Tinggi : 5.000 mm
124
Aksesori : Distributor gas SO2 antara Drum rotary –
Sublimator – Sulfitator
d. Rotary Sulphur Burner Nira Mentah timur
Dia. Drum : 1.500 mm
Panjang drum : 4.020 mm
EM Penggerak Drum : 5,5 kW / 960 rpm
Dia. Sublimator : 1.500 mm
Tinggi sublimator : 2.000 mm
Sulphur feeder : Screw feeder
Dia. : 200 mm
Panjang : 1.200 mm
EM Penggerak : 3 HP / 970 rpm Gearbox flender 1/20
Sulfitator : Sekat perforated plat 7 tray lengkap
4 buah Manhole dan 2 buah Handhole
Dia. : 1.500 mm
Tinggi : 7.000 mm
Aksesori : Distributor gas SO2 antara Drum rotary –
Sublimator – Sulfitator
125
7. Jika suhu gas SO2 kurang dari 160oC, putar tromol rotary sulfur
burner.
6.13.5. Kebutuhan Belerang Tiap 8 jam dan Kebutuhan Belerang Tiap 1000
kuintal Tebu
Berdasarkan data :
Tiap 8 jam (per shift) membutuhkan 11 kuintal belerang (22 zak).
Nira mentah : 650 kg (13 zak)
Nira kental : 450 kg (9 zak)
Dalam 24 jam belerang yang dibutuhkan sebesar : 11 x 3 = 33 Ku
belerang (66 zak)
33 Ku
Kebutuhan belerang tiap 1000 Ku tebu ¿ x 1000 Ku
60.000
= 0,55 Ku
= 55 kg/1000 Ku tebu
6.13.6. Kadar Gas SO2 Yang Keluar Dari Tobong dan Cara Mengukurnya
126
ρ udara : 1,2 kg/m3
1000 Kg
jadi V O2 ¿
1,2kg /m 3
= 833,3 m3/shift
Kandungan O2 dalam udara 21%
21% 833,33
Udara ¿ =
100 % x
= 0,21x = 833,33
X = 7,936 m3/kg sulfur
127
= 3,14 ( 0,75m)2x 1,6m x 0,02
= 0,05652 m3
Luas Bakar RSB = 2 𝜋 r (r + t)
= 2 x 3,14 x 0,75 m (0,75 m + 1,6 m)
= 11,0685 m2
128
2. Talang penyebar : Berfungsi memberikan umpan nira dari pipa
nira menuju saringan secara menyebar.
3. Nira : Aliran sebaran nira yang akan disaring.
4. Screen : Media penyaring nira.
5. Bak nira : Tempat tertampungnya nira jernih yang
telah disaring.
6. Output Nira : Pipa keluaran nira jernih menuju bak nira
jernih.
7. Kotoran halus : Kotoran nira hasil tapisan.
8. Bak kotoran : Bak pengumpul dan penyimpan kotoran
hasil tapisan.
9. Kotoran : Tumpukan ampas tersaring.
10 Pipa keluaran : Saluran ppa penegeluaran kotoran hasil
. kotoran tapisan menuju bak nira kotor.
129
6.14.4. Cara Menghilangkan Kotoran Yang Tertahan Saringan
130
BAB VII
STASIUN PENGUAPAN
131
7.2. Angka Pengawasan Stasiun Penguapan
132
7.3.2. Bagian – bagian Badan Penguap
133
pemanas.
12 Sapvanger : Berupa plat penangkap nira yang ikut terbawa
. uap nira saat proses penguapan di dalam
badan penguap.
13 Pipa Uap Nira : Merupakan pipa outlet uap nira, selanjutnya
. diteruskan untuk digunakan sebagai pemanas
badan selanjutnya.
14 Pipa Jiwa : Merupakan saluran berupa pipa sebagai
. penghubung sekaligus berkumpul nira setelah
jatuh dari tube.
15 Outlet Nira : Merupakan pipa pengeluaran nira.
.
16 Pipa Tap-Tapan : Merupakan pipa pengeluaran nira berlebih
. maupun untuk saluran pembuangan
pembersihan scrab.
17 Pipa Kondensat : Merupakan pipa pengeluaran air konden.
.
18 Pipa Inlet Nira : Merupakan pipa pemasukan nira.
.
Ø Pipa jiwa(mm) 1000 870 870 870 870 870 870 1000
Ø Pipa nira(mm) 33/36 33/36 33/36 33/36 33/36 33/36 33/36 33/36
TinggiBadanPeng
11.735 9448 9448 9448 9020 9020 9020 11.800
uapan(mm)
134
Jumlah
7204 5788 5788 5788 5788 5788 5788 8504
pipa(buah)
7.3.6. Fungsi Pipa Amoniak, Pipa Air, Penangkap Nira, dan Gambar Beserta
Pipa Amoniak Dipasang.
135
pipa amoniak sehingga gas-gas amoniak dapat dikeluarkan melalui
pipa amoniak dan dibuang keluar badan penguapan.
7.3.7. Luas Bidang Pemanas, Bahan Pemanas Yang Digunakan Untuk Badan I
136
7.4. Alat Penagkap Nira
7.4.1. Gambar Alat Penangkap Nira Pada Setiap Badan dan Pada Pipa Uap
7.4.2. Verkliker
137
7.5. Perjalanan Nira dan Uap
7.5.1. Gambar Perjalanan Nira dan Uap Pada Satu Seri Alat Penguapan
IV 0,5 Kg/cm2 80 oC
V 0,16 Kg/cm2 55 oC
138
1 2.000
2 1.500
3 1.500
4 1.500
5 1.200
6 1.200
7 1.200
8 2.400
139
7.6. Bejana Pengembun (Kondensor)
140
1
141
gas terembunkan. dan dikeluarkan oleh pompa
vaucum.
4. Sekat Pendingin : Merupakan tempat kontak air dengan uap
nira.
5. Pipa Air Jatuhan : berfungsi sebagai saluran air jatuhan.
Type : Barometrik
Diameter : 3.380 mm
Tinggi : 6.000 mm
Diameter Pipa inlet injeksi : 14 inch
Material : SS 41 tebal 16 mm
142
saling berhubungan dengan condensor akan mengalami keadaan vacuum,
dimulai dari badan pemanas 1 sampai badan pemanas akhir keadaan
vacuum akan semakin besar.
7.6.7. Suhu dan Jumlah Air Pendingin Masuk dan Keluar Dari Bejana
Pengembun per Satuan Waktu Jumlah
t
adalah : W = 607 + 0,3 tu -
t −t a
Keterangan :
W : Jumlah air injeksi tiap Kg uap
tu : Suhu uap nira (oC)
T : Suhu air jatuhan (oC)
ta : Suhu air injeksi (oC)
Diketahui data-data di Pabrik sebagai berikut :
Suhu air jatuhan (t) : 45oC
Suhu air injeksi (ta) : 30oC
Suhu uap nira (tu) : 55oC
t
Maka jumlah air injeksi : W = 607 + 0,3 tu -
t −t a
45
W = 607 + 0,3 x 55-
45−30
W = 620,5 kg air/kg uap
143
d. Padapanmasakan(individual)
0,07 – 0,09 m3/kg uap nira yangdihasilkan.
(Soemohandojo, Toät. 2009) Menghitung jumlah udara yang
dipompa tiap menit yaitu Jika menghitung jumlah udara yg dipompa tiap
menit, berarti mencari kapasitas pompa vakum itu sendiri. maka angka
acuan yang kita gunakan adalah 0,11 m3/kg uap nira yang akan
dikondensasikan (Quintuple Effect) Jadi perhitungannya :
Asumsi :
uap nira masuk kondensor = 38.9712 kg/jam
Quintuple effect = 0,11 m3/kg
Kapasitas pompa vakum
= 38.9712 kg/jam × 0,11 m3/kg
= 42.868,32 m3/jam
42.868,32 m3 / jam
= = 714,472 m3/menit
60
Untuk faktor keamanan = 1,2 untuk mengantisipasi adanya fluktuasi
jumlah uap nira, maka kapasitas pompa vakumnya menjadi :
= 714,472 m3/menit × 1,2
= 857,36 m3/menit.
144
7.7. Alat Pengeluar Air Embun Dari Evaporator
7.7.1. Gambar Alat Untuk Mengeluarkan Air Embun Dari Badan Penguap
7.7.2. Bagian – bagian Alat Untuk Mengeluarkan Air Embun Dari Badan
Penguap
145
5. Pompa : Untuk mempompa air embun yang berasal
dari dalam peti penampung.
7.8.1. Manometer Air Raksa dan Manometer Logam Pada Badan Penguap
146
Gambar 7.6 : Manometer Air Raksa
147
Pengaman raksa bila terjadi vacuum yang
berlebih.
3. Pipa Kapiler : Berfungsi sebagai tempat naik
turunnya air raksa yang dipengaruhi
vacuum.
4. Botol Air Raksa : Berfungsi sebagai tempat air raksa.
5. Papan Kayu : Merupakan tempat menempelnya
peratalan diatas yang dilengkapi
skala.
c. Cara Kerja Manometer Air Raksa
148
Gambar 7.7 : Manometer Air Logam
149
Manometer logam adalah alat yang digunakan untuk
mendeteksi tekanan uap yang ada pada badan penguapan.
Manometer logam terdiri atas badan manometer yang berbentuk
bulat dengan pipa logam yang terhubung secara melingkar. Cara
kerjanya manometer logam yakni manometer dihubungkan
dengan tangki yang akan diukur tekanannya. Kemuadian, gas
yang ada dalam tangki tersebut masuk ke pipa logam. Hal ini
menyebabkan pipa logam beusaha untuk meluruskan diri. Usaha
yang dilakukan pipa tersebut menyebabkan jarum penunjuk
bergerak kea rah skala yang lebih besar. Skala yang ditunjukkan
itulah yang menujukkan besarnya tekanan uap dalam tangki
tersebut.
150
6. Pipa Out put/pengeluaran Tekanan uap
b. Cara Kerja Alat Pengaman Tekanan tinggi
Alat pengaman tekanan tinggi berfungsi menjaga agar
tekanan uap tetap stabil dan konstan. Cara kerja dari alat pengaman
tekanan tinggi yaitu apabila uap yang berada pada badan pemanas
melebihi batas normal, maka klep akan membuka dan
mengeluarkan uap secara otomatis sampai tekanan normal.
Alat pengaman tekanan akan terdorong keatas, dan membuka
klep apabila tekanan uap melebihi batas yang ditentukan pada alat
pengaman. Dengan membukanya klep, maka uap keluar sehingga
uap nira akan berkurang, dengan berkurangnya volume uap, maka
tekanan dari uap pun menurun dan apabila tekanan dalam tromol
sudah normal, maka klep meutup kembali.
151
2. Memisahkan kristal dari kotoran di proses pemutaran hingga
mendapatkan hasil kristal gula yang memiliki HK tinggi dan sisa gula
dalam larutan tetes ( final mollases ) harus sekecil – kecilnya.
3. Proses dilakukan dalam waktu yang sependek – pendeknya, dengan
biaya rendah, sehingga efisiensi pabrik dapat tercapai.
1. Graining volum pan yaitu 200 Hl & volume efektif 400 Hl.
2. HK masakan A > 80 % dan brix > 95 %, besar butir bibitan
masakan± 0,5 mm dengan kondisi kristal rapat dan rata, besar butiran
152
gulaproduk SHS 0,9 - 1,16 mm, hampa dalam vacum pan ± 62
cmHg,tekanan uap bekas > 0,5 kg/cm2.
3. HK masakan C > 72 – 74 % dan brix > 97 %, besar butir
bibitanmasakan ± 0,3 mm, besar butiran gula C 0,83 mm, hampa
dalamvacum pan ≥ 62 cmHg, tekanan uap bekas > 0,5 kg/cm2.
4. HK masakan D > 57 – 59 % dan brix > 98 %, besar butir
bibitanmasakan ± 0,3 mm, besar butiran gula D 0,58 mm, hampa
dalamvacum pan ≥ 64 cmHg, tekanan uap bekas > 0,5 kg/cm2.
153
Gambar 8.2 : Vacuum Pan(Calandria)
154
21. Sogokan 27. Bak air jatuhan
22. Level masakan 28. Pipa air injeksi
23. Pengeluaran Vacuum 29. Pompa air injeksi
24. Pipa uap nira 30. Pompa vacum
25. Kondensor 31. Pipa opera
26. Pipa air jatuhan
155
.
16 Pipa Uap : Pipa pemasukan uap krengseng untuk
. Krengseng membersihkan sisa – sisa bahan dalam
pan.
17 Safety Valve : Valve pengaman.
.
18 Manometer Uap : Berfungsi untuk mengukur tekanan uap
. pemanas.
19 Termo Uap : Berfungsi untuk mengukur suhu uap
. Pemanas pemanas.
20 Man Hole : Kaca penglihat sekaligus lubang masuk
. keluar petugas saat pengecekan alat
maupun saat penyekraban alat.
21 Sogokan : Tempat mengambil sample yang diproses
. sudah memenuhi syarat atau belum, di
samping pipa sogokan terdapat bak
cucian yang digunakan untuk mencuci
sample dari kaca mikroskop sekaligus
lubang tempat pemasukan bibit fondan
pada pan masakan D untuk membuat
bibitan D2.
22 Level Masakan : Mengukur level masakan dalam pan.
.
23 Pengeluaran : Saluran pengeluaran vakum pada pan
. Vacuum disaat masakan turun ke palung
pendingin.
24 Pipa Uap Nira : Pipa uap nira hasil dari pemanasan yang
. berhubungan langsung dengan kondensor.
25 Kodensor : bejana pembuat tekanan vaccum.
.
26 Pipa Air Jatuhan : Saluran yang berisi gabungan dari air
. embun dan air injeksi.
27 Bak Air Jatuhan : Penampung air jatuhan.
.
28 Pipa Air Injeksi : Saluran untuk menginjeksikan air ke
. dalam badan kondensor.
29 Pompa Air : Memompakan air injeksi menuju
. Injeksi kondensor.
30 Pompa Vaccum : Menarik gas tak terembunkan yang
. terakumulasi dalam badan kondensor.
31 Pipa Operan : Mengoper bahan yang akan dimasak.
156
.
8.4.2. Ukuran Pan Kalandria
Pan Masakan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
VacumPan D C A
Ø Badan(mm) 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 4500 5200 5200 5200
Ø Pipa Jiwa(mm) 2000 2000 2000 870 2000 2000 2000 2000 2200 2200 2200
Ø Pipa
PokokBahan(in 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
ch)
Ø Pipa
98/102 98/102 98/102 98/102 98/102 98/102 98/102 98/102 98/102 97,6/101,6 97,6/101,6
Pemanas(mm)
Panjang Pipa
900 900 900 900 900 900 900 900 900 910 910
Pemanas(mm)
Luas Pemanas(m2) 240 240 240 240 240 240 240 350 350 350 350
Tinggi Badan (mm) 3760 3760 3760 3760 3760 3760 3760 3760 3760 6700 6700
Jumlah Pipa
870 870 870 870 870 870 870 1266 1266 1260 1260
Pemanas(buah)
8.4.3. Kapasitas Pan, Tekanan dan Suhu Pada Saat Bekerja, Brix dan HK
Masakan
Pan Masakan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Masakan D C A
Total Isi Pan (HL) 400 400 400 400 400 400 400 500 500 500 500
Efektif Isi Pan(HL) 400 400 400 400 400 400 400 450 450 450 450
Volume (HL) 400 400 400 400 400 400 400 500 500 500 500
Tekanan Vacuum
≥ 64 ≥ 64 ≥ 64 ≥ 62 ± 62 ± 62 ± 62 ± 62 ± 62 ± 62 ± 62
(cmHg)
157
Tekanan Uap Nira
> 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5
(kg/cm2)
Suhu (oC) 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
Brix (%) > 98 > 98 > 98 > 97 > 95 > 95 > 95 > 95 > 95 > 95 > 95
HK (%) > 57 - 59 > 57 - 59 > 57 - 59 > 72 - 74 > 80 > 80 > 80 > 80 > 80 > 80 > 80
158
vacum) dan bukavalve amonia sesuai kebutuhan( amonia
dibuang ke udara bebas).
4. Memasukkan kristal bibitan dapat berupa fondan, enwurf atau
pasir yangtelah dibuat dalam vacum pan yang lain.
5. Pembesaran kristal dnegan menarik bahan sampai mencapai
volumeefektif yang dikehendaki.
6. Pada volume efektif, tuakan masakan sampai mencapai brix
yangdikehendaki. Pada kondisi ini masakan siap diturunkan.
159
d. Oper Pasir Masakan
1. Buka valve operan maskan pda vacum pan yang akan megoper
masakan.
2. Buka valve operan maskan pda vacum pan yang akan menerima
masakan.
3. Setelah maskan dioper sampai volume tertentu, tutplah valve –
valve operantersebut.
4. Valve krendsengan pipa operan maskan dibuka agar sisa – sisa
pasirmasakan tidak menyumbat pipa tersebut. Larutan hasil
krengkesangandialikan ke tamgki leburan.
160
dalam peti leburan dan hindrai jangan sampai masuk kedalam
palung pendingin.
7. Tutup kembali valve buangan vacum dan valve pengeluaran
masakan danvacum pan siap dioperasikan kebali.
g. Cara Mengakhiri Kerja Pan Masakan
1. Masakan yang cukup tua dan memenuhi syarat yang agar
diturunkan.
2. Masakn yang belum tua atu encer agar ditahan di vacum pan dan
pompavacum pancingan tetap jalan (tahan vacum). Setiap saat
diperiksa bilacenderung mengental perlu dienceri dengan air.
3. Valve uap pemanas dan dam leading ditutup rapat.
4. Bahan – bahan masakan dalam peti penampung diberi
disenfektan.
5. Pengaduk – pengaduk palung harus tetap jalan.
161
8.5. Afsluiter Nira, Steam dan Masakan
162
8.5.2. Afsluiter Steam
163
8.5.3. Afsluiter Masakan
164
Masakan C 97,84 72,31 73,91
Masakan D 99,80 59,33 59,44
Klare SHS 73,21 62,32 85,12
Klare D2 83,25 49,41 59,35
Stroop A 81,30 77,50 60,77
Stroop C 83,10 44,54 53,60
Gula A 99,70 97,25 97,50
Gula C 98,60 92,20 92,5
Gula D1 97,30 81,50 79,3
Gula D2 100,60 91,80 93,0
Tetes 92,87 31,50 36,1
165
8.7. Palung Pendingin
166
PalungPendi
1 2 3 4 5
ngin
U type, U type, U type, U type, Utype,
Type NaturalCooli Natural Natural Natural Natural
ng Cooling Cooling Cooling Cooling
Volume 40 m3 40 m3 50 m3 50 m3 50 m3
Diameter 2.500 mm 2.500 mm 2.600 mm 2.600 mm 2.600 mm
Panjang 7.500 mm 7.500 mm 12.000 mm 12.000 mm 12.000 mm
Tinggi 2.800 mm 2.800 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm
167
11 kW/1.455 11kW/965 5,5kW/1.440 11 kW/1.450 7,5kW/1.440
rpm
rpm rpm w/gear rpm rpm
w/gearbox
EMPengadu w/gearbox merk Magma
motor w/gearbox w/gearbox
k merk Flender foratio 1:30 ratio1:30 merk merk
ratio1:30 Brefiniratio Chentaratio
1:40 1:40
168
8.8. Palung Pemanas
169
8.8.2. Bagian – bagian Palung Pemanas Masakan Serta Fungsinya
Jumlah 1 Unit
Kapasitas 10,98 m3
1.200 mm
Panjang 6.100 mm
Tinggi 1.500 mm
170
BAB IX
STASIUN PUTERAN DAN PENYELESAIAN
Mixer C Mixer D1
Klare
Bibit D
171
9.3. Puteran
172
b. Fungsi Masing-masing Bagian
173
. pemutaran massequit menuju bak
penampung.
15 Sugar outlet : Saluran outlet gula hasil dari
. pemutaran massequit.
16 Molasse outlet dari : Saluran atau pipa outlet
. basket molasse/klare dari basket
penyaring.
17 Alat kontrol : Untuk mengontrol kinerja puteran
. HGF.
Nama HGF AB
Type SMA 6FZ FZ 650 C 32 MT C 52 MT
174
Merk BMA SALZGITTER BROADBENT BROADBENT
Kap.(kg/charge) 1000 450 1300 1750
Øbasket(mm) 1412 1412 1300 1950
Tinggibasket(mm) 1200 800 1067 1000
Speed (rpm) 1200 985 1200 1450
Screen (mm) 110 x430 110 x 430 110 x 430 110 x 430
EMpenggerak(kW/rpm) 130/1200 110/985 110/1000 110/1450
No. HGF 1 dan 2 3 dan 4 8 dan 9 5 dan 6
Jumlah 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit
175
Salzgitter/FZ BMA FZ 1004 Broad Bent/C
Ukuran
650 SMAG 32 MT
Ø lubang saringan 0.5 mm 0.5 mm 0.6 mm
Mesh 25 x 25 25 x 25 25 x 25
Panjang 3800 mm 3850 mm 4400 mm
Lebar 800 mm 1000 mm 1068 mm
176
Gambar 9.2 : Low Grade Fugal (LGF)
177
1. Pipa pemasukan : Sebagai saluaran pemasukan
masakan masakan ke dalam putaran.
2. Handle pengatur : Sebagai pengatur volume masakan
pemasukan masuk.
3. Corong : Saluran pemasukan masakan ke
dalam basket.
4. Saringan : Memisahkan kristal dari stroopnya
5. Pipa air : Saluran air pencuci kristal gula.
6. Pipa uap : Saluran uap yang digunakan untuk
mengurangi kekentalan masakan
agar mudah diputar.
7. Pipa contoh : Tempat pengambilan contoh gula.
8. Pembilas saringan : Untuk membilas agar lubang
saringan tidak tersumbat.
9. Saluran cairan : Saluran pengeluaran
stroop/klare/tetes.
10 Lubang pengeluaran : Saluran pengeluaran gula.
.
11 EM pompa minyak : Untuk pelumasan.
.
12 Tangki minyak : Tangki tempat minyak pelumas
. yang digunakan.
13 Pompa grease : Untuk memompa cairan grease
. yang digunakan.
14 Motor listrik : Untuk menggerakkan basket.
.
15 Van belt : Belt perantara antara motor
. dengan poros putar sehingga
terjadi putaran.
c. Cara kerja Low Grade Fugal (LGF)
178
air pencuci dengan suhu 30-45 oC.Akibat gaya sentrifugal
dengan putaran yang cepat, stroop/klare akan menyebar
danterjadilah pemisahan antara stroop/klare dengan kristal.
Strop/klare akanmenembus saringan pada dinding corong
sedangkan kristal gula akan terpisah danmerambat menuju
bagian penampung kristal diluar basket. Kristal gula akan
keluardari lubang dinding bagian bawah dan di bawa oleh talang
goyang ke penampung untuk selanjutnya diputar diputaran HGF
A, sedangkan strop atauklare akan ditampung.
Nama LGF D1
Type SPV 1425 K 850 S K 850 S SPV 1425
Merk BROADBENT BMA BMA BROADBENT
Kap.(ton/jam) 20 5 5 20
Ø Basket(mm) 1425 - - 1425
Dimensi(mm) - - 850/430 -
Speed(rpm) 1000 2200 2300 1000
EM Penggerak
110 x 1450 37x 1450 37x 1450 110/1450
(kW/rpm)
No. LGF 1 2 dan 3 4 5 dan 6
Tabel 9.6 : Spesifikasi LGF D2
Nama LGF D2
Type TITAN 1300 CC 6 A SPV 1425
Merk WS WS BROADBENT
Kap. (ton/jam) 12 6 20
Ø Basket (mm) - - 1425
Dimensi - 1100/460 -
179
Speed (rpm) 2400 1950 1950
EM
Penggerak(kW/r 90/1450 55/1450 110/1450
pm)
No. LGF 1 2-4 5
Nama LGF C
Type CC 1100 N SPV 125
Merk SALZGITTER BROADBENT
Kap. (ton/jam) 8 20
Ø Basket (mm) - 1425
Dimensi 1100/460 -
Speed (rpm) 1500 1800
EM
45/1450 110/1450
Penggerak(kW/rpm)
No. LGF 1 2 dan 3
180
9.4. Alat Pengering Gula
181
7. Badan sugar : Tempat pengeringan gula bagi dryer dan
dryer/cooler pendinginan gula bagi cooler. Disini juga
terjadi pemisahan antara gula debu, gula
standar, maupun gula yang belum memenuhi
standar.
8. Kaca penglihat : Untuk mengontrol proses di dalam badan
driyer maupun cooler.
9. Karpet karet : Untuk meredam getaran agar getaran motor
yang dihasilkan tidak menyebabkan
patahnya atau rusaknya alat.
10 Pipa distribusi : Pipa pendistribusi udara panas dan udara
. dingin ke sugar dryer.
9.4.3. Panjang Talang Pengangkut Gula, Lebar dan Tebal Lapisan di Talang
Kapasitas 40 ton/jam
Panjang 16.000 mm
Lebar 2 554 mm
Tinggi 1.980
Sugar Size 0,3 – 1,2
Steam Pressure 4 kg/cm2
Accesories
182
Draft Fan Type 4-72 No 8c
Jumlah 4 set
9.4.4. Sistem Hembusan Udara Panas Pada Gula di Talang Pengangkut Sugar
Dryer
183
9.5. Saringan Gula
184
9.5.3. Susunan Saringan dan Ukuran Lubang Saringan
Saringan Gula ini terdiri dari 2 lapis saringan. Saringan atas untuk
menyaring gula krikilan sedangkan saringan dibawahnya untuk
menyaring gula produk. Gula halus tetap lolos dari saringan ke dua dan
ditampung di dalam sak. Karena tergolong bagus, gula halus ini juga
masuk gula produksi. Gula produksi adalah gula yang lolos saringan
pertama dan tak lolos saringan kedua. Ukuran kedua saringan ini juga
berbeda. Untuk saringan gula krikilan, ukuran lubangnya berukuran 7 × 7
Mesh. Sedangkan saringan kedua berukuran 23 × 23 mesh. Jumlah gula
yang dihasilkan pershift rata-rata 3.300-3.500 sak. Perhari, rata-rata
9.500 – 10.000 sak.
185
9.6. Gambar Alat Pelebur Gula
186
9.7. Gambar Timbangan Tetes dan Bagan Perjalanan Tetes sejak Keluar
Dari Puteran Sampai ke Penimbunan Tetes
1. Timbangan Tetes
2. Perjalanan Tetes
187
Gambar 9.7 : Perjalanan Tetes
a. Bagian-bagian Perjalanan Tetes
1. Pompa ke peti tunggu
2. Peti tunggu
3. Peti timbang
4. Peti tamping
5. Pompa ke tangki penimbunan tetes
6. Tangki penimbunan tetes
7. Pompa pengeluaran
1. Tanah waras
2. Beton cor dengan ketebalan 15 cm
3. Pasir kering/goreng dengan ketebalan 20 cm
4. Balok kayu dengan ketebalan 30 cm
5. Anyaman bambu (sasak) 2 rangkap
6. Tikar/terpal plastik 1 lapis
188
dari jenis dan kapasitas karungnya, jika penyusunan dimulai dari tepi
dinding dengan jarak 1 m s/d 1,5 m dengan model penataan 4 – 6, yaitu 4
(empat) zak membujur dan 6 (enam) zak melintang. Penyusunan ke atas
model penataan berselang- seling. Posisi zak di bawah melintang,
penataan di atasnya membujur, sedangkan posisi zak di bawah
membujur, penataan di atasnya melintang, jadi antara satu dan lainnya
saling mengunci.
189
7. Tinggi, lebar tanpa gangguan dari bangunan-bangunan lain sehingga
seharipenuh dapat disinari dengan sinar matahari.
8. Suhu harus berkisar antara 20 – 40 ℃ dan sebaiknya dijaga pada
sekitar 30℃.
9. Kelembaban ruangan sekitar 50 – 75 % dan sebaiknya dijaga pada
sekitar65%. Ruangan gudang dengan kelembaban yang lebih tinggi
akanmengakibatkan naiknya kadar air pada gula (gula menjadi
basah).
10. Tersedia Conveyor portable untuk mengangkut gula.
BAB X
PENUTUP
10.1. Kesimpulan
190
menjadi Perusahaan nasional dan pada tahun 2014 PG Ngadiredjo
tergabung dalam Holding BUMN Perkebunan yang tergabung dalam PT.
Perkebunan Nusantara III.
10.2. Saran
191
2. Kedisiplinan karyawan untuk menggunakan alat pelindung diri
(APD) dan memakai pakaian sesuai peraturan pabrik hendaknya
harus ditingkatkan.
3. Untuk menunjang terciptanya program K3 (Kesehatan dan
KeselamatanKerja) maka perusahaan harus meningkatkan
kedisiplinan karyawan untukmenggunakan perlengkapan keamanan.
Selain itu, kebersihan dan kenyamanandaerah sekitar harus tetap
dilestarikan agar dapat menciptakan suasana kerja yangasri. Namun
hal yang paling menjadi perhatian yaitu sumber daya manusia
sebagaipelaku utama harus memiliki kualitas dan kompetensi yang
sesuai dengan bidangkerjanya untuk menunjang tercapainya
peningkatan nilai kompetensi, kedisiplinan,loyalitas serta dedikasi.
Maka dari itu diperlukan pengembangan dan pelatihanterhadap
karyawan baik secara sinergis maupun terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
192
Hugot, E. 1986. Handbook of Cane Sugar Engineering.3rd. Amsterdam:
ElsevierPublishing Company.
193
LAMPIRAN
194
195