Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH WAWASAN ILMU SOSIAL

Pengaruh Kepadatan Lalu Lintas Terhadap Eksistensi Pak Ogah


(Studi Kasus di Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)
Dosen Pengampu : Ardyanto Tanjung, S.Pd, M.Pd

Nama : Gading Dita Indasari


NIM

: 150722603511/G

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 3
1.1.Latar Belakang ........................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 9
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 10
3.2 Sumber Data .......................................................................................... 10
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 10
3.4 Teknik Analisa ...................................................................................... 10
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 12
4.1 Study Area ............................................................................................. 13
4.2 Data Lapangan Dan Analisis ................................................................. 13
4.3 Pengaruh kepadatan lalu lintas terhadap eksistensi Pak Ogah ............. 16
4.4 Pengaruh Kepadatan Lalu Lintas Terhadap Pendapatan Pak Ogah ..... 17
4.5 Peranan Pak Ogah menjaga ketertiban lalu-lintas di kota Malang ....... 18
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 19
5.2 Saran .................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20
LAMPIRAN ........................................................................................................ 21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Malang adalah sebuah kota yang terletak di Jawa Timur dan
dinobatkan sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Memiliki
penduduk sedikitnya satu juta jiwa di tambah puluhan ribu atau mungkin ratusan
ribu pendatang dari kota lain yang mengadu nasib dan menuntut ilmu di kota ini.
Malang yang memiliki sedikitnya 50 universitas, puluhan sekolah bertaraf
nasional dan internasional, maupun pusat perbelanjaan besar yang berdiri megah
sebagai pusat perbelanjaan membuat Malang sebagai kota Metropolis. Sebagai
kota besar di Jawa timur, Malang memiliki banyak sekali ruas jalan dan jalan raya
di seluruh penjuru kota yang luas. Jalan Raya di buat untuk mempermudah orang
dan barang berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain (Basundoro, 2013 199).
namun pada kenyataannya sehari-hari pada jalan raya tersebut sering terjadi
kemacetan atau tesendatnya bahkan terhentinya lalu-lintas adalah suguhan seharihari di pagi hari, siang dan menjelang malam. Sangat wajar jika kota Malang yang
memiliki kepadatan penduduk rata-rata tujuh ribu orang per kilometer pesegi, di
tambah para pendatang yang mengadu nasib di kota metropolis ini, menjadi salah
satu kota yang menjadi langganan macet. Selain itu di Kota Malang telah
mengalami perubahan struktur tata ruang yang ditandai oleh perubahan fungsi
lahan dari semula banyak wilayah pertanian, sekarang diubah menjadi wilayah
pemukiman, industri, jasa, perdagangan, fasilitas pelayanan publik serta jaringan
transportasi sehingga semakin menambah potensi kepadatan lalu lintas.Kepadatan
lalulintas di Kota Malang banyak terjadi di daerah dekat pusat perbelanjaan,
pendidikan, perkantoran dll.
Pertumbuhan laju penduduk di Kota Malang menuntut manusia untuk
berfikir bagaimana mereka mampu mempertahankan kehidupannya di tengah
masyarakat dengan Kepadatan penduduk kian tahun kian meningkat. Modernisasi
di zaman sekarang ini telah nampak kita rasakan, baik itu teknologi maupun
informasi bahkan transportasi pun mengambil bagian didalamnya sebagai laju
perkembangan ekonomi. Semakin kompleks kehidupan masyarakat maka akan
semakin banyak hal baru pula yang akan muncul di tengah masyarakat tersebut,

dan membuat masyarakat untuk selalu berfikir apa yang mampu mereka lakukan
untuk mengambil peran agar mampu bertahan di kehidupan sekarang dan di masa
yang akan datang. Manusia selalu berfikir apa yang dibutuhkan oleh masyarakat
mampu mereka penuhi agar kebutuhan mereka pun terpenuhi. Melihat kondisi ini
ide masyarakat pun bermunculan, apa yang mampu mereka lakukan untuk
mendapatkan penghasilan demi memenuhi kebutuhan sehari hari mereka.
Sebagian masyarakat memilih sektor informal untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut. Sektor informal itu sendiri diidentikkan sebagai sumber kesempatan
kerja dengan orientasi perolehan penghasilan tambahan. Sektor informal
merupakan alternatif favorit bagi mereka, dimana untuk menggeluti bidang ini
seseorang atau individu tidak diharuskan untuk memenuhi beberapa indikator atau
persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun perusahaan
yang bersangkutan. Fleksibiltas pekerjaan di sektor informal yang menjadi pilihan
juga menjamur di kota beberapa kota metropolitan, khususnya kota Malang. Hal
ini dapat diamati dengan

kasat mata seperti fenomena munculnya profesi

pengatur lalu lintas yang tak resmi tersebut yang biasa akrab dengan sapaan Pak
Ogah yang berdiri di sejumlah titik ruas jalan yang bertugas membantu
mengatur kendaraan roda dua maupun roda empat yang akan membelokkan
kendaraannya di persimpangan atau perputaran arah.
Menurut The Strait Times, Pak Ogah (illegal traffic wardens) adalah
pengatur lalu lintas tidak resmi yang kebanyakan ditemukan di pertigaan (Tjunctions), di putaran jalan (U-turns) dan persimpangan rel kereta api. Sedangkan
menurut Charles A. Chopel dalam bukunya Violent conflict in Indonesia Pak
Ogah (illegal traffic wardens) adalah pengatur jalan illegal yang biasanya
meminta upah di jalan atas jasanya mengatur lalu lintas

Pak ogah atau yang

biasa disebut juga dengan polisi cepek biasanya memanfaatkan kesemrawutan lalu
lintas untuk mengambil alih peran polisi dalam mengatur lalu lintas di jalanan.
Apakah keberadaan Pak Ogah ini diperbolehkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di Indonesia.Pada dasarnya setiap orang atau sekelompok
orang yang tidak memiliki kewenangan dilarang melakukan pengaturan lalu lintas
pada persimpangan jalan, tikungan atau putaran jalan dengan maksud
mendapatkan imbalan jasa.Kegiatan pengaturan lalu lintas ini dilakukan oleh

orang perorang atau sekelompok orang yang terorganisir dengan maksud sukarela
maupun untuk memperoleh imbalan uang.
Munculnya pengatur lalulintas dadakan di pertigaan, perempatan, ataupun
tiap sudut jalan lalulintas maupun di penyeberangan/zebra cross terlihat
bermaksud untuk membantu mengatur lalulintas dan membantu pejalan kaki yang
sedang menyeberangi jalan lalulintas agar semua pengguna jalan segera sampai
pada lokasi tujuan tepat waktu. Di sisi lain, jumlah personil aparat petugas
lalulintas dari kepolisian dan Dinas Perhubungan sangat terbatas untuk mengatur
atau melayani publik di tengah masyarakat pengguna jalan lalulintas sehingga
terjadi kemacetan di berbagai pertigaan atau perempatan jalan yang belum
dilengkapi lampu traffic light khususnya di Kecamatan Lowokwaru, Kota
Malang. Bagi mereka merupakan sebuah tantangan yang cukup berat dalam
menghadapi resiko yang mungkin akan diterimanya, dengan hadirnya mereka
petugas dadakan lalulintas di tengah kesibukan yang kompleks dan padat oleh
pemakai jalan lalulintas tepatnya di pertigaan atau perempatan sangat berfungsi
dalam mengatur menjadi lebih lancar dan tertib.
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa keadaan lalulintas di berbagai
sudut jalan baik di pinggiran kota maupun di tengah kota Malang mengalami
kemacetan ketika pagi hari maupun sore hari bersamaan waktu atau jam kantor
pulang kerja. Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalulintas dan
angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan
efisien melalui manajemen lalulintas dan rekayasa lalulintas.
Latar belakang munculnya pak ogah di berbagai Kota besar adalah karena
kondisi lalu lintas yang relatif padat, kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk
tertib lalu lintas selama di jalan, serta tidak adanya traffic light pada persimpangan
jalan yang relatif padat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh kepadatan lalu lintas terhadap eksistensi Pak Ogah?
2. Bagaimana penghasilan sehari-hari Pak Ogah di kecmatan Lowokwaru,
kota Malang?
3. Bagaiman peranan Pak Ogah dalam menjaga ketertiban lalu-lintas di kota
Malang?

BAB II
LANDASAN TEORI
Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan
sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang
dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan
bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan
fasilitas pendukung. Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan
perundangan menyangkut arah lalu lintas, perioritas menggunakan jalan, lajur lalu
lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian arus di persimpangan.
Ada
yaitu

tiga

komponen

manusia, kendaraan dan jalan.

terjadinya
Ketiga

komponen

lalu

lintas

tersebut

saling

berinteraksi demi terciptanya keteraturan lalu lintas. Selain ketiga komponen


tersebut, dijalan raya mulai eksis sebuah profesi pengatur lalu lintas yang biasa
disebut pak ogah. Pak ogah merupakan sebutan masyarakat terhadap seseorang
atau sekelompak orang di luar institusi negara yang mengatur jalan raya dan
mendapatkan imbalan seacara langsung dari pengguna kendaraan. Imbalan
tersebut biasanya berkisar Rp 1000,00 sampai dengan Rp 2.000,00. Maka dari itu,
sebutan lain untuk pak ogah biasanya ialah polisi gopek/polisi cepek. Bisa
dikatakan bahwa pak ogah merupakan petugas keamanan lalu lintas dari sektor
informal, Karena kegiatan yang dilakukan bukanlah berdasarkan kewenangan
sebagai lembaga negara yang bertujuan melayani masyarakat seperti kepolisian.
Akan tetapi tujuan dari pak ogah ini ialah hanya untuk mendapatkan nafkah
kehidupan, atau berlatarkan motif ekonomi semata. Dan jenis sektor informal
yang dilakukan pak ogah ialah sektor informal sah meskipun tidak masuk dalam
kategori formal. Tapi pekerjaan pak ogah ini tidak melanggar hukum dan adanya
keteraturan disana.
Kebanyakan pak ogah di Kota Malang merupakan sekelompok orang
yang berlatar belakang pengangguran atau orang yang memiliki pekerjaan tetap.
Latar belakang status sosial itulah yang akhirnya membuat mereka semua
berkumpul membuat sebuah keluarga baru dijalanan. Mereka semua mencari
cara untuk mendapatkan uang untuk bertahan hidup. Mulai dari mengamen hingga
6

akhirnya mereka menemukan sebuah lahan pekerjaan baru yang bisa


menghasilkan uang lebih banyak, yaitu menjadi pak ogah. Di Kecamatan
Lowokwaru sendiri, ada beberapa titik yang ditempati pak ogah. Seperti di
sekitaran Jalan Galunggung, Jalan Veteran TMP, Perempatan Merjosari dan di
Jalan Bendungan Sutami. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa keadaan
lalulintas di berbagai sudut jalan baik di pinggiran kota maupun di tengah kota itu
sendiri akhir-akhir ini di Kota Malang mengalami kemacetan ketika pagi hari
maupun sore hari bersamaan waktu atau jam kantor pulang kerja. Pemerintah
mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalulintas dan angkutan jalan yang selamat,
aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen
lalulintas dan rekayasa lalulintas. Munculnya sukarelawan lalulintas dadakan di
pertigaan, perempatan, ataupun tiap sudut jalan lalulintas maupun di
penyeberangan/zebra cross adalah terlihat secara ikhlas bermaksud untuk
membantu mengatur lalulintas dan membantu pejalan kaki yang sedang
menyeberangi jalan lalulintas agar semua pengguna jalan segera sampai pada
lokasi tujuan tepat waktu. Di sisi lain, jumlah personil aparat petugas lalulintas
dari kepolisian dan Dinas Perhubungan sangat terbatas untuk mengatur atau
melayani publik di tengah masyarakat pengguna jalan lalulintas sehingga terjadi
kemacetan di berbagai pertigaan atau perempatan jalan yang belum dilengkapi
lampu traffic light khususnya di Kota Malang.
Bagi Pak Ogah memiliki sebuah tantangan yang cukup berat dalam
menghadapi resiko yang mungkin akan diterimanya, dengan hadirnya mereka
petugas dadakan lalulintas di tengah kesibukan yang kompleks dan padat oleh
pemakai jalan lalulintas tepatnya di pertigaan atau perempatan.Munculnya Pak
Ogah di pertigaan, perempatan ataupun tempat-tempat penyeberangan, membantu
mengatur lalu lintas atau menyeberangkan pejalan kaki tentu cukup membantu.
kehadiran petugas dadakan membuat pertigaan, perempatan, dan tempat-tempat
penyeberangan menjadi lebih teratur sehingga tidak terjadi kemacetan. Tindakan
yang perlu dilakukan untuk mengapresiasi kinerja keikhlasan mereka adalah
dengan memberikan perhatian sebagaimana mestinya. Para pengendara, sedianya
memberi imbalan sepantasnya untuk layanan kenyamanan yang telah mereka
berikan. Sebagian petugas dadakan ini memang mulai mendapat perhatian dengan

memberikan bimbingan dan menjadikan mereka sukarelawan pengatur lalu lintas


atau supeltas. Sehingga mereka cukup piawai membantu mengurai kemacetan di
sejumlah ruas jalan. Namun, kehadiran petugas dadakan baru tentu perlu
diperhatikan oleh aparat keamanan agar mereka bisa membantu mengurai
kemacetan

dan

melancarkan

arus

dengan

lebih

maksimal,

sama

seperti supeltas sebelumnya.

BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif, yakni sebuah
penelitian yang cenderung menggunakan suatu analisis deskriptif. Metode ini juga
diharapkan mampu mengungkapkan dan memperoleh informasi secara dalam dan
mendetail dari informan untuk mengungkap pemasalahan yang ada di masyarakat.
Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong 2012: 157) sumber data utama
dalam kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan
strukturalisme genetik Pierre Bordieu dimana praktik sosial adalah hasil
kombinasi habitus, modal, dan ranah.
Bourdieu (dalam Lee, 2006: 53) menyebutkan bahwa tindakan sosial tidak
dapat semata-mata didefinisikan sebagai produk dari serangkaian aturan eksternal.
Aturan eksternal yang dimaksud adalah aturan yang timbul dari sosialisasi, yang
mana telah ditentukan sebelumnya. Analisis Bourdieu menekankan bahwa
tindakan sosial secara efektif menjadi produk upaya sukarela subjek yang
melakukan kalkulasi bebas (subjektivis) dan beroperasi dengan kesadaran penuh
terhadap kondisi dan struktur sosial tempat nya berada ( objektivis ).
Refleksi Bourdieu antara struktur dengan cara orang mengonstruksi realitas sosial
disebutnya dengan strukturalisme konstruktivis, konstruktivisme strukturalis, atau
yang lebih dikenal dengan strukturalisme genetis. Bourdieu (dalam Ritzer, 2012:
580) menggambarkan apa yang menarik perhatiannya sebagai hubungan antara
struktur sosial dengan struktur mental. Analisis atas struktur objektif yang berada
pada arena berbeda tidak dapat dipisahkan dari analisis genesis (dalam individu
biologis) dari struktur mental yang pada batas-batas tertentu merupakan produk
dari bertemunya struktur sosial; juga tidak dapat dipisahkan dari analisis genesis
struktur sosial itu sendiri: ruang sosial, dan kelompok yang menguasainya, adalah
produk dari perjuangan Paradigma. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015. historis
(yang di dalamnya agen berpartisipasi menurut posisi mereka dalam dalam ruang
sosial dan menurut struktur mental yang mereka gunakan untuk memahami ruang
ini)

3.1 Jenis Penelitian


Menurut Kuntowijoyo (2005: 92), pemilihan topik sebaiknya berdasarkan
kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Kelangkaan terhadap dinamika
sosial kota Malang khususnya dinamika Pak ogah memicu peneliti meneliti
tentang pengaruh kepadatan lalu lintas terhadap eksistensi Pak Ogah. Kadekatan
emosional yang mempengaruhi adalah banyak masyarakat yang memandang Pak
Ogah dengan sebelah mata, padahal masyarakat sendiri sagat membutuhkan
peranan Pak Ogah sendiri dalam lalu lintas kota Malang yang sangat padat dan
ramai dan dapat menimbulkan kemacetan karena kurangnya Lampu lalu-lintas di
kota Malanag.

3.2 Sumber Data


Informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini
berupa data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari pelaku pekerja pengatur
lalulintas di pertigaan dan perempatan yang dilalui pengendara bermotor.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara mendalam, jenis ini bersifat terbuka dan bisa dilakukan berulang
pada informan yang sama. Teknik wawancara ini akan dilakukan pada semua
informan.
b. Obsevasi, dalam observasi ini peneliti hanya sebagai pengamat yang hadir di
lokasi.
c. Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan maksud mencatat
langsung fenomena yang terlihat di lokasi, dan informasi yang ditemukan
merupakan bahan pendukung hasil wawancara yang terkumpul.

3.4 Teknik Analisa


Dalam model analisis ini, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan
atau verifikasinya, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Aktivitas dalam bentuk interaktif
tersebut baik pada analisis setiap unit kasusnya, maupun pada analisa antar
kasusnya untuk memahami keesamaan dan perbedaannya. Dalam melaksanakan

10

proses ini peneliti tetap selalu melakukan komponen analisis dengan


pengumpulan datanya selama proses berlangsung. Selanjutnya, peneliti hanya
bergerak diantara tiga komponen analisis tersebut sesudah pengumpulan data
selesai pada setiap unitnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa dalam
penelitian ini. Apabila dalam proses mendekati simpulan akhir dirasakan belum
cukup mantap, maka peneliti tetap akan berusaha kembali ke lokasi menggali data
secara lebih fokus dengan tujuan mendapatkan data pendukung sebagai pelengkap
dan pengembangan simpulan akhir, juga sebagai usaha bagi pendalaman data
sebelum laporan dipastikan untuk disusun. (HB. Sutopo, 2006: 120)

11

BAB IV
PEMBAHASAN

Kota Malang, secara astronomis berada pada koordinat 112 3409,48


112 4134,93 BT dan 7 5452,22 8 0305,11 LS. Secara geografis letak Kota
Malang tersebut menunjukkan berada di tengah-tengah wilayah Propinsi Jawa
Timur. Kota Malang terletak pada dataran tinggi dan berjarak kurang lebih 90 Km
sebelah selatan Kota Surabaya. Kota Malang yang merupakan kota orde II dengan
sistem struktur ruang Kota Malang secara konseptual yang telah ada dan
pembangunan dan konstelasi ruang secara spasial yang sudah konsisten. Konsep
Kota Malang sebagai Kota orde ke II menjadikan sebagian besar orang
berbondong-bondong untuk mengadu nasib di kota tersebut, akibatnya kepadatan
penduduk semakin meningkat, dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk,
secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepadatan, khususnya berkaitan
dengan kepadatan lalu lintas. Dengan adanya kepadatan lalu lintas tersebut
mendorong masyarakat tertentu untuk memanfaatkannya sebagai ladang
pekerjaan, yaitu dengan bekerja sebagai pak ogah atau pengatur lalu lintas di
setiap pertigaan/perempatan jalan raya yang tidak dilengkapi dengan traffic light.
Perlengkapan atau fasilitas traffic light jalan lalulitas keberadaannya masih
terbatas di lokasi pertigaan atau perempatan yang lokasi kriterianya luas atau
besar. Kemudian petugas aparat yang diterjunkan di lapangan nampak
perbandingannya belum sesuai dengan jumlah pemakai pengendara motor dan
mobil. Karena itu, berakibat juga pada kondisi jalan raya semakin kompleks dan
pengendara motor itu sendiri sering berinisiatif melanggar ketertiban dan
menggunakan jalan pintas, mungkin dengan alasan memburu waktu untuk segera
sampai

tujuan.

Dengan

fenomena

tersebut

merupakan

indikator

yang

menunjukkan adanya ketidak seimbangan antara jumlah pengguna jalan bermotor


dan pengendara lain dengan sarana dan prasarana termasuk petugas lalulintas
belum sepadan. Artinya, perlu pemikiran yang lebih detail lagi dalam rangka
melayani serta memberikan antisipasi persoalan-persoalan yang terjadi keruwetan
dan guna mengatur lalulintas di Kota Malang. Seperti terlihat di lapangan petugas
lalulintas baik dari kepolisian lalulintas maupun dari Dinas Perhubungan
12

meskipun sudah melaksanakan tugasnya masalah kemacetan masih saja dihadapi


oleh mereka.

4.1 Study Area


Study area pada penelitian ini mencakup Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang
dengan fokus disekitar Jl Bendungan Sutami, dan Jl. Surabaya.

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan oleh kemudahan aksesbilitas


peneliti, serta memperhatikan keberadaan subjek penelitian, yaitu pak ogah.

4.2 Data Lapangan Dan Analisis


1. Berdasarkan pengumpulan data secara langsung di Jl. Terusan Surabaya,
dengan responden bernama John dan Sutris, maka dapat diketahui bahwa sistem
kerja sebagai pak ogah tidak memerlukan keahlian khusus, dan merupakan jenis
pekerjaan yang tergolong informal, pendapatn sebagai pak ogah di Jl. Terusan
Surabaya mencapai Rp 20.000,- perhari, sebelum menggeluti profesi sebagai pak
ogah Sutris lebih dahulu bekerja sebagai tukang loper koran, tukang sol sepatu,

13

serta bekerja serabutan, sedangkan John belum pernah bekerja sebelumnya,


dikarenakan setelah lulus SMA, ia langsung bekerja sebagai pak ogah. Setelah
penelusuran lebih lanjut, dapat diketahui bahwa, baik John maupun Sutris, tidak
ingin terus menerus berprofesi sebagai pak ogah, dikarenakan pemasukan yang
tidak menentu, selain itu jika ditanya, mengapa mereka tidak membuka usaha
sendiri, maka jawabannya adalah terkendala oleh modal.

2. Lokasi penelitian kedua berada di Jl. Bendungan sutami, dengan


Responden bernama Pak Nurul (48 tahun) atau biasa disapa wakwaw, dari
wawancara dengan pak Nurul tersebut banyak diketahui tentang pak ogah, dimana
beliau lebih suka dinamakan sebagai Supeltas dibanding dengan pak ogah, hal
tersebut dikarenakan adanya perbedaan makna antara pak ogah dengan supeltas,
yaitu pak ogah cenderung sebagai pengatur lalu lintas secara ilegal, sedangkan
Pak Nurul dkk merupakan Sukarelawan pengatur lalu lintas (Supeltas). Jika
ditanya pernahkah mendapat teguran dari pihak kepolisisan atau aparat tertentu,
maka jawaban dari pak nurul adalah tidak, hal itu karena Supeltas seperti beliau
dibina langsung oleh Kepolisian Malang Raya selama sebulan sekali, yaitu setiap
tanggal 10 Pak Nurul dkk berkumpul di Kepolisian Malang Raya untuk mendapat
pembinaan. Antara semua supeltas di Kota Malang diusahakan saling mengenal,
karena mereka dibina dalam suatu wadah yang sama, meski tidak membentuk
suatu organisasi resmi dengan susunan keanggotaan tertentu.Walaupun dibina
oleh pihak kepolisian, tetapi supeltas tidak mendapat gaji ataupun upah dari pihak
kepolisian. Dari pengumpulan data melalui wawancara tersebut juga diketahui
bahwa sebelum bekerja sebagai supeltas, pak Nurul bekerja sebagai tukang parkir,
tetapi dengan tuntutan ekonomi yang kian mendesak, maka pak Nurul sekarang
menjalani 2 profesi sekaligus, yaitu sebagai tukang parkir dan sebagai supeltas.
Penghasilan sebagai supeltas dalam 1 shif berkisa Rp 40.000,- hal tersebut lebih
banyak jika dibandingkan dengan John dan Sutris yang hanya mendapat Rp
20.000,- dalam satu shif. Pembagian shift sebagai supeltas di jalan bendungan
sutami dilakukan sebanyak 4 kali dengan rentan waktu kerja 3 jam, dimana pada
shif 1 bekerja antara jam 6-9, shif 2 jam 9-12, shif 3 jam 12-3 sore, dan yang
terakhir shif 4 jam 3 sampai malam, tergantung keinginan si supeltas. Bekerja

14

sebagai supeltas tidak ada syarat maupun batasan tertentu, yang penting kita
masih mampu bekerja.

3.Sebagai study silang Terhadap pendapat narasumber ke-2 tentang perbedaan pak
ogah dan supeltas, maka dilakukan wawancara pada seorang anggota polisi atas
nama Bripda Adystio

, yang mengatakan bahwa permulaannya anggota

supeltas(pengatur lalu lintas resmi) itu berasal dari masyarakat yang biasa
melakukan aktivitas sebagai pengatur lalu lintas jalan, tanpa adanya kemampuan
khusus, melihat hal tersebut pihak kepolisian memutuskan untuk merangkul pak
ogah (pengatur lalu lintas tidak resmi) agar kegiatan mereka lebih terorganisisr,
tidak semrawut, serta tidak asal-asalan serta sebagai solusi mengatasi kemacetan
dan keberadaan pengatur lalu lintas illegal.Proses perangkulan itu sendiri bermula
dari pengumpulan, pendataan, serta pembekalan pada para pak ogah agar mereka
lebih mumpuni, serta memenuhi kelayakan dalam membantu mengatur lalu lintas.
Jika ditanya berarti secara tidak langsung, pihak kepolisian mempercayakan peran
sebagai pengatur lalu lintas ini kepada para pak ogah atau yang biasa disebut
supeltas oleh pihak kepolisisan? Maka polisi tersebut menyangkalnya, pihak
kepolisian tidak mempercayakan proses pengaturan lalu lintas sepenuhnya pada
para supeltas, hal tersebut dikarenakan menjaga lalu lintas juga menjadi peran
utama pihak kepolisian, selain itu keberadaan supeltas tidak terdapat disemua
jalan, kan? Jadi pihak kepolisisan masih berperan di bidang lalu lintas. bagi pihak
kepolisisan keberadaan supeltas sendiri dianggap sebagai back up untuk sama
sama menjaga kamtibcarlantas. Selain itu keberadaan supeltas itu sendiri juga
dipengaruhi oleh keberadaan polisi lalu lintas yang jumlahnya tidak mencukupi
sehingga jika petugas lantas tersebut disebar sebagai pengatur lalu lintas
dipertigaan ataupun perempatan jalan, maka apakah jumlah itu mencukupi? Selain
itu petugas lantas juga memiliki tugas lain demi mencaga kelancaran lalu lintas,
seperti pengurus administrasi lalu lintas,pelayanan lalu lintas serta proses
pembuatan stnk, dan sim lalka lantas. Jadi intinya pihak kepolisian tidak betulbetul mempercayakan, tetapi lebih menganggap anggota supeltas sebagai partner
untuk menjaga kelancaran lalu lintas dijalan. Berawal dari berbagai persoalan lalu

15

lintas yang terjadi, institusi kepolisian memberikan program

pembinaan dan

pembekalan lalu lintas kepada pengatur lalu lintas.

4.3 Pengaruh kepadatan lalu lintas terhadap eksistensi Pak Ogah


Pemkot Malang masih dihadapkan pada persoalan kemacetan lalulintas
yang terjadi di hampir semua sudut pertigaan, perempatan jalan lalulintas yang
belum tersedia traffic light setiap harinya selalu mengalami kemacetan. Banyak
faktor yang menyebabkan kemacetan lalulintas seperti salah satu halnya anak
pelajar tingkat SLTA dan kesibukan warga bagi mereka yang melakukan aktivitas
masuk kerja dan pulang kerja maupun dalam kegiatan lain. Dengan
berkembangnya pembangunan perumahan di berbagai tempat sekitar wilayah
Malang raya juga berpengaruh pada penggunaan jalan raya, disebabkan dengan
melajunya perkembangan teknologi dan perekonomian semua warga sudah
hampir menyeluruh telah memiliki kendaraan bermotor. Fasilitas transportasi
yang sudah tersedia dari pemerintah sudah terpenuhi untuk melayani kebutuhan
kegiatan warga dalam bekerja atau kesibukan yang lain, akan tetapi belum
diberikan jalur lalulitas khusus untuk bis kota itu sendiri. Sehingga Kota Malang
Transformasi selama ini masih menggunakan jalur lalulintas bersamaan dengan
pengendara dan pengguna jalan yang lain, hal ini juga berakibat pada kemampuan
jalan lalulintas yang berdesakan. Sedangkan kondisi fisik jalan raya belum ada
perkembangan yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan warga yang cukup
padat bagi pengguna jalan raya secara umum. Perlengkapan atau fasilitas traffic
light jalan lalulintas keberadaannya masih terbatas di lokasi pertigaan atau
perempatan yang lokasi kriterianya luas atau besar. Kemudian petugas aparat yang
diterjunkan di lapangan nampak perbandingannya belum sesuai dengan jumlah
pemakai pengendara motor dan mobil. Karena itu, berakibat juga pada kondisi
jalan raya semakin kompleks dan pengendara motor itu sendiri sering berinisiatif
melanggar ketertiban dan menggunakan jalan pintas, mungkin dengan alasan
memburu waktu untuk segera sampai tujuan.

Dengan fenomena tersebut

merupakan indikator yang menunjukkan adanya ketidak seimbangan antara


jumlah pengguna jalan bermotor dan pengendara lain dengan sarana dan prasarana
termasuk petugas lalulintas belum sepadan. Artinya, perlu pemikiran yang lebih

16

detail lagi dalam rangka melayani serta memberikan antisipasi persoalanpersoalan yang terjadi kepadatan dan guna mengatur lalulintas di Kota Malang.
Seperti terlihat di lapangan petugas lalulintas baik dari kepolisian lalulintas
maupun dari Dinas Perhubungan meskipun sudah melaksanakan tugasnya
masalah kemacetan masih saja dihadapi oleh mereka Gambaran fenomena
persoalan transportasi dan situasi serta kondisi jalan raya lalulintas di Kota
Malang tersebut nampaknya menimbulkan perhatian khusus bagi warga Malang
pengguna jalan lalulintas. Sehingga di tengah jalan raya baik di pertigaan atau
diperempatan maupun di simpang jalan raya besar muncul keberadaan tenaga
sukarelawan dari warga untuk mencoba membantu kepadatan transportasi yang
berakibat kemacetan di jalan lalulintas, dan terlihat menunjukkan penuh
keikhlasannya. Bagi masyarakat dengan keberadaan Pak Ogah dalam membantu
pengguna jalan lalilintas tersebut sebenarnya merupakan salah satu jalan keluar
untuk menertibkan kelancaran pengguna jalan. Pada saat melakukan wawancara
Pak Ogah mengatakan bahwa ternyata Pak Ogah merupakan suatu komunita, dan
setiap bulan sekali ada pelatihan dari pihak kepolisian Kota Malang. Dengan
begitu tentunya sudah mendapatkatkan ijin resmi dari pihak aparat pemerintah
yang terkait. Dengan adanya bimbingan tersebut, secara tidak lagsung komunitas
Pak Ogahmampu melakukan pekerjaan dengan baik dan akan memberikan
persepsi positif dari masyarakat. Pihak Dinas Perhubungan dan kepolisian
hendaknya proaktif dan selalu memperhatikan aktifitasPak Ogah ketika sedang
melaksanakan kegiatannya di tengah jalan dan tidak semata-mata melepaskan
begitu saja, mungkin akan berpengaruh atau mengganggu, bahkan juga bisa
dikatakan membantu kepada tugas rutin aparat.

4.4 Pengaruh Kepadatan Lalu Lintas Terhadap Pendapatan Pak Ogah


Pada saat melakukan observasi, dapat diketahui bahwa semakin padat keadaan
lalu lintas, maka pendapatan pak ogah semakin banyak, tetapi hal tersebut hanya
sebagai indikator, dan bukan menjadi jaminan, karena walaupun lalu lintas padat,
terkadang pendapatan pak ogah tidak mengalami peningkatan, hal itu karena
hanya sedikit orang yang mau memberi pada pak ogah.

17

4.5 Peranan Pak Ogah dalam menjaga ketertiban lalu-lintas di kota Malang
Pak ogah memiliki peranan dalam menjaga ketertiban lalu lintas,
utamanya di pertigaan ataupun perempatan jalan raya yang tidak memiliki
fasilitas traffic light, di Kota Malang sendiri banyak titik yang sudah
memiliki pak ogah sebagai pengatur lalu lintas, sekaligus pembantu peran
polisi lalu lintas.

18

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Meningkatnya kepadatan lalu lintas dikota Malang, utamanya di sekitar
pertigaan ataupun perempatan yang tidak memiliki traffic light menjadikan
profesi sebagai pak ogah semakin eksis.
Pendapatan pak ogah khususnya pada area penelitian, yaitu kecamatan
lowokwaru, dipengaruhi oleh kepadatan lalu lintas, serta banyaknya orang
yang memberi.
Pak ogah memiliki peranan dalam menjaga ketertiban lalu lintas,
utamanya di pertigaan ataupun perempatan jalan raya yang tidak memiliki
fasilitas traffic light

5.2 Saran
1. Bagi masyarakat
Masyarakat seharusnya lebih sadar akan peran pak ogah yang membantu
mengatur kelancaran lalu lintas. Selain itu lebih tertib dalam berkendara tidak
hanya pada waktu ada petugas yang mengatur lalu lintas saja, tetapi di setiap saat,
karena hal itu juga demi keselamatan masyarakat sendiri.

2. Bagi penelitian selanjutnya


Untuk penelitian selanjutnya, alangkah lebih baik jika jumlah narasumber yang
terlibat dalam penelitian diperbanyak, sehingga data yang ditampilkan menjadi
lebih akurat.

19

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus.

2011.

Dua

Belas

Gerakan

Pengatur

Lalu

Lintas.

http://www.andreaswin.com. Diakses pada tanggal 19 April 2016


Anonimus. 2011. Definisi Kendaraan Bermotor. http://www.wikipedia.org.
Diakses pada 19 April 2016
Anonimus. 2011. Definisi Lalulintas. http://www.wikipedia.org. Diakses pada 19
April 2016
Anonymus . 2015. http://joglosemar.co/2014/08/supeltas-solo-berawal-dari-pakogah-kini-sukarela-atur-lalu-lintas.html diakses pada tanggal 19 April
2016 pukul 17.00 WIB
Anonimus. 2011. Kemacetan. http://www.wikipedia.org. Diakses pada 19 April
2016
Sutopo HB, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta, Universitas
Sebelas Maret

20

LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai