Anda di halaman 1dari 51

FASILITAS PARKIR, PARKIR DAN BERHENTI

PEMERIKSAAN KENDARAAN DI JALAN dan


INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI

Fasilitas Parkir
Diatur dalam pasal 43 UULLAJ No 22 tahun 2009
Pengantar
Beberapa pengertian terkait dengan Parkir dan
berhenti seperti diatur dalam UULLAJ, UUnomor 22
tahun 2009

cek Pasal 1 difinisi dari :


 Parkir adalah….. dan seterusnya, lanjutkan tulis
berhenti adalah …. Dan sterusnya…
 Berhenti
 Rambu
 Marka
 Apill
 Kendaran bermotor
 Kendraan bermotor umum
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
 Ruang lalu Lintas
 Jalan

Pasal 43

1.Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya


dapat diselenggarakan di luar Ruang Milik
Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.

Dan yang dimaksudkan dengan parkir untuk


umum adalah tempat untuk memarkir kendaraan
dengan dipungut biaya ( baca penjelasan pasal
43 ayat 1 ).

2.Penyelenggaraan fasilitas parkir di luar Ruang


Milik Jalan dapat dilakukan oleh perseorangan
warga negara Indonesia atau badan hukum
Indonesia berupa:
a. usaha khusus perparkiran; atau
b. penunjang usaha pokok.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
3.Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan
hanya dapat diselenggarakan di tempat
tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau
jalan kota yang harus dinyatakan dengan
Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.

Berarti fasilitas untuk parkir harus dinyatakan


dipasang rambu lalin dan atau marka, bukan
dimana mana tidak boleh parkir kecuali ada
rambu boleh parkir.

Tidak ada diatur parkir didalam ruang milik jalan


dinyatakan untuk umum, karena ditegaskan
dalam pasal 43 ayat 1, parkir untuk umum
adalah parkir dengan dipungut bayaran,

dan parkir untuk umum dengan memungut


bayaran itu tempatnya diluar ruang milik jalan.

Parkir didalam ruang milik jalan hanya


dinyatakan dengan diberi rambu atau marka.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
4.Ketentuan lebih lanjut mengenai pengguna jasa
fasilitas parkir, perizinan, persyaratan, dan tata
cara penyelenggaraan fasilitas dan parkir untuk
umum diatur dengan peraturan pemerintah.
Daiatur dalam PP tentang jaringan dan Lalu
Lintas Angkutan Jalan

Parkir

Untuk parkirnya diatur dalam Pasal 120 dan Pasal


121 UULLA Nomor 22 Tahun 2009

Pasal 120

5.Parkir kendaraan di jalan dilakukan secara


sejajar atau membentuk sudut menurut arah lalu
lintas.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 121
6.Setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib
memasang segitiga pengaman, lampu isyarat
peringatan bahaya, atau isyarat lain ( antara lain
lampu darurat aaaaaaaatau senter ) pada saat
berhenti atau parkir dalam keadaan darurat di
jalan ( dikarenakan kendaraan dalam keaadaan
mogok , kecelakaan lalu lintas atau menganti
ban penjelasaan pasal 121 ayat1 )

7.Ketentuan dalam keadaan darurat tersebut tidak


berlaku untuk pengemudi sepeda motor tanpa
kereta samping ( Pasal 121 ayat 2 )

Berhenti

Dalam UULLA berhenti diatur dalam Pasal 118 dan


Pasal 119

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 118
1.Selain Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek, ( berarti kendaraan umum dalam
trayek tidak boleh berhenti )

 setiap Kendaraan Bermotor dapat berhenti di


setiap Jalan, kecuali:
a.terdapat
 rambu larangan berhenti dan/atau
 Marka Jalan yang bergaris utuh;

b. pada tempat tertentu yang


 dapat membahayakan keamanan,
 keselamatan serta
 mengganggu Ketertiban dan
 Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
dan/atau

Tempat tertentu tersebut adalah jika lajur sebelah


kanan atau paling kanan dalam keadaan macet,
antara lain akibar kecelakaan lalu lintas, pohon
tumbang, jalan berlubang, genangan air,

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
kendaraan mogok, antrean mengubah arah, atau
kenraan bermaksud berbelok kiri

b.di jalan tol.


Di jalan tol kendaraan bermotot tidak boleh
berhenti, keculai dalam keadaan daryrat

Pasal 119

2.Pengemudi
 Kendaraan Bermotor Umum atau
 mobil bus sekolah yang sedang berhenti
untuk menurunkan dan/atau menaikkan
Penumpang wajib memberi isyarat tanda
berhenti.

3.Pengemudi Kendaraan yang berada di belakang


Kendaraan Bermotor Umum atau mobil bus
sekolah yang sedang berhenti, wajib
menghentikan kendaraannya sementara

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Fasiltas Parkir dan Parkir diatur lebih lanjut dalam
PP 79 tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan

Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir di Luar


Ruang Milik Jalan

Pasal 102
(1) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di
luar ruang milik jalan wajib:
a. menyediakan tempat parkir sesuai dengan
standar teknis yang ditentukan;
b. melengkapi fasilitas parkir paling sedikit berupa
rambu, marka dan media informasi tarif, waktu,
ketersediaan ruang parkir, dan informasi fasilitas
parkir khusus;
c. memastikan kendaraan keluar masuk satuan
ruang parkir dengan aman, selamat, dan
memprioritaskan kelancaran lalu lintas;
d. menjaga keamanan kendaraan yang diparkir;

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
e. memberikan tanda bukti dan tempat parkir; dan
f. mengganti kerugian kehilangan dan kerusakan
kendaraan yang diparkir sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal pengguna jasa parkir telah memasuki


area parkir dan tidak mendapatkan tempat parkir,
dibebaskan dari biaya parkir.
(3) Standar teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. kebutuhan ruang parkir;
b. persyaratan satuan ruang parkir;
c. komposisi peruntukkan;
d. alinyemen;
e. kemiringan;
f. ketersediaan fasilitas Pejalan Kaki;
g. alat penerangan;
h. sirkulasi kendaraan;

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
i. fasilitas pemadam kebakaran;
j. fasilitas pengaman; dan
k. fasilitas keselamatan.

(4) Selain memenuhi standar teknis sebagaimana


dimaksud pada ayat (3), fasilitas parkir di dalam
gedung harus memenuhi persyaratan:
a. konstruksi bangunan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. ramp up dan ramp down;
c. sirkulasi udara;
d. radius putar; dan
e. jalur keluar darurat.
(5) Dalam pembangunan fasilitas parkir,
penyelenggara fasilitas parkir harus mendapatkan
rekomendasi atas pemenuhan persyaratan standar
teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan/atau ayat (4).

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
(6) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) diberikan oleh:
a. Menteri untuk gedung parkir yang berada di jalan
nasional;
b. gubernur untuk gedung parkir yang berada di
jalan provinsi; dan
c. bupati/walikota untuk gedung parkir yang berada
di jalan kabupaten/kota.

Tarif Parkir

Pasal 103
(1) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di
luar ruang milik jalan dapat memungut tarif terhadap
penggunaan fasilitas yang diusahakan.
(2) Formula perhitungan tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan:
a. penggunaan fasilitas parkir per jam atau per hari;
b. perjanjian penggunaan dalam jangka waktu
tertentu;
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
c. biaya operasional; dan d. asuransi.
(3) Formula perhitungan tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
(4) Besaran tarif dihitung berdasarkan formula
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ditetapkan dengan:
a. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta untuk lokasi parkir di wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta; dan
b. peraturan daerah kabupaten/kota untuk lokasi
parkir di wilayah kabupaten/kota.
Pasal 104
(1) Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, bupati, atau walikota sesuai dengan
kewenangannya dapat melakukan pembatasan
kapasitas ruang parkir.
(2) Pembatasan kapasitas ruang parkir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan pemberlakuan tarif parkir khusus.
Bagian Kedua Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik
Jalan

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 105
(1) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan hanya
dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan
kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus
dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas dan/atau
Marka Jalan.
(2) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan
untuk sepeda dan kendaraan bermotor.
(3) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan:
a. paling sedikit memiliki 2 (dua) lajur per arah untuk
jalan kabupaten/kota dan memiliki 2 (dua) lajur
untuk jalan desa;
b. dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu
lintas;
c. mudah dijangkau oleh pengguna jasa;
d. kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
e. tidak memanfaatkan fasilitas Pejalan Kaki.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 106
Parkir di dalam ruang milik jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 105 dilarang dilakukan di:

a. tempat penyeberangan Pejalan Kaki atau tempat


penyeberangan sepeda yang telah ditentukan;
b. jalur khusus Pejalan Kaki;
c. jalur khusus sepeda;
d. tikungan;
e. jembatan;
f. terowongan;
g. tempat yang mendekati perlintasan sebidang;
h. tempat yang mendekati persimpangan/kaki
persimpangan;
i. muka pintu keluar masuk pekarangan/pusat
kegiatan;
j. tempat yang dapat menutupi Rambu Lalu Lintas
atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
k. berdekatan dengan keran pemadam kebakaran
atau sumber air untuk pemadam kebakaran; atau l.
pada ruas dengan tingkat kemacetan tinggi.

Pasal 107
(1) Lokasi fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 ditetapkan
oleh:
a. gubernur untuk jalan kota yang berada di wilayah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b. bupati untuk jalan kabupaten dan jalan desa; dan
c. walikota untuk jalan kota.
(2) Penetapan lokasi parkir sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui forum lalu lintas
dan angkutan jalan berdasarkan tingkatannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 108
(1) Penyediaan fasilitas parkir di dalam ruang milik
jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105
dapat dipungut tarif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
(2) Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan
wajib:
a. menyediakan tempat parkir yang sesuai standar
teknis yang ditentukan;
b. melengkapi fasilitas parkir paling sedikit berupa
rambu, marka dan media informasi tarif, dan waktu;
c. memastikan kendaraan keluar masuk satuan
ruang parkir yang aman dan selamat dengan
memprioritaskan kelancaran lalu lintas;
d. menjaga keamanan kendaraan yang diparkir; dan
e. mengganti kerugian kehilangan atau kerusakan
kendaraan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
(3) Pengguna parkir di dalam ruang milik jalan wajib:
a. mematuhi ketentuan tentang tata cara parkir dan
tata cara berlalu lintas; dan

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
b. mematuhi tata tertib yang dikeluarkan oleh
penyelenggara parkir.

(4) Penyelenggara parkir sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dapat bekerjasama dengan pihak
ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Tempat Parkir Khusus

Pasal 109
(1) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102
wajib menyediakan tempat parkir khusus
untuk:

a. penyandang cacat;
b. manusia usia lanjut; dan
c. wanita hamil.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
(2) Tempat parkir khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memenuhi persyaratan:
a. kemudahan akses menuju dari dan/atau ke
bangunan/fasilitas yang dituju;
b. tersedia ruang bebas yang memudahkan masuk
dan keluar dari kendaraannya;
c. dipasang tanda parkir khusus; dan
d. tersedia ramp trotoar di kedua sisi kendaraan.
Bagian Keempat Sanksi Administratif

Pasal 110 Setiap penyelenggara parkir yang


melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 101 ayat (1), Pasal 102 ayat (1) atau ayat (5),
Pasal 108 ayat (2), atau Pasal 109 ayat (1) dikenai
sanksi administratif.

Pasal 111
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis
fasilitas parkir di dalam dan diluar ruang milik jalan
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 112 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
perizinan fasilitas parkir umum di luar ruang milik
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
jalan serta sanksi administratif diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 124
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
semua peraturan perundang-undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3529) dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 125
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993
tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3529) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Segketa Mobil Parkir Pemilik Kendaran dengan
Pemda DKI Jakarta.
Mobil Diderek Tanpa Diketahui Pemiliknya,
Pemprov DKI Akhirnya Dihukum Rp. 186 Juta
30 Desember 2019

Dengan ditolaknya permohonan Penjauan Kembali (PK)


Pemprov DKI Jakarta, hal ini menjadi Yurisprudensi
bahwa mobil yang parkir sembarangan tidak dapat yang di
derek langsung oleh Dinas Perhubungan (Dishub)
Pemprov DKI Jakarta, kecuali telebih dahulu diberitahukan
kepada pemilik mobil yang diderek.

Kasus derek mobil oleh petugas Dians Perhubungan


bermula ketika Mulyadi yang akan bersidang di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Ketika itu, karena tempat parkir di PN Jakarta Pusat


penuh, Mulyadi memarkir  Mobil Nissan X-Trialnya diparkir
di pinggir jalan  depan di PN Jakarta Pusat, di Jalan Gajah
Mada tertanggal 10 November 2015.

Saat selesai persidangan, Mulyadi sempat kebingungan


karena mobilnya sudah tidak ada ditempat, walaupun
mobilnya sebenarnya dibawa ke parkiran IRTI Monas.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Mulyadi sempat membuat laporan kehilangan kendaraan.
Selain itu, ia juga menunggu pemberitahuan mengenai
mobilnya telah derek, namun tidak kunjung datang.

Oleh karena tindakan penderekan mobil-nya dinilai


melanggar aturan, akhirnya Mulyadi menggugat Pemprov
DKI Jakarta di PN Jakarta Pusat karena dinilai telah
melanggar Pasal 97 ayat (4) PP No. 43 Tahun 1993:
Baca PP 43 Tahun 1993

Dalam Pasal 97 ayat (4 ) tersebut diatur :


Dalam melakukan pemindahan kendaraan sebagaimana
dimaksud, petugas yang berwenang harus
memberitahukan kepada pemilik atau pemegang
kendaraan.

Mulyadi menuntut sejumlah ganti kerugian dengan jumlah


uang secara materill Rp. 186 Juta dan kerugian immateril
Rp. 2,5 Milyar.

PN Jakarta Pusat, pada tanggal 14 Februari 2017 telah


memutus perkara tersebut dengan memenangkan
Mulyadi, serta menghukum Pemprov DKI, dkk membayar
sejumlah ganti kerugian sebesar Rp. 186 Juta karena
telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum (PMH).

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pemprov DKI Jakarta melakukan upaya Banding, yang
telah mendapatkan keputusan pengadilan tinggi Jakarta
pada tanggal 19 Oktober 2017, Pengadilan Tinggi DKI
Jakarta memutus dengan menguatkan putusan tingkat
pertama.

Pemrpov DKI  Jakarta atas Keputusan Pengadilan Tinggi


Jakarta tersebut melakukan Kasasi, yang pada tanggal
18 September 2018 Mahkamah Agung (MA)
mengeluarkan putusan dengan menguatkan putusan PN
dan Pengadilan Tinggi Jakarta.

Pemda DKI Jakarta masih juga tidak mau menrerima


Putusan Mahkamah Agung dan megajukan Peninjauan
kembali sebagai upaya hukum terahir.

Pada tingkat Peninjauan Kembali (PK), Mahkamah Agung


(MA) menyatkan menolak permohonan PK dari Pemprov
DKI Bernomor  993 PK/PDT/2019 diputus oleh majelais
hakim agung dengan Ketua Majelisnya adalah Nurul
Elmiyah dan anggota Majelis yaitu I Gusti Agung
Sumanatha dan Pri Pambudi Teguh.

Tolak, demikian bunyi putusan MA dalam websitenya,


Senin (30/12/2019) sebagaimana dikutip detik.com.
Sumber : detik.com

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Peraturan Pemerintah 43 Tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan tersebut sudah
dinyatakan tidak berlaku dengan diterbitkannya PP 37
tahun 2013 tentang Jaringan Jalan
Dalam Peratauran Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993
tersebut terkait dengan kasus tersebut diatur,
mengenai pemindaahan kendaraan bermotor
sebagai berikut :

Pasal 95
(1) Petugas yang berwenang dapat melakukan
pemindahan kendaraan bermotor.
(2) Pemindahan kendaraan bermotor sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dalam hal :
a. kendaraan yang patut diduga terlibat dalam tindak
kejahatan;
b. kendaraan bermotor mengalami kerusakan teknis
dan berhenti atau parkir pada tempat yang dila- rang
untuk berhenti dan/atau parkir;
c. kendaraan yang diparkir pada tempat yang dila-
rang untuk berhenti dan atau parkir;
d. kendaraan yang parkir di jalan yang tidak dike-
tahui pemiliknya dalam jangka waktu 2 x 24 jam.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 96
(1) Kendaraan yang mengalami kerusakan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (2)
huruf b, dipindahkan ke tempat lain yang tidak
menggangu kelancaran lalu lintas atas prakarsa
pengemudi kendaraan itu sendiri dengan atau tanpa
bantuan petugas yang berwenang.
(2) Apabila setelah jangka waktu 15 menit sejak
kendaraan berhenti atau parkir, pengemudi
kendaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tidak memindahkan kendaraan- nya, pemindahan
kendaraan dilakukan oleh petugas yang berwenang.
Pasal 97 (1) Pemindahan kendaraan yang diparkir
pada tempat yang dilarang untuk berhenti dan/atau
parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat
(2) huruf c, dilakukan oleh petugas yang berwenang
setelah jangka waktu 15 menit pengemudi dan/atau
pemilik kendaraan tersebut tidak berhasil
diketemukan oleh petugas yang berwenang.

(2) Apabila pengemudi dan/atau pemilik kendaraan


diketemukan oleh petugas yang berwenang
sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilampaui, kendaraan tidak boleh
dipindahkan oleh petugas.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
(3) Pemindahan kendaraan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dilakukan ketempat lain yang tidak
mengganggu keselamatan dan kelancaran lalu lintas
atau ketempat yang ditentukan oleh petugas yang
berwenang.

(4) Dalam melakukan pemindahan kendaraan


sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), petugas
yang berwenang harus:
a. menggunakan mobil derek;
b. bertanggung jawab atas kelengkapan dan
keutuhan kendaraan beserta muatannya;
c. membuat berita acara pemindahan kendaraan
bermotor;
d. memberitahukan kepada pemilik atau
pemegang kendaraan bermotor.

Pasal 98
(1) Pemindahan kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95,
dapat dilakukan oleh badan hukum Indonesia
yang ditunjuk.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
(2) pemindahan kendaraan bermotor di jalan Tol,
dilaksa- nakan oleh penyelenggara jalan Tol.

Pasal 99
(1) Pemindahan kendaraan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 ayat (2) huruf b,
huruf c, dan huruf d, dapat dipungut biaya.

(2) (2) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Menteri.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
PENYIDIKAN DAN PEMERIKSAAN DI JALAN

Penyidikan dan Pemeriksaan Kendaraan di Jalan


Baca Bab XIX Undang undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Undang Undang Nomor 22 tahun
2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun
2012

Tentang Pemeriksaan dan Penindakan LLLAJ


Dibahs hal terkait dengan

 Penyidikan
 Kewenangan Penyidik Kepolisian dan
 Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
 Penindakan
 Tatacara Penindakan
 Tilang : konvensioan dan elektonik

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Penyidikan
Pasal 259
1. Penyidikan tindak pidana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dilakukan oleh:
 Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia;
dan
 Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus menurut Undang-
Undang ini.

2. Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia di


bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdiri atas:
 Penyidik; dan
 Penyidik Pembantu.

Kewenangan Penyidik Kepolisian Negara


Republik Indonesia

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 260

1. Dalam hal penindakan pelanggaran dan


penyidikan tindak pidana, Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia selain yang diatur di
dalam

 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana


dan
 Undang-Undang tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, juga
 di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan b

Dibidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepolisian


berwenang
a. memberhentikan, melarang, atau menunda
pengoperasian dan menyita sementara
Kendaraan Bermotor yang patut diduga
melanggar peraturan berlalu lintas atau
merupakan alat dan/atau hasil kejahatan;

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
b. melakukan pemeriksaan atas kebenaran
keterangan berkaitan dengan Penyidikan tindak
pidana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
c. meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik
Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan
Angkutan Umum;

d. melakukan penyitaan terhadap Surat Izin


Mengemudi, Kendaraan Bermotor, muatan, Surat
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda
Coba Kendaraan Bermotor, dan/atau tanda lulus uji
sebagai barang bukti;
e. melakukan penindakan terhadap tindak pidana
pelanggaran atau kejahatan Lalu Lintas menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. membuat dan menandatangani berita acara
pemeriksaan;
g. menghentikan penyidikan jika tidak terdapat
cukup bukti;
h. melakukan penahanan yang berkaitan dengan
tindak pidana kejahatan Lalu Lintas; dan/atau

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
i. melakukan tindakan lain menurut hukum secara
bertanggung jawab.

Pelaksanaan penindakan pelanggaran dan


penyidikan tindak pidana lalin dan angkutan tersebut
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 261
Penyidik Pembantu Kepolisian mempunyai
wewenang sama, kecuali mengenai penahanan
wajib diberikan pelmpahan wewenang dari Penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 262
1. Penyidik Pegawai Negeri Sipil
berwenang untuk:
a. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran
persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan
Bermotor yang pembuktiannya memerlukan
keahlian dan peralatan khusus;

b. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran


perizinan angkutan orang dan/atau barang
dengan Kendaraan Bermotor Umum;

c. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran


muatan dan/atau dimensi Kendaraan Bermotor
di tempat penimbangan yang dipasang secara
tetap;

d. melarang atau menunda pengoperasian


Kendaraan Bermotor yang tidak memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan;

e. meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik


Kendaraan Bermotor, atau Perusahaan
Angkutan Umum atas pelanggaran persyaratan
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
teknis dan laik jalan, pengujian Kendaraan
Bermotor, dan perizinan; dan/atau

f. melakukan penyitaan surat tanda lulus uji


dan/atau surat izin penyelenggaraan angkutan
umum dengan membuat dan menandatangani
berita acara pemeriksaan.

2.Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil


dilaksanakan di Terminal dan/atau tempat
alat penimbangan yang dipasang secara
tetap.

3.Dalam hal kewenangaan PPNS tersebut


dilaksanakan di Jalan, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil wajib berkoordinasi dengan dan
harus didampingi oleh Petugas Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Koordinasi dan
Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Pasal 263
1.Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia,
selaku koordinator dan pengawas,
melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2.Dalam melaksanakan kewenangannya Penyidik


Pegawai Negeri Sipil wajib berkoordinasi
dengan Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

3.Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib


menyerahkan berkas perkara hasil
penyidikan pelanggaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan beserta barang bukti kepada
pengadilan melalui Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
4.Ketentuan mengenai pembinaan dan
pengawasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.

Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan

Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan

Pasal 264
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
dilakukan oleh:
 Petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia; dan

 Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 265
1. Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
meliputi pemeriksaan:
 Surat Izin Mengemudi,
 Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor,
 Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor
 Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, atau
 Tanda Coba Kendaraan Bermotor;
 tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib
uji;
 fisik Kendaraan Bermotor;
 daya angkut dan/atau cara pengangkutan
barang; dan/atau
 izin penyelenggaraan angkutan.

2. Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan


untuk
 tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib
uji;
 fisik Kendaraan Bermotor;
 daya angkut dan/atau cara pengangkutan
barang; dan/atau

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
 izin penyelenggaraan angkutan.
dapat dilakukan secara berkala atau insidental
sesuai dengan kebutuhan.

3. Untuk melaksanakan pemeriksaan Kendaraan


Bermotor tersebu petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia berwenang untuk:
 menghentikan Kendaraan Bermotor;
 meminta keterangan kepada Pengemudi;
dan/atau
 melakukan tindakan lain menurut hukum secara
bertanggung jawab.

Pasal 266
1.Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
untuk dapat dilakukan secara insidental oleh
petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2.Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan


untuk
 tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji;
 fisik Kendaraan Bermotor;

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
 daya angkut dan/atau cara pengangkutan
barang; dan/atau
 izin penyelenggaraan angkutan

dapat dilakukan secara incidental

INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI


Investigasi kecelakaan transportasi diatur dalam
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 2013
tentang Investigasi Kecelakan Transportasi

Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 2013


tersebut adalah sebagai pelaksanaan dari 4 undang
undang dibidang transportasi yaitu
1.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
2.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran 4849);
3.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik
IndonesiaNomor4956);
4.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Sebenarnya UULLAJ yaitu Undang Undang Nomor


22 Tahun 2009 tidak ada perintah untuk dilakukan
investigasi kecelakaan lalu lintas dan andkutan jalan
seperti diperintahkan dalam ke 3 undang undang
transportasi lainnya tersebut diatas.

Taruna cek perintah ketiga uu tersebut di pasal


berapa selain UULLAJ

Hal hal pokok yang diatur dalam Peraturan


Pemerintah tersebut adalah

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Dalam Pemerintah Pemerintah tersebut didifinisikan
untuk hal yang sama seperti diatur dalam Undang
Undang Transportasi tersebut diatas, kecuali hal
baru, seperti difinisi untuk investigasi , kecelaakaan
transportasi dan kejadian serius.

Dalam Pasal Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor


62 tahun 2013 didifinisikan :

1. Investigasi Kecelakaan Transportasi adalah


kegiatan penelitian terhadap penyebab kecelakaan
transportasi dengan cara pengumpulan,
pengolahan, analisis, dan penyajian data secara
sistematis dan objektif agar tidak terjadi kecelakaan
transportasi dengan penyebab yang sama.

2. Kecelakaan Transportasi adalah peristiwa atau


kejadian pengoperasian sarana transportasi yang
mengakibatkan kerusakan sarana transportasi,
korban jiwa, dan/atau kerugian harta benda.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
3. Investigator adalah orang yang mempunyai
kualifikasi dan kompetensi tertentu untuk
melaksanakan kegiatan Investigasi Kecelakaan
Transportasi.

4. Kereta Api adalah sarana perkeretaapian dengan


tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya,
yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel
yang terkait dengan perjalanan kereta api.

5. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan


jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga
angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau
ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta
alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah.
6. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat
yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat
dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara
terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk
penerbangan.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
7. Kejadian Serius adalah suatu kondisi
pengoperasian Pesawat Udara hampir terjadinya
kecelakaan. 8. Menteri adalah menteri yang
menyelenggarakan

Pasal 2

8. Investigasi Kecelakaan Transportasi


diselenggarakan berdasarkan prinsip:
a. tidak untuk mencari kesalahan (no blame);
b. . tidak untuk memberikan sanksi/hukuman (no
judicial); dan
c. c. tidak untuk mencari siapa yang
bertanggung jawab menanggung kerugian (no
liability).

Pasal 3

9. Investigasi Kecelakaan Transportasi


diselenggarakan untuk mengungkap suatu peristiwa
kecelakaan transportasi secara profesional dan

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
independen guna memperoleh data dan fakta
penyebab terjadinya kecelakaan transportasi.

Pasal 4

10. Pelaksanaan Investigasi Kecelakaan


Transportasi oleh Komite Nasional Keselamatan
Transportas

Pasal 6
11.Investigasi Kecelakaan Transportasi dilakukan
terhadap:
a. kecelakaan Kereta Api;
b. kecelakaan Kapal;
c. kecelakaan Pesawat Udara; dan
d. kecelakaan tertentu kendaraan bermotor
umum.

Ditegaskan untuk LLAJ dalam Peraturan Pemerintah


itu hanya kecelakaan tertentu kendraan bermotor
umum, berarti urusa lainnya itu menjadi urusan

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
penyidik, yaitu Penyidik Kepolisian dan atau
Penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS )

Taruna baca apa yang dimaksudkan dengan


kendaraan bermotor umum dalam UULLAJ

Pasal 7

12.Kecelakaan Kereta Api terdiri atas:


a. tabrakan antar Kereta Api;
b. Kereta Api terguling;
c. Kereta Api anjlok; dan/atau
d. Kereta Api terbakar.

Pasal 8

13.Kecelakaan Kapal terdiri atas:


a. Kapal tenggelam;
b. Kapal terbakar;
c. Kapal tubrukan; dan/atau
d. Kapal kandas.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 9

14.Kecelakaan Pesawat Udara:


a. Pesawat Udara yang jatuh pada saat tinggal
landas, lepas landas, atau selama penerbangan;
b. tabrakan antar Pesawat Udara atau antar
Pesawat Udara dengan fasilitas di bandar
udara;
c. Pesawat Udara yang hilang atau tidak dapat
diketemukan; dan/atau
d. Pesawat Udara yang mengalami Kejadian
Serius (serious incident)

Pasal 10

15.Kecelakaan tertentu kendaraan bermotor


umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf d terdiri atas:
a. tabrakan antar kendaraan bermotor umum,
antara kendaraan bermotor umum dengan
Kereta Api, atau antara kendaraan bermotor
umum dengan fasilitas atau dengan benda-
benda lainnya;
b. kendaraan bermotor umum terguling;
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
c. kendaraan bermotor umum jatuh ke jurang
atau sungai; dan/atau
d. kendaraan bermotor umum terbakar.

Pasal 11

16.Setiap investigasi kecelakaan Kereta Api,


Kapal, Pesawat Udara, dan kecelakaan
tertentu terhadap kendaraan bermotor umum
dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan
Transportasi.

17. Komite Nasional Keselamatan Transportasi


dalam melakukan investigasi kecelakaan
tertentu terhadap kendaraan bermotor umum
wajib berkoordinasi dengan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 12

18.Kecelakaan Kereta Api yang wajib dilakukan


Investigasi Kecelakaan Transportasi oleh
Komite Nasional Keselamatan Transportasi
yaitu kecelakaan yang mengakibatkan:
a. korban jiwa; dan/atau
b. kerusakan atau tidak dapat beroperasinya
Kereta Api yang mengakibatkan rintang jalan
selama lebih dari 6 (enam) jam untuk 2 (dua)
arah.

Pasal 13

19 Kecelakaan Kapal yang wajib dilakukan


Investigasi Kecelakaan Transportasi oleh Komite
Nasional Keselamatan Transportasi meliputi:
a. kecelakaan Kapal dengan bobot lebih dari GT 100
(seratus Gross Tonage) untuk Kapal penumpang,
Kapal penyeberangan, dan Kapal ikan; atau

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
b. kecelakaan Kapal dengan bobot lebih dari GT 500
(lima ratus Gross Tonage) untuk Kapal barang dan
Kapal tangki.
Kecelakaan Kapal sebagaimana tersebut
mengakibatkan:
a. korban jiwa;
b. kerusakan atau tidak dapat beroperasinya Kapal
dan/atau fasilitas di perairan; dan/atau c.
pencemaran laut
Pasal 19
20.Kecelakaan tertentu kendaraan bermotor
umum unntul LLAJ meliputi:
a. terdapat korban jiwa paling sedikit 8 (delapan)
orang;
b. mengundang perhatian publik secara luas;
c. menimbulkan polemik/kontroversi;
d. menimbulkan prasarana rusak berat;
e. berulang-ulang pada merek dan/atau tipe
kendaraan yang sama dalam satu tahun;
f. berulang-ulang pada lokasi yang sama dalam
satu tahun; dan/atau

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
g. mengakibatkan pencemaran lingkungan
akibat limbah atau Bahan Berbahaya dan Bera
cun (B3) yang diangkut.

Pasal 31

21.Pelaksanaan Investigasi Kecelakaan


Transportasi dilakukan oleh Investigator.

22.Investigator wajib memiliki kualifikasi dan


kompetensi kecakapan tertentu yang
dibuktikan dengan sertifikat kecakapan.

23.Sertifikat kecakapan diperoleh melalui


pendidikan dan pelatihan.

Pasal 39
24.Hasil kerja tim investigasi dibuat dalam bentuk
laporan Investigasi Kecelakaan Transportasi.

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
25.Laporan Investigasi Kecelakaan Transportasi
terdiri atas:
a. pemberitahuan (notification),
hanya untuk pesawat udara
b. laporan awal (preliminary report); dan
c. laporan akhir (final report).

naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh

Anda mungkin juga menyukai