Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gulma merupakan salah satu faktor biotik penghambat untuk memperoleh hasil
panen yang tinggi dalam suatu sistem budidaya tanaman. Gulma menyaingi tanaman
dalam pengambilan unsur hara, air, ruang, CO2 dan cahaya. Menurut Sastroutomo
(1999), jenis-jenis gulma pada tanaman padi bermacam-macam yang komposisinya
berbeda menurut metode bercocok tanam, tata air dan tanah, tingkat pengolahan tanah,
cara pemupukan, pergiliran tanaman, cara pengendalian, kondisi iklim (Datta, 1981), dan
populasi jenis-jenis gulma yang ada serta musim tanam.

Banyak petani padi sawah di beberapa tempat, mulai beralih menuju budidaya
padi sawah secara organik. Selain dinilai memiliki keuntungan lebih dari sisi ekonomi
yang lebih tinggi, pertanian organik dinilai memiliki keunggulan lain yakni dapat
mengembalikan kesuburan tanah. Akan tetapi, muncul pendapat dikalangan petani bahwa
membudidayakan padi sawah dengan metode organik membutuhkan tenaga yang lebih
besar dibanding membudidayakan padi secara konvensional. Pada metode organik, tidak
dilakukan pemberian herbisida kimia sehingga disinyalir gulma yang tumbuh di lahan
lebih banyak dan dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk memberantas gulma tersebut
(Deptan, 2002).

Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Gulma ini memiliki
daya tahan yang sangat baik terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi
batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Gulma ini menjalankan
jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai areal pertanian
secara cepat. Ciri dari gulma ini adalah batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-
kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga. Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak
memiliki lidah-lidah daun (ligula). Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku.
Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun
pelindung. Buahnya tidak membuka. Gulma mempengaruhi banyak fase pengusahaan
tanaman, menyebabkan kerugian-kerugian yang serius dalam hasil dan kualitas serta
meningkatkan biaya produksi (Fryer, 1988).
Kerusakan langsung yang disebabkan gulma baik didalam dan didekat lahanyang
ditanami dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gulma mempengaruhi lahan tanaman, mengurangi hasil dan kualitas bagi


pesaing kebutuhan tumbuhan, seperti hara, air dan cahaya.
2. Gulma mengintensifkan masalah penyakit-penyakit, serangga dan hama
lain yang berperan sebagai inang gulma. Gulma mengurangi efisiensi hasil
panen dan kerja mesin pengolahan.
3. Gulma air mengurangi efesiensi sistem irigasi (Sudarmo, 1990).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang gulma eriocaulon?
2. Bagaimana cara pengendaliannya?

C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan tentang gulma eriocaulon.
2. Mengetahui cara pengendalian gulma tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gulma Eriocaulon


Eriocaulon adalah genus dari sekitar 400 spesies yang umumnya dikenal
sebagai pipewort, tanaman berbunga monokotil di Eriocaulaceae . Genus tersebar luas,
dengan pusat-pusat keanekaragaman untuk kelompok yang terjadi di daerah tropis,
khususnya Asia selatan dan Amerika . Beberapa spesies meluas ke daerah beriklim sedang,
10 spesies di Amerika Serikat, sebagian besar di negara bagian selatan
dari California hingga Florida, dan hanya dua spesies di Kanada, Cina memiliki 35 spesies,
sebagian besar juga selatan. Hanya satu spesies ( E. aquaticum ) terjadi di Eropa, di mana ia
terbatas pada pantai Samudra Atlantik di Skotlandia dan Irlandia, spesies ini juga muncul di
Amerika Utara bagian timur dan dianggap sebagai koloni alami yang relatif baru di Eropa. Di
Amerika, Eriocaulon adalah satu-satunya genus dalam keluarganya yang terjadi di utara
Florida. Mereka cenderung dikaitkan dengan tanah basah, banyak tumbuh di air dangkal,
di lahan basah, atau di sabana basah seperti kayu pipih . Di tanah basah, kelimpahannya
tampaknya terkait dengan tingkat air, frekuensi kebakaran, dan persaingan dari tanaman lain
seperti rumput. Eksperimen menunjukkan bahwa mereka adalah pesaing yang lemah
dibandingkan dengan banyak spesies tanaman lahan basah lainnya. Beberapa spesies dapat
bertahan hidup sebagai benih yang terkubur selama kondisi yang tidak
menguntungkan. Nama ilmiah ini berasal dari bahasa Yunani Kuno εριον, erion , yang berarti
'wol', dan καυλός, caulos , yang berarti 'tangkai'.
Spesies ini sebagian besar tanaman tahunan herba, meskipun beberapa
adalah tanaman tahunan, mereka menyerupai tanaman dalam keluarga
terkait Cyperaceae (sedges) dan Juncaceae (bergegas), dan seperti mereka, memiliki bunga
yang agak kecil, diserbuki angin.
Eriocaulon cinereum, adalah salah satu di antara 400 spesies Eriocaulon, adalah
tanaman asli sawah di Asia Tenggara tempat ia tumbuh di tanah yang sangat basah. Telah
ditemukan sebagai tanaman akuarium yang baik dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun
relatif umum di Asia Timur, E. cinereum masih merupakan spesies yang jarang diimpor di
Amerika Serikat. Pipewort kecil ini membutuhkan substrat subur untuk berkembang, karena
ia mengambil sebagian besar nutrisi dari sistem akar yang luas. Faktanya, sistem akar spesies
ini bisa sampai tiga kali lebih lama dari daunnya. Sisa dari persyaratannya adalah khas untuk
tanaman yang paling sulit: pencahayaan harus intens, CO2 adalah suatu keharusan, dan
rejimen pemupukan kolom air yang khas (termasuk nitrat, fosfat, kalium, dan nutrisi mikro)
harus ada. Ketika kadar CO2 baik, pusat E. cinereum akan mengembangkan rona emas.

3
Tanaman akuarium yang relatif kecil ini tumbuh lambat meskipun kondisinya sesuai,
maksimal tiga inci. Sebulan sekali, E. cinereum dapat dicabut untuk propagasi. Untuk
merambat, ambil pisau tajam atau gunting dan buat sayatan di titik pertemuan tanaman.
Kemudian, goda menjadi dua tanaman terpisah. E. cinereum, karena perawakannya yang
kecil, adalah tanaman alternatif yang sangat baik untuk latar depan. Ini umumnya termasuk
dalam tangki ‘Tonina’ di Asia Timur di mana mereka tampak seperti miniatur, bulu babi
hijau. Penampilannya yang unik membuatnya cocok untuk menciptakan bidang yang
diminati dalam tata letak apa pun. Genus Eriocaulon biasanya disesuaikan dengan air lunak.
Eriocaulon cinereum lebih toleran daripada kebanyakan dan akan tumbuh subur di air
sedang-keras. Air lunak akan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Ini adalah tanaman yang cukup kecil, berdaun sangat sempit dan hampir bantal, yang
membutuhkan pasokan cahaya dan CO2 yang baik untuk berkembang. Tanaman biasanya
berbunga dengan sukarela setelah tanam di akuarium dan banyak batang bunga memberikan
penampilan yang unik. Berbunga dengan mudah menghabiskan energi tanaman, tetapi
dengan kondisi yang tepat, ia akan mengumpulkan energi baru dan tumbuh dari dasar setelah
beberapa waktu.
Klasifikasi ilmiah:
 Domain : Eukaryota
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Trakeofit
 Filum : Spermatophyta
 Sub Filum: Angiospermae
 Kelas : Monokotil
 Ordo : Poales
 Family : Eriocaulaceae
 Genus : Eriocaulon L.
 Spesies : Eriocaulon Cinereum
Seperti Eriocaulon aquaticum tetapi kurang kuat; lebar daun tidak lebih dari 2,5 mm;
scapes 10-15 (-40) cm, sangat ramping, 5-30 dari setiap roset; kapitulum 3-5 mm,
subglobose; bracts 1,5-2 mm, bunga 3-merous, dengan tidak mencolok, kekuningan pucat.

Kecil berumbai tahunan. Daun menjadi linier sempit menuju asikular, berujung
setaceous, membentuk klaster padat rapi, panjang 1-3 cm, lebar 0,2-2 mm, tipis, jelas
fenestrate. Scapes ramping, lurus, sering banyak, tinggi 4-13 cm, tebal 0,3-0,4 mm, berusuk
5. Selubung ± sama dengan daun, subinflasi, mulut seram, celah pendek miring. Kapitulum
bulat ke bulat telur, lebar 2-5 mm, berwarna abu-abu dan berwarna jerami atau menjadi lebih
gelap, bracts sangat longgar ereksi. Involucral bracts selama kapitulum, panjang 1,3-2,0 mm,
obovate-oblong, bulat menjadi lecet, menaik, pucat, menakutkan menjadi lebih keras ke
bawah. Floral bracts lanceolate – oblong, panjang 1,5-2,0 mm, tipis seram, pucat dengan pita
tengah gelap atau kadang-kadang kehitaman, gundul, atau sedikit bagian dalam yang agak
pucat dengan rambut tipis halus pada lunas. Wadah glabrous atau pilose tipis. Bunga trimer,
pediselata, betina di sekitar pinggiran kapitulum, jantan di tengah. Bunga jantan: sepal
dihubungkan ke spathe dengan ujung tridentate, abu-abu gelap, glabrous; kelopak termasuk
dalam kelopak, mungil, kelenjar dan putih-papillose, dua panjang 0,15 mm, yang ketiga dua
kali lebih panjang; kepala sari putih, panjang 0,1 mm. Bunga betina banyak berkurang dan
sebagian besar terdiri dari gynoecium: sepal 3, 2 atau tidak ada, filiform, gundul atau
tersebar-pilose dengan rambut hialin ca. Panjang 0,5 mm di bagian belakang dan margin,
cadar; kelopak tidak ada, posisi mereka ditunjukkan oleh simpul pada ovarium, sangat jarang
kelopak median dikembangkan, linier, ca. Panjang 1 mm, diujung oleh kelenjar hitam kecil
dan papilla putih kecil; ketentuan ovarium. Biji ellipsoid, panjang 0,3 mm, coklat muda,
mengkilap, halus.

Khas karena kepala sari putih mungil dan bunga betina yang berkurang. Bantal daun
asikular kecil juga karakteristik. Bunga betina jauh berkurang, tetapi mungkin memiliki sisa-
sisa organ yang hilang. Median sepal dapat berkembang sepenuhnya, jauh berkurang atau
tidak ada. Ada atau tidaknya rambut hialin pada sepal juga sangat bervariasi. Kelopak hampir
selalu tidak ada, posisi mereka ditunjukkan oleh tunggul kecil. Dalam Brigham &
Vestergaard 13107A (K) dari Zambia, dalam satu kapitulum bunga ditemukan kurang
kelopak, dengan median kelopak ca. Panjang 1 mm, dan juga dengan satu kelopak lateral
kecil.

5
B. Pengendalian Gulma Eriocaulon Cinereum
Pada umumnya Eriocaulon cinereum merupakan gulma teki-tekian bagi tanaman
padi sawah, sehingga berikut merupakan beberapa cara pengendalian gulma teki-tekian pada
tanaman padi sawah.

1. Secara Manual

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara
manual atau tidak menggunakan alat berat maupun zat kimia. Pengendalian gulma secara
manual ini dilakukkan dengan cara mencabut gulma tersebut dengan tangan dan alat
sederhana lainnya. Parang dan arit biasnya sering digunakan para petani untuk mengatasi
gulma. (Latifa, et al., 2015).

2. Cara Kimia

Pengendalian gulma secara kimia bisanya menggunakan herbisida. Herbisida


merupakan bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma sementara atau
seterusnya dan digunakkan untuk ukuran yang tepat. Dalam penggunaan herbisida harus
dilakukan pemilihan terlebih dahulu. Pemilihan dilakukan dengan dengan memperhatikan
daya efikasi herbisida terhadap gulma da nada tidaknya fitotoksisutas pada tanaman.
Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida memperoleh hasil yang cukup
memuaskan. Tetapi, penggunaan herbisida dapat menyebabkan perubahan komposisi spesies
dan kepadatan gulma disuatu tenpat dalam jangka waktu yang lama (Sembodo, 2010).

3. Cara Teknik kultur (Pemasangan mulsa)

Pengendalian gulma dapat juga menggunakan kultur teknik dengan pemasangan


mulsa pada petakan lahan pertanian. Pengendalian gulma dengan teknik ini lebih efisien
dibandingkan dengan cara manual dan kimia. Pemasangan mulsa pada petakan lahan
pertanian dapat menekan laju pertumbuhan gulma dan dapat menghemat tenaga dan waktu.
Pemasangan mulsa juga tidak merusak lingkungan. Maka pengendalian dengan kultur teknik
ini dapat diterapkan oleh petani dan menggantikan pengendalian gulma secara manual dan
kimia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Eriocaulon cinereum


adalah salah satu di antara 400 spesies Eriocaulon, adalah tanaman asli sawah di Asia
Tenggara tempat ia tumbuh di tanah yang sangat basah. Telah ditemukan sebagai tanaman
akuarium yang baik dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, Eriocaulon Cinereum juga
merupakan salah satu gulma penyebab produktivitas padi meneurun. Untuk meningkatkan
produktivitas padi butuh pengendalian gulma dengan cara yang tepat. Pengendalian gulma
dapat dilakukan dengan cara manual, kimia dan teknik kultur, cara manual dan kimia kurang
efisien dalam pengendalian gulma. Cara teknik kultur dengan pemasangan gulma lebih
efektif dalam pengendalian gulma dan tepat untuk diterapkan oleh para petani.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Dikarenakan kurangnya keterbatasan wawasan/sumber
pengetahuan mengenai tanaman Eriocaulon Cinereum tersebut. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
pembaca/dosen.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://aquascape.id/147-2/
Moenandir, 1989. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Jakarta: Rajawali.
Pratiwi, S. H., 2016. Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah Pada Beberapa Metode
Tanaman Dengan Pemberian Pupuk Organik. Jurnal
Agrotech Science, 2(2), pp. 1–19.
https://www.cabi.org/isc/datasheet/114210#totaxonomicTree
Sembodo, D., 2010. Gulma dan Pengelolahannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sinuraya, S. M., 2007. Gulma Tanaman. Sumatra Utara: USU.
http://eriocaulaceae.e-monocot.org/taxonomy/term/3076/descriptions

Anda mungkin juga menyukai