Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
_______________________________________________________________________________________________
___________________
Abstrak : Keberadaan moda kendaraan tidak bermotor saat ini sudah semakin menghilang dan tergeser
oleh kendaraan bermotor yang dirasa lebih efisien dan efektif dalam melakukan perjalanan ke suatu tempat.
Perubahan fungsi kadangkala terjadi dimana kendaraan tidak bermotor sudah tidak lagi menjadi transportasi
umum namun beralih peran menjadi transportasi wisata yang menjual daya tarik wisatawan terhadap
kendaraan kuno yang sudah jarang ditemui. Kawasan wisata Malioboro merupakan salah satu tempat wisata
di Kota Yogyakarta yang hingga kini masih menjadi tempat keberadaan transportasi umum tidak bermotor
seperti becak dan delman. Keberadaannya juga tidak lepas dari adanya aktivitas wisata di kawasan tersebut
yang menjadikan kendaraan tidak bermotor sebagai primadona bagi wisatawan. Fenomena yang demikian
menarik untuk diteliti, dengan pertanyaan penelitian: Seberapa besar keberadaan moda transportasi umum
tidak bermotor dalam mendukung aktivitas wisata di kawasan Malioboro? Hal ini penting dalam
mempertahankan keberadaan moda kendaraan tidak bermotor ditengah-tengah tingginya penggunaan
kendaraan bermotor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh keberadaan transportasi umum tidak
bermotor di sekitar kawasan wisata Malioboro dalam mendukung aktivitas pariwisata. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kualitatif dan data di kumpulkan melalui observasi lapangan dan wawancara dengan
informan yang dipilih melalui teknik penelitian sampel snowbal sampling untuk tukang becak dan tukang
andong, accidental sampling untuk wisatawan dan sensus untuk pengelola toko souvenir. Hasil akhir dari
penelitian ini bahwa keberadaan moda transporatsi umum tidak bermotor di Malioboro masih dipertahankan
sebagai daya tarik bagi wisatawan melalui berbagai upaya peningkatan baik dari kualitas, kemampuan,
kelayakan sehingga mampu menjadi daya dukung bagi aktivitas pariwisata di Malioboro.
Kata Kunci : Keberadaan moda, Transportasi Umum Tidak Bermotor, Pariwisata, Kawasan Malioboro
Abstract: The existence of transportation non motorized currently have increasingly disappeared,
replaced by transportation motorized that it has more efficient and effective in performing a trip to some place.
Change in functioning sometimes take place where transportation non motorized was no longer public
transportation but diverting role to transport tourist attraction to sell ancient tourists to the vehicle that is
rarely found. Malioboro is one of the tourist objects in the City of Yogyakarta that until now still to place the
public transportation non motorized such as pedicab drivers and horse carts parade. Its existence also could not
be separated from the tour activities in the region has made as the beautiful one motor vehicle not for tourists.
The phenomenon is interesting to be observed, with questions or: How existence of public transportation non
motorized in supporting such visit in Malioboro area? This is one of the most important in maintaining existence
motor vehicle not amid high use motor vehicle. This research aims to examine the influence the public
transportation non motorized around the Malioboro in supporting such tourism. Research method is used
qualitative methods and data collected through field observation and interview with informers are chosen
through techniques or samples snowbal sampling for the becak driver and a craftsman Andong, without forcible
entry sampling for tourists and shop manager census for souvenirs. The result of this research that the existence
of public transportation non motorized in Malioboro still maintained as major attraction for tourists through
various efforts to increase quality, the ability to both the feasibility, so that it was able to be carrying capacity
for such tourism in Malioboro.
antara zona asal dan zona tujuan dalam b. Sistem penggunaan bersama, yaitu
wilayah yang bersangkutan, pergerakan kendaraan dioperasikan oleh operator
dilakukan dengan menggunakan berbagai dengan rute dan jadwal yang biasanya
sarana atau moda, berbagai sumber tenaga, tetap. Sistem ini dikenal sebagai transit
dan dilakukan untuk suatu keperluan tertentu system. Terdapat 2 jenis sistem transit,
(Akbar, 2011). Menurut Akbar (2011) sistem yaitu:
transportasi sangat dipengaruhi oleh 3 (tiga) Paratransit, yaitu tidak ada jadwal
faktor utama, yaitu konfigurasi spasial, yang pasti dan kendaraan dapat
teknologi transportasi, dan sistem berhenti (menaikkan/ menurunkan
kelembagaan. Bertambahnya permintaan jasa penumpang) disepanjang rutenya.
transportasi adalah berasal dari bertambahnya Mass transit, yaitu jadwal dan
kegiatan sektor-sektor lain. sesuai sifatnya tempat pemberhentiannya lebih
derived demand maka perencanaan sektor pasti.
transportasi selalu mengandung
ketidakpastian. (Siregar, 1995:21 dalam
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Adisaamita, 2000: 2).
Moda
a. Ciri Perjalanan
Komponen Transportasi Menurut Warpani (1990: 146) ada dua
Menurut Kamaluddin (2003: 17) terdapat faktor yang termasuk dalam ciri perjalanan
empat unsur pokok transportasi yaitu: yaitu:
1. Jalan, merupakan suatu kebutuhan yang Jarak perjalanan
paling esensial dalam transportasi. Jalan Jarak perjalanan memperngaruhi
ditujukan dan disediakan sebagai basis orang dalam menentukan pilihan moda. Untuk
bagi alat angkutan untuk bergerak dari perjalanan jarak pendek, orang mungkin
suatu tempat asal ke tempat tujuannya. memilih menggunakan sepeda, sedangkan
2. Alat angkutan, merupakan unsur untuk perjalanan jauh menggunakan bus.
transpor yang penting. Alat angkutan Makin dekat jarak tempuh, pada umumnya
dapat dibagi dalam jenis-jenis alat orang makin cenderung memilih moda yang
angkutan darat, alat angkutan jalan aur, paling praktis, bahkan mungkin memilih
dan alat angkutan udara. berjalan saja.
3. Tenaga penggerak, adalah tenaga atau
energi yang dipergunakan untuk
menarik atau mendorong alat angkutan.
4. Tenaga pemberhentian atau terminal,
adalah tempat di mana suatu perjalanan
transportasi dimulai maupun berhenti
atau berakhir sebagai tempat tujuannya.
Sumber: Warpani, 1990
Karakteristik Angkutan Umum
Menurut LPM ITB, 1997: II-1 terdapat 2 sistem GAMBAR 1
pemakaian angkutan umum, yaitu: PEMILIHAN MODA BERDASARKAN JARAK
a. Sistem sewa, yaitu kendaraan bisa TEMPUH
dioperasikan baik oleh operator
maupun oleh penyewa, dalam hal ini
tidak ada rute dan jadwal tertentu yang Tujuan Perjalanan
harus diikuti oleh pemakai. Sistem ini Tujuan perjalanan juga
sering disebut juga sebagai demand mempengaruhi pemilihan moda. Pengalaman
responsive system, karena menunjukkan adanya keterkaitan antara
penggunaannya yang tergantung pada jumlah pemakai angkutan umum dan tujuan
adanya pemintaan. perjalanan.
TABEL 1
KELAS KENDARAAN PARATRANSIT DAN JASA YANG BEROPERASI SECARA INFORMAL
Jenis Moda
Tempat Mangkal
Identifikasi
Rute Perjalanan Karakteristik moda
karakteristik moda
Tujuan Pergerakan transportasi umum
transportasi umum
Jangakuan tidak bermotor
tidak bermotor
Pelayanan
Kepemilikan Moda
Jenis Pengguna
Identifikasi pengguna Pengguna moda
Tujuan Perjalanan
moda transportasi transportasi umum
Pemilihan Moda
umum tidak bermotor tidak bermotor
Jumlah andhong
yang mangkal di
Analisis dampak
Malioboro Peran transportasi umum
Hubungan keberadaan pariwisata
terhadap aktivitas
terhadap penyediaan
andhong dan becak pariwisata
transportasi umum
dengan jasa
komersial
GAMBAR 3
KERANGKA ANALISIS
seperti kendaraan tidak bermotor yang oleh. Dalam hal ini becak dan andhong
meliputi becak dan andhong, kendaraan berperan penting sebagai media periklanan
bermotor yang meliputi bus kota, taksi, travel, dan promosi tempat oleh-oleh kepada
bus trans jogja, ojek, dan becak motor.
wisatawan. Dapat dikatakan demikian karena
Bermunculannya berbagai jenis transportasi di
kawasan Malioboro tentunya secara tidak beberapa pusat oleh-oleh lokasinya tidak
langsung menimbulkan adanya persaingan mudah dijangkau hanya dengan berjalan kaki,
antar moda. Jika dilihat dari sudut pandang selain itu juga wawasan wisatawan tentang
wisatawan tentunya hal ini menjadi nilai tempat lokasi penjualan oleh-oleh terbatas
tambah karena semakin banyak pilihan moda sehingga secara tidak langsung membutuhkan
transportasi yang tersedia semakin bantuan dari tukang becak dan andhong untuk
mempermudah mereka dalam bermobilisasi.
mencapainya. Selain itu juga keberadaan pusat
Akan tetapi dilihat dari sudut pandang pelaku
oleh-oleh seperti kaos dagadu, batik dan
kendaraan tidak bermotor, hal ini semakin
mempersulit mereka untuk menarik bakpia tidak dapat dijangkau dengan moda
wisatawan agar memakai jasa mereka transportasi umum lainnya karena tidak
ditambah lagi jumlah becak dan andhong saat dilewati jalur kendaraan umum. Hanya moda
ini yang terus bertambah. Bermunculannya transportasi becak dan andhong yang tidak
moda transportasi yang semakin beragam memiliki rute tetap yang dapat
pilihan secara tidak langsung juga berdampak
menjangkaunya. Tanpa adanya moda
bagi perekonomian tukang becak dan juga
andhong. Kondisi ini yang melatarbelakangi transportasi becak dan andhong, beberapa
banyaknya tukang becak dan andhong toko oleh-oleh tentunya akan kesulitan dalam
musiman, karena pekerjaan sebagai tukang melakukan pemasaran produknya.
becak dan andhong tidak dapat menjamin Adanya ketergantungan toko oleh-oleh
semua kebutuhan. terhadap tukang becak dan andhong dalam
hal pemasaran menunjukkan bahwa hubungan
4. Analisis Dampak Keberadaan Kawasan
Pariwisata Malioboro Terhadap aktivitas pariwisata saling berkaitan erat
Penyediaan Transportasi Umum Tidak dengan pengyediaan sarana transportasi
Bermotor termasuk becak dan andhong. Selain itu juga
Malioboro merupakan salah satu pengaruh kegiatan wisata dengan keberadaan
kawasan wisata di Kota Yogyakarta yang cukup becak dan andhong dapat dilihat dari upaya
banyak menarik perhatian wisatawan, baik pemerintah yang sering memberikan
wisatawan domestik maupun wisatawan pengarahan kepada tukang becak dan
mancanegara. Berbagai alat transportasipun andhong yang lebih banyak berkaitan dengan
juga tersedia di kawasan wisata Malioboro, kegiatan wisata.
salah satunya adalah transportasi tidak
bermotor yaitu becak dan andhong. Daya tarik 5. Analisis Kebijakan Pemerintah Kota
wisata yang ada di kawasan Malioboro tidak Yogyakarta Terhadap Keberadaan
hanya berpotensi dalam mendatangkan Andhong dan Becak
wisatawan, tetapi juga para tukang becak dan Di Kota Yogyakarta, keberadaan becak
dan andhong sampai saat ini masih dijaga dan
andhongpun tertarik untuk beroperasi di
dilestarikan. Meski demikian jumlah
Malioboro dibandingkan dengan wilayah kendaraan tidak bermotor yang terlalu banyak
lainnya. beroperasi di Kota Yogyakarta juga menjadikan
Rangakian perjalanan wisata yang masalah karena dapat menganggu kelancaran
dilakukan oleh wisatawan tentunya tidak arus lalu lintas, apalagi tidak tersedia jalur
hanya sekedar berkunjung ke tempat wisata khusus yang disediakan untuk becak dan
andhong. Dalam mengatasi jumlah kendaraan
saja namun juga ada kegiatan berbelanja oleh-
tidak bermotor yang jumlahnya
semakin banyak, pemerintah Kota Yogyakarta bekerja sama untuk mencari keuntungan
saai ini telah mengeluarkan SIOKTB (Surat Ijin ekonomi, namun juga ada hubungan sosial
Operasionak Kendaraan Tidak Bermotor). yang terbentuk antara pemilik toko oleh-oleh
Dengan adanya SIOKTB tersebut diharapkan dengan tukang becak dan andhong. Hal ini
jumlah becak dan andhong di Kota Yogyakarta terlihat dari adanya keterlibatan pemilik toko
dapat dikendalikan. dalam kegiatan rutin perkumpulan yang
Perhatian pemerintah tidak hanya diadakan oleh tukang becak maupun andhong,
dengan memberikan regulasi yang mengatur hal ini juga sebagai pendekatan sekaligus
tentang kendaraan tidak bermotor, tetapi menciptakan hubungan kekeluargaan antara
pemerintah juga memberikan sosialisasi dan pemilik toko dan tukang becak maupun
penyuluhan untuk meningkatkan kualitas andhong.
pelayanan dari tukang becak dan andhong. Hal Ditinjau dari aspek budaya, becak dan
ini dilakukan agar tukang becak dan andhong andhong merupakan alat transportasi
menjadi lebih profesional dalam bekerja dan tradisional yang saat ini masih banyak
juga untuk memberikan image yang baik bagi digunakan di Kota Yogyakarta. Keberadaannya
penumpang. Sosialisasi yang dilakukan juga menjadi salah satu icon budaya yang
pemerintah tidak hanya melibatkan satu dinas menarik bagi wisatawan meskipun saat ini di
saja namun mencakup beberapa dinas seperti beberapa kota besar di Indonesia keberadaan
Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan, UPT transportasi tradisional sudah tidak lagi
Malioboro, Kepolisian, Kecamatan dan banyak digunakan dan dimanfaatkan
Kelurahan setempat. masyarakat. Kota Yogyakarta sendiri sangat
Pemerintah sendiri juga berharap kental dengan nilai-nilai budaya, sehingga hal-
keberadaan becak dan andhong tidak hanya hal yang bersifat tradisional masih
sebagai moda transportasi tradisional yang dipertahankan, salah satunya becak dan
menjual keunikannya, tetapi juga sebagai andhong.
moda yang mampu bercerita tentang Kota
Yogyakarta melalui pelaku becak dan andhong.
Hal inilah yang nantinya dapat menjadi nilai
tambah moda transportasi tidak bermotor
dibandingkan dengan moda transportasi
bermotor.
GAMBAR 4
BAGAN ALIR ANALISIS