ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti pengaruh dalam
kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di kabupaten Tulungagung. Jumlah
sampel Jumlah sampel yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak
112 responden dengan penentuan sampel adalah metode insitendal sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner. Terdapat beberapa metode
penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan
dan sanksi pajak berpengaruh positif berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di Kabupaten tulungagung.
Sedangkan sosialisasi perpajakan, kesadaran wajib pajak, dan penerapan e-samsat
tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan
bermotor di Kabupaten Tulungagung.
Kata Kunci: Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor, Pengetahuan Perpajakan,
Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Penerapan E-Samsat
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu penerimaan Negara. Membayar pajak oleh warga negara
merupakan kewajiban dan penerimaan dari pajak ini sangat penting bagi pemerintah dalam
rangka membelanjai kegiatan pemerintah dan pembangunan serta pelayanan publik. Seiring
dengan itu, peranan pajak dalam hal pendanaan juga akan semakin besar. Oleh sebab itu
diperlukan usaha untuk meningkatkan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.
Pajak daerah ini dapat berasal dari pajak daerah itu sendiri atau pajak provinsi yang akan
diserahkan ke masing-masing daerah untuk memenuhi keperluan daerah dalam rangka
memakmurkan rakyat. Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang
harus dibayarkan oleh wajib pajak. Ketika wajib pajak patuh dan taat untuk membayarkan
pajaknya, maka akan menambah tingkat pendapatan serta targettarget yang telah dirancang
oleh pemerintah akan tercapai.
Sumber pembiayaan pembangunan daerah dapat digali dari pendapatan Asli Daerah.
Memiliki Pendapatan Asli Daerah yang maksimal merupakan keinginan setiap daerah.
Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang banyak berkontribusi pada setiap daerah
adalah pajak daerah yang wajib dipenuhi dan dipaksakan bagi setiap orang baik pribadi,
kelompok maupun badan/lembaga yang berdasarkan undang - undang. Pendapatan daerah
yang bersumber dari PAD diperoleh melalui pajak daerah, Retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.(Dewi, 2013)
Pajak Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang terutang oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah. Salah
satu penerimaan pajak daerah diantaranya yaitu di dapat melalui pajak kendaraan bermotor
(PKB). Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu pajak daerah yang
digunakan untuk membiayai pembangunan daerah provinsi.
Colt station - -
Colt pick up - -
Ambulance - -
Becak roda 3 - -
LANDASAN TEORI
Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah menyentuh berbagai aspek dan bidang
dalam kehidupan manusia, bahkan tidak hanya bidang pendidikan ataupun bisnis yang telah
tersentuh oleh teknologi informasi ini, tetapi bidang kepolisian pun tidak luput dari
perkembangan ini. Saat ini teknologi informasi telah menguasai dunia dengan semakin
eksisnya teknologi internet, yang memperpendek jarak antara pengguna dengan objek yang
dikehendaki untuk diakses
1. JENIS PAJAK
1.1 Pajak Penghasilan (PPH)
PPH merupakan pajak yang dibebankan kepada orang pribadi atau badan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.
Penghasilan diartikan sebagai tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri yang
dapat digunakan untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
1.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN merupakan pajak yang dibebankan atas pembelian Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi, perusahaan, maupun
pemerintah yang membeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak akan
dikenakan PPN berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
1.3 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Pembelian atas BarangKena Pajak tertentu yang bersifat mewah akan dikenakan PPN
dan PPnBM. Adapun barang-barang yang tergolong mewah adalah sebagai berikut :
• Bukan merupakan barang kebutuhan pokok.
• Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
• Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi olehmasyarakat
berpenghasilantinggi.
• Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.
• Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat,
serta mengganggu ketertiban masyarakat.
1.4 Bea Meterai (BM)
Pajak Bea Meterai yangdimaksuda adalah pajak yang dibebankan atas
pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi
pembayaran, surat berharga dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal
diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.
1.5 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan yang dimaksud adalah pajak yang
dikenakan atas kepemilikan, pemanfaatan dan atau penguasaan atas tanah dan
atau bangunan. Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau bangunan, di
mana pengertian bumi dan ataubangunan dijelaskan sebagai berikut : “Bumi adalah
permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secaratetap pada tanah dan atau
perairan“.
Sektor pajak PBB dikategorikan dalam 5 kelompok diantaranya Sektor
Pedesaan, Perkotaan, Perkebunan, Pertambangan dan Perhutanan. Namun, ada
perubahan pada kategori sektor tersebut, berdasarkan Undang-Undang No. 28
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) mulai 1 Januari
2014, PBB Perdesaan dan Perkotaan (Sektor P2) telah masuk ke dalam kategori
Pajak Daerah. Sedangkan untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan
(Sektor P3) masih tetap merupakan Pajak Pusat.
1.6 Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah
baik pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten atau Kota yang diadministrasikan oleh
Dinas atau Badan Pendapatan Daerah. Setiap daerah biasanya memiliki nama yang
berbeda-beda atas Dinas atau Badan Pendapatan Daerah tersebut.
Berikut jenis-jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah :
a) Pajak Propinsi
b) Pajak Kendaraan Bermotor
c) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
d) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor
e) Pajak Air Permukaan
f) Pajak Rokok
g) Pajak Kabupaten/Kota
h) Pajak Hotel
i) Pajak Restoran
j) Pajak Hiburan
k) Pajak Reklame
l) Pajak Penerangan Jalan
m) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
n) Pajak Parkir
o) Pajak Air Tanah
p) Pajak Sarang Burung Walet
q) Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan
r) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)
s) Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Bengkulu Nomor 2 Tahun 2011 tentang pajak
kendaraan bermotor, kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih
beserta gandengannya, yang dioperasikan semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7
(tujuh Gross Tonnage). (Barus 2016) Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor
adalah :
1. Kereta api.
2. Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan
keamanan negara.
3. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan
negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang
memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah.
4. Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah bahwa pajak
kendaraan bermotor adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan atau penguasaan
kendaraan bermotor alat berat dan alat berat yang tidak digunakan sebagai alat angkutan
orang atau barang di jalan umum. Selain pengertian pajak kendaraan bermotor ada
beberapa istilah teknis penting lainnya yang telah diatur pengertiannya dalam Undang-
undang dintaranya :
a. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta
gandengannyayang digunakan di jalan umum, dan digerakkan oleh perangkat teknik
berupa motor/peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya
energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan tidak
termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar.
b. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
c. Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun
tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
d. Jenis kendaraan bermotor adalah isi ruang yang berbentuk bulat tarak pada mesin
kendaraan bermotor yang ikut menentukan besarnya kekuatan mesin.
e. Isi silinder adalah isi ruang yang berbentuk bulat tarak pada mesin kendaraan bermotor
yang ikut menentukan besarnya kekuatan mesin.
f. Tenaga kuda (horse power) adalah ukuran daya kemampuan mesin.
g. Tahun pembuatan adalah tahun perakitan.
h. Nilai jual adalah nilai jual kendaraan bermotor yang berlaku.
i. Peningkatan kendaraan bermotor yang selanjutanya peningkatan pajak kendaraan
bermotor adalah tanda lunas pajak kendaraan bermotor.
j. Tanda pelunasan dan pengesahan kendaraan bermotor (PPKB) adalah bukti pelunasan
pembayaran pajak dan pengesahan kendaraan bermotor.
k. Pemilik adalah hubungan hukum antara orang atau badan dengan kendaraan bermotor
yang namanya tercantum dalam Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).
l. Jalan umum adalah sarana jalan yang dibangun dan pemeliharaannya oleh pemerintah
pusat atau daerah yang digunakan untuki lalu lintas kendaraan bermotor.
2. DASAR HUKUM PERPAJAKAN
Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu objek pajak dan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pembangunan, karna Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dapat
menjadi sumber penghasilan asli daerah untuk pembangunan daerah. Pajak kendaraan
bermotor masuk ranah pajak daerah. (Sidharta & Wati, 2015) Kendaraan Bermotor adalah
kendaraan roda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan
darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah sumber daya energi tertentu dengan tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkuatan, termasuk alat-alat berat besar yang bergerak.
Berikut ini berbagai dasar hukum yang mengatur perpajakan kendaraan bermotor :
A. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Lalu apa akibat dari tidak membayar pajak kendaraan bermotor? Setiap
pengendara kendaraan bermotor wajib membawa STNK dan menunjukkannya saat
dilakukan pemeriksaan oleh pihak yang berwenang. Tentu STNK yang dimaksud adalah
STNK yang telah mendapat pengesahan setiap tahun yaitu dengan melakukan
pembayaran pajak kendaraan bermotor tersebut. Artinya, jika atas kendaraan bermotor
tersebutbelum dilakukan pembayaran pajak, maka pengemudi dianggap tidak dapat
menunjukkan STNK yang sah.
Blanko Tilang bagian Pendahuluan No. 4 huruf a ayat (2) mengenai pelanggaran lalu
lintas jalan tertentu menjelaskan bahwa sesuai Penjelasan Pasal 211 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Tarif pajak didefenisikan sebagai suatu angka tertentu yang digunakan sebagai dasar
perhitungan pajak. Ada 4 (empat) macam tarif pajak (Mardiasmo,2011:9), yaitu:
Yaitu tarif berupa persentase tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga
besarnya pajak yang terutang proposional terhadap besarnya nilai yang dikenain pajak.
c. Tarif tetap
Yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
d. Tarif progresif
Yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi 3, yaitu :
e. Tarif progresif-progresif
h. d. Tarif degresif
Yaitu persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap uang pajak yang
dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan Negara dari sector pajak.
Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat maupun daerah demi
kesejahteraan masyarakat. (Fuadi dan Mangoting 2013)
Berdasarkan (Kusumawati and Rachman 2021) Uang pajak digunakan untuk
kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber
dana pemerintah untuk mendanai pembangunan di pusat dan daerah, seperti membangun
fasilitas umum, membiayai anggaran kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan produktif lain.
Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang - undang.
Presentase Hasil Kuensioner
N0 Keterangan Ya Tidak
1. Penting bayar pajak 100% -
2. Kesadaran 100% -
3. Kepatuhan 60% 40%
4. Pekayanan - -
Pada diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa membayar pajak kendaraan bermotor
itu penting dan wajib. Tetapi masih ada beberapa orang yang tidak patuh dan telat membayar
pajak kendaraan bermotor. kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada kepatuhan
wajib pajak. Wajib pajak yang memiliki kesadaran yang baik akan cenderung untuk
patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Berarti, semakin tinggi kesadaran
wajib pajak, maka akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
kendaraan bermotor (PKB) di Tulungagung. Pengetahuan tentang pajak perlu dimiliki oleh
wajib pajak agar dapat mengetahui hak, kewajiban serta tanggung jawab sebagai wajib
pajak, sehingga tujuan pajak, fungsi serta manfaat pajak dapat dipahami dan dengan
demikian timbul kesadaran untuk patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Berarti semakin tinggi pengetahuan pajak, maka akan semakin meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor. (Sarlina, Kurniawan, and
Umiyati 2019)
Kemungkinan adanya sanksi perpajakan juga akan berpengaruh positif. Karena
wajib pajak tidak akan melalaikan kewajibannya mentaati peraturan perundang - undangan
perpajakan. Pandangan tentang pengenaan sanksi perpajakan akan lebih merugikan apabila
melakukan penghindaran pajak menjadi faktor pendorong bagi wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga salah satu cara untuk menghindari sanksi
perpajakan adalah dengan melakukan pembayaran pajak tepat pada waktunya atau tidak
melewati jangka waktu yang ditetapkan. Berarti, semakin tinggi persepsi wajib pajak
tentang sanksi perpajakan, maka akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Tulungagung. Dan untuk pelayanan di
Samsat Tulungagung sendiri para wajib pajak merasa pelayanannya sudah cukup bagus
dan cukup memuaskan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Ada beberapa faktor-faktor mempengaruhi kepatuhan wajib pajak menurut Aristanti
Widyaningsing (2011:6) antara lain:
1. Pemahaman terhadap sistem pemungutan pajak, yaitu :
a. Offical assessment System
Yaitu suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
b. Self Assessment System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
c. With Holding System
Yaitu pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan
pemerintah dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besarnya wajib pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
d. Sistem official assessment
Sistem official assessment diterapkan perpajakan Indonesia dalam membayar pajak
kendaraan bermotor (PKB). Ciri-ciri sistem official assessment, yaitu :
• Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.
• Wajib pajak bersifat pasif
• Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. KualitasPelayanan
Menurut Boediono dalam bukunya Ni Luh (2006:34), “pelayanan adalah suatu proses
bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan
inter personal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan”. Hakikat pelayanan umum adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi pemerintah di bidang
pelayanan umum.
b. Mendorong upaya mengefektifitas sistem dan tata laksana pelayanan sehingga pelayanan
umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien).
c. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa, damn peran serta masyarakat dalam
pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lain. Pelayanan yang berkualitas
harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum.
Kualiatas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang
memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan dan
sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak. Disamping itu juga, kemudahan dalam
melakukan hubunngan komunikasi yang baik, memahami kebutuhan wajib pajak, tersedianya
fasilitas fisik termasuk sarana komunikasi yang memadai, dan pegawai yang cakap dalam
tugasnya. (Gustiari and Suprasto 2018)
3. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah
memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku.
Tingkat pendidikan yang semakin rendah juga akan tercermin dalam masih banyaknya wajib
pajak yang berpeluang enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya
pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.
4. TingkatPenghasilan
Tingkat penghasilan akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak tepat pada waktunya. Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak terkait
erat dengan besarnya penghasilan,dalam membayar pajak tepat pada waktunya. Kemampuan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak terkait erat dengan besarnya penghasilan, maka
salah satu hal yang dipertimbangkan dalam pemungutan pajak adalah tingkat penghasilan.
5. Persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan.
Sanksi perpajakan diberikan kepada wajib pajak agar wajib pajak mempunyai
kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak. Sanksi perpajakan dalam perundang- undangan
perpajakan berupa sanksi administrasi (dapat berupa denda dan bunga) dan sanksi pidana.
Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
Penutup
a. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa mengatur kewenangan bagi Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia untuk melakukan tindakan sebagai
berikut:a)Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian danmenyita
sementara Kendaraan Bermotor yang patut diduga melanggar peraturan berlalu
lintasatau merupakan alat dan/atau hasil kejahatan) Melakukan pemeriksaan atas
kebenaran keterangan berkaitan dengan Penyidikan tindak pidana di bidang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalanc)Meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik
Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan Umumd)Melakukan
penyitaan terhadap Surat Izin Mengemudi, Kendaraan Bermotor, muatan, Surat
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor,
dan/atau tanda lulus uji sebagai barang buktie)Melakukan penindakan terhadap
tindak pidana pelanggaran atau kejahatan Lalu Lintas menurut ketentuan
peraturan perundang-undanganf) Membuat dan menandatangani berita acara
pemeriksaang) Menghentikan penyidikan jika tidak terdapat cukup buktih)
Melakukan penahanan yang berkaitan dengan tindak pidana kejahatan Lalu Lintasi)
Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung jawab.
b. Saran
Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan. Saya berharap dengan
adanya laporan ini pembaca mampu mendapatkan informasi tentang perpajakan.
A. DAFTAR PUSTAKA
Barus, Stephanie Amelia Handayani. 2016. “Faculty of Economics Universitas Riau ,.”
Pengaruh Akses Pajak, Fasilitas, Sosialisasi Perpajakan Dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor 3(1):295–309.
Fuadi dan Mangoting. 2013. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Biaya
Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.” E-Jurnal Akuntansi 1(1):452–
70.
Gustiari, Luh Ayu, and Herkulanus Bambang Suprasto. 2018. “Sosialisasi Perpajakan
Memoderasi Pengaruh Kewajiban Moral Dan Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.” E-Jurnal Akuntansi 2018(1):606–32. doi:
10.24843/EJA.2018.v24.i01.p23.
Ketut Evi Susilawat, and Ketut Budiartha. 2013. “Jurnal_inter_1_V.” Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Akuntabilitas Pelayanan
Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
Kusumawati, Intan Nio, and Arif Nugroho Rachman. 2021. “Analisa Pengaruh Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.” Jurnal Ekonomi-Qu 11(1):1. doi:
10.35448/jequ.v11i1.11272.
Rachmad Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, MM. 2014. “Analisis Pemenuhan Pembayaran
Pajak Bumi Dan Bangunan Untuk Meningkatkan Penerimaan Sektor Pajak.” 1(1):103–
20.
Sarlina, Leni, Asep Kurniawan, and Indah Umiyati. 2019. “Pengaruh Akses Pajak, Fasilitas,
Kualitas Pelayanan Dan Persepsi Adanya Reward Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor.” FAIRVALUE: Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan 1(2):145–
60.
Fuadi dan Mangoting. 2013. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Biaya
Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.” E-Jurnal Akuntansi 1(1):452–
70.
Gustiari, Luh Ayu, and Herkulanus Bambang Suprasto. 2018. “Sosialisasi Perpajakan
Memoderasi Pengaruh Kewajiban Moral Dan Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.” E-Jurnal Akuntansi 2018(1):606–32. doi:
10.24843/EJA.2018.v24.i01.p23.
Ketut Evi Susilawat, and Ketut Budiartha. 2013. “Jurnal_inter_1_V.” Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Akuntabilitas Pelayanan
Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
Kusumawati, Intan Nio, and Arif Nugroho Rachman. 2021. “Analisa Pengaruh Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.” Jurnal Ekonomi-Qu 11(1):1. doi:
10.35448/jequ.v11i1.11272.
Rachmad Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, MM. 2014. “Analisis Pemenuhan Pembayaran
Pajak Bumi Dan Bangunan Untuk Meningkatkan Penerimaan Sektor Pajak.” 1(1):103–
20.
Sarlina, Leni, Asep Kurniawan, and Indah Umiyati. 2019. “Pengaruh Akses Pajak, Fasilitas,
Kualitas Pelayanan Dan Persepsi Adanya Reward Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor.” FAIRVALUE: Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan 1(2):145–
60.