Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERENCANAAN TERMINAL TIPE A


di MEDAN TUNTUNGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Melaksanakan Tugas Akhir

DISUSUN OLEH :
JONTAR MATIUS SIAHAAN
12.104.059

TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Medan sebagai kota yang sedang berkembang dalam segala hal, tidak
bisa dihindari lagi arus keluar masuk barang dan manusia semakin tinggi. Oleh
karena itu kebutuhan akan transportasi dari dan ke kota Medan maupun dalam
kota sendiri akan semakin meningkat. Hal ini membuat konsekuensi pada kota
Medan melakukan peranannya. Salah satu peranan penting pemerintah kota
Medan adalah menata kota Medan hingga teratur baik dari segi tata bangunan
maupun transportasinya, sehingga kota Medan Nampak menjadi kota yang indah,
teratur, rapid an terhindar dari kemacetan yang diakibatkan semakin banyaknya
pertambahan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
Saat ini, yang selalu menjadi permasalahan umum dalam bidang
transportasi adalah kemcetan. Masalah seperti ini muncul pada setiap kota dengan
mobilitas tinggi dan kota yang sedang berkembang. Untuk menghindari
kemacetan di Kota Medan yang disebabkan padatnya lalu lintas, maka dibuatlah
jalan-jalan alternatif serta pembangunan terminal untuk angkutan umum yang ada
di Kota Medan.
Berdasarkan data dari Profil dan Kinerja Perhubungan darat 2013 di
sebutkan bahwa

Jaringan Jalan di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2010

sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan sekitar 1-2% pada Jalan
Kabupaten/kota, yaitu dari 31.047 kilometer di tahun 2011 menjadi31.616 di
tahun 2012.
Untuk prasarana transportasi jalan, Jumlah terminal di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2013 adalah sebanyak 40 lokasi dengan rincian untuk terminal Tipe
A sebanyak 10 lokasi, terminal Tipe B sebanyak 21 lokasi, terminal Tipe C
sebanyak 9 lokasi. Unit penimbangan (UPPKB) di Provinsi Sumatera Utara
terletak di
13 lokasi yang semuanya masih beroperasi. Sedangkan Unit Pengujian Kendaraan
Bermotor terletak di 26 lokasi dengan total penguji 117 orang dan jumlah

peralatan pengujian jenis Mekanik sebanyak 11 buah, jumlah peralatan Non


Mekanik sebanyak 14 buah dan Keliling hanya 1 buah.
Untuk sarana transportasi jalan Perkembangan Jumlah Kendaraan
Bermotor di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan diatas 15% dimana
jumlah terbesar pada moda sepeda motor dengan presentase peningkatan sekitar
17% pada tahun 2012. Sedangkan perkembangan jumlah sarana angkutan umum
Bus AKAP dan PO mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012 yaitu 1.284
unit untuk Bus AKAP yang dinaungi 45 perusahaan otobus. Dan untuk tahun 2013
Angkutan AKDP terdapat 13.361 unit dan Pariwisata sebanyak 213 unit yang
dinaungi 26 perusahaan otobus.
Kemacetan yang sering terjadi di Kota Medan adalah daerah Jl. Jamin
Ginting Medan, khusunya di depan loket-loket bus yang ada di jamn ginting.
Menurut KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003, Loket adalah bangunan pada pool dan/atau
agen yang digunakan untuk pemesanan dan/atau penjualan tiket. Menurut
kenyataan yang diamati oleh peneliti loket tersebut sudah dijadikan menjadi
sebuah terminal, sedangkan menurut KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003 Pasal 4. Setiap
pool harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Memiliki kapasitas parkir yang memadai sekurang-kurangnya 5 (lima) unit
bus;
2. Jarak pool ke terminal terdekat cukup jauh;
3. Tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas disekitar lokasi pool, berupa :
a. Mempunyai jalan masuk-keluar (akses) pool, sekurang-kurangya
50 meter;
b. Mempunyai jalan masuk-keluar (akses) pool dengan lebar
sekurangkurangnya 5 meter, sehingga manuver kendaraan dapat
dilakukan dengan mudah;
c. Dilengkapi dengan fasilitas celukan masuk-keluar kendaraan,
sehingga kendaraan yang akan masuk keluar pool mempunyai
ruang

dan

waktu

perlambatan/percepatan;

yang

cukup

untuk

melakukan

d. Apabila volume kendaraan masuk-keluar pool cukup padat, pada


lokasi sebelum masuk dan setelah keluar pool harus dipasang
lampu kelap-kelip (flashing light) warna kuning;
4. Tidak ada pembebanan biaya tambahan terhadap penumpang;
5. Lokasi pool terletak pada lintasan trayek yang dilalui oleh bus-bus yang
menggunakan pool;
6. Tidak mengganggu jadwal perjalanan bus dari terminal sesuai kartu
pengawasan;
7. Pool harus terdaftar di instansi pemberi izin.
Berikut merupakan salah satu loket yang ada di Jl. Jamin Ginting yang
dijadikan sebagai terminal bus.

Gambar 1.1. Lalu lintas di jalan Jamin ginting medan


Sumber : Tabloidimaji, 2015
Dari gambar diatas kita dapat melihat suasana yang tidak teratur di
kawasan Jl, Jamin Ginting tepatnya di lokasi loket bus yang digunakan sebagai
terminal dan yang pasti tidak memnuhi syarat yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Darat yang telah dijelaskan diatas.
Begitu juga truk-truk sayur dan buah yang dari daerah dalam provinsi dan
yang dari luar Provinsi

ingin menuju pasar induk

di Kelurahan Lau Chi

Kecamatan Medan Tuntungan harus melalu terminal Pinang baris terlebi dahulu
kemudian kembali ke jalan sebelumnya untuk menuju ke Pasar induk, hal ini
menjadi permasalahn akses yang tidak efektif (Melviza, 2013)
Dari masalah yang sudah dijelaskan diatas maka peneliti tertarik untuk
membangun sebuah terminal tipe A yang memenuhi persyaratan dari Dirjen

Perhubungan Darat yang berlokasi di Kelurahan Lau Chi, Kecamatan Medan


Tuntungan
Dari permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka peneliti tertarik
untuk mengangkat judul Perencanaan dan Perancangan Terminal Tipe A di
Kelurahan Lau Chi, Kecamatan Medan Tuntungan
B. Permasalahan
1. Akses dari loket-loket di Jamin ginting, dan truk-truk sayur dan buah
yang mau ke Pasar Induk ke terminal terpadu Pinang Baris terlalu
jauh.
2. Adanya kesalahan penggunaan fungsi pada loket bus yang ada di Jl.
Jamin Ginting.
3. Polusi udara yang tidak baik di area terminal karena asap kendaraan.
4. Sirkulasi keluar masuk terminal yang tidak baik.
C. Maksud dan Tujuan
Maksud dari perancangan adalah membangun terminal yang sesuai dengan
standart Peraturan Mentri Perhubungan republik Indonesia No PM 132 Tahun
2015 dan dapat mengatasi permasalahan di atas.
Adapun tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan lahan strategis yang sesuai dengan Peraturan Mentri
Perhubungan republik Indonesia No PM 132 Tahun 2015.
2. Menyediakan fasilitas umum maupun pendukung yang sesuai standart
Peraturan Mentri Perhubungan republik Indonesia No PM 132 Tahun
2015.
3. Merancang terminal dengan sirkulasi keluar masuk yang baik.
4. Merancang terminal dengan pengisolasian udara, baik dengan
teknologi maupun memberikan vegetasi di sekeliling terminal.
D. Manfaat
Pada perancangan ini terdapat beberapa manfaat diantaranya adalah :
1. Terciptanya tempat yang mampu melayani penumpang yang datang
maupun yang pergi.
2. Terciptanya sarana umum yang sesuai standart Peraturan Mentri
Perhubungan republik Indonesia No PM 132 Tahun 2015.

3. Tidak menggangu lalulintas di sekitar lokasi terminal.


E. Kerangka Berfikir
LATAR BELAKANG
PERMASALAHAN

DATA
Teori Literatur

ANALISA

Feed Back

Pengolahan data
KONSEP
DESAIN
Gambar 1.2 Kerangka Berfikir
Sumber : Data Diolah Pribadi
BAB II
TINJAUAN PROYEK

A. Skala Proyek dan Lingkup Pelayanan


Lingkup pembahasan menitikberatkan pada berbagai hal yang berkaitan
dengan perencanaan dan perancangan bangunan Terminal Tipe A ditinjau dari
disiplin ilmu arsitektur. Hal-hal di luar ilmu arsitektur akan dibahas
seperlunya sepanjang masih berkaitan dan mendukung masalah utama.

Berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat No.31


Tahun 1993Perencanaan dan perancangan Terminal tipe A di Medan ini
berfungsi

untuk melayani angkutan umum Antar Kota Antar Propinsi

(AKAP), bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) bus Angkutan Pedesaan
(ADES).
B. Pengenalan Objek
Objek rancangan adalah terminal angkutan umum yang merupakan sarana
jasa transportasi publik dengan jalur darat yang melayani aktifitas transportasi
antar kota dalam provinsi. Maka perlu untuk dijelaskan sekilas kajian tentang
transportasi, terutama terkait dengan perancangan terminal angkutan umum
yang merupakan wilayah kajian transportasi darat.
C. Transportasi
Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik
manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa
mempergunakan alat bantu. Alat bantu tersebut dapat berupa tenaga manusia,
binatang, alam ataupun benda lain dengan mempergunakan mesin ataupun
tidak bermesin (Abbas Salim, 1993: 5). Konsep transportasi didasarkan pada
adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination).
Perjalanan adalah pergerakan orang dan barang antara dua tempat kegiatan
yang terpisah untuk melakukan kegiatan perorangan atau kelompok dalam
masyarakat. Perjalanan dilakukan melalui suatu lintasan tertentu yang
menghubungkan asal dan tujuan, menggunakan alat angkut atau kendaraan
dengan kecepatan tertentu. Jadi perjalanan adalah proses perpindahan dari
satu tempat ke tempat yang lain.
Ada lima unsur pokok dari transportasi, yaitu sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Manusia, sebagai pengguna transportasi.


Barang, yang yang diperlukan manusia.
Kendaraan, sebagai sarana transportasi.
Jalan, sebagai prasarana transportasi.
Organisasi, sebagai pengelola transportasi.

Pada dasarnya, kelima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya


transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut akan
sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti pada saat awal diangkut.
Moda transportasi secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu transportasi darat,
laut dan udara. Selanjutnya yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah
tentang transportasi darat.
D. Transportasi Darat
Transportasi darat merupakan kegiatan atau usaha perpindahan barang dan
manusia yang dilakukan di daratan. Transportasi darat memiliki prasarana dan
sarana sebagai berikut:
1. Sarana
a. Angkutan jalan seperti bis, taksi dan sebagainya.
b. Kereta api.
c. Lainnya, yaitu angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor
yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk
skala

kecil,

rekreasi,

ataupun

sarana-sarana

transportasi

di

perkampungan baik di kota maupun di desa. Seperti sepeda, becak,


bajaj, bemo, helicak dan delman.
2. Prasarana
a. Jalan, jembatan dan rel.
b. Terminal dan stasiun kereta api.
c. Halte.
Untuk mengatur kebijakan dan kelancaran segala kegiatan
transportasi terdapat lembaga-lembaga yang khusus menangani bidang
transportasi, antara lain sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.


Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Badan SAR Nasional.
Komisi Nasional Keselamatan Transpotasi (KNKT).
Dinas Pekerjaan Umum.

E. Defenisi judul
Judul dari seminar tugas akhir ini adalah Perencanaan dan
Perancangan Terminal tipe A di Medan Tuntungan.
1. Perencanaan

Menurut Laurie (2011), perencanaan merupakan pendekatan ke masa


depan terhadap lahan dan perencanaan tersebut disertai dengan imajinasi
dan kepekaan terhadap analisis tapak. Pendekatan yang digunakan dalam
perencanaan berdasarkan lima komponen utama yaitu faktor alami, sosial,
teknologi, metodologi, dan nilai-nilai. Sedangkan menurut Lynch (2012),
perencanaan tapak merupakan seni menciptakan fisik luar yang
menyokong tindakan manusia, dimana proses perencanaan dimulai dengan
memahami perilaku pengunjung yang akan menggunakan tapak tersebut
dan kebijakan-kebijakan yang ada. Satu hal yang diyakini, tidak ada satu
elemen yang dapat diubah tanpa memberikan pengaruh yang luas.
Menurut Simonds (2012), proses perencanaan merupakan suatu alat
sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang
diharapkan, dan cara yang terbaik untuk mencapai keadaan yang
diharapkan tersebut dan dapat dipelajari dari observasi. Perencanaan yang
baik adalah untuk menilai setiap obyek yang ada dengan pengamatan yang
dipenuhi inspirasi, serta dengan konsep yang ada memecahkan
permasalahan yang ditemukan dengan sasaran menciptakan lingkungan
hidup dan cara hidup yang lebih baik bagi manusia. Dalam mencapainya,
seorang perencana haruslah menganalisa kecocokan suatu lahan dengan
setiap penggunaan yang diusulkan.
2. Perancangan
Pengertian perancangan menurut Soewondo B. Soetedjo adalah:
a. Merancang dalam arsitektur berkaitan dengan penggunaan gambar
untuk mengembangkan ruang dan bentuk
b. Perancangan adalah aktifitas kreatif menuju sesuatu yang baru dan
berguna yang tidak ada sebelumnya.
Sedangkan menurut Jw. Wade (Wade dalam Snyder dan Catanese,
1979: 262), perancangan meliputi proses:
a. Pemrograman: Untuk menetapkan hal-hal yang menjadi tujuan,
kebutuhan dan perhatian klien

b. Perencanaan: Untuk menyatakan masalah umum klien menjadi


masalah standar yang mudah dipecahkan
c. Perancangan: Mengembangkan gagasan keseluruhan menjadi suatu
usul wujud bangunan
3. Terminal
Terminal adalah tempat mengurus naik dan turunnya penumpang
dan bongkar muatan bagasi dan kargo dari kendaraan transportasi
(Poerwadarminta, 1991: 24). Terminal adalah tempat terhentinya moda
transportasi darat, laut, maupun udara untuk kegiatan menaikkan dan
menurunkan penumpang dan barang (D. Setijowarno dan R.B. Frazila,
2001). Terminal merupakan simpul dalam sistem jaringan transportasi
jalan yang berfungsi pokok sebagai pelayanan umum yaitu tempat untuk
naik turun penumpang atau bongkar muat barang untuk pengendalian lalu
lintas dan angkutan kendaraan umum, serta sebagai tempat pemberhentian
intra atau antar moda transportasi. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka
penyelenggaraan

terminal

berperan

menunjang

tersedianya

jasa

transportasi yang sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan pelayanan


angkutan aman, cepat, tepat, teratur dan biaya yang terjangkau masyarakat.
4. Angkutan Umum
Angkutan umum/kendaraan umum merupakan salah satu media
transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan
membayar tarif. Angkutan umum adalah merupakan lawan kata dari
kendaraan/angkutan pribadi (http://id.wikipedia.org/angkutanumum.htm).
Sedangkan pengertian kendaraan umum berdasarkan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum yaitu: Kendaraan
umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun
tidak langsung.
Jenis-jenis angkutan umum adalah, angkutan jalan raya (bus, angkot,
taksi, angkot, ojek, bajaj dan metromini), angkutan rel (kereta api,

monorail dan trem), angkutan udara (pesawat terbang dan helikopter),


angkutan Laut (kapal feri dan kapal pesiar). Terminal ini mewadahi sarana
transportasi umum jalan raya yang berupa bus antar kota dalam provinsi,
mikrolet angkutan dalam kota (angkot) dan mikrolet angkutan ke luar
wilayah kota (angkudes).
a. Standar Teknis Terminal Angkutan Umum
Dalam perancangan sebuah terminal angkutan umum terdapat
persyaratan dan pertimbangan yang harus dipenuhi
b. Fungsi Terminal Angkutan Umum
Fungsi terminal adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan
berpindah dari satu moda atau kendaraan ke moda lain, tempat
fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi (D.
Setijowarno dan R.B. Frazila, 2001).
Pada sistem terminal angkutan umum terdapat sekumpulan
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Komponenkomponen yang dimaksud meliputi:
1. Angkutan umum
Dari lintasan rutenya, angkutan umum datang di terminal,
kemudian menurunkan penumpang. Setelah menunggu beberapa
lama (tergantung pada jadwal), selanjutnya angkutan umum
menaikkan penumpangnya kemudian pergi kembali menelusuri
lintasan rutenya. Terkadang, dengan alasan tertentu, angkutan
umum terpaksa harus diperbaiki atau dilakukan perawatan kecil,
seperti mengganti ban, mengganti busi ataupun penyetelan mesin.
Untuk angkutan umum yang harus berangkat dari terminal di pagi
hari,

maka

angkutan

umum

harus

menginap

di

tempat

penyimpanan khusus yang tersedia di dalam terminal.


Dengan demikian, fungsi terminal bagi angkutan umum
adalah:
a. Tempat angkutan umum dapat berhenti
b. Tempat angkutan umum menurunkan penumpang
c. Tempat angkutan umum menaikkan penumpang

d. Tempat angkutan umum mendapat perawatan kecil


e. Tempat angkutan umum disimpan untuk sementara
2. Penumpang
Untuk penumpang, kegiatan di terminal dimulai dengan
datangnya penumpang dengan angkutan umum. Sesampainya
diterminal, maka penumpang turun dari angkutan umum. Jika ingin
meneruskan perjalannya maka penumpang tersebut harus berganti
angkutan umum dengan lintasan rute yang sesuai dengan arah
perjalanannya. Sedangkan jika penumpang ingin mengakhiri
perjalanannya dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan
kendaraan lain, maka ia keluar dari terminal. Jika penumpang ingin
berpindah pada lintasan rute yang lain, ia harus membeli tiket dan
menunggu kedatangan angkutan umum yang diperlukannya.
Setelah itu, ketika angkutan umum yang dinanti datang, ia naik ke
dalam

angkutan

umum

dan

akhirnya

angkutan

umum

meninggalkan terminal.
Dengan demikian, maka fungsi terminal bagi seorang
penumpang adalah:
a. Tempat penumpang turun dan mengakhiri perjalanan
dengan angkutan umum
b. Tempat penumpang dapat berganti lintasan rute
(transfer)
c. Tempat penumpang menunggu angkutan umum yang
akan dinaikinya
d. Tempat penumpang naik angkutan umum
e. Tempat penumpang berganti dengan moda lainnya
(becak, mobil atau berjalan kaki) menuju tujuan akhir
perjalanannya.
3. Calon Penumpang yang diantar (kiss & ride)

Bagi calon penumpang yang diantar dengan kendaraan oleh


orang lain, maka ketika sampai di terminal, si penumpang segera
turun untuk segera membeli tiket sesuai dengan lintasan, rute dan
arah yang dituju. Selanjutnya si penumpang menuju ke platform di
mana angkutan umum yang dimaksud berada, dan menunggu
beberapa

saat

sampai

angkutan

umum

dimaksud

datang.

Selanjutnya si penumpang naik ke dalam angkutan umum dan


bersama angkutan umum pergi dari terminal.
Dengan demikian bagi calon penumpang tipe Kiss & Ride,
fungsi terminal adalah:
a. Tempat penumpang turun dari kendaraan penghantar
b. Tempat kendaraan penghantar datang dan langsung
pergi
c. Tempat dapat membeli tiket
d. Tempat penumpang harus menunggu
e. Tempat penumpang naik angkutan umum dan memulai
perjalannya
4. Calon penumpang yang membawa kendaraan sendiri dan
memarkir kendaraannya (park & ride). Bagi calon penumpang
yang menggunakan kendaraan pribadi ke terminal, maka pada
saat di terminal si penumpang memarkir kendaraannya dan
masuk ke terminal untuk membeli tiket, sesuai dengan lintasan
rute dan tujuannya. Selanjutnya si penumpang menuju ke
platform di mana angkutan umum yang dimaksud berada, dan
menunggu beberapa saat sampai angkutan umumdimaksud
datang. Kemudian si penumpang naik ke angkutan umum dan
bersama angkutan umum pergi dari terminal.
Dengan demikian, bagi calon penumpang jenis Park &
Ride, fungsi terminal adalah:
a. Tempat kendaraannya dapat diparkir selama penumpang
melakukan perjalanan
b. Tempat membeli tiket
c. Tempat penumpang harus menunggu

d. Tempat naik bis dan memulai perjalannya


e. Tempat penumpang mengakhiri perjalannya

dengan

angkutan umum untuk kemudian menggunakan kendaraan


yang diparkir untuk pulang ke rumah
5. Pejalan Kaki
Bagi seorang pejalan kaki yang ingin menggunakan
angkutan umum untuk perjalanannya, maka harus datang ke
terminal dengan berjalan kaki. Sesampainya di terminal kemudian
membeli tiket sesuai dengan lintasan rute dan tujuannya.
Selanjutnya menuju ke platform di mana angkutan umum yang
dimaksud berada, dan menunggu beberapa saat sampai bus
dimaksud datang. Kemudian naik ke angkutan umum dan bersama
angkutan umum pergi dari terminal.
Dengan demikian, bagi calon penumpang pejalan kaki,
fungsi terminal adalah:
a. Tempat membeli tiket
b. Tempat penumpang harus menunggu
c. Tempat penumpang naik angkutan umum dan memulai
perjalannya
d. Tempat penumpang

mengakhiri

perjalannya

dengan

angkutan umum untuk kemudian pulang ke rumah


Jika kesemua komponen di atas memang diakomodasi
dalam sebuah terminal, maka mekanisme yang ada secara
keseluruhan dapat dilihat pada bagan.
Tapi suatu terminal tidak selamanya berfungsi untuk
mengantisipasi kelima komponen di atas. Pada beberapa kasus,
hanya dua atau tiga komponen saja yang dilayani, misalnya pada
terminal kecil, di mana hanya menampung komponen angkutan
umum, penumpang dan Kiss & Ride.
5. Kriteria Pembangunan

Dalam pembangunan sebuah Terminal penumpang berbagai hal harus


dipertimbangkan agar tercapai tujuan dan sasaran. Menurut Abubakar
(1996), pembangunan sebuah Terminal mempertimbangkan 4 faktor yaitu:
a. Terminal harus dapat menjamin kelancaran arus angkutan baik
penumpang maupun barang.
b. Terminal hendaknya sesuai dengan rencana tata ruang.
c. Lokasi Terminal hendaknya dapat menjalin penggunaan dan operasi
kegiatan Terminal yang efesien dan efektif.
d. Lokasi Terminal hendaknya tidak mengakibatkan gangguan pada
kelancaran arus kenderaan umum, dan keamanan lalu lintas kota serta
lingkungan hidup sekitarnya.
6. Persyaratan Lokasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995
tentang

Terminal

Transportasi

Jalan,

yang

isinya

menyatakan

bahwaPersyaratan Terminal Tipe A, meliputi :


a. Terletak di Ibu Kota Propinsi, Kotamadya atau Kabupaten dalam
jaringan trayek antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas
batas negara.
b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya
kelas IIIA.
c. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya
20 Km di Pulau Jawa, 30 Km di Pulau Sumatra, dan 50 Km di
Pulau lainnya.
d. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 Ha untuk terminal
di Pulau Jawa dan Sumatra, dan 3 Ha di pulau lainnya.
e. Mempunyai jarak akses masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal, sekurang-kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa,
dan 50 meter di pulau lainnya.
7. Lokasi Perencanaan
Dari berbagai kriteria diatas pemilihan lokasi jatuh ke daerah
Kelurahan Lau Chi Kecamatan Medan Tuntungan.

Gambar 2.2 Lokasi


Sumber : Google Earth

Ga
mbar 2.3 Lokasi
Sumber : Google Earth
1. Memiliki Jalan Kolektor Primer
2. Tidak berdekatan dengan kawasan industri;
3. Pada lingkungan sekitar terdapat tempat-tempat pelayanan umum
seperti Pusat Perbelanjaan , SPBU,tempat penginapan ,Bank,Tempat
rekreasi, dll.
4. Tersedianya lahan 3 Ha

BAB III

TINJAUAN TEMA

A. Tema
Tema yang akan diterapkan pada bangunan ini adalah tema Green
Architecture dengan penambahan unsur-unsur adat batak. Tema ini diterapkan
di karenakan tingkat keramaian, polusi dan kebisingan yang tinggi pada
terminal bus yang ingin di rencanakan, tema ini dipakai untuk meredam polusi,
kebisingan , dan menyadarkan kita pentingnya pengaruh lingkungan terhadap
kesehatan manusia, terlebih pada saat keramian, dan penambahan unsur adat
batak ini diterapkan di karenakan tujuan dari bus-bus yang ada di terminal yang
akan di rencanakan ialah perjalanan medan-kabanjahe, medan- sidikalang,
medan-samosir, medan-sibolga, medan-sibolga, dll, yang keseluruhan bus
bertujuaan ke daerah batak, dan juga untuk mempertahankan rumah ciri khas
adat batak.
B. Green Architecture
Menurut Siregar (2012) green architecture adalah gerakan untuk
pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi
(arsitektur ramah lingkungan). Menurut Pradono (2008) green (hijau) dapat
diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earth friendly (ramah
lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa
sangat baik)
Green architecture, pada dasarnya berupaya membentuk suatu lingkungan
yang lebih menyenangkan bagi manusia sebagai pemakainya, dan memberi
nilai tambah bagi generasi masa depan yang akan menggunakannya, dan ini
ramah terhadap lingkungan.
Desain arsitektur ramah lingkungan sendiri hampir tidak bisa terlepas
dalam pembahasan desain arsitektur. Melihat kondisi ekologi global yang
semakin memburuk akhir-akhir ini, Ekologi dan desain yang berkelanjutan
merupakan topik yang penting di dalam desain arsitektur modern.
Di beberapa negara maju, kesadaran terhadap desain arsitektur ramah
lingkungan sudah lama diimplementasikan. Tidak hanya dalam skala bangunan

besar seperti gedung-gedung, tetapi juga dalam skala kecil yaitu rumah tinggal.
Berbagai macam metode diterapkan, mulai dari penerapan teknologi mutahir
sampai hanya penggunaan teknologi sederhana yang dapat dilakukan oleh
semua orang.
Konsep desain ramah lingkungan ini muncul akibat kondisi lingkungan
global yang semakin hari mengalami pendegradasian kualitas. Kondisi udara
yang semakin memburuk, Suhu muka bumi yang semakin panas, fenomena
deforestation yaitu penggudulan hutan untuk perluasan penunjang habitat
manusia, jumlah minyak bumi yang semakin berkurang, penggunaan bahan
bangunan yang tidak ramah lingkungan secara berlebihan, dan sebagainya.
Pada dasarnya apa yang kita perbuat di muka bumi ini adalah proses
pengrusakan terhadap bumi dan menipiskan peluang anak cucu kita untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya secara aman di masa yang akan datang.
Upaya memperbaiki kondisi bumi ini sudah selayaknya menjadi tanggung
jawab semua umat. Arsitek dengan kapasitas dan kemampuan profesionalnya
bisa menjadi salah satu ujung tombak dalam proses penciptaan lingkungan
buatan yang berwawasan lingkungan, demi menjaga kelangsungan umat
manusia di masa kini dan di masa yang akan datang. Telah cukup banyak
arsitek-arsitek terkenal didunia yang dengan sadarnya menempatkan isu-isu
lingkungan di dalam diskusi mereka. Arsitek seperti Ken Yeang, Renzo Piano,
Shigeru Ban, Sir Richard Rogers, Minsuk Cho dan YB. Prinsip dasar Green
Building:
a. Prinsip dasar Green Building
1. Manajemen Lahan (Site Managament)
a. Lokasi bangunan yang terbaik adalah lokasi yang dekat dengan
pelayanan publik dan transportasi.
b. Maksimalisasi fungsi area hijau
c. Memberikan akses nyaman bagi pejalan kaki
d. Mengurangi panas iklim mikro pada lingkungan sekitar bangunan
2. Manajemen Air (Water Management)
a. Rainwater harvesting, pemanfaatan air hujan untuk air toilet dan
penyiraman tanaman
b. Pemasangan meteran air sebagai alat kontrol
c. Penggunaan peralatan yang hemat air

contoh : penggunaan shower, toilet dual-flush, kran auto-off, dan


sebagainya
3. Manajemen Energi (Energy Manajement)
a. Penggunaan peralatan yang hemat energi, seperti lampu dan alat
elektrik lainnya
b. Penggunaan sub-metering sebagai pemantauan penggunaan listrik
c. Meminimalkan penggunaan listrik melalui pencahayaan dan
penghawaan alami
d. Menggunakan sumber energi alternatif yang terbaharukan
4. Material ramah lingkungan (Env. Friendly Mat)
a. Penggunaan material daur ulang
b. Material yang digunakan bebas dari bahan perusak ozon
c. Penggunaan material lokal
d. Pemakaian material bersertifikat
e. Penggunaan bahan bangunan prafabrikasi
5. Kesehatan dalam ruang (Indoor Air Health)
a. Penggunaan produk ramah lingkungan khususnya untuk interior
yang (non chemical pollutant)
b. Perawatan yang ramah lingkungan
c. Reduksi kebisingan dan polusi udara
d. Perancangan bukaan untuk memastikan adanya sirkulasi udara
serta pencahayaan alami

C. Studi banding Tema


1. Architecture Design Kindergarten School ( Croatia ) .

Gambar 3.1 Architecture Design Kindergarten School ( Croatia ) .


Sumber : Hardi, 2010
Berdiri diatas sebidang tanah dengan luas 2300 m2 .s.Sekolah ini
didirikan dengan sebuah konsep green architecture. Hal ini dapat dilihat
dari bentuk dan pengaturan sirkulasinya. Sekolah ini banyak mengambil
ruang terbuka untuk mengambil sirkulasi udara alami dan memanfaatkan
kaca kaca sebagai pencahayaan alami melaui sinar matahari.
https://hardi91.wordpress.com/2010/04/08/172/

2. The Interlace Residential Building di Singapore

Gambar 3.2 The Interlace Residential Building di Singapore


Sumber : httarsitekturdanlingkunghttan.blogspot.co.id/2012/10/greenarsitektur.html
The Interlace terdiri dari tiga puluh satu blok apartemen. Setiap
blok memiliki enam lantai dan panjangnya identik. Blok ini ditumpuk
dalam susunan heksagonal sekitar delapan halaman terbuka dan permeable
skala besar. Bangunan hunian kontemporer ini terletak di situs delapan
hektar di pegunungan hijau Selatan. Area situs 81.000 m2 untuk program
ini: 1.040 asrama di 144.000 m2; clubhouse perumahan / fasilitas 1.500
m2; ritel 500m2; tambahan / core / MEP 24.000 m2; parkir bawah tanah
2.600 ruang. Total area lantai dibangun 170.000 m2. Tinggi blok
perumahan adalah 83m dengan 24 lantai atas dan satu ruang bawah tanah
dengan dimensi 16,5 x 70m. Architects telah merancang bangunan tinggi
mengingat fitur kesinambungan melalui analisis mendalam dari matahari,
angin, dan kondisi iklim mikro dan integrasi strategi energi rendah dampak
pasif.

D. Kaitan Tema Terhadap Rancangan

Green architecture adalah sebuah konsep yang menghargai bumi dan isi
pada alam semesta, sehingga dalam membangun sebuah bangunan harus
menghargai lingkungan disekitarnya agar keberadaan bangunan tersebut tidak
menggangu ekosistem dan sumber daya yang ada di sekitar bangunan tersebut.
Green architecture, pada dasarnya berupaya membentuk suatu lingkungan
yang lebih menyenangkan bagi manusia sebagai pemakainya, dan memberi
nilai tambah bagi generasi masa depan yang akan menggunakannya, dan ini
ramah terhadap lingkungan.
Terminal yang kita sadari dengan kepadatan manusia, polisi udara, dan
kebisingan yang tinggi di dalam maupun di luar area terminal. Green arsitektur
mampu menjadi solusi untuk menciptakan lingkungan terminal yang sehat,
dengan menghemat energi, meminimalisir polusi, dan meredam kebisingan
pada perancangan ini.
Penerapan unsur batak pada bangunan ini yaitu :
1. Rumah adat batak dengan ukiran-ukiran, atap dan bentuk konstruksi
rumah adat di terapkan pada rancangan terminal.
2. Pakain khas batak seperti ulos di terapkan pada rancangan terminal.

E.

BAB IV
KEGIATAN YANG DIRENCANAKAN

A. Program Ruang
1. Fasilitas Terminal Penumpang
Biasanya didalam Terminal terdapat fasilitas-fasilitas yang disediakan
bagi penumpang dan penghantar atau penjemput, kenderaan dan pengemudi,
dan pengelola. Sesuai dengan Pasal 2 Bab II Keputusan Menteri Perhubungan
RI Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, fasilitas
Terminal terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang, adalah sebagai
berikut :
a. Fasilitas Utama, fasilitas utama merupakan suatu fasilitas yang mutlak
dimiliki dalam suatu Terminal, yang antara lain :
1) Areal keberangkatan, yaitu pelataran yang disediakan bagi kenderaan
angkutan penumpang umum untuk menaikkan penumpang (loading)
dan untuk memulai perjalanan.
2) Areal kedatangan, atau pelataran yang disediakan bagi kenderaan
angkutan

penumpang

umum

untuk

menurunkan

penumpang

(unloading) yang dapat pula merupakan akhir dari perjalanan.


3) Areal menunggu, yaitu pelataran yang disediakan bagi kenderaan
angkutan penumpang umum untuk beristirahat dan siap untuk menuju
jalur pemberangkatan.
4) Areal lintas, yaitu pelataran yang disediakan bagi kenderaan angkutan
penumpang umum untuk beristirahat sementara dan untuk menaikkan
atau menurunkan penumpang.
5) Areal tunggu, yaitu pelataran tempat menunggu yang disediakan bagi
orang yang akan melakukan perjalanan dengan kenderaan angkutan
penumpang umum.
6) Bangunan kantor Terminal, yaitu suatu bangunan yang biasanya di
gabung dengan menara pengawas yang berfungsi sebagai tempat untuk
memantau pergerakan kenderaan dan penumpang dari atas menara.

7) Pos pemeriksaan KPS (Kartu Pengawasan Setempat), yaitu pos yang


biasanya berlokasi di pintu masuk dari Terminal yang berfungsi
memeriksa terhadap masing-masing angkutan umum yang memasuki
Terminal.
8) Loket penjualan tiket, yaitu suatu ruangan yang dipergunakan oleh
masing-masing perusahaan untuk keperluan penjualan tiket bus yang
melayani perjalanan dari Terminal yang bersangkutan.
9) Rambu-rambu lalu-lintas dan petunjuk informasi yang berupa petunjuk
jurusan, tarif dan jadwal perjalanan, hal ini harus tersedia karena
sangat penting untuk memberikan informasi bagi penumpang baik
yang akan meninggalkan maupun baru tiba di Terminal yang
bersangkutan sehingga tidak tersesat dan terkesan semrawut.
b.

Fasilitas Penunjang, selain fasilitas utama dalam sistem Terminal terdapat

pula fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap, yang antara lain :


1) Ruang informasi dan pengaduan, yaitu untuk memberikan informasi
kepada para penumpang maupun pengaduan apabila terjadi sesuatu
terhadap penumpang, misalkan kehilangan barang, banyaknya calo,
para awak angkutan umum menaikkan tariff angkutan diatas tarif yang
berlaku .
2) Ruang pengobatan, tempat memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan.
3) Ruang penitipan barang
4) Ruang istirahat sopir
5) Docking kenderaan umum
6) Musholla.
7) Kamar mandi atau WC (water closed).
8) Kios atau kantin.
9) Telepon umum.
10) Taman dan lain-lain.
2. Prasarana Terminal
Komponen prasarana transportasi yang seharusnya ada pada sebuah
Terminal adalah disesuaikan dengan fungsi Terminal yang ingin dicanangkan.
Karena pada dasarnya komponen prasarana yang disediakan dalam seluruh

Terminal dimaksudkan untuk mengantisipasi ataupun melayani mekanisme


pergerakan yang akan timbul.
Mekanisme pergerakan yang mungkin timbul dari sebuah Terminal
dapat dijadikan sebuah dasar dari suatu mekanisme pergerakan yang paling
lengkap yang mungkin ada dalam sebuah Terminal. Dengan demikian,
prasarana yang harus disediakan mampu mengantisipasi pelayanan ataupun
pergerakan seperti pada Tabel 2.1.
Jika ditinjau dari sistem Terminal, maka akan ditemui pada sistem
tersebut sekumpulan komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
Antara komponen prasarana yang ada dan aktifitas dalam Terminal sangat
berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan pengguna jasa layanan
dalam pemanfaatan Terminal. Komponen-komponen tersebut antara lain :
a.
b.
c.
d.

Moda angkutan umum (bus, angkot).


Penumpang.
Calon penumpang yang diatur (kiss & ride).
Calon penumpang yang membawa kenderaan sendiri dan memarkir

kenderaannya (park & ride).


e. Pejalan kaki.
Prasarana bangunan yang tersedia pada suatu Terminal pada dasarnya
diperuntukkan agar fungsi dan mekanisme pergerakan yang ada pada suatu
Terminal berjalan secara efektif dan efesien. Mengacu pada komponen-komponen
ataupun entitas yang terdapat dalam suatu Terminal dan juga mengacu pada
interaksi yang terjadi antara masing-masing komponen tersebut.
Melalui bagan alir proses pergerakan dalam Terminal maka akan terlihat
kegiatan-kegiatan yang dialami oleh penumpang, barang dan kenderaan atau
satuan lalu-lintas pada saat diproses melalui fasilitas Terminal. Gambaran proses
tersebut dapat dilihat pada Gbr.2.1 yang memperlihatkan Terminal angkutan kota
konvensional yang berguna untuk menerangkan karakteristi Terminal, juga
merupakan alat yang sangat membantu mengevaluasi permasalan operasional.

BAB V
KONSEP DASAR

A. Ide Dasar
Terminal adalah sarana transportasi darat yang berfungsi menghubungkan
antar daerah, sehingga terminal juga menjadi sarana bagi angkutan barang
atapun orang pada daerah tersebut. Terminal memiliki peranan penting dalam
perkembangan ekonomi dan juga pembangunan daerah, karena sarana

transportasi yang memadai akan memicu pertumbuhan ekonomi dan


pembangunan daerah.
Terminal tipe A ini direncanakan dan dirancang dengan menggunakan
tema Green arsitektur dengan penambahan unsur-unsur pada suku batak , baik
itu rumah adat maupun pakainnya.
B. Konsep Dasar Perancangan
Prinsip dasar Green Building, Manajemen Lahan (Site Managament),
Manajemen Air (Water Management), Manajemen Energi (Energy
Manajement) , Material ramah lingkungan (Env. Friendly Mat) , Kesehatan
dalam ruang (Indoor Air Health)
1. Tata Guna Lahan
a. Lokasi bangunan yang terbaik adalah lokasi yang dekat dengan
pelayanan publik dan transportasi.
b. Maksimalisasi fungsi area hijau
c. Memberikan akses nyaman bagi pejalan kaki
d. Mengurangi panas iklim mikro pada lingkungan sekitar bangunan
2. Efisiensi Energi
a) Penggunaan peralatan yang hemat energi, seperti lampu dan alat
elektrik lainnya
b) Penggunaan sub-metering sebagai pemantauan penggunaan listrik
c) Meminimalkan penggunaan listrik melalui pencahayaan dan
penghawaan alami
d) Menggunakan sumber energi alternatif yang terbaharukan
3. Efisiensi Air
a. Rainwater harvesting, pemanfaatan air hujan untuk air toilet dan
penyiraman tanaman
b. Pemasangan meteran air sebagai alat kontrol
c. Penggunaan peralatan yang hemat air
contoh : penggunaan shower, toilet dual-flush, kran auto-off, dan
sebagainya
4. Efisiensi Material
a. Penggunaan material daur ulang
b. Material yang digunakan bebas dari bahan perusak ozon
c. Penggunaan material lokal
d. Pemakaian material bersertifikat
e. Penggunaan bahan bangunan prafabrikasi
5. Kualitas Udara Ruang

a. Penggunaan produk ramah lingkungan khususnya untuk interior yang


(non chemical pollutant)
b. Perawatan yang ramah lingkungan
c. Reduksi kebisingan dan polusi udara
d. Perancangan bukaan untuk memastikan adanya sirkulasi udara serta
pencahayaan alami
Perancangan dengan penerapan unsur-unsur pada suku Batak pada
terminal, dengan ragam hias dan ukiran diaplikasikan pada ruang dalam,
bukaan, shading, fasad, dan atap rumah adat batak diaplikasikan pada atap
terminal.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, I., 1996, Menuju Tertib Lalulintas, Departemen Perhubungan


Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
Amirudin, ahmad. 2013. Perancangan Kembali Terminal Bus Patria
Di Kota Blitar, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Direktorat Jendral Perhubungan Darat . 1993. Perencanaan dan perancangan
Terminal.
Wikipedia, 2016. http://id.wikipedia.org/angkutanumum.htm, diakses pada selas
tanggal 8 nopember 2016 pukul 11.00 WIB
Kamir, http://kamiharibasuki.blogspot.com/, diakses pada selas tanggal 8
nopember 2016 pukul 12.00 WIB

Tabloidimaji, 2015. http://tabloidimaji.com/2015/12/24/foto-padatnya-lalu-lintasdi-jalan-jamin-ginting-medan/, diakses pada selas tanggal 8 nopember 2016 pukul
12.30 WIB
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003.
Keputusan Mentri Perhubungan No.31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi
Jalan, Jakarta.
Mentri Perhubungan republik Indonesia. 2015.
Melviza,
tuntungan.

2013.

Terminal

dibangun

di

:http://dishub.pemkomedan.go.id/berita-21-terminal-dibangun-di-

tuntungan.html, diakses pada selasa tanggal 15 nopember 2016 pukul 20.00 WIB
Poerwadarminta. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud
Pradono, B. 2008. Green Design dalam Perspektif Arsitek Muda. Good Business
With Green Design. 8 November 2008. Universitas Brawijaya, Malang.
Profil dan Kinerja Perhungan darat. 2013
Salim, Abbas. 1993. Manajemen transportasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Setijowarno, D. dan Frazila, R.B. 2001. Pengantar Sistem Transportasi. Semarang:
Universitas Katolik Soegijapranata
Siregar, HH. 2012. Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing Medan. Jurnal
Arsitektur dan Perkotaan Koridor. Medan
SK Walikota Medan 551.21/060/K/2006 tanggal08.02.2008
Snyder, James C. dan Catanese, Anthony J. 1979. Pengantar Arsitektur.

Anda mungkin juga menyukai