Fasilitas Parkir
Diatur dalam pasal 43 UULLAJ No 22 tahun 2009
Pengantar
Beberapa pengertian terkait dengan Parkir dan
berhenti seperti diatur dalam UULLAJ, UUnomor 22
tahun 2009
Pasal 43
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
3.Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan
hanya dapat diselenggarakan di tempat
tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau
jalan kota yang harus dinyatakan dengan
Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
4.Ketentuan lebih lanjut mengenai pengguna jasa
fasilitas parkir, perizinan, persyaratan, dan tata
cara penyelenggaraan fasilitas dan parkir untuk
umum diatur dengan peraturan pemerintah.
Daiatur dalam PP tentang jaringan dan Lalu
Lintas Angkutan Jalan
Parkir
Pasal 120
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 121
6.Setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib
memasang segitiga pengaman, lampu isyarat
peringatan bahaya, atau isyarat lain ( antara lain
lampu darurat aaaaaaaatau senter ) pada saat
berhenti atau parkir dalam keadaan darurat di
jalan ( dikarenakan kendaraan dalam keaadaan
mogok , kecelakaan lalu lintas atau menganti
ban penjelasaan pasal 121 ayat1 )
Berhenti
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 118
1.Selain Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek, ( berarti kendaraan umum dalam
trayek tidak boleh berhenti )
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
kendaraan mogok, antrean mengubah arah, atau
kenraan bermaksud berbelok kiri
Pasal 119
2.Pengemudi
Kendaraan Bermotor Umum atau
mobil bus sekolah yang sedang berhenti
untuk menurunkan dan/atau menaikkan
Penumpang wajib memberi isyarat tanda
berhenti.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Fasiltas Parkir dan Parkir diatur lebih lanjut dalam
PP 79 tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Pasal 102
(1) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di
luar ruang milik jalan wajib:
a. menyediakan tempat parkir sesuai dengan
standar teknis yang ditentukan;
b. melengkapi fasilitas parkir paling sedikit berupa
rambu, marka dan media informasi tarif, waktu,
ketersediaan ruang parkir, dan informasi fasilitas
parkir khusus;
c. memastikan kendaraan keluar masuk satuan
ruang parkir dengan aman, selamat, dan
memprioritaskan kelancaran lalu lintas;
d. menjaga keamanan kendaraan yang diparkir;
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
e. memberikan tanda bukti dan tempat parkir; dan
f. mengganti kerugian kehilangan dan kerusakan
kendaraan yang diparkir sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
i. fasilitas pemadam kebakaran;
j. fasilitas pengaman; dan
k. fasilitas keselamatan.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
(6) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) diberikan oleh:
a. Menteri untuk gedung parkir yang berada di jalan
nasional;
b. gubernur untuk gedung parkir yang berada di
jalan provinsi; dan
c. bupati/walikota untuk gedung parkir yang berada
di jalan kabupaten/kota.
Tarif Parkir
Pasal 103
(1) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di
luar ruang milik jalan dapat memungut tarif terhadap
penggunaan fasilitas yang diusahakan.
(2) Formula perhitungan tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan:
a. penggunaan fasilitas parkir per jam atau per hari;
b. perjanjian penggunaan dalam jangka waktu
tertentu;
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
c. biaya operasional; dan d. asuransi.
(3) Formula perhitungan tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
(4) Besaran tarif dihitung berdasarkan formula
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ditetapkan dengan:
a. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta untuk lokasi parkir di wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta; dan
b. peraturan daerah kabupaten/kota untuk lokasi
parkir di wilayah kabupaten/kota.
Pasal 104
(1) Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, bupati, atau walikota sesuai dengan
kewenangannya dapat melakukan pembatasan
kapasitas ruang parkir.
(2) Pembatasan kapasitas ruang parkir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan pemberlakuan tarif parkir khusus.
Bagian Kedua Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik
Jalan
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 105
(1) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan hanya
dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan
kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus
dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas dan/atau
Marka Jalan.
(2) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan
untuk sepeda dan kendaraan bermotor.
(3) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan:
a. paling sedikit memiliki 2 (dua) lajur per arah untuk
jalan kabupaten/kota dan memiliki 2 (dua) lajur
untuk jalan desa;
b. dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu
lintas;
c. mudah dijangkau oleh pengguna jasa;
d. kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
e. tidak memanfaatkan fasilitas Pejalan Kaki.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 106
Parkir di dalam ruang milik jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 105 dilarang dilakukan di:
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
k. berdekatan dengan keran pemadam kebakaran
atau sumber air untuk pemadam kebakaran; atau l.
pada ruas dengan tingkat kemacetan tinggi.
Pasal 107
(1) Lokasi fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 ditetapkan
oleh:
a. gubernur untuk jalan kota yang berada di wilayah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b. bupati untuk jalan kabupaten dan jalan desa; dan
c. walikota untuk jalan kota.
(2) Penetapan lokasi parkir sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui forum lalu lintas
dan angkutan jalan berdasarkan tingkatannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 108
(1) Penyediaan fasilitas parkir di dalam ruang milik
jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105
dapat dipungut tarif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
(2) Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan
wajib:
a. menyediakan tempat parkir yang sesuai standar
teknis yang ditentukan;
b. melengkapi fasilitas parkir paling sedikit berupa
rambu, marka dan media informasi tarif, dan waktu;
c. memastikan kendaraan keluar masuk satuan
ruang parkir yang aman dan selamat dengan
memprioritaskan kelancaran lalu lintas;
d. menjaga keamanan kendaraan yang diparkir; dan
e. mengganti kerugian kehilangan atau kerusakan
kendaraan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
(3) Pengguna parkir di dalam ruang milik jalan wajib:
a. mematuhi ketentuan tentang tata cara parkir dan
tata cara berlalu lintas; dan
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
b. mematuhi tata tertib yang dikeluarkan oleh
penyelenggara parkir.
Pasal 109
(1) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102
wajib menyediakan tempat parkir khusus
untuk:
a. penyandang cacat;
b. manusia usia lanjut; dan
c. wanita hamil.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
(2) Tempat parkir khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memenuhi persyaratan:
a. kemudahan akses menuju dari dan/atau ke
bangunan/fasilitas yang dituju;
b. tersedia ruang bebas yang memudahkan masuk
dan keluar dari kendaraannya;
c. dipasang tanda parkir khusus; dan
d. tersedia ramp trotoar di kedua sisi kendaraan.
Bagian Keempat Sanksi Administratif
Pasal 111
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis
fasilitas parkir di dalam dan diluar ruang milik jalan
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 112 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
perizinan fasilitas parkir umum di luar ruang milik
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
jalan serta sanksi administratif diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 124
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
semua peraturan perundang-undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3529) dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 125
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993
tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3529) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Segketa Mobil Parkir Pemilik Kendaran dengan
Pemda DKI Jakarta.
Mobil Diderek Tanpa Diketahui Pemiliknya,
Pemprov DKI Akhirnya Dihukum Rp. 186 Juta
30 Desember 2019
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Mulyadi sempat membuat laporan kehilangan kendaraan.
Selain itu, ia juga menunggu pemberitahuan mengenai
mobilnya telah derek, namun tidak kunjung datang.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pemprov DKI Jakarta melakukan upaya Banding, yang
telah mendapatkan keputusan pengadilan tinggi Jakarta
pada tanggal 19 Oktober 2017, Pengadilan Tinggi DKI
Jakarta memutus dengan menguatkan putusan tingkat
pertama.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Peraturan Pemerintah 43 Tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan tersebut sudah
dinyatakan tidak berlaku dengan diterbitkannya PP 37
tahun 2013 tentang Jaringan Jalan
Dalam Peratauran Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993
tersebut terkait dengan kasus tersebut diatur,
mengenai pemindaahan kendaraan bermotor
sebagai berikut :
Pasal 95
(1) Petugas yang berwenang dapat melakukan
pemindahan kendaraan bermotor.
(2) Pemindahan kendaraan bermotor sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dalam hal :
a. kendaraan yang patut diduga terlibat dalam tindak
kejahatan;
b. kendaraan bermotor mengalami kerusakan teknis
dan berhenti atau parkir pada tempat yang dila- rang
untuk berhenti dan/atau parkir;
c. kendaraan yang diparkir pada tempat yang dila-
rang untuk berhenti dan atau parkir;
d. kendaraan yang parkir di jalan yang tidak dike-
tahui pemiliknya dalam jangka waktu 2 x 24 jam.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 96
(1) Kendaraan yang mengalami kerusakan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (2)
huruf b, dipindahkan ke tempat lain yang tidak
menggangu kelancaran lalu lintas atas prakarsa
pengemudi kendaraan itu sendiri dengan atau tanpa
bantuan petugas yang berwenang.
(2) Apabila setelah jangka waktu 15 menit sejak
kendaraan berhenti atau parkir, pengemudi
kendaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tidak memindahkan kendaraan- nya, pemindahan
kendaraan dilakukan oleh petugas yang berwenang.
Pasal 97 (1) Pemindahan kendaraan yang diparkir
pada tempat yang dilarang untuk berhenti dan/atau
parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat
(2) huruf c, dilakukan oleh petugas yang berwenang
setelah jangka waktu 15 menit pengemudi dan/atau
pemilik kendaraan tersebut tidak berhasil
diketemukan oleh petugas yang berwenang.
Pasal 98
(1) Pemindahan kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95,
dapat dilakukan oleh badan hukum Indonesia
yang ditunjuk.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
(2) pemindahan kendaraan bermotor di jalan Tol,
dilaksa- nakan oleh penyelenggara jalan Tol.
Pasal 99
(1) Pemindahan kendaraan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 ayat (2) huruf b,
huruf c, dan huruf d, dapat dipungut biaya.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
PENYIDIKAN DAN PEMERIKSAAN DI JALAN
Penyidikan
Kewenangan Penyidik Kepolisian dan
Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Penindakan
Tatacara Penindakan
Tilang : konvensioan dan elektonik
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Penyidikan
Pasal 259
1. Penyidikan tindak pidana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dilakukan oleh:
Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia;
dan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus menurut Undang-
Undang ini.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 260
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
b. melakukan pemeriksaan atas kebenaran
keterangan berkaitan dengan Penyidikan tindak
pidana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
c. meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik
Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan
Angkutan Umum;
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
i. melakukan tindakan lain menurut hukum secara
bertanggung jawab.
Pasal 261
Penyidik Pembantu Kepolisian mempunyai
wewenang sama, kecuali mengenai penahanan
wajib diberikan pelmpahan wewenang dari Penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 262
1. Penyidik Pegawai Negeri Sipil
berwenang untuk:
a. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran
persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan
Bermotor yang pembuktiannya memerlukan
keahlian dan peralatan khusus;
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Koordinasi dan
Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Pasal 263
1.Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia,
selaku koordinator dan pengawas,
melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
4.Ketentuan mengenai pembinaan dan
pengawasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 264
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
dilakukan oleh:
Petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia; dan
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 265
1. Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
meliputi pemeriksaan:
Surat Izin Mengemudi,
Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor,
Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, atau
Tanda Coba Kendaraan Bermotor;
tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib
uji;
fisik Kendaraan Bermotor;
daya angkut dan/atau cara pengangkutan
barang; dan/atau
izin penyelenggaraan angkutan.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
izin penyelenggaraan angkutan.
dapat dilakukan secara berkala atau insidental
sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 266
1.Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
untuk dapat dilakukan secara insidental oleh
petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
daya angkut dan/atau cara pengangkutan
barang; dan/atau
izin penyelenggaraan angkutan
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
2.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran 4849);
3.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik
IndonesiaNomor4956);
4.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Dalam Pemerintah Pemerintah tersebut didifinisikan
untuk hal yang sama seperti diatur dalam Undang
Undang Transportasi tersebut diatas, kecuali hal
baru, seperti difinisi untuk investigasi , kecelaakaan
transportasi dan kejadian serius.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
3. Investigator adalah orang yang mempunyai
kualifikasi dan kompetensi tertentu untuk
melaksanakan kegiatan Investigasi Kecelakaan
Transportasi.
Pasal 2
Pasal 3
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
independen guna memperoleh data dan fakta
penyebab terjadinya kecelakaan transportasi.
Pasal 4
Pasal 6
11.Investigasi Kecelakaan Transportasi dilakukan
terhadap:
a. kecelakaan Kereta Api;
b. kecelakaan Kapal;
c. kecelakaan Pesawat Udara; dan
d. kecelakaan tertentu kendaraan bermotor
umum.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
penyidik, yaitu Penyidik Kepolisian dan atau
Penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS )
Pasal 7
Pasal 8
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
Pasal 12
Pasal 13
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
b. kecelakaan Kapal dengan bobot lebih dari GT 500
(lima ratus Gross Tonage) untuk Kapal barang dan
Kapal tangki.
Kecelakaan Kapal sebagaimana tersebut
mengakibatkan:
a. korban jiwa;
b. kerusakan atau tidak dapat beroperasinya Kapal
dan/atau fasilitas di perairan; dan/atau c.
pencemaran laut
Pasal 19
20.Kecelakaan tertentu kendaraan bermotor
umum unntul LLAJ meliputi:
a. terdapat korban jiwa paling sedikit 8 (delapan)
orang;
b. mengundang perhatian publik secara luas;
c. menimbulkan polemik/kontroversi;
d. menimbulkan prasarana rusak berat;
e. berulang-ulang pada merek dan/atau tipe
kendaraan yang sama dalam satu tahun;
f. berulang-ulang pada lokasi yang sama dalam
satu tahun; dan/atau
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
g. mengakibatkan pencemaran lingkungan
akibat limbah atau Bahan Berbahaya dan Bera
cun (B3) yang diangkut.
Pasal 31
Pasal 39
24.Hasil kerja tim investigasi dibuat dalam bentuk
laporan Investigasi Kecelakaan Transportasi.
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
25.Laporan Investigasi Kecelakaan Transportasi
terdiri atas:
a. pemberitahuan (notification),
hanya untuk pesawat udara
b. laporan awal (preliminary report); dan
c. laporan akhir (final report).
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh
naskah bahan pembelajaran ini hanya untuk kuliah taruna ptdi- sttd, tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain, tanpa ijin dari pembuat naskah sahar andika putra, sh, mh