Anda di halaman 1dari 67

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Transportasi merupakan kebutuhan pokok bagi setiap kalangan, yang

berfungsi untuk memindahkan penumpang dan barang dari suatu tempat

ketempat lain dan mempermudah hubungan dengan tempat lain. Transportasi

juga merupakan sarana yang sangat penting yang mempengaruhi semua aspek

kehidupan bangsa dan negara. Hal tersebut terlihat semakin meningkatnya

kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari tempat

yang satu ketempat yang lain. Selain itu transportasi juga berperan sebagai

penunjang (servicing sector), pendorong (promoting sector) dan penggerak

bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi tetapi belum berkembang sebagai

upaya peningkatan pemerataan pembangunan Transportasi atau pengangkutan

merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat

Indonesia. Menyadari pentingnya peranan transportasi nasional secara

terpadu dan mampu mewujudkan ketersediaan jasa transportasi yang sesuai

dengan tingkat kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan yang tertib,

nyaman, cepat, lancar, dan biaya yang murah. Sektor transportasi memang

memiliki peranan yang cukup penting dalam meningkatkan mobilitas

masyarakat, baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan

perdagangan dan jasa, karena pengangkutan dengan menggunakan

transportasi adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda maupun orang,

karena perpindahan itu muthlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan


2

manfaat serta efisiensi. Transportasi saat ini menjadi suatu kebutuhan bagi

manusia baik kebutuhan individu maupun kebutuhan kelompok sehingga

peningkatan akan transportasi sangat tinggi pada setiap kota, terutama

transportasi darat. Sistem pengangkutan atau transportasi harus ditata dan

terus menerus disempurnakan untuk menjamin mobilitas orang maupun

barang dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat Keberhasilan

pembangunan juga sangat dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai urat

nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.

Sistem jarinan transportasi dapat dilihat dari segi efektivitas dalam arti

selamat, aksebilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan

cepat, mudah dicapai tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman,

rendah polusi serta dari segi efisiensi dalam arti beban sedikit terkurangi.

Dalam rangka pengembangan Kota Sampang yang merupakan salah

satu kota yang terletak di sebelah utara bagian timur dari pulau Jawa tepatnya

di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Sampang terletak di

titik yang strategis dan berada di tengah-tengah jalur lintas Kota Bangkalan

dan Kota Pamekasan. Lalu lintas dan angkutan jalan kini merupakan hal yang

sangat penting dalam meningkatkan mobilitas sosial masyarakat, untuk itu

memerlukan dukungan prasarana kota yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat dalam menunjang kegiatannya dalam sehari - hari, baik yang

bertujuan didalam kota maupun yang bertujuan keluar kota. Sebagian besar

dari orang - orang yang kreatif, telah memanfaatkan kesempatan kepadatan


3

penduduk tersebut sebagai mata pencarian perekonomian mereka dengan

menyediakan sarana transportasi umum atau kendaraan umum.

Dengan sebuah mobil mini bus, pemilik mobil menyediakan sarana

atar jemput penumpang baik antar daerah maupun antar provinsi. Kendaraan

Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk angkutan

barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran (UU No.22 Tahun 2009

Pasal 1 ayat 10) .Angkutan antar jemput atau yang biasanya dikenal oleh

masyarakat dengan Travel merupakan jasa pelayanan transportasi antar

daerah dengan menggunakan minibus berkapasitas 8-15 orang. Perusahaan

Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan

orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum (UU No. 22

Tahun 2009 Pasal 1 ayat 21). Angkutan Antar Jemput adalah angkutan

penumpang yang resmi beroperasi di Kota Sampang. Angkutan Antar Jemput

ini memiliki izin trayek atau izin beroperasi dari pemerintah yang dapat

dilihat dari plat bewarna kuning serta memberikan tiket kepada penumpang.

Sedangkan trayek adalah lintasan kendaraan bermotor umum untuk pelayanan

jasa angkutan orang dengan mobil penumpang atau mobil bus yang

mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jenis

kendaraan tetap serta berjadwal atau tidak berjadwal. Pada awalnya travel

hanya menggunakan kendaraan bermotor sejenis bus mini. Namun seiring

berkembangnya zaman dan permintaan masyarakat, travel yang digunakan

tidak hanya sejenis bus mini melainkan mobil – mobil yang digunakan orang

- orang sebagai mobil pribadi.


4

Sebuah mobil agar dapat menjadi angkutan umum pada hakikatnya,

harus memenuhi persyaratan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, apabila sudah

memenuhi persyaratan yang dimaksud maka kendaraan bermotor tersebut

layak dijadikan angkutan umum (travel) resmi dengan plat kuning bertulisan

warna hitam serta memberikan tiket kepada penumpang, dimana tiket yang

resmi memiliki asuransi jiwa bagi penumpangnya. Oleh sebab itu masyarakat

cenderung lebih banyak memilih travel untuk bepergian karena travel

melayani penumpang dengan fasilitas antar jemput ke alamat karena dinilai

nyaman. Namun tidak sedikit travel yang beroperasi di Kota Sampang yang

tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, seperti yang telah diatur

dalam UU No. 22 Tahun 2009. Sebagian travel tersebut tidak memiliki izin

layaknya sebagai angkutan umum, inilah yang dinamakan dengan travel

ilegal. Dimana ilegal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kalau kita teliti di daerah seperti Jl. Jaksa agung suprapto, pasar

tradisional dan di terminal sampang seringkali dijumpai travel yang

beroperasi dengan menggunakan plat hitam dengan berani parkir di pinggir

ruas jalan dan menurunkan penumpamg di dalam terminal sampang, dimana

hal ini jelas nantinya akan merugikan para pemilik mobil penumpang umum

yang resmi (plat kuning), yang sudah memiliki izin trayek resmi dan

membayar retribusi kepada Pemerintah Kota. Di kota Sampang sendiri travel

ilegal atau MPU hampir mendominasi trayek yang ada, kalau hal ini
5

dibiarkan secara terus-menerus hal yang paling ditakutkan nantinya akan

terjadi misalnya saja iklim usaha jasa yang ada di daerah kota Sampang akan

sedikit demi sedikit tidak akan kondusif. Pemerintah seharusnya dengan tegas

segera menegur bahkan menertibkan keberadaan travel illegal atau MPU

( plat hitam ) ini. Penertiban terhadap angkutan umum, baik angkutan barang

maupun angkutan orang/travel merupakan tanggung jawab Dinas

Perhubungan. Pelaksaaan pengawasan pada dinas perhubangan yaitu melalui

bidang Perhubungan Darat, pada seksi Angkutan dan Keselamatan

Perubungan Darat.

Pada tahun 2019 dan 2020 jumlah angkutan travel yang terkena razia

pada tahu 2019 Data dishub menyebutkan, travel ilegal / MPU yang

beroperasi di Kota Bahari berjumlah 564 unit, dan 265 di antaranya

merupakan pelat hitam. Angka tersebut diketahui dari hasil akumulasi

kegiatan operasi di jalan raya yang dilaksanakan dishub bersama Satlantas

Polres Sampang. Setiap melakukan operasi, tidak kurang 15 MPU pelat hitam

ditilang sedangkan pada tahun 2020 ada sebanyak 98 mobil plat hitam yang

terkena razia dalam satu hari. Hal ini berarti jumlah travel/MPU ( mobil

penumpang umum ) ilegal / plat hitam yang ditangkap dari tahun 2019

sampai 2020 lebih tinggi setiap tahunnya dan hampir separuhnya tidak

memiliki izin. Dari data diatas dapat bahwa travel / MPU ilegal setiap

tahunnya terus mengalami peningkatan, sehingga dibutuhkan penertiban dari

pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan travel illegal ini


6

https://radarmadura.jawapos.com/category/180/sampang. diakses tanggal 2

Juni 2021

1. Pelaksanaan tugas oleh dinas perhubungan diindikasi masih belum berjalan

optimal sehingga masih banyak ditemukan agen liar dalam pengambilan

penumpang tetapi tidak ada tanda plang nama kendaraan umum tersebut.

2. Banyak juga supir yang sering menaikkan dan menurunkan penumpang di

sepanjang jalan jl. Jaksa angung suprapto dari pada didalam terminal dan

juga masih banyak supir yang menaikkan dan menurunkan penumpang di

sepanjang jalan pasar tradisional.

3. Setelah berjalan sekian tahun lamanya UU Nomor 22 tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menjadi acuan untuk penyelesaian

permasalahan trvel illegal ini, namun masih saja ditemukan travel illegal

yang beroperasi.

Oleh karena itu Penelitian ini berkaitan dengan masalah kinerja

pelayanan dengan judul “Efektifitas Kinerja Dinas Perhubungan Kabupaten

Sampang Dalam Penertiban Angkutan Umum Gelap (Plat Hitam) Di

Kabupaten Sampang”

1.2 Rumusan Masalah

Dari fenomena yang ada dilapangan banyak angkutan umum yang

menggunakan plat hitam sangat mudah untuk mendapatkan penumpang dan

menimbulkan kerugian bagi angkutan umum plat kuning sehingga

memerlukan perhatian khusus dari pemerintah kabupaten sampang untuk


7

membuatkan aturan – aturan dab memberikan sanksi pada pelanggar, yang

seharusnya ini merupak pekerjaan rumah bagi dinas perhubunggan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektifitas Kinerja Dinas

Perhubungan dalam menertibkan Angkutan umum gelap ( Plat hitam ) di

Kota Sampang ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

“Untuk mengetahui Kinerja Dinas Perhubungan dalam menertibkan

Angkutan umum gelap ( Plat hitam ) di Kota Sampang.”

1.4 Kegunaan Penelitian

1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat serta kontribusi

bagi akademis atau pihak pihak yang berkompeten dalam pencariaan

informasi atau sebagai referensi mengenai kinerja dinas perhubungan

dalam pelayanan penertiban angkutan umum plat hitam.

2 Manfaat Praktis

Manfaaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil

kebijakan-kebijakan mengenai kinerja dinas perhubungan dalam

penertiban transportasi angkutan umum plat hitam.


8
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektifitas

Efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati

secara bersama Berdasarkan pada pernyataan tersebut bahwa efektivitas

terkait dengan pencapaian sasaran atau tujuan. Setiap pekerjaan yang

dilakukan oleh individu, kelompok, maupun organisasi memiliki tujuan

tertentu. Tingkat pencapaian tujuan tersebutlah yang akan disebut

dengan tingkat efektivita ( Manahan P Tanpubolon 2007:75 ).

Menurut pendapat Gibson pengertian Efektivitas adalah

penilaian yang dibuat sehubung dengan prestasi individu, kelompok,

dan organisasi. Semakin dekat organisasi mereka terhadap prestasi yang

diharapkan (standar), maka mereka dinilai semakin efektif. Efektivitas

(W. McWahon Walter, 2004:22).

Menurut Yukl (1994:34) efektivitas diartikan berkaitan dengan

tepat tidaknya pemilihan sesuatu sehingga mampu mencapai sasaran

yang diinginkan. Istilah efektivitas sering digunakan dalam lingkungan

organisasi atau perusahaan yakni untuk menggambarkan tepat tidaknya

sasaran yang dipilih perusahaan tersebut. Efektivitas tersebut dapat

dilihat dari manfaat atau keuntungan dari sesuatu yang dipilih untuk

kepentingan organisasi atau perusahaan.


10

Efektivitas juga sering digunakan untuk mengukur keberhasilan

yang dicapai oleh organisasi atau perusahaan terkait dengan program-

progam yang direncanakan. Pengelolaan sebuah organisasi atau

perusahaan dikatakan berhasil apabila sasaran atau tujuan yang

ditetapkan mampu dilaksanakan dan memberikan kegunaan bagi

perusahaan tersebut. Ukuran dari efektivitas dapat dinilai dengan cara

membandingkan pencapaian tujuan dari suatu aktivitas yang dilakukan

dan bukan mengenai biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan

aktivitas tersebut (Danim, 2004:32)

Istilah efektivitas dalam ruang lingkup organisasi atau

perusahaan biasanya dikaitkan dengan pelaksanaan program yang

ditetapkan atau kegiatan- kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan tersebut.

Untuk melaksanakan program atau kegiatan ini harus didukung dengan

sumber daya manusia yang memadai yakni kemampuan, keahlian, dan

ketrampilan. Efektif tidaknya suatu program yang dilaksanakan dinilai

dari kemampuan sumber daya manusia yang menjalankannya

dibandingkan dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Penilaian

semacam ini bertujuan untuk mengukur kinerja sumber daya manusia.

Kinerja sumber daya manusia dikatakan baik apabila hasil yang

diperoleh sesuai dengan yang ditetapkan. Itu berarti sumber daya

manusia telah mampu menjalankan program atau aktivitas yang tepat

dan dapat dikatakan kinerjanya sudah efektif (Soeprihanto, 2001:45).


11

Sebaliknya, buruknya kinerja sumber daya manusia ditunjukkan

dengan ketidakmampuannya melaksanakan suatu program sesuai

dengan yang telah ditetapkan. Hal itu menggambarkan kinerja yang

kurang efektif karena tidak mampu melakukan sesuatu berdasarkan

kriteria yang diinginkan.

Pendapat lain dikemukakan Robbins (2003:35) yang

mengatakan efektivitas berkaitan dengan kemampuan untuk memilih

atau melakukan sesuatu yang paling sesuai atau tepat dan mampu

memberikan manfaat secara langsung. Ukuran penilaian yang

digunakan adalah tepat tidaknya organisasi atau perusahaan

menjalankan segala sesuatu misalnya pelaksanaan program atau

aktivitas.

Efektivitas kinerja diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

memilih sasaran yang tepat sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan dari awal. Pendapat ini didukung Danim (2004:35) yang

mengatakan efektivitas kinerja kelompok, berkaitan dengan

kemampuan anggota-anggota untuk memilih atau melakukan sesuatu

yang tepat demi kepentingan bersama.

Efektivitas kinerja akan meningkat apabila seseorang memiliki

keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan kerja.

Efektivitas kinerja individu dapat diukur dari keterampilan kerja,

peningkatan prestasi, kemampuan untuk beradaptasi, dan mampu

menghadapi perubahan (Bass dan Daft, 1989:42).


12

Timpe (2001:34) mengungkapkan kinerja yang baik dari

individu akan menggambarkan kinerja organisasi, kinerja individu

sangat mempengaruhi kinerja organisasi atau perusahaan. Kinerja

organisasi menjadi buruk apabila individu berkemampuan rendah dan

upaya pengembangan keterampilan dan keahliannya juga rendah.

Sebaliknya, kinerja yang baik dari seseorang akan mampu

meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan.

Dari definisi-definisi tersebut, maka efektivitas kinerja dapat

dijelaskan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu yang tepat

didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan atau direncanakan.

Pelaksanaan suatu program sesuai dengan tujuan yang direncanakan

menunjukkan efektivitas program tersebut dapat terlaksana dengan

baik. Sebaliknya, ketidaksesuaian pelaksanaan program dengan tujuan

yang ditetapkan memperlihatkan program yang dilaksanakan belum

efektif.

2.1.2 Aspek-aspek efektivitas kinerja

Adapun aspek-aspek yang dinilai berkaitan dengan efektivitas

kinerja individu dalam sebuah organisasi atau perusahaan menurut Daft

(1989:51) adalah meliputi sebagai berikut:

1. Keterampilan kerja

Keterampilan menunjukkan kemampuan dan keahlian

karyawan yang mendukung pelaksanaan tugas. Keterampilan

merupakan bekal karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.


13

Ketrampilan karyawan mencakup kemampuan, pengetahuan,

kecakapan interpersonal, dan kecakapan teknis.

Keterampilan dapat dipelajari secara formal atau dengan cara

belajar sendiri tergantung dengan kebutuhan. Seorang karyawan

yang memiliki keterampilan rendah akan mengalami banyak

hambatan dalam menjalankan pekerjaannya sehingga kinerjanya

menjadi kurang efektif. Sebaliknya, karyawan yang memiliki

keterampilan tinggi akan mampu menjalankan pekerjaannya dengan

baik sehingga kinerjanya dapat dinilai efektif. Keterampilan kerja

dapat dilihat dari cara seseorang untuk menangani sebuah pekerjaan.

Setiap pekerjaan membutuhkan keterampilan yang memadai

sehingga seseorang tidak akan mengalami kesulitan dalam

menyelesaikannya. Keterampilan yang memadai akan dapat

meningkatkan kinerja seseorang karena tingkat kesalahan-kesalahan

seseorang dalam menjalankan pekerjaan yang ditangani akan

semakin rendah.

2. Peningkatan prestasi kerja

Prestasi kerja merupakan salah satu tolak ukur yang dapat

digunakan untuk menilai kinerja seseorang ataupun organisasi.

Prestasi kerja individu menyangkut kemampuan ataupun

keberhasilan seseorang menjalankan pekerjaannya sesuai dengan

yang diharapkan atau bahkan melebihi baik darisegi kualitas maupun

kuantitas. Hasil kerja seseorang yang semakin baik mencerminkan


14

prestasi kerja yang semakin tinggi dan hal itu menggambarkan suatu

kinerja yang efektif. Sebaliknya, hasil kerja yang buruk

mencerminkan prestasi kerja rendah dan menggambarkan kinerja

yang kurang efektif. Peningkatan prestasi kerja merupakan salah satu

ukuran untuk menilai efektif tidaknya kinerja seseorang.

3. Kemampuan berkompetisi

Dalam dunia kerja, kompetisi merupakan salah satu hal yang

penting. Kompetisi yang dimaksud dilakukan secara positif misalnya

bekerja lebih baik dari orang lain. Kompetisi semacam ini sifatnya

positif dan tidak merugikan pihak lain. Setiap orang diharapkan

mampu berkompetisi secara sehat karena akan dapat memotivasi

setiap karyawan untuk memberikan hasil yang terbaik. Karyawan

yang mampu berkompetisi selalu berusaha untuk meningkatkan hasil

kerjaannya dari waktu ke waktu. Kemampuan berkompetisi ini dapat

dilihat dari sikap kerja pantang menyerah, aktif, berani menjalankan

tugas-tugas baru.

4. Kemampuan beradaptasi

Adaptasi menunjukkan kemampuan karyawan menyesuaikan

diri dengan situasi dan lingkungan kerja yang sering mengalami

perubahan baik lingkungan kerja seperti rekan-rekan kerja maupun

sarana dan prasarana yang digunakan. Karyawan yang memiliki

kemampuan beradaptasi tinggi dapat dengan mudah menjalankan

pekerjaan di lokasi yang baru. Sebaliknya, karyawan yang


15

kemampuan beradaptasinya rendah akan mengalami banyak kendala

di lingkungan kerja yang baru seperti kesulitan berkomunikasi

dengan rekan kerja baru, sulit beradaptasi dengan sarana dan

prasarana di lokasi baru. Kemampuan beradaptasi karyawan dapat

dilihat dari sikap yang lebih tenang, fleksibel, dan menguasai

pekerjaan. Seseorang yang mampu beradaptasi dengan cepat dapat

meningkatkan hasil pekerjaannya sehingga kinerjanya menjadi

efektif.

e. Daya tahan terhadap perubahan

Lingkungan kerja umumnya sering mengalami perubahan

misalnya faktor cuaca, iklim, suhu udara. Sehubungan dengan itu,

seorang karyawan diharapkan memiliki daya tahan terhadap

perubahan tersebut. Untuk mampu terhadap perubahan, setiap

karyawan harus memiliki kekuatan fisik. Karyawan yang memiliki

daya tahan terhadap perubahan tidak akan mengganggu

pekerjaannya sehingga kinerjanya menjadi efektif. Sebaliknya,

seseorang yang tidak memiliki daya tahan terhadap perubahan akan

mengalami kesulitan untuk menjalankan pekerjaannya sehingga

kinerjanya menjadi kurang efektif.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kinerja

Efektivitas kinerja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut

Danim (2004:28) efektivitas kinerja dipengaruhi oleh interaksi antar-

sesama yang mencakup hal-hal berikut:


16

a. Gaya kepemimpinan, dapat mempengaruhi efektivitas kinerja di

antaranya: otoriter, demokratis, pseudo demokratis, situasional,

paternalistis, orientasi pemusatan, dan lain-lain.

b. Ketergantungan, dapat mempengaruhi efektivitas kinerja misalnya:

ketergantungan penuh, ketergantungan sebagian, ketergantungan

situasional, dan tidak ada ketergantungan.

c. Hubungan persahabatan dapat mempengaruhi efektivitas kinerja

misalnya: kaku, longgar, situasional, berpusat pada seseorang, dan

berpusat secara kombinasi.

d. Kultur dapat mempengaruhi efektivitas kinerja seperti: menghambat

dan menunjang.

e. Kemampuan dasar setiap orang untuk berinteraksi misalnya ada

yang cepat dan ada yang lambat, situasional, dan tidak berinteraksi

sama sekali.

f. Sistem nilai dapat mempengaruhi efektivitas nilai misalnya: terbuka,

tertutup, dan prasangka

Soeprihanto (2001) mengatakan efektivitas kinerja berkaitan

erat dengan prestasi kerja seseorang. Efektivitas kinerja dan prestasi

tidak hanya dinilai dari hasil secara fisik tetapi juga mencakup

pelaksanaan kerja secara keseluruhan yang meliputi kemampuan kerja,

hubungan kerja, disiplin kerja, prakarsa dan kepemimpinan.

Kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan tujuan

dan sasaran yang ditetapkan merupakan salah satu indikator kinerja


17

yang efektif dan prestasi yang tinggi. Perencanaan efektivitas kinerja

dan prestasi didahului dengan perencanaan cara mencapainya dan

menetapkan tujuan yang akan dicapai. Fungsi pengorganisasian

menjelaskan tanggung jawab dan wewenang individu dalam organisasi

sedangkan fungsi pengarahan menjelaskan panduan pencapaian hasil

dalam bentuk interaksi yang lebih berorientasi pada psikologi individu

dalam organisasi. Sementara fungsi pengendalian menjelaskan

kemampuan individu untuk menjamin konsistensi hasil aktual dengan

yang telah direncanakan.

Gibson (1996:53) menambahkan kemampuan mengelola

individu dalam organisasi secara efektif merupakan kunci peningkatan

efektivitas kinerja.

Pendapat lain dikemukakan Kuswadi (2004:30) yang

mengatakan efektivitas kinerja merupakan kesesuaian antara

kompetensi individu dengan persyaratan kerja atau kebutuhan tugas

yang diharapkan organisasi (competencies and job demands).

Keterbatasan kompetensi individu dapat menghambat pelaksanaan

pekerjaan atau tugas-tugas seseorang. Ketidakmampuan seseorang

mencapai sasaran atau tujuan yang ditetapkan mencerminkan kinerja

individu yang kurang baik.

Richard M Steers (1995:86) dalam buku karya Khaerul Umam

(2012:351) menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi efektivitas,

yaitu:
18

1. Karakteristik Organisasi

a. Struktur

1) Departementalisasi

2) Spesialisasi

3) Formulasi

4) Rentang kendali

5) Besarnya organisasi

b. Teknologi

1) Besarnya unit kerja

2) Operasi

3) Bahan

4) Pengetahuan

2. Karakteristik Pekerja

a. Keterkaitan pada organisasi

b. Ketertarikan

c. Kemantapan kerja

d. Keikatan

3. Prestasi Kerja

a. Motivasi tujuan dan keterbukaan

b. Kemampuan

c. Kejelasan peran
19

4. Karakteristik Lingkungan

a. Ekstem

1) Kekompakan

2) Kestabilan

3) Ketidakstabilan

b. Intern

1) Orientasi pada karya

2) Pekerja sentries

3) Orientasi pada imbalan hukuman

4) Keamanan versus resiko

5) Keterbukaan versus pertahanan

5. Kebijakan dan Praktek Manajemen

a. Penyusunan tujuan strategik

b. Pencarian dan pemanfaatan atas sumber daya

c. Penciptaan lingkungan prestasi

d. Proses komunikasi

e. Kepemimpinan dan pengambilan keputusan

f. Inovasi dan adaptasi organisasi

Kemudian, empat faktor yang mempengaruhi efektifitas, yang

dikemukakan oleh Richard M Steers (1995:9) dalam buku karya

Khaerul Umam (2012:351) peneliti uraikan sebagai berikut:

1. Karakteristik Organisasi adalah hubungan yang sifatnya relative

tetap seperti susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam


20

organisasi. Struktur merupakan cara yang unik menempatkan

manusia dalam rangka menciptakan sebuah organisasi. Dalam

struktur, manusia ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan

yang relatif tetap yang akan menentukan pola interaksi dan tingkah

laku yang berorientasi pada tugas.

2. Karakteristik Lingkungan mencakup dua aspek. Aspek pertama

adalah lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang berada di luar batas

organisasi dan sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama

dalam pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek

kedua adalah lingkungan intern yang dikenal sebagai iklim

organisasi yaitu lingkungan yang secara keseluruhan dalam

lingkungan organisasi.

3. Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh

terhadap efektivitas. Di dalam diri setiap individu akan ditemukan

banyak perbedaan, akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu

sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila

suatu organisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut

harus dapat mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan

organisasi.

4. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang

dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang ada didalam

organisasi sehingga efektifitas tercapai. Kebijakan dan praktek

manajemen merupakan alat bagi pimpinan untuk mengarahkan setiap


21

kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam melaksanakan

kebijakan dan praktek manajemen harus memperhatikan manusia,

tidak hanya mementingkan strategi dan me kanisme kerja saja.

Mekanisme ini meliputi penyusunan tujuan strategis, pencarian dan

pemanfaatan atas sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi,

proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan,

Serta adaptasi terhadap, perubahan lingkungan inovasi organisasi.

Menurut pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa:

a. Organisasi terdiri atas berbagai unsur yang paling berkaitan, jika

salah satu unsur memiliki kinerja yang buruk, maka akan

mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan;

b. Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang baik

dengan lingkungan;

c. Kelangsungan hidup organisasi membutuhkan pergantian sumber

daya secara terus-menerus. Suatu perusahaan yang tidak

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas

organisasi akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuannya,

tetapi apabila suatu perusahaan memperhatikan faktor-faktor

tersebut maka, tujuan yang ingin dicapai dapat lebih mudah

tercapai hal itu dikarenakan efektifitas akan selalu dipengaruhi

oleh faktor-faktor tersebut.


22

2.1.4 Indikator Efektivitas Kerja

Terdapat beberapa indikator efektivitas kerja. Menurut Hasibuan

(2003:105), efektivitas merupakan suatu keadaan keberhasilan kerja

yang sempurna sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Supaya

dapat menjamin suatu keberhasilan usaha dalam meningkatkan

efektivitas kerja karyawan dalam suatu organisasi perlunya pengaruh

dari struktur organisasi sehingga dapat menimbulkan kuantitas kerja,

kualitas kerja, dan pemanfaatan waktu dan peningkatan sumberdaya

manusia.

1. Kuantitas Kerja

Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan dibawah

kondisi normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja

dan keadaan yang didapat atau dialaminya selama bekerja. Setiap

perusahaan selalu berusaha supaya efektifitas kerja dari

karyawannya dapat ditingkatkan. Oleh Karena itu, suatu perusahaan

selalu berusaha agar setiap karyawannya memiliki moral kerja yang

tinggi.

2. Kualitas Kerja

Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan

berupa hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan

hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan didalam

mengerjakan pekerjaan.
23

3. Pemanfaatan Waktu

Setiap karyawan harus dapat menggunakan waktu seefisien

mungkin, terutama dengan cara datang tepat waktu ke kantor dan

berusaha untuk menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dengan

memanfaatkan waktu selama penggunaan masa kerja yang

disesuaikan dengan kebijakan perusahaan.

4. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Diperlukan guna mewujudkan hasil yang diharapkan oleh setiap

perusahaan. Setiap karyawan sudah sepatutnya diarahkan untuk

lebih meningkatkan efektivitas kerja mereka melalui berbagai

tahapan usaha secara maksimal. Sehingga dengan demikian

pemanfaatan cumber daya manusia akan lebih berpotensi dan lebih

mendukung keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan.

Sedangkan Duncan yang dikutip Anonim (2011) dalam bukunya

“Efektivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas,

sebagai berikut:

a. Pencapaian Tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus

dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian

tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam

arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan

dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa

faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target

kongkrit.
24

b. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu

organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus

dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya.

Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

c. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses

pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

M. As'ad (2001:47) menjelaskan setiap pekerjaan dapat

dikatakan efektif ditentukan oleh pencapaian sasaran yang ditetapkan

dan dengan menggunakan waktu yang dicapai, adalah :

a. Kualitas kerja;

b. Waktu yang dicapai;

c. Efisien;

d. Keterbukaan;

e. Kecermatan dan ketelitian

Adapun untuk standar efektifitas kerja yang baik telah diatur

dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera No. 06

Tahun 2005 yang mana di dalam suatu kerja harus mengandung hal

berikut dan sekaligus menjadi indikator dalam penelitian ini :

1. Kejelasan : agar pekerjaan itu dapat efektif kita harus mengatur

secara jelas mengenai hak dan kewajiban serta tujuan yang jelas dari

pekerjaan yang dilakukan.


25

2. Keamanan : Agar pekerjaan ini efektif, haruslah menciptakan rasa

aman, nyaman kepada masyarakat dalam melakukan penyuluhan.

3. Keterbukaan : Bahwa mekanisme pengerjaan dari tugas yang

dibebankan diinformasikan secara terbuka, serta mudah dimengerti

bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

4. Efisien : bahwa menetapkan pola pekerjaan yang tepat pada fungsi

dan mekanismenya.

5. Keadaan yang merata : Ruang lingkup pekerjaan seluas mungkin

dengan pembagian yang merata, tester, adil tanpa, membedakan

status.

6. Ketentuan waktu : Bahwa setiap proses pekerjaan ditentukan waktu

proses penyelesaiannya, dan harus sesuai dengan jadwal yang

ditentukan.

Dari beberapa indikator tersebut diatas, maka dalam penelitian

ini yang menjadi landasan teori dalam penelitian mengacu pada teori

Duncan yang dikutip Anonim (2011) dalam bukunya “Efektivitas

Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:

a. Pencapaian Tujuan

b. Integrasi

c. Adaptasi

2.2 Konsep Transportasi

Pengertian transportasi yang dikemukakan oleh (Nasution, 1996)

diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat
26

tujuan. Sehingga dengan kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu

adanya muatan yang diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut dan

terdapatnya jalan yang dapat dilalui. Proses pemindahan dari gerakan tempat

asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan dimana

kegiatan diakhiri. Untuk itu dengan adanya pemindahan barang dan manusia

tersebut, maka transportasi merupakan salah satu sektor yang dapat

menunjang kegiatan ekonomi (thepromoting sector) dan pemberi jasa (the

servicing sector) bagi perkembanganekonomi. Menurut Soesilo dalam

(Rifusa, 2010) mengemukakan bahwa transportasi merupakan pergerak

tingkah laku orang dalam ruang baik dalam membawa dirinya sendiri maupun

membawa barang-barang. Selain itu, menurut (Tamin 1997 dalam(Rifusa,

2010) mengungkapkan bahwa, prasarana transportasi mempunyai dua peran

utama, yaitu: (1) sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di

daerah perkotaan dan (2) sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau

barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.

Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama

sering digunakan oleh perencana pengembang wilayah untuk dapat

mengembangkan wilayahnya sesuai dengan rencana. Misalnya saja akan

dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada wilayah tersebut tidak akan

pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan sistem

prasarana transportasi. Sehingga pada kondisi tersebut, prasarana transportasi

akan menjadi penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan

berdampak pada tingginya minat masyarakat untuk menjalankan kegiatan


27

ekonomi. Hal ini merupakan penjelasan peran prasarana transportasi yang

kedua, yaitu untuk mendukung pergerakan manusia dan barang. Kegiatan

ekonomi dan transportasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, dimana

keduanya dapat saling mempengaruhi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

Tamin 1997 dalam (Rifusa, 2010) bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki

keterkaitan dengan transportasi, karena akibat pertumbuhan ekonomi maka

mobilitas seseorang meningkat dan kebutuhan pergerakannya pun menjadi

meningkat melebihi kapasitas prasarana transportasi yang tersedia. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa transportasi dan perekonomian memiliki

keterkaitan yang erat. Di satu sisi transportasi dapat mendorong peningkatan

kegiatan ekonomi suatu daerah, karena dengan adanya infrastruktur

transportasi maka suatu daerah dapat meningkat kegiatan ekonominya.

Namun di sisi lain, akibat tingginya kegiatan ekonomi dimana

pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan timbul masalah transportasi,

karena terjadinya kemacetan lalu lintas, sehingga perlunya penambahan jalur

transportasi untuk mengimbangi tingginya kegiatan ekonomi tersebut.

Pentingnya peran sektor transportasi bagi kegiatan ekonomi mengharuskan

adanya sebuah sistem transportasi yang handal, efisien dan efektif.

Transportasi yang efektif memiliki arti bahwa sistem transportasi yang

memenuhi kapasitas yang angkut, terpadu atau terintegrasi dengan antar

moda transportasi, tertib, teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman,

nyaman dan biaya terjangkau secara ekonomi. Sedangkan efisien dalam arti
28

beban publik sebagai pengguna jasa transportasi menjadi rendah dan memiliki

kualitas yang tinggi.

2.2.1 Penyelenggaraan Angkutan Umum

Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) Nomor 35

Tahun 2003 Tentang penyelenggaraan Angkutan Orang dijalan Dengan

Kendaraan Umum, pada Pasal 24 menjelaskan:Paragraf 1Angkutan

Antar JemputPasal 24Pelayanan angkutan antar jemput sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a dilaksanakan dalam trayek

dengan asal dan tujuan perjalanan tetap atau sebaliknya.

1. Pelayanan angkutan antar jemput sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 ayat (1) huruf a, dilaksanakan dalam trayek dengan asal

dan tujuan perjalanan tetap atau sebaliknya.

2. Pelayanan angkutan antar jemput diselenggarakan dengan ciri-ciri

sebagai berikut :

a. Tidak berjadwal dan tidak boleh singgah di terminal;

b. menggunakan mobil bus kecil dan/atau mobil penumpang

umum;

c. menggunakan plat tanda nomor warna dasar kuning dengan

tulisan hitam;

d. pelayanan dari pintu kepintu dengan jarak maksimum 500 km;

e. tidak menaikkan penumpang di perjalanan;

f. tidak mengenakan tarif yang berpotensi /dapat mengganggu

pelayanan angkutan dalam trayek pada lintasan yang sama;


29

g. kendaraan yang dioperasikan tidak melebihi 20% dari jumlah

kendaraan dalam trayek tetap dengan asal dan tujuan

perjalanan yang sama.

3. Kendaraan yang digunakan untuk angkutan antar jemput harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Dilengkapi fasilitas pendingin udara yang berfungsi dengan

baik;

b. umur kendaraan maksimum 5 tahun;

c. tidak mencantumkan papan trayek pada kendaraan yang

dioperasikan;

d. dilengkapi tanda khusus berupa stiker dengan tulisan

“ANGKUTAN ANTAR JEMPUT” yang ditempatkan pada

badan kendaraan sebelah kiri dan kanan;

e. Dilengkapi logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada

pintu depan bagian tengah sebelah kiri dan kanan

f. dilengkapi tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada

dashboard kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing

perusahaan angkutan.

2.3 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Moningka (2014) dengan judul “Efektivitas

Kerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Pelayanan Publik di Kantor Kelurahan

Kolongan Kecamatan Tomohon Tengah Kota Tomohon” yang

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, menyimpulkan


30

bahwa Pegawai Negeri Sipil yang ada di Kelurahan Kolongan belum

efektif dalam memberikan pelayanan publik. Hal ini disebabkan beberapa

faktor antara lain masih rendahnya tingkat kedisiplinan Pegawai Negeri

Sipil, evaluasi kinerja pegawai belum terealisasi dengan baik, terdapat

berbagai kendala dalam bentuk sarana dan prasarana yang membuat proses

pelayanan publik menjadi kurang efektif, faktor stress Pegawai Negeri

Sipil, serta Pegawai Negeri Sipil yang belum mampu untuk memberikan

jasanya secara maksimal.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Irsa Yonanda, Mochammad Makmur,

Romula Adiono berjudul “Efektivitas Pelayanan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) Dalam Sektor Industri Pariwisata Di Kota Batu”. Tujuan

penelitian ini adalah memperoleh gambaran yang mendalam tentang

efektivitas IMB dalam sektor industri pariwisata di Kota Batu. Metode

penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan

pelayanan IMB sektor industri pariwisata yang dilakukan oleh KPPT

sudah efektif dan memuaskan pemohon IMB

3. Penelitian yang dilakukan Imelda Febliany, Nur Fitriyah, Enos Paselle

(2014) berjudul “Efektifitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu Terhadap

Penyerapan Investasi Di Kalimantan Timur (Studi Pada Badan Perijinan

Dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur)”. Tujuan

penelitian tersebut adalah untuk mengetahui efektivitas PTSP oleh Badan

Perijinan dan Penanaman Modal Provinsi Kalimantan Timur terhadap


31

penyerapan investasi di Kalimantan Timur dan apa saja faktor pendukung

dan penghambat efektivitas PTSP oleh Badan Perijinan Penanaman Modal

Provinsi Kalimantan Timur terhadap penyerapan investasi di Kalimantan

Timur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui pendekatan

kualitatif. Hasil penelitian ini adalah dalam penyerapan investasi dalam

PTSP sudah efektif. Faktor pendukungnya pelayanan yang baik dari

petugas dan fasilitas yang lengkap dan modern serta kepedulian

masyarakat terhadap inovasi baru yang diberikan namun dari segi sarana

prasarana penunjang dalam memberikan layanan merupakan faktor

penghambat dan kurangnya kelengakapan syarat saat harus dipenuhi oleh

masyarakat yang mengurus pelayanan.

4. Penelitian yang dilakukan Ahmad Affandi (2008) yang berjudul

“Efektifitas Pelayanan Publik Oleh Kantor Bersama SAMSAT Mojokerto

melalui Samsat Link”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

keefektifan dan menganalisis pelayanan Samsat Link (Online), kendala

yang dihadapi, dan upaya peningkatan efektifitas layanan Samsat Link

(Online). Teknik analisa data penelitian menggunakan metode analisis

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak

kendala dan masalah yang belum terselesaikan dan Kantor SAMSAT

melakukan upaya baik kendala eksternal maupun internal. Kelima,

penelitian yang dilakukan Rizan Machmud (2013) yang berjudul “Peranan

Penerapan Sistem Informasi Manajemen Terhadap Efektivitas Kerja

Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Narkotika (Lapastika) Bollangi


32

Kabupaten Gowa”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui seberapa

besar peranan sistem informasi manajemen terhadap efektivitas kerja

pegawai Lembaga Pemsyarakatan Narkotika (Lapastika) Bollangi

Kabupaten Gowa. Metode yang digunakan adalah metode statistik rank

spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi

manajemen berperan positif dalam meningkatkan efektifitas kerja pegawai.

Berdasarkan uraian hasil penelitian terdahulu diatas, diketahui bahwa

keempat penelitian terdahulu tersebut mengacu pada bagaimana keefektifan

suatu pelayanan di suatu instansi pemerintahan. Dari keempat penelitian

terdahulu, terdapat perbedaan pada lokasi dan fokus penelitiannya.


33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

dikarenakan topik dalam penelitian ini adalah topik yang perlu untuk

dieksplorasi. Menurut (Emzir 2010) penelitian kualitatif merupakan

penelitian lapangan atau penelitian interpretatif yang bersumber dari

kepercayaan dalam hal ini pengetahuan dihasilkan dari segi sosial dan bahwa

pemahaman pengetahuan sosial merupakan suatu proses ilmiah

legitimate. Pada penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen

penelitian berbeda dengan penelitian kuantitatif yang melakukan analisis

statistik untuk menjawab rumusan masalah.

Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meliputi pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi. Pemilihan jenis penelitian

kualitatif dalam penelitian ini dilakukan untuk lebih dapat mengungkap

peristiwa dan fakta-fakta yang sesuai dengan judul penelitian yakni

“Efektifitas Kinerja Dishub Kabupaten Sampang Dalam Penertiban Angkutan

Umum Gelap (Plat Hitam) Di Kabupaten Sampang”


34

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Dinas

Perhubungan Kabupaten Sampang. Pemilihan lokasi ini dengan alasan atas

pertimbangan bahwa di Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang yang

mengatur dalam Penertiban Angkutan Umum Gelap (Plat Hitam) Di

Kabupaten Sampang juga dijumpai travel yang beroperasi dengan

menggunakan plat hitam.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif

sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan

mana yang tidak relevan (Moleong, 2010). Pembatasan dalam penelitian

kualitatif ini lebih didasarkan pada tingkat kepentingan/urgensi dari masalah

yang dihadapi dalam penelitian ini. Penelitian ini akan difokuskan pada

“Efektifitas Kinerja Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang Dalam

Penertiban Angkutan Umum Gelap (Plat Hitam) Di Kabupaten Sampang

dengan indikator seperti yang diungkapkan Duncan yang dikutip Anonim

(2011) dalam bukunya “Efektivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran

efektivitas, sebagai berikut:

a. Pencapaian Tujuan

b. Integrasi

c. Adaptasi
35

3.4 Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek

dari mana data dapat diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2016: 129). Jenis data

penelitian ini adalah pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh subjek

penelitian yang sesuai dengan seperangkat pertanyaan yang dikemukakan

peneliti dengan merujuk pada fokus penelitian yang ada sebagai pedoman.

Sumber datanya adalah manusia dan non manusia. Dinas Perhubungan

Kabupaten Sampang. Data tersebut digali melelui wawancara dan catatan

pengamatan lapangan. Sedangkan sumber data non manusia adalah dokumen

yang berhubungan dengan kinerja pegawai.

Pada bagian ini menjelaskan sumber informasi yang dibutuhkan dalam

pengambilan data penelitian. Dalam penelitian ini informan diambil secara

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengumpulan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 61).

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini diperlukan

dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder sebagai berikut :

1. Sumber Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi

penelitian melalui wawancara dengan informan yang berkaitan dengan

masalah penelitian.

2. Sumber Data sekunder yaitu data yang diperoleh berdasarkan acuan atau

literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian, misalnya materi

atau dokumen dari pemerintah desa serta melalui studi kepustakaan yaitu
36

dengan menelaah literatur, majalah, serta karya tulis yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti penulis.

Jenis data penelitian ini adalah pernyataan-pernyataan yang

disampaikan oleh subjek penelitian yang sesuai dengan seperangkat

pertanyaan yang dikemukakan peneliti dengan merujuk pada fokus penelitian

yang ada sebagai pedoman. Sumber datanya adalah manusia dan non

manusia. Sumber data manusia adalah pegawai di Dinas Perhubungan

Kabupaten Sampang. Data tersebut digali melalui wawancara dan catatan

pengamatan lapangan. Sedangkan sumber data non manusia adalah dokumen

yang berhubungan dengan pelayanan publik.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka

digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Teknik wawancara secara umum seringkali digunakan oleh

peneliti yang menggunakan metode penelitian kualitatif (qualitatif

approach). Interview dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi

yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi. Teknik interview ini

paling tepat digunakan pada saat peneliti ingin mengetahui secara lebih

objektif dan terlibat secara langsung mengenai bagaimana pelaksanaan

mekanisme pelaksanaan pemerintah desa yang akan ditampilkan oleh

sumber tatkala melakukan sesuatu aksi tertentu dalam kondisi tertentu,

serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dan penunjungnya.


37

Dalam metode kualitatif ini ada dikenal dengan teknik

wawancara-mendalam (In-depth Interview). Metode pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depthinterview).

Wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi secara

mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan

diarahkan pada pusat penelitian.

Wawancara disusun atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah

disiapkan oleh peneliti, dan kemudian diajukan kepada informan

mengenai topik penelitian secara tatap muka dan peneliti merekam hal-

hal yang disampaikan oleh informan.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan

metode semi terstruktur dengan cara berdialog bersama informan dengan

memberikan garis-garis besar permasalahan yang nantinya akan

ditanyakan. Tujuan dari wawancara dengan metode semiterstruktur

adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana

informan diminta penjelasan atau pendapat, serta ide-idenya. Dalam

melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara detail dan

mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2012:35)

Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah :

1. Bapak Hanafi, selaku Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan

Kabupaten Sampang;

2. Bapak Ridwan, selaku seksi angkutan Dinas Perhubungan Kabupaten

Sampang
38

3. Bapak Taufikurrahman, selaku seksi teknis LLAJ Perhubungan

Kabupaten Sampang

4. Bapak Agus Supandi, Supir angkutan Umum

5. Bapak Razak, selaku supir angkutan umum

2. Dokumentasi

Untuk mendapatkan data sekunder ini dipergunakan teknik

dokumentasi. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pengertian

dokumentasi tersebut maka dapat diikuti pendapat Winarno Surachmad

(2004:34) berikut ini : “Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu

peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran atau peristiwa

itu, dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan dan meneruskan

keterangan mengenai peristiwa tersebut. Berdasarkan pengertian

dokumentasi tersebut maka teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan

data sehubungan dengan kinerja pegawai.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data ini bertujuan untuk mencari dan menata data secara

sistematis dari hasil rekaman atau catatan wawancara, observasi dan dokumen

yang telah dilakukan. Proses analisis data dalam penelitian ini mengadopsi

pemikiran Miles dan Huberman (1992). Yang pada dasarnya meliputi 3 alur

kegiatan setelah proses pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan.

Namun, analisis data tidak dilakukan secara parsial dan berdiri sendiri tetapi

dilakukan secara terus menerus dan terintegrasi selama dan setelah proses
39

pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian, dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

Gambar 3.1
model interaktif

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan penarikan
verifikasi

Sumber : Miles dan Huberman (1992)

1. Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012:224) teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian

kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak

waktu penelitiannya memutuskan (seringkal tanpa disadari sepenuhnya)

kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan

pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya. Selama


40

pengumpulan data berlangsung, terjadilan tahapan reduksi selanjutnya

(membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugusgugus,

membuat partisi, membuat memo). Reduksi data/transformasi ini

berlanjut terus sesudah penelian lapangan, sampai laporan akhir lengkap

tersusun.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya

dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data peneliti tidak perlu

mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat

disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara, yakni:

melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat,

menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya.

Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau

peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.

3. Penyajian data (Data Display)

Penyajian data yang dimaksud menampilkan berbagai data yang

telah diperoleh sebagai sebuah informasi yang lebih sederhana, selektif

dan memudahkan untuk memaknainya. Penyajian data dalam penelitian

ini disusun secara naratif, bentuk label dan gambar, yang dibuat setelah

pengumpulan dan reduksi data dengan didasarkan pada kontek dan teori
41

yang telah dibangun untuk mengungkapkan fenomena dan fenomena

yang terjadi sesuai dengan fokus penelitian.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan akhir dari rangkaian analisis

data setelah sebelumnya dilakukan reduksi dan penyajian data, yang

menjelaskan alur sebab akibat suatu fenomena dan nouma terjadi. Dalam

proses ini selalu disertai dengan upaya verifikasi (pemikiran kembali),

sehingga disaat ditemukan ketidaksesuaian antara fenomena, noumena,

data, dengan konsep dan teori yang dibangun, maka Peneliti kembali

melakukan pengumpulan data, atau reduksi data atau perbaikan dalam

penyajian data kembali, sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang

benar-benar utuh. Dalam penarikan kesimpulan Peneliti menggunakan

kerangka teori yang dipakai sebagai kerangka piker penelitian.

3.7 Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain

digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian

kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang

tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong,

2007:320).

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang

dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji

data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi
42

uji, credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono,

2007:270).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan

sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji

keabsahan data yang dapat dilaksanakan.

1. Credibility

Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data

hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang

dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut

diambil.

3. Dependability

Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain

beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.

Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila

penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang

sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian dependability

dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian.

4. Confirmability
43

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji

confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil

penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji

confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan

proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi

dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah

memenuhi standar confirmability.


44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Singkat Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Sampang

Kabupaten Sampang terletak pada 1130 08’ – 1130 39’ Bujur

Timur dan 060 05’–070 13’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah

1.233,33 Km2. Batas wilayah Kabupaten Sampang adalah sebagai

berikut :

- Sebelah Utara : Laut Jawa;

- Sebelah Timur : Kabupaten Pamekasan;

- Sebelah Selatan : Selat Madura;

- Sebelah Barat : Kabupaten Bangkalan

Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas

wilayah sebanyak 1233,30 Km2. Sebelum otonomi daerah, Kabupaten

Sampang terdiri atas 12 Kecamatan. Namun sejak dikeluarkan Perda

No. 2 tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan Pangarengan dan

Perda No. 3 tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan

Karangpenang, Kabupaten Sampang terdiri dari 14 Kecamatan dengan

6 kelurahan (di Kecamatan Sampang) dan 180 desa.

4.1.2 Keadaan Administrasi Kabupaten Sampang

Secara administrasi wilayah perencanaan terdiri atas seluruh

wilayah yang termasuk dalam Kabupaten Sampang terdiri dari 14


45

Kecamatan, dengan 6 kelurahan dan 180 desa. Adapun kecamatan yang

ada di wilayah Kabupaten Sampang tersebut meliputi Kecamatan

Sreseh, Kecamatan Torjun, Kecamatan Omben, Kecamatan

Pangarengan, Kecamatan Sampang, Kecamatan Camplong, Kecamatan

Jrengik, Kecamatan Kedungdung, Kecamatan Tambelangan,

Kecamatan Banyuates, Kecamatan Robatal, Kecamatan Karang Penang,

Kecamatan Ketapang, Kecamatan Sokobanah.

4.1.3 Jumlah Pegawai Dilingkungan Dinas Perhubungan Kabupaten

Sampang

Pegawai adalah orang yang melaksanakan pekerjaan dengan

mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau

perusahaan, dalam membahas pengertian pegawai ini penulis

berorientasi pada Pegawai Negeri Sipil, di dalam pasal 1 sub a undang-

undang No. 8 tahun 1974, tentang undang-undang Pokok Kepegawaian

dikemukakan bahwa pegawai adalah mereka yang setelah memenuhi

syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas

negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan

perundang-undangan da digaji menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa pegawai adalah

seluruh individu yang diangkat oleh pejabat yang berwenang diserahi


46

tugas dalam suatu jabatan negara atau tugas lainnya yang di gaji

berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya pada pegawai negeri sipil daerah yaitu pegawai

yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja.

Daerah dan bekerja pada dinas atau isntansi daerah otonom.

Pegawai negeri sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan

pemerintah. Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan oleh sebab

itu harus disesuaikan dengan perkembangan tugas pokok dalam

mencapai tujuan berhubungan dengan itu ada kemungkinan bahwa arti

dari pegawai negeri sipil akan berkembang dikemudian hari.

Untuk mengetahui keadaan dan jumlah pegawai di lingkungan

Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang berdasarkan jenis kelamin,

bidang kerja dan sesuai dengan pendidikan dapat diketahui melalui

tabel sebagai berikut:

1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah


Laki-Laki 83
Perempuan 17
Jumlah 100
Sumber data : Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang Tahun 2021
47

2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Bidang Tugas

Untuk mengetahui jumlah pegawai sessuai dengan bidang

tugas di lingkungan Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang dapat

diketahui melalui :

Tabel. 4.2
Jumlah Pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang
Sesuai dengan Bidang Tugas

No Jabatan Jumlah
1 Kepala Dinas 1
2 Sekretaris 1
3 Bendahara 2
4 Kepala Bidang 3
5 Kepala Sub Bagian 4
6 Kepala Seksi 8
7 Pengelola 37
8 Penata 2
9 Penguji 1
10 Pengawas 4
11 Pegawai Honorer 11
Jumlah 100
Sumber data : Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang 2021

3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Untuk mengetahui jumlah pegawai sessuai dengan tingkat

pendidikan di lingkungan Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang

dapat diketahui melalui :


48

Tabel. 4.3
Keadaan Pegawai berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah
1 S2 2
2 S1 36
3 D3 3
4 D4 1
5 SMA 40
6 Persamaan Paket C 12
7 SMA 2
8 SMP 1
Jumlah 100
Sumber data : Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang 2021

4.1.4 Struktur Organisasi

Dalam struktur terdapat hubungan antar komponen dan posisi

yang ada di dalamnya, dan semua komponen tersebut mengalami

saling ketergantungan.
49

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang

Kepala Dinas

Sekretaris

Jabatan Jabatan Sub Cabang Subbag


Fungsional Fungsional
Perencanaan Umum

Bidang Bid. Pengendalian Bidang

Lalu lintas Operasional Pengelolaan Parkir

Seksi Lalu Seksi Pengawasan Seksi Penagihan


Lintas Parkir
Pengendalian
Seksi
Angkutan Seksi Seksi sarpas
Operasional parkir

Seksi Teknis Seksi Bimbingan Seksi analis dan


penataan parkir
LLAJ Masyarakat

Kepala UPTD Sarpas Kepala UPTD Penguji


Dishub Kendaraan

Kepala TU UPTD Kepala TU UPTD


Sarpas Dishub Pengujian Kendaraan
Bermotor
50

Berikut ini penulis menguraikan beberapa tugas dari masing-

masing jabatan dan bidang tugas sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati dalam

melaksanakan urusan pemerintahan di bidang Perhubungan; Kepala

Dinas Perhubungan menyelenggarakan fungsi :

a. Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan kebijakan urusan

bidang Perhubungan;

b. Pengkoordinasian pelaksanaan kebijakan urusan bidang

perhubungan;

c. Pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan administrasi urusan di

bidang perhubungan;

d. Pengkoordinasian pelaksanaan pembinaan dan fasilitasi urusan di

bidang perhubungan;

e. Pengkoordinasian pelaksanaan evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kebijakan urusan di bidang perhubungan; dan

f. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Bupati

sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Sekretaris

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan

surat menyurat, kearsipan, administrasi kepegawaian, keuangan,

perlengkapan dan rumah tangga kantor serta pengkoordinasi

penyusunan rencana program, evaluasi dan pelaporan; Sekretariat


51

dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Sekretariat

Menyelenggarakan Fungsi :

a. Pengkoordinasian penyusunan rencana program dan kegiatan;

b. Pelayanan administrasi umum, ketatausahaan, kearsipan dan

dokumentasi dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan

tugas;

c. Pengelolaan administrasi keuangan dan urusan kepegawaian;

d. Pengelolaan urusan rumah tangga, perlengkapan dan inventaris

kantor;

e. Pelayanan administrasi perjalanan dinas;

f. Pengkoordinasian bidang-bidang di lingkup Dinas;

g. Pengkoordinasian dan penyusunan laporan hasil pelaksanaan

program dan kegiatan; dan

h. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

3. Bendahara

a. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan

uang/surat berharga dalam pengelolaannya

b. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK

c. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi

persyaratan untuk dibayarkan


52

d. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari

pembayaran yang dilakukan

e. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban ke kas negara

f. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP, dan

g. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada

Kepala KPPN ( kuasa BUN)

4. Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan

Untuk melaksanakan tugas Bidang Lalu Lintas

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja serta anggaran

Bidang Lalu Lintas;

b. Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan

anggaran Bidang Lalu Lintas;

c. Penyusunan kebijakan, pedoman dan standar teknis pelaksanaan

lalu lintas;

d. Penyusunan, pengkoordinasian dan pengembangan sistem

transportasi perkotaan;

e. Pengaturan lalu lintas melalui penetapan rambu lalu lintas, marka

jalan, road hump, deliniator, pita penggaduh, cermin lalu lintas,

pulau lalu lintas, pembatas ketinggian kendaraan, pagar

pengaman lalu lintas, guard rail dan pengarah pejalan kaki, jalur

sepeda;
53

f. Pelaksanaan penyediaan, pembangunan, perawatan, pemeliharaan

dan pembongkaran rambu lalu lintas, marka jalan, alat

pengendali, pengaman pemakai jalan dan fasilitas pendukung lalu

lintas;

g. Pelaksanaan pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi

penetapan rambu lalu lintas, marka jalan, road hump, deliniator,

pita penggaduh, cermin lalu lintas, pulau lalu lintas, pembatas

ketinggian kendaraan, pagar pengaman lalu lintas, guard rail dan

pengarah pejalan kaki, jalur sepeda;

h. Pelaksanakan perencanaan, pengaturan rekayasa lalu lintas pada

ruas jalan, simpang dan kawasan di dalam koridor angkutan

massal, Mass Rapid Transit (MRT), Bus Rapid Transit (BRT).

i. Pelaksanaan rekomendasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

Jalan terhadap kegiatan tertentu yang langsung dan tidak langsung

berhubungan dengan lalu lintas;

j. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sistem lalu lintas;

k. Pelaksanaan upaya keselamatan dan teknik sarana;

l. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan manajemen

rekayasa lalu lintas, keselamatan dan teknik sarana; dan

m. Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi

Bidang Lalu Lintas.


54

4.1.5 Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Jambi

1. VISI “Menjadikan Sistem Transportasi yang Handal dan

Terjangkau oleh Masyarakat”.

2. Misi

a. Meningkatkan Pelayanan jasa transportasi melalui peningkatan

kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.

b. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui peningkatan

sarana dan prasarana transportasi yang berorientasi terbentuknya

ramah lingkungan.

c. Menciptakan faktor penunjang mobilitas masyarakat melalui

peningkatan pelayanan transportasi dalam mencapai pusat-pusat

kegiatan dan pelayanan perkotaan secara aman dan nyaman.

d. Meningkatkan produktifitas ekonomi masyarakat melalui

penyediaan jasa dan prasarana transportasi secara terpadu, tertib,

lancar dan efisien.

e. Meningkatkan sumber pendapatan asli daerah dalam rangka

memenuhi kebutuhan penyediaan dana pembagunan prasarana

transportasi darat dan sungai.

4.2 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga indikator yang digunakan untuk

melaksanakan penilaian efektivitas kinerja di Dinas Perhubungan Kabupaten

Sampang. Ketiga indikator tersebut antara lain: a. Pencapaian Tujuan, b.

Integrasi, c. Adaptasi
55

Dalam penelitian ini penulis mengukur efektivitas kinerja instansi

pemerintah yaitu Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang, secara khusus

dalam rangka melaksanakan visi misinya melalui Penertiban Angkutan

Umum Gelap (Plat Hitam) Di Kabupaten Sampang.

4.2.1 Pencapaian Tujuan

Proses pencapaian tujuan merupakan suatu kegiatan yang

memiliki tujuan dengan menggunakan perencanaan, pengarahan,

pengorganisasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai

sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat

dicapai sesuai dengan perencanaan. Efisien berarti bahwa tugas yang

ada dilaksanakan secara benar, terorganisasi, dan sesuai dengan jadwal

yang ditentukan. Sedangkan orang yang bertanggung jawab terhadap

terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya suatu kegiatan manajemen

disebut manajer.

Dengan konsep Proses Pencapaian Tujuan, disadari bahwa

intelektualitas tidak lagi terletak pada pucuk pimpinan, tetapi pada

lapisan bawah. Mereka yang dekat dengan konsumen yang paling

mengerti dengan kebutuhan pasar.

Pencapaian tujuan adalah proses dalam penertiban angkutan

umum Gelap (Plat Hitam) Di Kabupaten Sampang guna menciptakan

kondisi tatanan yang rapih. Keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus

dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian

tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti


56

pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam

arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu:

Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkrit.

Tujuan utama yang diharapkan oleh pemerintah dalam

melakukan Penertiban Angkutan Umum Gelap (Plat Hitam) Di

Kabupaten Sampang adalah penataan yang rapih sehingga dilakukan

upaya pengawasan angkutan umum gelap dibeberapa titik. Untuk

mencapai tujuan tersebut, maka langkah yang diambil oleh dinas

perhubungan dalam hal ini Bapak Hanafi, selaku Kepala Bidang Lalu

Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang, beliau menjelaskan:

“.Untuk mencapai tujuan kami di lapangan, kami menyebar tiap


wilayah dipegang oleh tiap 1 (satu) anggota yang bertugas mobile
di lapangan. Dan kami juga selalu berkoordinasi dengan satpol PP,
dan polrestabes setempat”. (wawancara, tanggal 3 Juli 2021)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa penertiban angkutan gelap dengan berkoordinasi dengan

beberapa instansi pemerintahan. Instansi yang ikut berpartisipasi

diantaranya Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dan Polres

setempat.

Untuk membuktikan pernyataan tersebut, maka dilakukan

pembuktian di lapangan dan melakukan wawancara kepada kepada

Bapak Agus Supandi, Supir angkutan Umum :

“……….alhamdulillah saat ini sudah aman dan tidak pernah


macet lagi dikarenakan sudah diberi arahan oleh Dishub dan juga
diberi peringatan. Dan apabila melanggar lagi, maka akan diberi
saknsi sesuai aturan katanya. Karena kalau tidak ditertibkan akan
57

terjadi bentrok antara trayek resmi dan trayek gelap”. (wawancara,


tanggal 5 Juli 2021)

Wawancara tersebut diserukan kembali oleh Bapak Razak,

selaku supir angkutan umum, berikut pernyataannya:

“……….kalau kami disini aman dan sesuai aturan karena kami


trayek resmi. Yang paling penting, disepanjang jalan sini tidak ada
trayek gelap karena akan berakibat menurunnya pendapat saya.
(wawancara, tanggal 5 Juli 2021)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dinas perhubungan

kabupaten Sampang dalam mencapai tujuan penataan angkutan umum

mendapat bantuan dari berbagai instansi setempat diantaranya Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP), serta Polrestabes dan berjalan cukup

efektif.

4.2.2 Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu

instansi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan

komunikasi dengan supir angkutan umum gelap dan masyarakat

setempat. Integrasi menyangkut proses sosialisasi. Pentingnya

kesadaran terhadap integrasi dapat dihubungkan dengan masih

terdapatnya konflik dibeberapa wilayah. Integrasi masyarakat akan

terwujud apabila mengendalikan prasangka yang ada dimasyarakat

sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, tidak banyak sistem yang tidak

saling melengkapi, dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu

untuk mewujudkan integrasi masyarakat pada masyarakat majemuk

dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka.


58

Salah satunya wilayah kota sampang tepatnya di depan Pasar

Sampang yang kerap menjadi sumber macet yang selalu dikeluhkan

oleh masyarakat. Diketahui, lalu lintas di depan pasar tersebut kerap

padat merayap dikarenakan ada angkutan umum gelap yang semrawut

disana. Hal ini diakui oleh Bapak Hanafi, selaku Kepala Bidang Lalu

Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang ketika dilakukan

wawancara :

“……….saya sering lewat jalan ini dan setiap hari terjadi macet
dikarenakan banyaknya angkutan gelap yang menutupi bahu jalan.
Padahal seperti yang kita lihat bahwa disini jalannya dua arah arah
tetapi masih saja macet. Selain itu pendapat saya merosot dengan
adanya angkutan gelap tersebut. Setidaknya Dinas Perhubungan
bersama kepolisian melakukan tindakan tegas permasalahan ini,
jangan selalu memberikan arahan. (wawancara, tanggal 9 Juli
2021)

Konflik di atas ditambahkan juga oleh informan lainnya

mengenai angkutan gelap. Berikut pernyataan Bapak Agus Supandi,

Supir angkutan Umum setempat :

“……….disini pernah terjadi ketegangan antara angkutan umum


yang memiki ijin trayek dengan angkutan umum gelap. Mereka
saling lempar batu yang tentu saja membahayakan bagi warga
sekitar khususnya bagi pengguna jalan yang tiba-tiba melintas.
Jangan sampai mereka saat berkendara terkena batu dan akhirnya
terjatuh dari sepeda motor mereka karena hilang konsentrasi saat
mengendara. Dinas Perhubungan kurang tegas dalam
menyelasaikan masalah ini”. (wawancara, tanggal 9 Juli 2021)

Dari kedua pernyataan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa masyarakat dalam hal ini supir angkutan resmi sangat tidak

menyukai sikap dan tingkah supir angkutan gelap yang seenkaknya


59

membawa penumpang masuk ke mobilnya, Juga angkutan umum gelap

yang tidak menata kendaraan agar tidak beroperasi lagi. Dari masalah

tersebut, disinilah kita perlu ketahui tindakan yang akan dilakukan

dinas perhubungan dalam melakukan integrasi mengenai permasalahan

tersebut.

Berikut pernyataan Bapak Hanafi, selaku Kepala Bidang Lalu

Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang, berikut ini:

“……….untuk masalah maraknya angkutan gelap kami


melakukan terjun langsung melakukan penertiban dan melakukan
tindakan preventif kepada supir angkutan gelap. Hal tersebut
dilakukan untuk menindaklanjuti laporan masyarakat dalam hal ini
supir angkutan yang memiliki ijin resmi yang mengeluhkan adanya
angkutan gelap karena kerap menjadi biang merosotnya pendapatan
mereka dan biang kemacetan. Dan untuk sosialisasi kami rutin
melakukan arahan agar segera mengurus ijin untuk mendapatkan
ijin angkutan resmi. Untuk sumber macet sebenarnya bukan
sepenuhnya kesalahan angkutan gelap saja, melainkan pemilik
kendaraan mobil yang tidak mau repot dan asal berhenti..”
(wawancara, tanggal 19 Juli 2021)

Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pihak

dinas perhubungan sudah melakukan sosialisasi kepada supir angkutan

gelap yang menjadi sumber selisih dengan supir angkutan yang

memiliki ijin trayek resmi. Bahkan Dinas perhubungan membentuk Tim

Reaksi Cepat guna menjalankan tugas sosialisasi rutin disetiap wilayah

kecamatan yang sudah dijadwalkan.

Berdasarkan kesimpulan akhir penulis, maka ditemukan

kesimpulan bahwa kurangnya sosialisasi lebih kemasyarakat pemilik

angkutan gelap dan kurangnya tindakan tegas dalam melakukan rasia.


60

4.2.3 Adaptasi

Maraknya angkutan gelap (plat hitam) di Kabupaten Sampang

di membawa dampak resah bagi masyarakat terutama bagi supir ijin

trayek resmi. Maka dari itu, supir angkutan umum yang memiliki ijin

trayek perlu melakukan adaptasi kepada Dinas perhubungan agar tidak

terjadi konflik.

Adaptasi adalah kemampuan pemerintah untuk menyesuaikan

diri dengan angkutan gelap serta masyarakat. Untuk itu digunakan tolak

ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja. Untuk menguji hasil

adaptasi angkutan gelap, maka dilakukan wawancara dengan Bapak

Hanafi, selaku Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan

Kabupaten Sampang mengenai tindakan yang dilakukan dalam

mencapai tujuan tim :

“……….Angkutan ijin trayek resmi harus pandai beradaptasi


dengan kondisi areanya agar lebih mudah dalam melakukan
aktivitasnya dalam mencari penumpang. Dan yang paling penting,
kami melakukan penyisiran untuk menindak adanya angkutan
gelap yang meresahkan masyarakat supir ijin resmi”. (wawancara,
tanggal 19 Juli 2021)

Menanggapi pernyataan tersebut di atas, berikut hasil

wawancara dengan Bapak Agus Supandi, Supir angkutan Umum,

berikut ini:

Yeh mon tak e okom pak, paggun beih mereka melanggar


maloloh. (kalau tidak dihukum, tetap saja mereka akan selalu
melanggar aturan terus), dinas perhubungan agar memberikan efek
jera kepada supir angkutan gelap. (wawancara, tanggal 25 Juli
2021)
61

Lebih lanjut bapak Bapak Razak, selaku supir angkutan umum,

menambahkan :

Begini mas, kalau dinas perhubungan ngak bisa mengatasi ini,


maka biar kami yang atasi sendiri. Biar kami dengan teman teman
supir yang bertindak tegas.. pola esanggu takok (jangan dikira saya
takut). (wawancara, tanggal 25 Juli 2021)

Menindaklanjuti pernyatan tersebut. Berikut hasil wawancara

dengan Bapak Hanafi, selaku Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas

Perhubungan Kabupaten Sampang :

“……….alhamdulillah kami selaku dinas perhubungan sudah


melakukan tindakan tegas kepada angkutan gelap yang meresahkan
itu, kami dalam melakukan tugas ini dibantu oleh kepolisian
setempat dan satpol PP. (wawancara: 16 Agustus 2019 pukul 20.00
wita)

Dari hasil wawancara di atas, maka bahwa dinas Perhubungan

dalam melakukan beradaptasi kurag efektif dilakukan, karena masih

saja angkutan gelap masih beroperasi.

4.3 Pembahasan

Berikut ini peneliti akan menguraikan pembahasan dari hasil temuan

lapangan terkait Efektifitas Kinerja Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang

Dalam Penertiban Angkutan Umum Gelap (Plat Hitam) Di Kabupaten

Sampang, yaitu sebagai berikut:

4.3.1 Pencapaian Tujuan

Berhasilnya suatu proses pencapaian tujuan organisasi tergantung

pada hal sebagai berikut yakni bagaimana sumber daya manusia pada
62

perusahaan tersebut bekerja, berperilaku dan menjalankan peran atau

tugasnya dalam organisasi atau perusahaan. Pencapaian Tujuan merupakan

suatu kegiatan yang memiliki tujuan dengan menggunakan perencanaan,

pengarahan, pengorganisasian, dan pengontrolan sumber daya untuk

mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan

dapat dicapai sesuai dengan perencanaan. Efisien berarti bahwa tugas yang

ada dilaksanakan secara benar, terorganisasi, dan sesuai dengan jadwal

yang ditentukan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diinterpretasikan bahwa dinas

perhubungan kabupaten Sampang dalam mencapai tujuan penataan

angkutan umum mendapat bantuan dari berbagai instansi setempat

diantaranya Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), serta Polrestabes dan

berjalan cukup efektif.

4.3.2 Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu

organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan

komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi

menyangkut proses sosialiasi. Dan dari integrasi berkaitan dengan

perkembangan yang merupakan suatu fase setelah kelangsungan hidup

(survive) dalam jangka panjang. Dalam organisasi harus bisa memperluas

kemampuannya, sehingga bisa berkembang dengan baik dan dan sekaligus

akan dapat melewati fase kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu di

dalam integrasi akan membawa proses perkembangan suatu individu


63

ataupun organisasi yang akan memberikan efek didalam keberlangsungan

hidupnya ataupun didalam organisasi tersebut.

Berdasarkan penelitian diatas dapat penulis interpretasikan bahwa

kurangnya sosialisasi dinas Perhubungan dalam menyelasaikan persoalan

angkutan gelap, dan kurangnya tindakan tegas dalam melakukan rasia.

Sehingga dinyatan tidak efektif

4.3.3 Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan

dan pengisisan tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM).

Kemampuan adapatasi dalam sebuah organisasi merupakan sampai

seberapa jauh organisasi mampu menerjemahkan perubahan-perubahan

baik dari sisi Intern dan ekstern yang ada, kemudian dari adanya

perubahan tersebut akan ditanggapi oleh organisasi yang bersangkutan.

Dari hasil penelitian diatas terkait adaptasi, penulis interpretasikan

bahwa adaptasi yang dilakukan dinas Perhubungan dalam melakukan

kurang efektif dilakukan, karena masih saja angkutan gelap masih

beroperasi dan tidak memberikan efek jera kepada angkutan gelap.


64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang mengacu pada masalah dan tujuan

penelitian, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan. Dinas perhubungan kabupaten Sampang dalam

mencapai tujuan penataan angkutan umum berkoordinasi dengan berbagai

instansi setempat diantaranya Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP),

serta Polrestabes dan berjalan cukup efektif.

2. Integrasi. Sosialisasi dinas Perhubungan dalam menyelasaikan persoalan

angkutan gelap kurang efektif, sehingga masih marak adanya angkutan

gelap.

3. Adaptasi. Dinas Perhubungan dalam melakukan adaptasi kurang efektif

dilakukan, karena masih saja angkutan gelap masih beroperasi dan tidak

memberikan efek jera kepada angkutan gelap.

5.2 Saran

1. Dinas Perhubungan harus lebih aktif lagi dalam bersosialisasi dengan supir

angkutan gelap dan supir yang memiliki ijin trayek, sehingga tercapai

susana yang kondusif.


65

2. Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang harus menambah personil yang

bertugas langsung dalam melakukan razia penertiban angkutan gelap dan

melakukan tindakan hukum yang tegas.


66

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2004: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka


Cipta.

Danang Sunyoto.2012.Sumber Daya Manusia, Jakarta, CAPS Elfindri.2011.


Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Kencana

Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok.


Bengkulu: PT Rineka Cipta

Fahrudin. 2012. Strategi Administrasi dan Pemerataan Akses pada Pelayanan


Publik Indonesia, Laporan Hasil Penelitian, Fisipol UGM, Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi.


Jakarta: Bumi Aksara.

Mathis. 2002. Buku Praktis Mengembangkan Program Pemerintah. Yogyakarta,


Laksana

Moleong, J, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,


Bandung. Mangkunegara. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Manahan P. Tampubolon. 2007. Perilaku Keorganisasian. Jakarta : Ghalia


Indonesia.

Hasbar Mustafa, Wijaya Agung, “Efektivitas Pemungutan Pajak Bumi Dan


Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) Dengan Pendekatan Strategy
SWOT Analysis Di Kabupaten Enrekang”,

E-Jurnal, 2016. Hermanita, Perekonomian Indonesia, Yogyakarta : Idea Press,


2013.

Khadafi Rizal, Mutiarin Dyah, “Efektivitas Program Bantuan Keuangan Khusus


Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kabupaten Gunungkidul”, Journal
of govermance and public policy, Vol. 4 No. 2, Juni 2017.

Kuncoro Mudjarat,” Ekonomika Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan”,


Kartiawati, “Analisis Efektivitas Program Keluarga Harapan Ditinjau
Dari Perspektif Ekonomi Islam”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden
Inten, 2017. Kalender Program Keluarga Harapan (PKH) 2019.
67

Mahaeni Aain, “Evaluasi Program-Program Pengentasan Kemiskinan Di


Provinsi Bali”, Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Vol. X No.1, Juli 2014.

Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2009, Edisi Revisi.

Morissan, Metodologi Penelitian Survei, Jakarta: Kencana, 2012.

Noor Munawar, “Penanggulangan Kemiskinan Di Indonesia”, Jurnal Ilmiah,


UNTAG Semarang.

Nurwati Nunung, “Kemiskinan: Model Pengukuran, Permasalahan dan Alternatif


Kebijakan”, Jurnal Kependudukan Padjadjaran,Vol. 10, No. 1, Januari
2008.

Peraturan Menteri Sosial RI, NO. 1 Tahun 2018 Tentang Keluarga Harapan.

Rosmiati, dkk, “Program Penanggulangan Kemiskinan Kabinet Indonesia


Bersatu II”, KEMINFO RI, 2011.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.


Suryabrata Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: ALFABETA, 2013.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:


ALFABETA, 2012.

https://www.kemsos.go.id/, diakses pada 01 Oktober 2019.


https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/UU-11-2009KesejahteraanSosial.pdf

Anda mungkin juga menyukai