DI SUSUN OLEH :
MEGA AYU RAHMAWATI (S612102004)
DOSEN PENGAMPU :
Ir. Susilo Hambeg Poromarto, MSc, PhD
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1
digunakan dalam pengendalian hama uret pada komoditas hortikultura, pertanian,
dan kehutanan. Keunggulan NEP adalah mudah diperbanyak secara massal baik
in vivo maupun in vitro. NEP yang diketahui paling efektif terhadap hama uret
tebu adalah Steinernema sp. (T.- Sunarto and Irwan 2019).
Metarhizium sorokin (Hypocreales: Clavicipitaceae) adalah genus jamur
ascomycetous, tersebar di seluruh dunia dan diakui sebagai agen kontrol biologis
serangga. Spesies dalam genus ini menghuni tanah sebagai saprobe, sebagai
penghuni rizosfer, sebagai endofit, dan juga menunjukkan simbiosis kompleks
sebagai patogen serangga, dan antagonisme jamur patogen tanaman (Brunner-
Mendoza et al. 2019). (Rosyidi et al. 2017) menyebutkan dalam penelitiannya
bahwa penggunaan agens pengendali hayati seperti cendawan entomopatogen M.
anisopliae dan nematoda entomopatogen Steinernema sp. banyak dilakukan untuk
mengendalikan uret Lepidiota stigma pada tanaman tebu. Disebutkan juga pada
penelitian selanjutnya mengenai pengendalian uret menggunakan nematoda
entomopatogen Steinernema sp. dengan cendawan entomopatogen M. anisopliae
di laboratorium, menunjukkan perlakuan aplikasi kombinasi Steinernema sp.
dengan M. anisopliae memberikan mortalitas uret sebesar 92% pada pengamatan
tiga minggu setelah aplikasi kombinasi Steinernema sp. terlebih dahulu dan 48
jam berikutnya aplikasi M. anisopliae, sedangkan pada pengamatan tiga minggu
setelah aplikasi kombinasi M. anisopliae terlebih dahulu dan 48 jam berikutnya
aplikasi Steinernema sp. memberikan mortalitas uret sebesar 84%.
Tanaman kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang
berperan penting di Indonesia sehingga kebutuhan akan kedelai dalam negeri akan
semakin meningkat untuk setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk. Salah satu jenis kedelai yang mulai diminati ditanam di Indonesia adalah
kedelai Edamame. Edamame merupakan sebutan yang digunakan untuk jenis kedelai
hijau yang dapat dikonsumsi. Sebenarnya, Edamame dan kedelai kuning memiliki
kesamaan spesies yaitu Glycine max (L.) Merill, tetapi Edamame mempunyai rasa
yang lebih manis dari kedelai kuning, tekstur yang lembut, aroma
2
kacang-kacangan yang lebih terasa dan biji yang berukuran lebih besar
dibandingkan kedelai kuning. Saat ini permintaan kedelai terus meningkat sebesar
akan tetapi tidak mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri untuk memenuhi
-1 -1
konsumsi rata-rata 8,12 kg kapita tahun . Total kebutuhan edamame beku di
Jepang berkisar antara 150.000-160.000 t/tahun. Produksi dalam negerinya sekitar
90.000 t/tahun, sehingga kekurangannya sebanyak 60.000-70.000 ton diimpor dari
negara produsen edamame lainnya, seperti Taiwan, Cina, Thailand, Indonesia dan
Vietnam (Soewanto and Prasongko, n.d.), sedangkan untuk produksi kedelai rata-
rata nasional per tahun 2020 mencapai 15,69 ku/ha (“Badan Pusat Statistik” n.d.).
Pengendalian hama secara terpadu menggunakan NEP merupakan salah
satu terobosan untuk menekan pertumbuhan hama serta menjaga kelestarian
lingkungan. Penggunaan agensia hayati diharapkan dapat menimbulkan interaksi
yang menguntungkan dari segi pengendalian hama, kesuburan tanah,
pertumbuhan tanaman, dan kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian
mengenai efektivitas penggunaan NEP Steinernema sp. dan agensia hayati
Metarhizium sp. sebagai upaya pengendalian hama uret (Lepidiota stigma)
dianggap perlu untuk dilakukan.
3
2 Mengetahui konsentrasi dari NEP Metarhizium sp., yang tepat untuk
digunakan dalam pengendalian hama Lepidiota stigma.
3 Mengetahui pengaruh dari Steinernema sp. dan Metarhizum sp. terhadap
populasi hama Lepidiota stigma.
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
5
dewasa. Juvenil memiliki empat stadium yaitu juvenil I (JI), juvenil II, juvenil
III, dan juvenil IV. Panjang tubuh juvenil berkisar antara 438–950 µm dan
dewasanya 1.200–1.500 µm
Siklus hidup Steinernema sp. bisa lebih cepat apabila terdapat nutrisi
yang melimpah dan sebaliknya apabila tidak tersedia nutrisi yang cukup maka
siklus hidup nematoda bisa lebih lama. Steinernema sp. akan melakukan
migrasi ke tempat lain apabila tidak ada persediaan makanan yang cukup.
Perpindahan nematoda dari suatu tempat ke tempat lain melalui bantuan air,
angin atau terbawa oleh alat-alat pertanian. Nematoda Entomoatogen
Steinernema sp. bersifat amphigonus yaitu mempunyai individu jantan dan
betina serta dapat kawin untuk menghasilkan generasi baru. Telur dapat
diletakkan di dalam lingkungan atau di dalam tubuh serangga inang. Juvenil
infektif biasanya melakukan ganti kulit di dalam telur. Nematoda yang bari
menetas adalah juvenil infektif stadia kedua.
Infeksi dilakukan oleh stadium larva instar III atau juvenil infektif (JI)
terjadi melalui mulut, anus, spirakel, atau penetrasi langsung membran
intersegmental yang lunak. Setelah mencapai haemocoel serangga maka,
bakteri simbion yang dibawa akan dilepaskan ke dalam haemolim untuk
berkembang biak dan memproduksi toksin yang mematikan serangga.
Nematoda sendiri mampu menghasilkan toksin yang mematikan. Sehingga
serangga yang terinfeksi dapat mati dalam waktu 24-48 jam setelah infeksi
(Uge, Yusnawan, and Baliadi 2021).
6
tahun 1888 jamur ini digunakan pertama kali dalam pengendalian hama secara
hayati (Indrayani 2017). Sejak saat itu eksplorasi isolat jamur M. anisopliae
semakin berkembang ke kelompok serangga lainnya, seperti Lepidoptera,
Hemiptera, Diptera, Hymenoptera, dan Coleoptera.
Metarhizium adalah genus yang sangat beragam dan keragaman dapat
dikaitkan dengan habitat, kondisi iklim, tanaman dan/atau inang serangga.
Metarhizium adalah jamur mesofilik yang tumbuh pada suhu antara 10 dan 40° C,
dengan suhu optimal untuk perkecambahan dan pertumbuhan antara 25 dan 30° C
dan mengalami kematian pada suhu 50° C. Selain itu, banyak penelitian telah
menunjukkan bahwa spesies bervariasi di berbagai wilayah, M. robertsii dan M.
brunneum menjadi spesies dominan di Ontario dan Siberia Barat, M. brunneum di
Oregon, M. flavoviride di Denmark, M. aniso pliae di Meksiko dan Brazil, serta
M. pingshaense di Jepang (Brunner-Mendoza et al. 2019).
7
juga berkontribusi untuk menempelkan konidia pada permukaan inang.
Perkecambahan konidia pada kutikula serangga tergantung pada berbagai
faktor biotik seperti hidrokarbon kutikula serangga serta faktor abiotik
(misalnya suhu, radiasi matahari, dan kelembaban). Setelah tahap
perkecambahan, jamur mengembangkan struktur tahan yang disebut
+2
appressorium di mana cAMP dan sinyal ion Ca terlibat. Di bawah
appressoria terbentuk pasak penetrasi yang menembus kutikula inang.
Setelah penetrasi kutikula, hifa jamur memasuki hemocoel serangga yang
memicu mekanisme pertahanan inang, seperti produksi fenoloksidase, dan juga
aktivasi hemosit yang melepaskan bioaktif dan mencapai fagositosis, enkapsulasi
atau nodulasi untuk memerangi mikosis. Reseptor Pengenalan Patogen Serangga
(PRR's) seperti peptidoglikan dan protein pengikat -glukan berinteraksi dengan
Patogen Associated Molecular Patterns (PAMP's) jamur seperti mannans dan
-glukan jamur dan memulai reaksi pertahanan (Butt et al. 2016). Begitu berada di
dalam inang, morfologi jamur berubah dari hifa menjadi blastospora seperti ragi.
Blastospora berkembang biak di haemocel dan menyerang jaringan lain,
sementara jamur melanjutkan penyerapan nutrisi. Di sini Metarhizium
mengeluarkan asam trehalase yang diarahkan pada hidrolisis trehalosa, gula
utama yang ditemukan dalam hemolimfa serangga.
8
Kumbang Lepidiota stigma berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat
terang , tubuhnya ditutupi sisik renik berwarna kuning atau putih kekuningan.
Bila sisik-sisiknya lepas, warna tubuhnya menjadi coklat tua mengkilap.
Panjang kumbang Lepidiota stigma 3,5 – 5 cm, diameter larva 1,0 – 1,1 cm
dengan panjang tubuh mencapai 7,5 cm (Siswanto, Sumanto, and Soetopo
2017). Pada bagian kepala terdapat sungut dengan tipe sungut pada ruas-ruas
ujung meluas. Memiliki 1 pasang sungut, tiga ruas ujung terakhir sungut
meluas menjadi struktur-struktur seperti keping yang dapat membentang
secara lebar (Maa, n.d.). Siklus hidup uret beragam tergantung pada jenis uret
dan keadaan lingkungan setempat, namun pada umumnya berlangsung selama
satu tahun dengan melalui berbagai stadia yang terdiri dari stadia telur, uret
aktif, uret tak aktif (istirahat), pupa dan imago (kumbang). Dari kelima
stadium ini hanya stadium kumbang yang muncul di atas permukaan tanah
sedangkan stadia lainnya berlangsung di dalam tanah. Stadium uret aktif
berlangsung paling lama yaitu antar 5-9 bulan.
L. stigma merupakan jenis hama yang menjadi masalah pada tanaman
budidaya. Uret biasanya muncul secara musiman, tetapi jika populasi meledak
dapat menyebabkan kerugian yang cukup serius. Siklus hidup uret pada
umumnya berlangsung selama satu tahun dengan melalui berbagai stadia yang
terdiri dari stadia telur, larva (aktif dan tidak aktif), pupa dan imago. Stadia
imago, berada di permukaan tanah sedangkan stadia lainnya berada dalam
tanah.
Gejala awal mirip dengan gejala tanaman yang kekeringan (kurang air).
Mulanya daun menguning pada rumpun bagian dalam dan menjadi gugur,
selanjutnya menjadi gundul dan batang menjadi rusak. Pada kasus yang parah,
pangkal batang tanaman dapat terangkat dan tercabut dengan sendirinya.
Kerusakan yang terberat terjadi pada saat stadia larva instar 3 karena pada stadia
ini L. stigma sangat rakus, khususnya saat masih muda. Stadia larva instar awal
9
biasanya hidup di tanah organik. Keberadaan populasi instar L. stigma
sebanyak 4-5 ekor per pohon dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomis.
Instar 3 dari larva ini dikenal sangat rakus makan dan tumbuh dengan sangat
cepat, namun kemudian uret menjadi inaktif, bergerak masuk ke dalam tanah
membuat semacam ‘saluran’ atau ‘terowongan’ untuk masa berpupa. Siklus
hidup serangga ini membutuhkan waktu sekitar 1 tahun.
10
Tanaman edamame tumbuh dengan tegak, membentuk semak, dan
merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman edamame terdiri dari
akar, batang, daun, bunga, polong, dan biji. Tinggi tanaman edamame
berkisar antara 30-50 cm, bercabang sedikit, bergantung pada varietas dan
lingkungan hidupnya. Tanaman kedelai memiliki daun majemuk, berbentuk
bulat dengan ujung lancip, berwarna hijau tua hingga hijau kekuning-
kuningan. Edamame berbunga secara sempurna, yaitu memiliki benang sari
dan putik dalam satu bunga. Polong kedelai terbentuk 7-10 hari setelah
munculnya bunga mekar. Persyaratan kedelai edamame lebih ditekankan
kepada ukuran polong muda, dengan lebar 1,4-1,6 cm, dan panjang 5,5-6,5
cm. Dalam satu tanaman, edamame mampu menghasilkan 20-36 polong,
baik polong isi maupun polong hampa (Maya 2020).
11
2.2 Kerangka Berpikir
Tingginya penggunaan pestisida kimia sebagai Ledakan hama uret (Lepidiota stigma) pada musim
salah satu bentuk pengendalian hama hujan menurunkan produktivitas tanaman
Jamur Metarhizium sp. diakui sebagai agen NEP Steinernema sp. dan Metarhizium sp.
kontrol biologis serangga memberikan mortalitas uret hingga 92%
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka penelitian di atas maka dapat diduga hasil penelitian
ini antara lain :
1. Pemberian NEP Steinernema sp. dapat membantu menekan populasi hama
uret (Lepidiota stigma) pada lahan tanaman kedelai edamame (Glycin max
(L.) Merr. var Edamame).
2. Pemberian agensia hayati Metarhizium sp. dapat membantu menekan populasi
hama uret (Lepidiota stigma) pada lahan tanaman kedelai edamame (Glycin
max (L.) Merr. var Edamame).
3. Interaksi dari NEP Steinernema sp. dan agensia hayati Metarhizium sp. dapat
menekan populasi hama uret (Lepidiota stigma) pada lahan tanaman kedelai
edamame (Glycin max (L.) Merr. var Edamame).
12
DAFTAR PUSTAKA
Butt, T.M., C.J. Coates, I.M. Dubovskiy, and N.A. Ratcliffe. 2016. “Entomopathogenic
Fungi.” In Advances in Genetics, 94:307–64. Elsevier.
https://doi.org/10.1016/bs.adgen.2016.01.006.
Maa, Ali. n.d. “Records of Four Species of Subfamily Melolonthinae Macleay, 1819
from Malaysia (Scarabaeidae: Coleoptera).” Journal of Entomology and
Zoology Studies, 11.
13
Nguyen, Khuong, and David Hunt. 2007. Entomopathogenic Nematodes:
Systematics, Phylogeny and Bacterial Symbionts. BRILL.
Rosyidi, Imron, Hari Purnomo, Nanang Tri Haryadi, and Mohammad Hoesain. 2017.
“KOMPATIBILITAS CENDAWAN METARHIZIUM ANISOPLIAE
(METSCHN.) SOROKIN DENGAN NEMATODA ENTOMOPATOGEN
STEINERNEMA SP.” JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
TROPIKA 17 (2): 111–18. https://doi.org/10.23960/j.hptt.217111-118.
Soewanto, Hani, and Adi Prasongko. n.d. “Agribisnis Edamame untuk Ekspor,” 28.
14
Uge, Emerensiana, Eriyanto Yusnawan, and Yuliantoro Baliadi. 2021. “Pengendalian
Ramah Lingkungan Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura Fabricius) Pada
Tanaman Kedelai.” Buletin Palawija 19 (1): 64–80.
https://doi.org/10.21082/bulpa.v19n1.2021.p64-80.
15