Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

Pengenalan Rekayasa Perangkat Lunak


Requirement Elicitation

Nama:
Agnes Elyestra Sidabutar (11323047)
Natasya Dian Elena Siahaan (11323053)

Wanda Margaretha Ujung ( 11323054)

Franklyn Aldo Ignatia Lumbantoruan (11323010)

Program Studi: D3 Teknologi Informasi

TA. 2023/2024
Bab I

Understand Current System (as-is system)


(https://docs.google.com/document/d/1j_nAwuyb2EZsD9hI3WlJfWOfyDT2MRDff6LQLz80uc/
edit#heading=h.yks2fo2afd3c)

Berdasarkan deskripsi yang diberikan, sistem yang dijelaskan adalah sistem e-ticketing
dan tracking untuk Bus KBX, termasuk proses pemesanan tiket, perhitungan komisi, dan
pelaporan harian. Berikut adalah rincian dari sistem tersebut:

Current System: E-ticketing dan Tracking System Bus KBX

1. Pemesanan Tiket di Loket:

• Penumpang datang ke loket untuk melakukan pemesanan tiket kepada admin loket.

• Admin loket mengumpulkan data diri penumpang seperti nama, alamat, asal, tujuan, dan
nomor telepon.
• Admin loket menghitung total pembayaran yang harus dibayarkan oleh penumpang.

2. Pembayaran Tiket:

• Penumpang membayar uang tiket kepada admin loket.

• Setelah pembayaran, penumpang masuk ke dalam mobil bus KBX.

3. Perjalanan dengan Bus KBX:

• Sopir mengemudikan bus sesuai dengan tujuan penumpang hingga tiba di lokasi tujuan.

4. Pembuatan Surat Jalan:


• Admin loket membuat surat jalan yang mencakup:

• Rute perjalanan

• Nama sopir

• Nomor pintu

• Tanggal
• Nomor trip

• Jumlah penumpang

• Asal-tujuan penumpang

• Jumlah ongkos yang diperoleh.

5. Rekap Surat Jalan:

• Surat jalan direkap dan diserahkan kepada Admin kantor.

6. Perhitungan Keuangan:

- Di admin kantor, dilakukan perhitungan terkait:

• Uang komisi

• Uang kantor

• Uang administrasi dalam satu hari.

7. Perhitungan Komisi:

- Contoh perhitungan komisi:

• Penghasilan dari perjalanan: Rp1.000.000.

• Komisi KBX: 10% (Rp100.000).

• Biaya admin: Rp5.000.


• Biaya kantor: Rp53.000.

• Total biaya yang diterima KBX: Rp158.000.

• Komisi admin loket: 60% dari komisi (Rp60.000).

• Sopir dan pemilik mobil menerima sisa uang: Rp842.000.

8. Rekapan Surat Jalan Harian:

- Admin loket memberikan rekapan surat jalan seluruh mobil bus yang beroperasi dalam satu
hari kepada admin kantor.

9. Perhitungan Komisi Harian:

- Admin kantor melakukan perhitungan komisi pengoperasian satu hari pada seluruh mobil bus.

10. Penyerahan Komisi:

- Admin kantor membuat kwitansi dan menyerahkan komisi kepada direksi.

11. Siklus Berulang:

- Proses ini diulangi untuk setiap perjalanan yang dilakukan oleh bus KBX.

Catatan:

- Sistem ini dapat diperbarui dan disempurnakan dengan teknologi e-ticketing,


penggunaan perangkat lunak khusus untuk pelacakan, serta otomatisasi perhitungan
komisi dan pelaporan harian. Hal ini akan meningkatkan efisiensi dan akurasi proses.
- Keamanan dan privasi data penumpang harus dijaga dengan cermat sesuai dengan
regulasi dan kebijakan yang berlaku.
- Sistem juga dapat mengintegrasikan pembayaran elektronik untuk memudahkan proses
pembayaran tiket.
Pada September 2021, di Indonesia, tidak ada undang-undang yang secara khusus mengatur
eticket untuk transportasi darat. Namun, terdapat regulasi dan kebijakan terkait transportasi darat
yang mungkin mencakup aspek penggunaan e-ticket.

Contoh beberapa undang-undang dan peraturan terkait transportasi darat di Indonesia adalah:

1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan:

- Undang-undang ini mengatur berbagai aspek terkait transportasi darat, termasuk kewajiban
para pemilik kendaraan dan aturan lalu lintas.
2. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan:

- Peraturan ini mengatur tentang pengaturan dan pengawasan angkutan jalan, termasuk
kendaraan bermotor umum.
3. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 109 Tahun 2013 tentang Angkutan Orang Dengan
Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek:
- Regulasi ini menetapkan persyaratan untuk angkutan orang dengan kendaraan bermotor
umum yang tidak berada dalam trayek tertentu.
4. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 45 Tahun 2020 tentang Kewajiban Pemakaian
Masker Dalam Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum:
- Regulasi ini menetapkan kewajiban penggunaan masker dalam angkutan orang dengan
kendaraan bermotor umum, termasuk bus.
5. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 108 Tahun 2013 tentang Izin Usaha Angkutan
Penumpang Dengan Kendaraan Bermotor Umum:
- Regulasi ini mengatur izin usaha angkutan penumpang dengan kendaraan bermotor umum,
termasuk persyaratan dan prosedurnya.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI melalui Direktorat Jenderal (Dirjen) Perhubungan


Darat akan memberlakukan sistem e-ticketing untuk armada bus di seluruh Indonesia. Hal itu
disampaikan langsung oleh Dirjen Perhubungan Darat, Budi Setiyadi. Budi mengatakan bahwa
pemberlakuan ini merupakan perintah langsung dari Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi.
Dikatakan Budi bahwa pemberlakuan e-ticketing juga diterapkan pada moda transportasi laut
yakni di Pelabuhan Merak-Bakaehuni dan Ketapang-Gilimanuk yang dirasa telah berhasil. "Jadi
sudah menjadi perintah Pak Menteri Perhubungan. Berikutnya bus, semua bis akan
menggunakan e-ticketing. Karena saya membangun terminal di Indonesia ini sekitar 34,"
ungkapnya ketika dikonfirmasi awak media setelah giat bersama PO bus di salah satu hotel di
Kota Malang, Kamis (27/8/2020).
Dari 34 terminal yang telah dibangun dengan bagus tersebut, masih ada kekurangan yang harus
segera dilengkapi, yakni perbaikan pada sistem pelayanan terhadap penumpang. Nantinya pada
penerapan e-ticketing, masyarakat akan lebih dimudahkan untuk mengakses moda transportasi
bus.
"Jadi masyarakat cukup beli menggunakan handphone, kayak mungkin bandara itu, kemudian
nanti akan menggunakan Boarding Pass. Kemudian masuk kedalam terminal hanya dengan
menunjukkan QR Code itu saja," jelas pria yang merupakan lulusan Akademi Polisi 1985 ini.
Kebijakan tersebut akan segera realisasi untuk bus dengan jalur AKAP (Antar Kota Antar
Provinsi). Sedangkan untuk AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) secara bertahap dikatakan Budi
diharapkan agar mengikuti juga. "Ya kita harapkan AKDP juga nanti secara waktu mengikuti.
Karena AKDP kan kewenangan dalam provinsi kan," ujarnya.
Untuk yang AKAP sendiri telah dimulai sejak saat ini yang dimulai dari Jakarta. Disebutkan
Budi bahwa terminal Pulo Gebang akan menjadi pilot project penerapan kebijakan e-ticketing
ini. Nantinya secara bertahap akan diterapkan di seluruh terminal yang ada di Indonesia.

"Sekarang sudah ada 90 lebih PO (Perusahaan Otobus, red) yang sudah bergabung dalam sistem
aplikasi kita. Di-pass namanya, itu nanti akan kita proses menggunakan e-ticketing," sebutnya.
Dirinya menargetkan untuk terminal di seluruh Indonesia agar secepatnya menerapkan sistem
eticketing bus ini, yang diawali dari Jakarta. "Saya nggak lama-lama (target, red). Kemarin Pak
Menteri juga ngasih saya (waktu, red) untuk di Jakarta satu bulan ini harus sudah selesai dan
sudah mau selesai ini. Berikutnya nanti provinsi yang lain," ungkapnya.
Sementara itu, salah satu PO bus yakni Direktur PO Medali Mas, Edi Cahyono mengungkapkan
bahwa penerapan kebijakan e-ticketing bus ini akan menambah kenyamanan para penumpang
untuk menggunakan moda transportasi darat berupa bus ini. "Itu untuk kenyamanan penumpang.
Pada intinya, golnya kan untuk menghindari calo," ungkapnya.
Terkait kelengkapan perangkat yang harus disediakan lebih oleh PO bus Medali Mas, Edi tidak
mempermasalahkan hal itu. Karena semuanya memang membutuhkan proses. "Semua pasti kan
ada proses. Kalau dari gambaran tadi sih selama kita mengikuti, saya rasa masih bisa," ujarnya.
Karena selain arahan dari Dirjen Perhubungan Darat terkait e-ticketing, pihak PO bus Medali
Mas sendiri dikatakam oleh Edi telah menerapkan sistem pemesanan tiket secara online untuk
jalus bis AKAP (Antar Kota Antar Provinsi). "Sekarang kita kan juga sudah mulai merintis untuk
online ticketing," pungkasnya.
Sebagai informasi bahwa penerapan kebijakan e-ticketing untuk moda transportasi bis ini
merupakan turunan dari digitalisasi pelayanan angkutan orang yang di gagas oleh Kementerian
Perhubungan RI sebagai inovasi dalam melayani penumpang untuk lebih mudah dan nyaman
menggunakan moda trasportasi udara yang kemudian diikuti oleh moda transportasi darat dan
laut.(https://indonesia.jatimtimes.com/baca/222071/20200827/203300/dirjen-perhubungan-
daratterapkan-e-ticket-bus-po-bus-yakin-bisa)
Pertanyaan yang akan ditanyakan kepada Product Owner:

1. Bagaimana cara memastikan keamanan dan privasi data penumpang yang disimpan
dalam sistem?
2. Apakah ada rencana untuk mengintegrasikan pembayaran elektronik atau metode
pembayaran lainnya? Bagaimana prosesnya?
3. Bagaimana jika terjadi gangguan teknis atau kegagalan sistem saat penumpang mencoba
memesan tiket? Apakah ada rencana pemulihan darurat?
4. Bagaimana sistem melacak pergerakan bus dalam waktu nyata? Apakah menggunakan
teknologi GPS atau metode pelacakan lainnya?
5. Bagaimana jika ada perubahan rute atau tujuan dalam perjalanan? Bagaimana sistem
menangani situasi seperti itu?
6. Bagaimana proses perhitungan komisi di tingkat admin loket dan admin kantor? Apakah
ada rencana untuk mengotomatisasi proses ini?
7. Bagaimana cara memastikan bahwa dokumen seperti surat jalan dan kwitansi dibuat
dengan akurat dan tepat waktu?
8. Apakah ada rencana untuk mengembangkan atau meningkatkan fitur-fitur tambahan
dalam sistem, seperti integrasi dengan sistem keuangan atau pelaporan tambahan?
9. Apakah ada rencana untuk melakukan pelatihan atau pengembangan keterampilan bagi
admin loket dan admin kantor terkait dengan penggunaan dan manajemen sistem?
10. Apakah ada perubahan atau pembaruan regulasi terbaru yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan sistem ini?
11. Pada saat penumpang naik, boleh kah penumpang tersebut mengubah rute perjalanan nya,
apakah ongkos tersebut akan dipotong?
Jawab : Penumpang tersebut boleh mengubah rute perjalanan nya yang nanti nya ongkos dari
penumpang tersebut akan disesuaikan oleh supir mobil tersebut
Bab II

Identify (problem/potential problem) Improvement

1. Proses Pembuatan Tiket Manual: Mengharuskan penumpang untuk mengunjungi loket tiket
dan memberikan informasinya. Hal ini dapat menyebabkan inefisiensi, potensi kesalahan dalam
entri data, dan waktu tunggu penumpang yang lebih lama.

2. Kurangnya Pelacakan Digital: Hal ini dapat menimbulkan tantangan dalam pengoptimalan
rute, alokasi sumber daya, dan respons terhadap keadaan darurat.

3. Distribusi Komisi yang Kompleks: Proses penghitungan dan pendistribusian komisi


melibatkan beberapa langkah dan persentase, yang dapat membingungkan dan rentan terhadap
kesalahan. Kompleksitas ini dapat menimbulkan perselisihan antar pemangku kepentingan.

4. Transparansi Keuangan Terbatas: Rincian pendapatan dan pengeluaran mungkin tidak dapat
diakses oleh semua pihak yang terlibat, sehingga berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan atau
perselisihan mengenai pembagian komisi.

5. Ketidakakuratan Data: Informasi penumpang yang salah atau tidak lengkap dapat
menyebabkan kesulitan dalam kontak atau identifikasi jika terjadi keadaan darurat atau
pertanyaan.

6. Pembayaran yang Terlambat atau Terlewatkan: Keterlambatan pembayaran komisi dari


penjualan tiket ke kantor administrasi dapat menyebabkan tekanan keuangan bagi operator bus.

7. Alokasi Sumber Daya yang Tidak Efisien: Tanpa pelacakan waktu nyata, optimalisasi rute dan
jadwal mungkin sulit dilakukan, sehingga berpotensi mengakibatkan sumber daya kurang
dimanfaatkan atau ketidakpuasan penumpang karena penundaan.

8. Sengketa Pembagian Komisi: Proses pembagian komisi yang dilakukan secara bertahap dapat
menimbulkan kesalahpahaman atau perbedaan pendapat di antara para pemangku kepentingan,
sehingga berpotensi menimbulkan konflik.

9. Kesalahan Pengelolaan Keuangan: Jika pengemudi dan pemilik bus hanya bertanggung jawab
mengelola bagian pendapatan mereka, mungkin ada risiko kesalahan pengelolaan keuangan,
yang menyebabkan kesulitan dalam pemeliharaan bus dan menutupi biaya-biaya yang
diperlukan.

10. Kesulitan dalam Audit dan Akuntabilitas: Kurangnya transparansi dalam catatan keuangan
dapat menyulitkan audit operasi dan membuat pihak-pihak bertanggung jawab atas tanggung
jawab mereka.

11. Kesalahan Pencatatan Manual: Penanganan catatan dan penerimaan keuangan secara manual
meningkatkan kemungkinan kesalahan administrasi, yang berpotensi menyebabkan perbedaan
dalam laporan keuangan.

12. Komunikasi yang Tidak Memadai: Tanpa adanya sistem pelacakan digital, mungkin terdapat
kesulitan dalam mengkomunikasikan informasi real-time mengenai status bus kepada
penumpang atau pemangku kepentingan.

13. Masalah Keamanan: Menangani transaksi tunai di loket tiket dapat menimbulkan risiko
keamanan, seperti potensi pencurian atau kesalahan penanganan dana.

14. Kepatuhan terhadap Peraturan: Mungkin ada potensi masalah dalam kepatuhan terhadap
peraturan dan persyaratan pelaporan, terutama jika visibilitas terhadap transaksi keuangan dan
distribusi komisi terbatas.
BAB III
Define Requirement for Target System (to-be system)
Berikut adalah tahapan komunikasi, perencanaan, pemodelan, konstruksi, dan implementasi
(deployment) untuk sistem e-ticketing dan tracking system Bus KBX:

1. Komunikasi:

a. Identifikasi Kebutuhan:

- Diskusikan dengan pihak terkait (admin loket, sopir, pemilik mobil, admin kantor) untuk
mengidentifikasi kebutuhan sistem e-ticketing dan tracking.

- Tentukan informasi yang perlu dikumpulkan saat pemesanan tiket, informasi yang perlu ada
dalam surat jalan, dan persyaratan perhitungan komisi

b. Penentuan Pihak Terlibat:

- Tentukan peran masing-masing pihak (admin loket, sopir, admin kantor) dalam penggunaan
sistem.

- Pastikan pemahaman tentang alur kerja dan tanggung jawab setiap pihak

c. Pengembangan Kesepakatan:

- Buat perjanjian atau kesepakatan antara pihak terlibat mengenai penggunaan sistem,
pembagian komisi, dan tata cara penyerahan dokumen.

2. Perencanaan:

a. Perencanaan Sistem:

- Tentukan spesifikasi teknis sistem e-ticketing dan tracking system.

- Rencanakan integrasi dengan sistem pembayaran untuk memproses pembayaran tiket.

b. Perencanaan Komisi:

- Rincikan perhitungan komisi, termasuk prosentase yang diberikan kepada masing-masing


pihak terlibat.
c. Perencanaan Keamanan:

- Identifikasi langkah-langkah keamanan untuk melindungi data penumpang dan informasi


transaksi.

- Persiapkan langkah-langkah pemulihan data dalam kasus kegagalan sistem.

3. Pemodelan:

a. Model Data:

- Buat model data untuk menyimpan informasi penumpang, transaksi, dan komisi.

- Desain struktur surat jalan yang akan dihasilkan.

b. Model Proses:

- Buat alur kerja untuk pemesanan tiket, pembayaran, perjalanan bus, dan perhitungan
komisi.

- Identifikasi kondisi-kondisi khusus, seperti pembatalan tiket atau perubahan rute.

4. Konstruksi:

a. Pembangunan Sistem:

- Implementasikan sistem e-ticketing dan tracking sesuai dengan spesifikasi yang telah
dibuat.

- Uji coba fungsionalitas sistem, termasuk pemesanan tiket, pembayaran, dan pencatatan
perjalanan.

b. Pembuatan Surat Jalan Otomatis:

- Programkan sistem untuk menghasilkan surat jalan secara otomatis berdasarkan data
perjalanan.
c. Perhitungan Komisi Otomatis:

- Implementasikan perhitungan komisi sesuai dengan perencanaan, dengan memastikan


akurasi dan keamanan data.

5. Implementasi (Deployment):

a. Pelatihan Pengguna:

- Berikan pelatihan kepada admin loket, sopir, dan pihak terkait mengenai penggunaan
sistem.

- Pastikan pemahaman yang cukup tentang cara menggunakan e-ticketing dan tracking
system.

b. Uji Coba Lapangan:

- Lakukan uji coba di lapangan untuk memastikan sistem berjalan dengan baik dalam kondisi
nyata.

- Perbaiki bug atau masalah yang muncul selama uji coba

c. Implementasi Secara Penuh:

- Terapkan sistem secara penuh setelah uji coba sukses dan semua perubahan diterapkan.

- Pastikan ketersediaan dukungan teknis jika diperlukan.

d. Evaluasi dan Pemeliharaan:

- Lakukan evaluasi setelah beberapa waktu penggunaan untuk mengidentifikasi perbaikan


atau peningkatan yang mungkin diperlukan.

- Tetap lakukan pemeliharaan rutin untuk memastikan kinerja sistem optimal.


Design

Anda mungkin juga menyukai