Anda di halaman 1dari 16

EVALUASI PENATAAN TERMINAL UBUNG TIPE C KOTA

DENPASAR UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PELAYANAN


KEPADA MASYARAKAT

Muhamad Siraj Arkhandaffa Hidoyo


Politeknik Transportasi Darat Bali, Jl. Cempaka Putih, Desa Samsam, Kecamatan
Kerambitan,
Kabupaten Tabanan, Bali, 82161,
Indonesia sirajarkhan@gmail.com

ABSTRAK
Terminal Ubung Denpasar merupakan terminal Tipe C yang berubah statusnya dari Tipe A di
tahun 2016 berdasarkan Keputusan Wali Kota Denpasar Nomor 188. 45/1060/HK/2016.
Akibat kerusakan terminal ini, Terminal Ubung Denpasar sebelumnya adalah Terminal Bus
AKAP yang menghubungkan perkotaan dan pedesaan, dan sekarang hanya diperuntukkan
angkutan perkotaan juga pedesaan. Tujuan penelitian ini guna mengetahui dampak internal dan
eksternal perubahan status terminal, serta strategi optimalisasi fungsi Terminal Ubun
Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Hasil penyelidikan
menunjukkan adanya penurunan jumlah penumpang, penurunan pendapatan terminal,
inkonsistensi fasilitas terminal, penurunan jumlah kendaraan di terminal, penurunan jumlah
pedagang di terminal, penggunaan trotoar yang berlebihan, serampangan. parkir, dan
penumpang di luar terminal, penumpang yang naik, lebih sedikit konsumen di warung dan hotel
dekat terminal. Strategi optimalisasi fungsi Terminal Ubun Denpasar bertujuan untuk
mengembangkan infrastruktur terminal dan memperkenalkan konsep Transport Oriented
Development (TOD).

Kata Kunci: Transportasi, Angkutan Umum, Terminal Penumpang, Optimalisasi, TOD

ABSTRACT
Denpasar Ubung Terminal is a Type C terminal which changed its status from Type A in
2016 based on Denpasar Mayor Decree Number 188. 45/1060/HK/2016. As a result of damage
to this terminal, the Ubun Denpasar Terminal, which was previously an AKAP Bus Terminal
connecting urban and rural areas, is now only intended for urban and rural transportation. The
aim of this research is to determine the internal and external impacts of changes in terminal
status, as well as strategies for optimizing the function of the Ubun Denpasar Terminal. This
research uses a qualitative method using SWOT analysis. The results of the investigation showed
a decrease in the number of passengers, a decrease in terminal income, inconsistencies in
terminal facilities, a decrease in the number of vehicles at the terminal, a decrease in the number
of traders at the terminal, excessive use of sidewalks, haphazard use. parking, and passengers
outside the terminal, boarding passengers, fewer consumers in stalls and hotels near the
terminal. The Ubun Denpasar Terminal function optimization strategy aims to develop terminal
infrastructure and introduce the Transport Oriented Development (TOD) concept.

Keywords: Transportation, Public Transport, Passenger Terminal, Optimization, TOD


PENDAHULUAN
Bali merupakan salah satu tujuan para wisatawan baik mancanegara maupun lokal
sehingga memiliki transportasi yang baik, Peningkatan kegiatan transportasi memiliki
dampak baik berupa peningkatan perekonomian, maka merupakan hal yang wajib bagi
pemerintah sebagai penyelenggara negara baik moda terkhusus moda transportasi darat.
Terminal merupakan tempat penghubung berbagai moda transportasi, tempat perpindahan
moda transportasi satu ke moda transportasi lainnya, tempat mengatur dan memindahkan
kendaraan dan penumpang, serta titik awal dan akhir pengangkutan. Perjalanan Masyarakat
dalam Berwisata (Morlok, 1995).
Pasal 33 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan mengatur bahwa terminal dapat dibangun dan dioperasikan pada lokasi tertentu untuk
memudahkan pergerakan orang atau barang dan untuk mengintegrasikan angkutan intramoda
dan antarmoda. Terminal adalah tempat penghubung bagi kendaraan bermotor umum dan
dirancang untuk mengendalikan kedatangan dan keberangkatan penumpang, barang dan
orang, perpindahan dan perpindahan sarana angkutan yang perlu berfungsi secara optimal
dan efisien, serta dirancang untuk mengendalikan mobilitas angkutan umum dan
berkontribusi dalam ketertiban lalu lintas. Lain daripada itu Terminal Ubung berfungsi
sebagai fasilitas pendukung peningkatan pendapatan daerah (Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan Terminal Angkutan
Penumpang Jalan, No. 40 Tahun 2015).
Terminal Ubung merupakan salah satu terminal yang ada di Kota Denpasar. Terminal
Ubung terletak di lokasi yang sangat strategis di pinggiran Kota Denpasar. Awalnya Terminal
Ubung merupakan terminal Tipe A, namun statusnya diturunkan menjadi Tipe C pada tahun
2016 berdasarkan Keputusan Wali Kota Denpasar Nomor 188. 45/1060/2016. Sebagai
terminal Tipe C, Terminal Ubung hanya melayani angkutan perkotaan (Angkot) dan angkutan
desa (Andes). Dan bus sebagai titik pertemuan Trans Metro Dewata (TMD) dan layanan bus
AKDP dan AKAP yang menghubungkan perkotaan dan pedesaan akan dilarang di Terminal
Ubun dan akan dipindahkan ke Terminal Mengwi. Kehadiran terminal juga dapat menjadi
standar kinerja pelayanan angkutan umum di suatu wilayah, karena terkoneksi langsung
dengan aktivitas masyarakat setempat. Oleh karena itu, untuk mendukung kinerja pelayanan
angkutan umum, aspek estetika dan konektivitas transportasi di dalam terminal juga harus
diperhatikan (Safe et al, 2015).
Integrasi moda transportasi merupakan keterpaduan atau keterpaduan jalur-jalur
angkutan umum yang ada, sehingga integrasi moda transportasi sangat penting dilakukan agar
masyarakat dapat dengan mudah berpindah moda transportasi. Integrasi ini akan memudahkan
masyarakat dalam menggunakan transportasi umum dan bepergian, sehingga perlu adanya
infrastruktur yang mendukungnya. Saat ini memiliki beberapa lokasi yang dijadikan sebagai
titik integrasi transportasi kota. Khususnya Trans Metro Dewata (TMD), Angkutan Umum
Pengumpan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), Terminal Ubung Tipe C menyediakan
layanan penumpang kota-ke-kota dan kota-ke-kota.

METODE
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, diperlukan beberapa data yang berguna untuk melengkapi
kajian dan bahan untuk menganalisis topik pembahasan yang diangkat. Diperlukan dua jenis
data : data sekunder dan data primer. Data ini diperoleh dari Otoritas Terminal Ubun sendiri
dan Trans Metro Dewata. Data primer dan sekunder yang diperlukan untuk penelitian, yaitu :
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui beberapa survei sesuai dengan kebutuhan data
yang diperlukan untuk proses analisis. Data primer adalah data yang melengkapi data sekunder
yang diperoleh. Data utama yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data yang diperoleh
melalui inventarisasi aset Terminal Ubung, survei dinamis dan statis moda transportasi
Terminal Ubun antara lain bus Trans Metro Dewata, Angkot, Andes, AKDP, dan juga AKAP –
meskipun hanya sebagai transit memasuki Terminal Ubung. Peta jaringan rute baru
TransJateng dan daftar titik-titik area yang dianggap kritis untuk memenuhi peraturan
Departemen Perhubungan yang berlaku pada terminal Tipe C.
Inventarisasi merupakan survei yang mencatat lokasi setiap halte di Terminal Ubung, meliputi
; Kondisi kelengkapan terminal, jenis halte, kondisinya, dan ukurannya. Ada beberapa tahapan
dalam melakukan studi inventarisasi.
Survei wawancara dilakukan untuk memperoleh kesadaran dan pendapat masyarakat
mengenai pentingnya integrasi angkutan umum dan status terkini integrasi angkutan umum di
Terminal Ubung.
Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data pada instansi terkait yaitu
terminal ubun itu sendiri. Data yang diperoleh adalah tentang jenis-jenis bus yang ada di kota
Ubun, dan apabila data primer tidak ditemukan maka kami juga mencari data tambahan.
Terpenuhi sepenuhnya.
Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis agar mendapatkan hasil yang diinginkan diperlukan metode
analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan yaitu :

Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir (yaitu
jumlah kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per hari), dengan persamaan:

Volume = Ei + X Dengan:
Ei : Jumlah kendaraan yang masuk (Kendaraan)
X : Kendaraan yang sudah ada sebelum waktu survei (Kendaraan)

Akumulasi parkir adalah jumlah keseluruhan yang parkir di suatu tempat pada waktu
tertentu dan dibagi sesuai dengan kategori jenis maksud perjalanan, dengan persamaan:
Akumulasi = X + Ei – Ex Dengan :
Ei : Entry/ jumlah kendaraan yang masuk pada lokasi parkir
Ex : Exit/ kendaraan yang keluar pada lokasi parkir
X : jumlah kendaraan yang sudah ada Sebelumnya

Lama waktu parkir atau durasi adalah lama waktu yang dihabiskan oleh pemarkir pada
ruang parkir yang dinyatakan dalam jam. Persamaan yang digunakan untuk menghitung rata-
rata lamanya parkir adalah :

Durasi = Extime – Entime


Dengan:
Extime: waktu saat kendaraan keluar dari lokasi parkir atau pemberangkatan
Entime: waktu saat kendaraan masuk ke lokasi parkir atau kedatangan

Pergantian parkir menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir serta diperoleh


dengan membagi volume parkir dengan jumlah ruang parkir untuk periode waktu tertentu,
dengan persamaan:
Pp = Vp : Rp

Dengan:
Pp = pergantian parkir (bus/hari/SRP)
Vp = volume parkir (bus/hari)
Rp = ruang parkir (SRP)

Indeks Parkir merupakan suatu angka yang menunjukan presentase tingkat dari
pemakaian areal parkir. Merupakan perbandingan dari jumlah kendaraan yang parkir dengan
kapasitas yang tersedia, dengan persamaan :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚


IP = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑥 100 %

Dengan:
IP = Indeks Parkir

Apabila nilai IP > 100 %, maka pemakaian area parkir melebihi kapasitas yang
tersedia. Headway adalah selisih waktu antara kendaraan satu dengan kendaraan yang
berikutnya, dengan pesamaan :
Hi = Xi – X i+1 Dengan :
Hi = headway kendaraan i (menit) Xi = kendaraan i (menit)
X i+1 = kendaraan setelah i (menit)

Perencanaan Fasilitas Terminal


Terminal merupakan pangkalan kendaraan kedatangan, keberangkatan, menaikan,
menurunkan orang dan atau barang, serta perpindahan moda angkut. Tipe terminal penumpang
terdiri dari:
a) Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendraan umum untuk Angkutan
Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan/atau Angkutan Lintas Batas Negara, Angkutan Kota
Dalam Provinsi (AKDP), Angkutan Kota serta Angkutan Pedesaan.
b) Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum Angkutan Kota
Dalam Provinsi (AKDP), Angkutan Kota serta Angkutan Pedesaan.
c) Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk Angkutan
Kota dan Angkutan Pedesaan.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah sebuah kebijakan publik yang mengatur tentang
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang merupakan hak
setiap warga secara minimal[6].
1) Kapasitas atau Ruang Parkir Kendaraan Jumlah ruang yang harus disediakan untuk
kendaraan di dalam terminal dipengaruhi oleh karakteristik kendaraan dan pengoperasiannya.
Persamaan yang digunakan adalah:

IP = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚


𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎

Dengan:
IP = Indeks Parkir

𝑥 100 %

Dengan:
FPKi = Fasilitas parkir kendaraan untuk moda I (m²)
bermotor umum yang digunakan untuk mengatur
JKi = Jumlah kendaraan moda I
Dp = Waktu tunggu kendaraan di terminal (menit)
Hi = Headway kendaraan i (menit) Wpi = Waktu perjalanan kendaraan i
SRPi = Satuan ruang parkir i (m² / kendaraan)

2) Ruang Tunggu Penumpang


Ruang tunggu penumpang berdasarkan pada jumlah orang yang naik dan turun di terminal dan
jumlah pengantar serta penjemput[7]. Pergerakan orang atau penumpang tidak diperhitungkan.
Untuk menyederhanakan perencanaan dianggap karakteristik operasi dan jumlah orang naik
sama dengan orang yang turun di terminal, sehingga tidak terjadi penumpukan penumpang atau
orang di dalam terminal.

3) Ruang Sirkulasi
Ruang sirkulasi diperlukan bagi kendaraan ataupun manusia yang menggunakan fasilitas
terminal. Luasan fasilitas bagi kendaraan atau ruang tunggu perlu di tambah dengan ruang
untuk sirkulasi terutama pergerakan manusia/ penumpang.

Analisis integrasi
 Pembuatan Peta Jaringan Trayek
Membuat peta jaringan trayek Batik Solo Trans (BST) dan trayek dari TransJateng dengan
tujuan dari Wonogiri – Terminal Tirtonadi. Pembuatan peta jaringan trayek Batik Solo
Trans (BST) dan trayek dari TransJateng dibuat dengan menggunakan bantuan aplikasi
QGIS
 Penentuan Integrasi
Setelah mengetahui peta trayek dari Batik Solo Trans (BST) dan TransJateng, kemudia
trayek tersebut dijadikan satu pada aplikasi QGIS yang nantinya akan mendapatkan ruas
jalan yang saling tumpang tindih antara Batik Solo Trans (BST) dengan TransJateng.
Evaluasi Tempat Perhentian Angkutan Umum Eksisting
Setelah didapatkan ruas jalan yang akan terjadi integrasi antara Batik Solo Trans dan
TransJateng maka dilakukan evaluasi keadaan tempat perhentian angkutan umum yang
berada di ruas jalan tersebut dengan metode score.
Mendesain Halte
Setelah semua data analisis didapatkan baik itu dari lokasi yang menjadi lokasi
integrasi BST dan TransJateng, titik lokasi yang dapat dijadikan perencanaan halte, dan
penentuan jenis kelompok halte, kemudian akan membuat desain halte yang dapat
memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang menggunakan angkutan umum yang
terintegrasi.
HASIL dan PEMBAHASAN

Analisis Kebutuhan Luas Terminal


Acuan dalam menentukan kebutuhan luas terminal yaitu Peraturan Menteri Perhubungan no. 132
tahun 2015, berikut analisis perbandingan luas Terminal Ubung dengan PERMENHUB no. 132 tahun
2015 :

Tabel 1. Fasilitas Utama Terminal Ubung


Ketersediaan Kondisi Pemanfaataan Keterangan
Jalur Keberangkatan Kendaraan
Ada Baik Sesuai
Jalur Kedatangan Kendaraan Ada Baik Sesuai
Ruang Tunggu Penumpang Ada Baik Sesuai
Tempat Parkir Kendaraan Ada Baik Sesuai
Tempat Parkir Kendaraan Umum Ada Baik Sesuai
Bangunan Kantor Terminal Ada Baik Sesuai
Media Informasi Ada Baik Sesuai
Perlengkapan Jalan Ada Baik Sesuai
Fasilitas istirahat awak kendaraan Ada Baik Sesuai
Fasilitas Teknologi Tidak Ada
Ruang Pembelian tiket Tidak Ada
Pusat Informasi Tidak Ada
Papan perambuan Tidak Ada
Ruang penitipan barang Tidak Ada
Tempat berkumpul darurat Tidak Ada
Papan Pengumuman Tidak Ada
Jalur Evakuasi Tidak Ada

Tabel 2. Fasilitas Umum Terminal Ubung


Ketersediaan Kondisi Pemanfaatan Keterangan
Toilet/Kamar Mandi Dikelola secara
Ada Buruk Sesuai
pribadi oleh
warga sebagai
pemilik toilet
Fasilitas Kebersihan dan Janitor Ada Baik Sesuai
Fasilitas Perdagangan / Kantin Ada Baik Sesuai
Fasilitas perbaikan ringan kendaraan umum Tidak Ada
Area Merokok Tidak Ada
Fasilitas Anjungan Tunai Mandiri Tidak Ada
Fasilitas Telekomunikasi Tidak Ada
Media Pengaduan Layanan Tidak Ada

Tabel 3. Fasilitas Penunjang Terminal Ubung


Ketersediaan Kondisi Pemanfaatan Keterangan
Kios/Kantin
Ada Baik Sesuai
Ruang Informasi dan Pengaduan Ada Buruk Sesuai Kurang Visual
Fasilitas Penyandang Cacat/Disabilitas Ada Baik Sesuai
Alat Pemadam Kebakaran Ada
Telepon Umum Tidak Ada
Tempat Penitipan Barang Tidak Ada
Taman Tidak Ada
Fasilitas Kesehatan Tidak Ada
Tabel 4. Evaluasi Lahan Terminal Ubung
Nomor Fasilitas Kebutuhan lahan (m²) kondisi lapangan (m²)
Kendaraan
Ruang parkir AKAP - -
Ruang parkir AKDP 540
Ruang parkir AK 800 1030
Ruang parkir ADES 900
A
Ruang Parkir Pribadi 500 833
Ruang Servis 500 -
Pompa Bensin - -
Sirkulasi Kendaraan 2740 -
Bengkel 100 -
Ruang Istirahat 40 -
Gudang 20 9,9
Ruang Parkir Cadangan 1370 712
Pemakai Jasa
Ruang Tunggu 2250 24
Sirkulasi Orang 900 -
B
Kamar Mandi 60 16,6
Kios 1350 1025
Mushola 60 7,41
Opersional
Ruang Administrsi 59 -
Ruang Pengawasan 23 19,8
Loket 3 -
C
Peron 4 -
Retribusi 6 -
Ruang Informasi 10 1,3
Ruang P3K 30 -
Ruang Perkantoran 100 215,5
Sumber: PERMENHUB no. 132 tahun 2015

Berdasarkan Tabel 4 luas area terminal dan fasilitas yang tersedia masih belum memenuhi standar
sebagai terminal tipe B, sehingga perlu diperhitungkan dan direncanakan areal ideal sesuai dengan
trayek yang beropersi.

Karakteristik Parkir
Akumulasi Parkir, berdasarkan PERMENHUB no. 132 tahun 2015 SRP untuk AKDP yaitu 27
m²/kendaraan sedangkan untuk tipe AKAP tidak diketahui. [11].

Tabel 5. Rekapitulasi Jumlah Luasan area yang dibutuhkan sekarang


Luasan Maksimum Tiap
Waktu Jurusan Total
(SRP X Akumulai)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
05.00 - 06.00 27 27 27 27 0 0 27 0 27 162
06.00 - 07.00 27 27 0 54 54 54 54 0 29 297
7
07.00 - 08.00 0 27 0 27 27 27 54 27 27 216
08.00 - 10.00 0 27 0 54 27 27 0 27 27 243
09.00 - 10.00 0 54 27 27 0 0 0 0 0 108
10.00 - 11.00 0 27 0 0 27 54 54 0 0 162
11.00 - 12.00 54 54 27 54 0 81 0 0 54 324
12.00 - 13.00 0 27 27 81 0 54 27 0 0 216
13.00 - 14.00 0 27 0 27 0 27 0 27 0 108
14.00 - 15.00 0 27 27 0 0 27 27 0 0 108
15.00 - 16.00 0 27 0 54 0 27 0 27 54 189
16.00 - 17.00 27 0 27 27 0 81 0 0 27 189

Berdasarkan Tabel 5 maka Luasan Parkir Terminal optimal yang dibutuhkan sekarang
adalah 324 m².
Volume parkir dihitung dengan cara menjumlahkan kendaraan yang ada di areal parkir
pada jam pengamatan.

Tabel 6. Volume Parkir


Jurusan Volume (Kend/Hari)
Denpasar – Buleleng 7
Denpasar – Gilimanuk 10
KB 1 (Sentral Parkir Kuta Badung – Terminal Persiapan 12
Tabanan)
KB 2 (GOR Ngurah Rai – Bandara Ngurah Rai) 18
KB 3 (Terminal Ubung – Pantai Matahari Terbit) 12
KB 4 (Terminal Ubung – Monkey Forest) 14
KB 5 (Sentral Parkir Kuta – Terminal Ubung) 12
Denpasar - Yogjakarta 2
Denpasar - Surabaya 2
Denpasar - Jakarta 2

Volume parkir paling tinggi dari jurusan KB 3 dikarenakan jumlah trayek yang beroperasi lebih
banyak dari pada trayek jurusan lain.
Perhitungan pergantian parkir yaitu dengan cara membagi volume kendaraan yang parkir dengan petak
parkir yang tersedia, berdasarkan hasil perhitungan bahwa tingkat pergantian terbesar adalah jurusan
KB 2, angka pada Tabel 5 menunjukan bahwa dalam periode waktu 12 jam (pukul 05.00 – 17.00 WIB)
setiap petak parkir yang dipakai kurang lebih 16 bus.

Tabel 7. Parking Turnover


Volume Petak Parking
Jurusan (Kend/Hari) Parkir Turnover
A B A:B
Denpasar – Buleleng 7 2 3,5
Denpasar – Gilimanuk 10 2 5
KB 1 (Sentral Parkir Kuta Badung – Terminal 12 2 6
Persiapan Tabanan)
KB 2 (GOR Ngurah Rai – Bandara Ngurah Rai) 18 2 9
KB 3 (Terminal Ubung – Pantai Matahari Terbit) 12 2 6
KB 4 (Terminal Ubung – Monkey Forest) 14 2 7
KB 5 (Sentral Parkir Kuta – Terminal Ubung) 12 2 6
Denpasar - Yogjakarta 2 1 2
Denpasar - Surabaya 2 1 2
Denpasar - Jakarta 2 1 2

Areal pemberangkatan, yaitu tempat yang disediakan bagi kendaraan angkutan


penumpang umum untuk menaikkan dan memulai perjalanan. Selisih waktu antara kendaraan
satu dengan kendaraan yang menyusul di belakangnya disetiap jurusan.

Tabel 8. Headway Keberangkatan dan Kedatangan

Jurusan Keberangkatan Kedatangan

Denpasar – Buleleng
Denpasar – Gilimanuk
KB 1 (Sentral Parkir Kuta Badung – Terminal Persiapan Tabanan) 0,12
KB 2 (GOR Ngurah Rai – Bandara Ngurah Rai) 0,12
KB 3 (Terminal Ubung – Pantai Matahari Terbit) 0,12
KB 4 (Terminal Ubung – Monkey Forest) 0,12
KB 5 (Sentral Parkir Kuta – Terminal Ubung) 0,12
Denpasar - Yogjakarta
Denpasar - Surabaya
Denpasar - Jakarta
Fasilitas Terminal
Kebutuhan Luas Parkir
Perhitungan luas parkir membutuhkan data rata-rata durasi parkir, rata-rata headway
kedatangan. Menurut pengelola rata-rata durasi parkir ± 30 menit setiap jurusan.

Tabel 9. Perhitungan Jumlah Bus Area Parkir


Rata-Rata Rata-Rata
Durasi Headway Jumlah
Pembulatan
Trayek Parkir Kedatangan Kendaraan
(Jam) (Jam)
A B A:B
Denpasar – Buleleng 0,5 1, 0,23 1
Denpasar – Gilimanuk 0,5 0.7 0,53 1
KB 1 (Sentral Parkir Kuta Badung – Terminal 0,10 0,12 0,53 1
Persiapan Tabanan)
KB 2 (GOR Ngurah Rai – Bandara Ngurah Rai) 0,5 0,12 0,48 1
KB 3 (Terminal Ubung – Pantai Matahari Terbit) 0,5 0,12 0,27 1
KB 4 (Terminal Ubung – Monkey Forest) 0,5 0,12 0,13 1
KB 5 (Sentral Parkir Kuta – Terminal Ubung) 0,5 0,12 0,23 1
Denpasar - Yogjakarta - - 0,30 1
Denpasar - Surabaya - -
Denpasar - Jakarta - -

Luas petak parkir yang dibutuhkan adalah 258 m² yang meliputi kebutuhan parkir menaikkan
penumpang.
Fasilitas Terminal
Acuan dalam menganalisis fasilitas terminal Pemeungpeuk menggunakan standar
perencanaan Terminal LPMUGM.
a. Kendaraan, fasilitas stadar terminal angkutan darat tipe B menurut standar perencanaan
Terminal LPMUGM : meliputi ruang parkir, ruang servis, pompa bensin, sirkulasi
kendaraan, bengkel, ruang istirahat, gudang, dan ruang parkir cadangan. Terminal
Pameungpek sebagai terminal tipe B masih belum memenuhi standar karena ackual di
lapangan masih belum tersedia atau terbangun.
b. Pemakai jasa, ruang tunggu yang ada seluas 24 m². Kamar mandi = 6,6 m² dan masjid =
9,9 m².
c. Operasional, uang administrasi yang tersedia seluas 52,9 m², luas menara pengawas 9,9
m², dan ruang pos = 4 m².
d. Ruang luar tidak tersedia. Berdasarkan standar LPM UGM ruang luar sebesar 40 % dari
kebutuhan luas.
Berdasarkan kebutuhan luas fasilitas terminal yang ditentukan pada Tabel 2 serta
kebutuhan luas parkir pada Tabel 11 Hasil rekapitulasi kebutuhan fasilitas terminal.

Tabel 11. Hasil rekapitulasi kebutuhan fasilitas terminal


Aktual
A. Kendaraan Tipe B Satuan
lapangan
Ruang Parkir AKAP m²
Ruang Parkir AKDP 540 1096 m²
Ruang Parkir AK 800 m²
Ruang Parkir ADES 900 m²
Ruang Parkir pribadi 500 m²
Ruang Service 500 m²
Pompa Bensin m²
Sirkulasi Kendaraan 2740 m²
Bengkel 100 m²
Ruang Istirahat 40 m²
Gudang 20 m²
Ruang Parkir Cadangan 1370 m²
Aktual
B. Pemakai Jasa Tipe B Satuan
lapangan
Ruang Tunggu 2250 24 m²
Sirkulasi Orang 900 m²
Kamar Mandi 60 6,6 m²
Kios 1350 m²
Mushola 60 9,9 m²
Aktual
C. Operasional Tipe B Satuan
lapangan
Ruang Administrasi 59 m²
Ruang Pengawas 23 19,8 m²
Loket 3 m²
Peron 4 m²
Retribusi 6 m²
Ruang Informasi 10 m²
Ruang P3K 30 m²
Ruang Perkantoran 100 58,19 m²
Aktual
D. Ruang Luar Tipe B Satuan
lapangan
Luas Total 4890 1224,39 m²
Cadangan Pengembangan 17255 m²
Kebutuhan Lahan 34510 m²
Keb. Lahan Untuk Desain 3,5 Ha

Kebutuhan luas area Terminal Pameungpeuk sebagai terminal angkutan darat tipe B yaitu:
17255 – 1224,39 = 16031 m², dengan fasilitas yang harus dilengkapi antara lain Ruang Parkir
AK, Ruang Parkir ADES, Ruang Parkir pribadi, Ruang Service, Pompa Bensin, Sirkulasi
Kendaraan, Bengkel, Gudang, Ruang Parkir Cadangan, Sirkulasi Orang, Kios, Ruang
Administrasi, Loket, Peron, Retribusi, Ruang Informasi, Ruang P3K.

Kondisi fasilitas Terminal Tipe B Pameungpeuk saat ini masih di bawah standar yang telah
ditetapkan oleh Kementrian Perhubungan, mulai dari luasan lahan sampai fasilitas yang masih
sangat minim. Fasilitas eksisting yang disediakan oleh terminal adalah bangunan balai istirahat,
toilet, loket, pos jaga, mushalla, parkir roda dua, parkir L-300 lama, kantor, pintu gerbang.
Perencanaan Terminal Pameungpeuk diarahkan agar tercipta sistem angkutan umum yang tertib,
lancar, aman, nyaman, dan efisien. Melihat dari permasalahan yang ada, maka dalam upaya
perencanaan pembangunan terutama yang terkait dengan jumlah lahan yang terbatas, maka
dalam hal ini terdapat alternatif yang terdiri atas:
1. Alternatif 1, yaitu bekerja sama dengan warga sekitar untuk bersedia menjual lahan
warga dekat area terminal kemudian dilakukan perluasan pembangunan secara berkala.
2. Alternatif 2, yaitu mencari lahan baru yang lebih luas sesuai kebutuhan yaitu sebesar 3,5
hektar.
Dari hasil perhitungan kebutuhan luas lahan, maka alternatif 1 merupakan allternatif terbaik,
karena tidak perlu membangun secara keseluruhan, sehingga dalam anggaran pengembangan
terminal bisa dioptimalkan untuk menambah fasilitas dan perbaikan fasilitas yang ada. Konsep
utama dalam pengembangan terminal ini adalah meningkatkan pendapatan pemilik kios karena
penataan lokasi terminal kurang baik, melengkapi fasilitas dan insfrastruktur yang belum
tersedia, menjadikan Terminal Pameungpeuk sesuai fungsinya.
Setelah mendapat luas yang dibutuhkan peneliti membuat konsep perletakan pada bangunan
terminal dengan mengikuti akses pada terminal sehingga didapatlah bangunan di tengah site
dengan mengikuti bentuk site, juga sirkulasi bangunan. Terdapat 4 jenis kendaraan yang masuk
ke dalam lahan, di antaranya bus AKDP, kendaraan AK/ADES, dan kendaraan penumpang.
Pada Gambar 3 akses masuk dari tiap kendaraan dibuat berbeda untuk menghindari terjadinya
crossing dan memudahkan petugas untuk mengontrol masing- masing kendaraan pada zonanya
sendiri. Sirkulasi pada terminal terbagi menjadi 4, yaitu: sirkulasi AKDP, sirkulasi kendaraan
pribadi, sirkulasi ADES, dan sirkulasi taksi. Pembagian sirkulasi ini untuk memudahkan
pengguna dalam mencapai kebutuhannya dan agar pembagian ruang kendaraan jelas. Konsep
sirkulasi yang digunakan pada peron bus AKDP menggunakan sirkulasi tunggal.

SIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian ini, didapatkan beberapa kesimpulan yang bisa diambil
berdasarkan hasil yang telah didapatkan dalam proses analisis di penelitian ini yaitu :

1. Trayek Batik Solo Trans dan trayek baru dari TransJateng yang akan beroperasi dari bulan
agustus 2023 setelah dilakukan analisis dengan menggunakan aplikasi QGIS dalam proses
analisis menggunakan metode overlapping map atau tumpang tindih didapatkan bahwa
antara kedua angkutan umum tersebut akan terjadi integrasi di beberapa lokasi di Kota
Ubungyang letaknya terdapat di 4 ruas jalan yaitu Jalan Veteran, Jalan Jendral Sudirman,
Jalan Urip Sumoharjo, dan Jalan Ahmad Yani dimana jalan tersebut termasuk ke dalam
zona yang menjadi tujuan dari pengguna angkutan umum dan pada ruas jalan jendral
sudirman merupakan jalan yang termasuk kedalam zona 1 atau CBD dari Kota
Ubungsehingga hal tersebut akan meningkatkan potensi untuk adanya perpindahan
pengguna angkutan umum dari Batik Solo Trans ke TransJateng atau sebaliknya.
2. Setelah dilakukan penilaian di masing-masing tempat perhentian angkutan umum yang
ada di ruas jalan yang nantinya akan mengintegrasikan Batik Solo Trans dengan
TransJateng didapatkan bahwa seluruh tempat perhentian angkutan umum yang ada di
ruas jalan integrasi memiliki kategori yang sudah baik di setiap jenis-jenisnya.
3. Berdasarkan keadaan eksisting pada setiap tempat perhentian angkutan umum yang
terdapat di ruas jalan integrasi didapatkan bahwa seluruh memiliki kategori baik, namun
jika dilihat dari fasilitas yang menunjang kemudahan dan keamanan pengguna angkutan
umum terdapat beberapa yang belum sesuai yaitu pada bus stop, portabel kecil, dan halte
permanen yang terdapat portabel kecil. Hal tersebut dikarenakan karakteristik angkutan
umum yang terdapat jalur keluar atau pintu keluar yang memiliki ketinggian 1 meter.
Berdasarkan analisis ketersediaan lahan didapatkan bahwa tempat perhentian angkutan
umum yang belum memeberikan kemudahan dan keamanan bagi pengguna dapat
ditingkatkan jenisnya yaitu yang sebelumnya bus stop ditingkatkan ke halte portabel kecil
yang sudah disesuaikan desainnya, kemudian yang sebelumnya merupakan portabel kecil
dapat ditingkatkan ke halte permanen, dan halte permanen yang terdapat portabel kecil
dapat ditingkatkan ke permanen dengan desain yang sudah disesuaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Andindita Aulia Dewi. (2020). KESIAPAN AKSESIBILITAS JALUR PEDESTRIAN
KAWASAN TRANSIT. KESIAPAN AKSESIBILITAS JALUR PEDESTRIAN KAWASAN
TRANSIT TERMINAL TIRTONADI, KOTA UBUNGBERDASARKAN KONSEP
TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT(TOD), 2, 31–44.
Anita Ratnasari Rakhmatulloh. (2022). INTEGRASI ANTAR TRANSPORTASI UMUM DI
KOTA SEMARANG. Jurnal Pengembangan Kota, 10(1), 36–46.
https://doi.org/10.14710/jpk.10.1.36-46
Chairi. (2017). Perencanaan Integrasi Layanan Operasional Antar Moda Railbus dan
Angkutan Umum di Kota Padang. Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand), 13(1), 1.
https://doi.org/10.25077/jrs.13.1.1-12.2017
Homepage, J., Larasati, A. F., Nurlaela, S., & Susetyo, C. (n.d.). Jurnal Penelitian Transportasi
Darat Keterjangkauan Fasilitas Halte pada Koridor Ruas Jalan Kota. Jurnal Penelitian
Transportasi Darat, 24(1), 28–34. https://doi.org/10.25104/jptd.v24i1.2015
Muhammad Nur Baskoro Adi. (2020). EVALUASI KINERJA HALTE BUS DENGAN
METODE SERVQUAL (STUDI KASUS HALTE TRANS JOGJA TRAYEK 1A, 1B,
2A,
DAN 2B). Jurnal Teknisia, XXV(1).
Peraturan Menteri Nomor 98 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan
Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek. (n.d.).
Pipit Rusmandani. (2020). EVALUASI FASILITAS HALTE DAN
PENENTUAN KEBUTUHAN HALTE di KOTA TEGAL. EVALUASI FASILITAS
HALTE DAN PENENTUAN KEBUTUHAN HALTE Di KOTA TEGAL, 7, 40–58.
Prayudyanto, M. N. (2021). MODEL BUY THE SERVICES ANGKUTAN UMUM
MASSAL KOTA METROPOLITAN: APAKAH SUBSIDI MASIH DIPERLUKAN?
Jurnal
Penelitian Transportasi Darat, 23(1), 55–71.
REPUBLIK INDONESIA. (2009). UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Rizka. (2023). Kajian Integrasi Antar Moda Transportasi Umum Pada Kawasan Pasar KM 5
Kota Palembang. VIII(2).
Septavian Agita. (2021). ANALISIS HALTE BUS TRANS SEMARANG (Studi Kasus Koridor
I). SINGGIH PURNOMO. (2017). EVALUASI TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM
PEDESAAN KABUPATEN LANGKAT (Studi Kasus).
SK Dirjen Perhubungan Darat Nomor 271/HK.105/DRJD/96 tentang pedoman teknis
perekayasaan tempat perhentian kendaraan penumpang umum. (n.d.). Pedoman Teknis
Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Umum.
Taufik, D., & Sibuea, A. (2019). STUDI KARAKTERISTIK PENGGUNA ANGKUTAN
UMUM DALAM PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI. STUDI KARAKTERISTIK
PENGGUNA ANGKUTAN UMUM DALAM PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI, 15,
64–72.
Yessi Gusleni. (2021). Evaluasi Integrasi Fasilitas Alih Moda Pada Simpul Transportasi di
Perkotaan Yogyakarta. 19, 17–24

PERMENHUB NO 21 Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai