Anda di halaman 1dari 6

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Kopi


Poliklonal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1996. Kebijaksanaan Pengelolaan Nematoda


Pada Tanaman Pangan dan Hortikultura. Makalah pada Seminar Perhimpunan
Nematologi Indonesia. Jember, 23 –24 Juli 1996. 12 hlm.

Jenskin, W. R. & D. P. Taylor. 1976. Plant Nematology. Reinhold Publishing Corporation.


New York.

Kinasih, I., A. Kusumorini., A. Komarudin. 2014. Pengaruh Tiga Jenis Karbamat Terhadap
Kematian dan Bobot Tubuh Cacing Eisenia Fetida. Jurnal Istek. 8(1): 102-115.

Moekasan, T. K., L. Prabaningrum., W. Adiyoga. 2017. Cara Kerja dan Daftar Pestisida
Serta Strategi Pergilirannya Pada Budidaya Tanaman Sayur dan Palawija. Indonesian
Vegetable Research Institute, Indonesia.

Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Sudirman dan M.E.P. Pasorong. 2016. Pengaruh Jenis Dan Dosis Nematisida Terhadap
Aktifitas Meloidogyne Javanica. Jurnal Agro. 1(2): 122-128.

Swibawa, I G. 2014. Komunitas nematoda pada tanaman kopi (Coffea canephora var
robusta) muda di Kabupaten Tanggamus Lampung. Jurnal Agrotrop. 4(2): 139-147.

Wiryadiputra, S. 1992. Strategi dan hasil penelitian nematoda parasit pada tanam-an kopi di
Indonesia. Makalah pada “Seminar Nematologi Se-Jawa di Fakultas Pertanian UGM,
Yogyakarta, 3-5 Agustus 1992. 13 hlm.

Wiryadiputra, S. 1997. Pengaruh nematisida karbofuran dan etoprofos terhadap populasi


Pratylenchus coffae pada kopi Robusta. Risalah Kongres Nasional XIII Dan Seminar
Ilmiah PFI. Mataram 25-27 September 1995. Hlm. 229-233.

Wiryadiputra, S. dan O. Atmawinata. 1998. Kopi (Coffea spp.). Dalam : Pedoman


Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Perkebunan. Puslitbang Tanaman Industri
Badan Litbang Pertanian. Deptan. Hal.53-59.

Webster, J.M. 1985. Interaction of Meloidogyne with fungi on crop plants. Dalam Sasser, J.J
and C.C. Carter (Eds). An Advanced Treatise on Meloidogyne. Vol. I. Biology and
Control. P. 183-192. North Carolina State Univ. Graphics, Box 7226. Raleigh, North
Carolina 2769-7226 USA.
2.2 Bahan Aktif

2.2.1 Karbofuran

Karbofuran adalah salah satu pestisida karbamat (pestisida yang mengandung gugus

karbonat) yang sangat beracun, karbofuran juga biasa di kenal dengan nama furadan.

Karbofuran ini digunakan untuk mengendalikan serangga di berbagai tanaman dalam

pertanian seperti kentang, jagung, dan kedelai. Karbofuran ini digolongkan kedalam

nematisida sistemik, yang maksudnya nematisida ini diserap melalui akar tumbuhan

kemudian didistribusikan ke seluruh organ tumbuhan di mana konsentrasi nematisida

tercapai. Karbofuran juga memiliki aktivitas kontak terhadap hama.

2.2.2 Kadusafos

Kadusafos, merupakan pestisida racun kontak dan racun perut. LD50 (tikus) sekitar

37,1 mg/kg; LD50 dermal (kelinci) 24,4 mg/kg tidak menyebabkan iritasi kulit dan tidak

menyebabkan iritasi pada mata.

2.2.3 Dazomet

Dazomet adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama yang

menghambat pertumbuhan tanaman melalui degradasi gas. Dazomet digunakan sebagai

pembersih tanah di berbagai situs seperti lapangan golf, pembibitan, situs rumput, dan tanah

pot. Dazomet digunakan untuk sterilisasi tanah sebagai alternatif metil bromida . Meskipun
kurang efektif masih digunakan untuk membunuh hama karena toksisitasnya yang relatif

lebih rendah. Dazomet diterapkan pada tanah basah, yang menyebabkan dazomet itu sendiri

terurai menjadi bentuk gas, yang secara aktif mengendalikan hama. Dekomposisi dazomet

melepaskan methyl isothiocyanate (MITC) gas beracun bagi hama yang akan mencegah atau

membunuh pertumbuhan tanaman.


III PEMBAHASAN

3.1 Bahan Aktif

3.1.1 Karbofuran

Karbofuran (2,3-dihidro-2,2-dimetil-7 benzofuranil metil karbamat) merupakan

insektisida dari golongan karbamat, bekerja sebagai racun kontak dan lambung, bersifat

sistemik serta berbentuk granul. Selain sebagai insektisida, karbofuran juga dapat digunakan

sebagai nematisida. Nilai LD50 karbofuran sebesar 8–11 mg/ kg (tikus), 0,238 mg/kg

(burung) dan sebesar 5,62 mg/ kg (bebek). Sifat racun dalam karbofuran sebagai racun

kontak dan racun perut, yang berpengaruh terhadap jalannya impuls syaraf, yakni pada

tranmisi aksonal, reseptor asetilkholin atau asetilkholinesterase (Setiawati et al., 2016).

karbofuran yang terdapat dalam tanah yang tergenang air lebih cepat terdegradasi

dibandingkan di dalam tanah yang tidak tergenang air. Di samping itu, ditemukan juga bahwa

mikroorganisme berperan dalam proses degradasi karbofuran dalam tanah, terutama tanah

yang bersifat asam atau netral.

3.1.2 Kadusafos

Kadusafos merupakan bahan aktif dari nematisida yang berbentuk mikrokapsul

dengan merek dagang Rugby 3 ME. Kadusafos merupakan pestisida jenis insektisida dan

nematisida racun kontak dan racun perut yang merupakan golongan oragonofosfat

(Moekasan, 2017).

3.1.3 Dazomet

Dazomet (Tetrahydrogen-3.5-dimetyl-1,3,5-thiadhiazole-2-thioketone) dengan rumus

molekul C5H10N2S2 merupakan bahan aktif yang bersifat fumigan kebanyakan bekerja
sebagai racun kontak dan berspektrum luas. Seyawa kimia yang bekerja sebagai racun

fumigan jika diaplikasikan langsung kedalam tanah dilaporkan sangat efektif mengendalikan

nematode dan serangga-serangga tanah.

Bahan aktif dazomet 98% akan bereaksi dengan air tanah membentuk gas methyl

isothiosianate dan bekerja langsung mematikan cendawan, telur serangga, bakteri-bakteri

patogen, mikolplasma akar gada dan nematoda-nematode patogen pada tanah pertanian.

Dazomet memiliki spektrum luas disinfenktan dan memiliki kemampuan membunuh

nematode dan control gulma.

3.2 Daya Kerja Bahan Aktif

3.2.1 Karbofuran

Bahan aktif karbofuran dapat menimbulkan rangsangan pada sistem saraf pusat,

merusak otak sehingga kerja organ otot serta organ tubuh lainnya akan terhambat dan

akhirnya menyebabkan kematian. Toksin karbofuran masuk ke dalam tubuh sasaran utama

melalui beberapa cara yaitu masuk melalui pencernaan, melalui pernafasan dan melalui

jaringan kulit. Hal ini mengakibatkan terjadinya penghambatan ATP-ase terutama pada

mitokondria akson sinaptik dan sedikit pada retikulum endoplasma (Tarumingkeng 1992

dalam Kinasih et al., 2014).

Menurut Moekasan (2017) cara kerja bahan aktif karbofuran yaitu dengan

menghambat AChE (acetylcholinesterase), menyebabkan hyperexcitation. AChE adalah

enzim yang mengakhiri aksi rangsang neurotransmiter asetilkolin pada sinapsis saraf.

Merujuk pada hasil penelitian Sudirman dan pasorong (2016) menyatakan bahwa

Carbofuran bersifat mudah larut dalam air yang kemudian larutannya dapat menembus kulit

telur Meloidogyne javanica. Setelah di dalam telur carbofuran bekerja sebagai racun kontak

dan menghambat terjadinya penetasan Juvenil 2. Carbofuran bekerja sebagai racun kontak

pada stadium J2 M. javanica yang aktif bergerak mencari akar inang untuk penetrasi.
Sudirman (2016) menambahkan bahwa carbofuran mampu mencegah terjadinya

penetrasi J2 pada akar tanaman dengan mengganggu sistem syaraf sensorik nematoda

sehingga mengakibatkan J2 NPA sulit menemukan akar tanaman untuk penetrasi.

3.2.2 Kadusafos

Kadusafos merupakan bahan aktif golongan organofosfat yang bekerja sebagai racun

kontak dan racun perut yang memiliki cara kerja hampir sama dengan bahan aktif karbofuran

yaitu dengan menghambat AChE (acetylcholinesterase), menyebabkan hyperexcitation.

AChE adalah enzim yang mengakhiri aksi rangsang neurotransmiter asetilkolin pada sinapsis

saraf (Moekasan, 2017).

3.2.3 Dazomet

Dazomet dapat menembus telur nematoda serta dapat mempengaruhi penetasan telur.

Hal ini sangat memungkinkan karena dazomet adalah senyawa kimia yang bekerja sebagai

racun fumigan, mudah menguap sehingga diduga bahwa uap dazomet inilah yang dapat

menembus kulit telur nematoda, yang kemudian secara kontak mempengaruhi juvenil

stadium 2 (J2) pada nematode dengan menghambat enzim malat dehidrogenase yang

mengakibatkan terjadi pemblokiran alur intermediet fumarat reduktase dalam metabolisme

karbohidrat yang selanjutnya mengganggu pembentukan energi (ATP) yang diperlukan untuk

penetasan J2.

Sudirman dan Pasorong (2016) melaporkan bahwa keberadaan senyawa kimia

fumigan di dalam tanah sangat efektif membunuh J2 nematoda pada saat mengalami kontak

dengan senyawa fumigan.

Anda mungkin juga menyukai