Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

Muhammad Sobirin Al Amin, Inne Ivanka Pramesheila, Yulisma Prihandini

ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti pengaruh dalam
kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di kabupaten Tulungagung. Jumlah
sampel Jumlah sampel yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak
112 responden dengan penentuan sampel adalah metode insitendal sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner. Terdapat beberapa metode
penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan
dan sanksi pajak berpengaruh positif berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di Kabupaten tulungagung.
Sedangkan sosialisasi perpajakan, kesadaran wajib pajak, dan penerapan e-samsat
tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan
bermotor di Kabupaten Tulungagung.
Kata Kunci: Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor, Pengetahuan Perpajakan,
Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Penerapan E-Samsat

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Pajak merupakan salah satu penerimaan Negara. Membayar pajak oleh warga negara
merupakan kewajiban dan penerimaan dari pajak ini sangat penting bagi pemerintah dalam
rangka membelanjai kegiatan pemerintah dan pembangunan serta pelayanan publik. Seiring
dengan itu, peranan pajak dalam hal pendanaan juga akan semakin besar. Oleh sebab itu
diperlukan usaha untuk meningkatkan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.

(Rachmad Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak 2014)


Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara yang telah ditetapkan langsung oleh
undang-undang untuk menyerahkan sebagian kekayaan yang dimiliki. Iuran rakyat yang
dibayarkan oleh wajib pajak salah ajak salah satunya adalah pajak satunya adalah pajak daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat bersifat memaksa memaksa
berdasarkan berdasarkan undang-undang, undang-undang, dengan tidak mendapatkan
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak daerah ini dapat berasal dari pajak daerah itu sendiri atau pajak provinsi yang akan
diserahkan ke masing-masing daerah untuk memenuhi keperluan daerah dalam rangka
memakmurkan rakyat. Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang
harus dibayarkan oleh wajib pajak. Ketika wajib pajak patuh dan taat untuk membayarkan
pajaknya, maka akan menambah tingkat pendapatan serta targettarget yang telah dirancang
oleh pemerintah akan tercapai.

Sumber pembiayaan pembangunan daerah dapat digali dari pendapatan Asli Daerah.
Memiliki Pendapatan Asli Daerah yang maksimal merupakan keinginan setiap daerah.
Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang banyak berkontribusi pada setiap daerah
adalah pajak daerah yang wajib dipenuhi dan dipaksakan bagi setiap orang baik pribadi,
kelompok maupun badan/lembaga yang berdasarkan undang - undang. Pendapatan daerah
yang bersumber dari PAD diperoleh melalui pajak daerah, Retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.(Dewi, 2013)

Pajak Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang terutang oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah. Salah
satu penerimaan pajak daerah diantaranya yaitu di dapat melalui pajak kendaraan bermotor
(PKB). Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu pajak daerah yang
digunakan untuk membiayai pembangunan daerah provinsi.

Instansi yang menangani pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah


Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) melalui Kantor Bersama Sistem Administrasi
Manunggal dibawah SatuAtap (SAMSAT).
Jumlah Kendaraan Bermotor yang Tercatat di Kabupaten Tulungagung Tahun 2016
Jumlah Kendaraan 2016 2017

Sepeda motor 55 1657 579 390

Mobil penumpang 36 540 40 661

Mobil roda 4 58 863 64 573

Colt station - -

Mobil beban 20 966 22 455

Colt pick up - -

Bus 1 357 1 457

Ambulance - -

Becak roda 3 - -

Jumlah 669 383 708536

Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah JawaTimur Resort Tulungagung


Tabel di atas menunjukkan jumlah kendaraan bermotor yang tercatat di
Kabupaten Tulungagung tahun 2016 -2017 mengalami peningkatan. Ada banyak factor -
faktor yang mendorong sehingga jumlah kendaraan bermotor meningkat setiap
tahunnya.Antara lain, daya beli masyarakat yang tinggi, kebutuhan masyarakat terhadap
alat transportasi yang semakin meningkat, serta kemudahan untuk membeli kendaraan
bermotor itu sendiri. Juga dapat kita ketahui, saat ini pembelian kendaraan bermotor memiliki
syarat yang sangat mudah dan dealer - dealer yang menawarkan cicilan dengan bunga yang
ringan juga semakin banyak. Semakin tingginya jumlah kendaraan bermotor yang beredar
di Kabupaten Tulungagung menyebabkan jumlah wajib pajak kendaraan bermotor semakin
meningkat.
Banyaknya kendaraan bermotor di Kabupaten Tulungagung pemerintah daerah bisa
mendapatkan penerimaan pajak yang cukup banyak. Tingkat kepatuhan membayar
pajak kendaraan bermotor warga Tulungagung menempati peringkat ke - 4 di Jawa Timur.
Dengan peringkat tersebut sudah dapat dipastikan kesadaran warga Tulungagung dalam
membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sangat tinggi juga sangat antusias dalam
membayar pajak. Menurut Adpel Samsat Tulungagung, M Chudori, antusiasme warga
Tulungagung dalam membayar pajak kendaraan bermotor juga didukung oleh kebijakan
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dengan pemotongan pajak kendaraan bermotor
roda dua sebesar 15 persen dan kendaraan roda empat sebesar 5 persen. Kemudian
dilanjutkan juga dengan pemutihan pembebasan denda pajak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti pengaruh dalam kepatuhan
membayar pajak kendaraan bermotor di kabupaten Tulungagung.

LANDASAN TEORI

Perancangan sistem merupakan langkah awal sebelum dilaksanakan penyelesaian terhadap


suatu masalah yang ada, untuk dapat mencapai tujuan atau hasil yang memadai sesuai
kebutuhan dari permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu rancangan sistem yang dapat
menggambarkan secara garis besar seluruh masalah yang akan dikomputerisasikan. (Ketut Evi
Susilawat and Ketut Budiartha 2013)

Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah menyentuh berbagai aspek dan bidang
dalam kehidupan manusia, bahkan tidak hanya bidang pendidikan ataupun bisnis yang telah
tersentuh oleh teknologi informasi ini, tetapi bidang kepolisian pun tidak luput dari
perkembangan ini. Saat ini teknologi informasi telah menguasai dunia dengan semakin
eksisnya teknologi internet, yang memperpendek jarak antara pengguna dengan objek yang
dikehendaki untuk diakses

1. JENIS PAJAK
1.1 Pajak Penghasilan (PPH)
PPH merupakan pajak yang dibebankan kepada orang pribadi atau badan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.
Penghasilan diartikan sebagai tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri yang
dapat digunakan untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
1.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN merupakan pajak yang dibebankan atas pembelian Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi, perusahaan, maupun
pemerintah yang membeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak akan
dikenakan PPN berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
1.3 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Pembelian atas BarangKena Pajak tertentu yang bersifat mewah akan dikenakan PPN
dan PPnBM. Adapun barang-barang yang tergolong mewah adalah sebagai berikut :
• Bukan merupakan barang kebutuhan pokok.
• Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
• Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi olehmasyarakat
berpenghasilantinggi.
• Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.
• Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat,
serta mengganggu ketertiban masyarakat.
1.4 Bea Meterai (BM)
Pajak Bea Meterai yangdimaksuda adalah pajak yang dibebankan atas
pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi
pembayaran, surat berharga dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal
diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.
1.5 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan yang dimaksud adalah pajak yang
dikenakan atas kepemilikan, pemanfaatan dan atau penguasaan atas tanah dan
atau bangunan. Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau bangunan, di
mana pengertian bumi dan ataubangunan dijelaskan sebagai berikut : “Bumi adalah
permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secaratetap pada tanah dan atau
perairan“.
Sektor pajak PBB dikategorikan dalam 5 kelompok diantaranya Sektor
Pedesaan, Perkotaan, Perkebunan, Pertambangan dan Perhutanan. Namun, ada
perubahan pada kategori sektor tersebut, berdasarkan Undang-Undang No. 28
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) mulai 1 Januari
2014, PBB Perdesaan dan Perkotaan (Sektor P2) telah masuk ke dalam kategori
Pajak Daerah. Sedangkan untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan
(Sektor P3) masih tetap merupakan Pajak Pusat.
1.6 Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah
baik pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten atau Kota yang diadministrasikan oleh
Dinas atau Badan Pendapatan Daerah. Setiap daerah biasanya memiliki nama yang
berbeda-beda atas Dinas atau Badan Pendapatan Daerah tersebut.
Berikut jenis-jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah :
a) Pajak Propinsi
b) Pajak Kendaraan Bermotor
c) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
d) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor
e) Pajak Air Permukaan
f) Pajak Rokok
g) Pajak Kabupaten/Kota
h) Pajak Hotel
i) Pajak Restoran
j) Pajak Hiburan
k) Pajak Reklame
l) Pajak Penerangan Jalan
m) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
n) Pajak Parkir
o) Pajak Air Tanah
p) Pajak Sarang Burung Walet
q) Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan
r) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)
s) Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan

Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Bengkulu Nomor 2 Tahun 2011 tentang pajak
kendaraan bermotor, kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih
beserta gandengannya, yang dioperasikan semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7
(tujuh Gross Tonnage). (Barus 2016) Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor
adalah :

1. Kereta api.
2. Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan
keamanan negara.
3. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan
negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang
memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah.
4. Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah bahwa pajak
kendaraan bermotor adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan atau penguasaan
kendaraan bermotor alat berat dan alat berat yang tidak digunakan sebagai alat angkutan
orang atau barang di jalan umum. Selain pengertian pajak kendaraan bermotor ada
beberapa istilah teknis penting lainnya yang telah diatur pengertiannya dalam Undang-
undang dintaranya :
a. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta
gandengannyayang digunakan di jalan umum, dan digerakkan oleh perangkat teknik
berupa motor/peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya
energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan tidak
termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar.
b. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
c. Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun
tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
d. Jenis kendaraan bermotor adalah isi ruang yang berbentuk bulat tarak pada mesin
kendaraan bermotor yang ikut menentukan besarnya kekuatan mesin.
e. Isi silinder adalah isi ruang yang berbentuk bulat tarak pada mesin kendaraan bermotor
yang ikut menentukan besarnya kekuatan mesin.
f. Tenaga kuda (horse power) adalah ukuran daya kemampuan mesin.
g. Tahun pembuatan adalah tahun perakitan.
h. Nilai jual adalah nilai jual kendaraan bermotor yang berlaku.
i. Peningkatan kendaraan bermotor yang selanjutanya peningkatan pajak kendaraan
bermotor adalah tanda lunas pajak kendaraan bermotor.
j. Tanda pelunasan dan pengesahan kendaraan bermotor (PPKB) adalah bukti pelunasan
pembayaran pajak dan pengesahan kendaraan bermotor.
k. Pemilik adalah hubungan hukum antara orang atau badan dengan kendaraan bermotor
yang namanya tercantum dalam Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).
l. Jalan umum adalah sarana jalan yang dibangun dan pemeliharaannya oleh pemerintah
pusat atau daerah yang digunakan untuki lalu lintas kendaraan bermotor.
2. DASAR HUKUM PERPAJAKAN
Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu objek pajak dan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pembangunan, karna Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dapat
menjadi sumber penghasilan asli daerah untuk pembangunan daerah. Pajak kendaraan
bermotor masuk ranah pajak daerah. (Sidharta & Wati, 2015) Kendaraan Bermotor adalah
kendaraan roda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan
darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah sumber daya energi tertentu dengan tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkuatan, termasuk alat-alat berat besar yang bergerak.

Berikut ini berbagai dasar hukum yang mengatur perpajakan kendaraan bermotor :

A. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Dengan tegas mewajibkan pengemudi kendaraan bermotor untuk menunjukkan


Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) setiap diadakan pemeriksan oleh pihak
yang berwenang. (“UU 22/2009”) Pasal 106 ayat (5) UU 22/2009yang berisi :Pada saat
diadakan pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor wajib menunjukkan:

a) Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotoratau Surat Tanda Coba Kendaraan


Bermotor;
b) Surat Izin Mengemudi;
c) Bukti lulus uji berkala; dan/atau
d) Tanda bukti lain yang sah
B. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012
tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor (“Perkapolri 5/2012”),
STNK adalah dokumen yang berfungsi sebagai bukti legitimasi pengoperasian
Ranmor (kendaraan bermotor).
Sahnya STNK
Mengenai pengesahan STNK diatur dalam Pasal 70 UU 22/2009sebagai berikut:
a) Buku Pemilik Kendaraan Bermotor berlaku selama kepemilikannya
tidak dipindahtangankan.
b) Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor berlaku selama 5 (lima) tahun, yangharus dimintakan pengesahan
setiap tahun.
c) Sebelum berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor wajib diajukan permohonan perpanjangan.

Yang dimaksud dengan “pengesahan setiap tahun” adalah sebagai pengawasan


tahunan terhadap registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta menmbuhkan
kepatuhan wajib pajak Kendaraan Bermotor, artinya STNK diangap sah hanya
apabila wajib pajak telah membayar pajak kendaraan motor tersebut.

Lalu apa akibat dari tidak membayar pajak kendaraan bermotor? Setiap
pengendara kendaraan bermotor wajib membawa STNK dan menunjukkannya saat
dilakukan pemeriksaan oleh pihak yang berwenang. Tentu STNK yang dimaksud adalah
STNK yang telah mendapat pengesahan setiap tahun yaitu dengan melakukan
pembayaran pajak kendaraan bermotor tersebut. Artinya, jika atas kendaraan bermotor
tersebutbelum dilakukan pembayaran pajak, maka pengemudi dianggap tidak dapat
menunjukkan STNK yang sah.

C. Surat Keputusan No. Pol.: SKEP/443/IV/1998 tentang Buku Petunjuk Teknis


tentang Penggunaan

Blanko Tilang bagian Pendahuluan No. 4 huruf a ayat (2) mengenai pelanggaran lalu
lintas jalan tertentu menjelaskan bahwa sesuai Penjelasan Pasal 211 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan Surat Izin


Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Surat Tanda Uji Kendaraan
(STUK), yang sah atau tanda bukti lainnya yang diwajibkan menurut ketentuan
perundang-undangan lalu lintas jalan atau ia dapat memperlihatkan tetapi masa
berlakunya sudah kadaluwarsa dapat digolongkan dengan Pelanggaran Lalu Lintas Jalan
Tertentu .

D. Pasal 260 ayat 1 UU 22/2009

Mengatur kewenangan bagi Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk


melakukan tindakan sebagai berikut:
a) Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian danmenyita sementara
Kendaraan Bermotor yang patut diduga melanggar peraturan berlalu lintasatau
merupakan alat dan/atau hasil kejahatan
b) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan Penyidikan
tindak pidana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
c) Meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau
Perusahaan Angkutan Umum
d) Melakukan penyitaan terhadap Surat Izin Mengemudi, Kendaraan Bermotor,
muatan, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan
Bermotor, dan/atau tanda lulus uji sebagai barang bukti
e) Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran atau kejahatan Lalu
Lintas menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
f) Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan
g) Menghentikan penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti
h) Melakukan penahanan yang berkaitan dengan tindak pidana kejahatan Lalu Lintas
i) Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung jawab.
E. Pasal 288 ayat (1) jo. Pasal 106 ayat (5) huruf a UU 22/2009

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak


dilengkapi dengan STNK atau surattanda coba kendaraan bermotor yang ditetapkan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia dipidana denganpidana kurungan paling lama
2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika pengemudi kendaraan bermotor


tidak dapat menunjukkan STNK yang sah (tidak sah karena belum melakukan
pembayaran pajak kendaraan bermotor),maka penyidik dapat melakukan tindakan sita
sementara terhadap kendaraan bermotor tersebut. Meskipun si pengendaramotor
memiliki SIM yang masih berlaku tidak menghapuskan unsur pelanggarannya.

Mekanisme Pemungutan PPnBM kendaraan bermotor

Berdasarkan KMK Nomor 355/KMK.03/2003 jo. KEP-229/PJ/2003 diatur sebagai berikut :

1. PPnBM dikenakan atas :


• Impor kendaraan CBU (Completely Built-Up) berupa kendaraan pengangkutan
orang sampai dengan 15 orang termasuk pengemudi, kendaraan double cabin,
kendaraan khusus, dan kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 250 CC;
• Penyerahan kendaraan hasil perakitan/produksi di dalam Daerah Pabean
berupa kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 orang termasuk
pengemudi, kendaraan double cabin, kendaraan khusus, dan kendaraan bermotor
beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 CC;
• Penyerahan kendaraan bermotor berupa kendaraan pengangkutan orang sampai
dengan 15 orang termasuk pengemudi dan kendaraan double cabin hasil
pengubahan dari kendaraan sasis atau kendaraan pengangkutan barang.
2. PPnBM dibebaskan atas impor atau penyerahan:
• Kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran,
kendaraan tahanan, kendaraan pengangkutan umum;
• Kendaraan protokoler kenegaraan;
• Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan 15 orang
termasuk pengemudi yang digunakanuntuk kendaraan dinas TNI/POLRI;
• Kendaraan patroli TNI/POLRI.
3. Orang Pribadi (OP) atau Badan yang melakukan impor atau yang menerima
penyerahan kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan PPnBM
sebagaimana dimaksud butir 2 di atas wajib memiliki Surat Keterangan Bebas
(SKB) PPnBM yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak c.q. Kepala KPP tempat
pemohon terdaftar, sebelum impor atau penyerahan kendaraan bermotor dilakukan
4. Permohonan SKB PPn BM yang diajukan oleh OP atau Badan yang melakukan
impor atau yang menerima penyerahan kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan
umum ke KPP dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut :
a) Surat Kuasa Khusus bila menunjuk pihak lain untuk pengurusan SKB PPn BM;
b) Fotocopy kartu NPWP
c) Surat Keterangan atau dokumen lain yang menunjukkan pengunaan
kendaraan dimaksud)
d) Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa kendaraan dimaksud
tidak akan dipindahtangankan atau diubah peruntukannya dan apabila
ternyata dipindah tangankan atau diubah peruntukannya, bersedia membayar
kembali PPnBM yang dibebaskan ditambah sanksi dengan ketentuan yang
berlaku
e) Perjanjian jual-beli kendaraan bermotor yang memuat keterangan-
keterangan antara lain :
• Nama Penjual
• Nama pembeli
• Jenis dan spesifikasi kendaraan yang dibeli
f) Ijin Usaha dan Ijin Trayek yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
(untuk kendaraan angkutan umum selain taksi) atau Persetujuan (Ijin)
Prinsip yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat (untuk taksi);
g) Khusus untuk impor kendaraan bermotor, dilengkapi dengan dokumen impor
berupa :
• Invoice
• Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB)
• Dokumen kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen
yang dapat dipersamakan
• Dokumen pembayaran yang berupa Letter of Credit (LlC) atau bukti
transfer atau bukti lainnya berkaitan dengan pembayaran tersebut
5. Permohonan SKB PPnBM dapat ditindak lanjuti dengan syarat bahwa OP atau
Badan tersebut tidak mempunyai tunggakan hutang pajak yang telah jatuh tempo,
kecuali yang telah mendapat izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak. KPP memberikan keputusan dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah
surat permohonan diterima dengan lengkap.
6. Apabila kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan PPnBM tersebut
sebelum lewat jangka waktu 5 tahun sejak impor atau perolehannya dipindah
tangankan atau diubah peruntukannya sehingga tidak sesuai dengan tujuan semula,
maka PPnBM terutang yang dibebaskan tersebut wajib dibayar kembali dalam jangka
waktu satu bulan sejak kendaraan bermotor tersebut dipindahtangankan atau diubah
peruntukannya. Dan apabila dalam jangka waktu satu bulan dimaksud PPnBM
yang terutang tersebut tidak atau kurang dibayar, KPP menerbitkan SKPKB ditambah
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (Sari and Susanti 2015)

Berikut adalah macam-macam tarif pajak yang ada :


a. Tarif Pajak

Tarif pajak didefenisikan sebagai suatu angka tertentu yang digunakan sebagai dasar
perhitungan pajak. Ada 4 (empat) macam tarif pajak (Mardiasmo,2011:9), yaitu:

b. Tarif sebanding (proposional)

Yaitu tarif berupa persentase tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga
besarnya pajak yang terutang proposional terhadap besarnya nilai yang dikenain pajak.

c. Tarif tetap

Yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

d. Tarif progresif

Yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi 3, yaitu :

e. Tarif progresif-progresif

Yaitu kenaikan persentase semakin besar.

f. Tarif progresif tetap

Yaitu kenaikan pesentase tetap.

g. Tarif progresif degresif

Yaitu kenaikan persentase semakin kecil.

h. d. Tarif degresif

Yaitu persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.

Pengecualian pengenaan PPnBM Kendaraan Bermotor

1. Impor atau penyerahan kendaraan bermotor berupa: kendaraan


(ambulan,jenazah,pemadam kebakaran, tahanan,angkutan umum).
2. Impor atau penyerahan kendaraan yang Protokoler Kenegaraan; kendaraan dinas
atau kendaraan patroli TNI/Polri.
3. Apabila kendaraan diatas dalam jangka waktu 5 th sejak impor/
perolehannya dipindahtangankan , maka PPnBM yang terutang yang dibebaskan
wajib dibayar ke kas negara dalam jangka waktu 1 bulan sejak kendaraan tersebut
dipindah tangankan. Apabila dilanggar SKBKB + sanksisesuai ketentuan yang
berlaku.(Prabowo, 2016)

METODE PENELITIAN

Proses pengumpulan data dan penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dan pengambilan data ini dilakukan berdasarkan hasil survey di
Kantor SAMSAT Kabupaten Tulungagung.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan dalam waktu kurang lebih selama 4 bulan, terhitung
sejak bulan September 2020 sampai dengan Januari 2021 di Kantor SAMSAT
Kabupaten Tulungagung.
3. Jenis Data
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya.
Dalam penelitian ini, data diambil secara langsung di Kantor SAMSAT
Kabupaten Tulungagung. Hasil data yang diambil dengan cara melakukan survey
langsung kepada para orang yang membayar pajak.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah wawancara dan observasi.
a. Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2005;186) dijelaskan bahwa wawancara adalah
percakapan dengan maksud-maksud tertetu. Pada metode ini peneliti dan
responden berhadapan langsung untuk mendapatkan informasi secara lisan
dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan
penelitian.
Informasi yang diperoleh dengan menggunakan wawancara antara lain : apakah
membayar pajak itu penting? Apakah pernah membayar pajak terlambat?
Bagaimana pelayanan Samsat?
b. Observasi
Observasi diartiakan dengan melakukan kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat, dan mempertimbangkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
observasi langsung utuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh para pembayar
pajak dan para petugas-petugas SAMSAT di Kabupaten Tulungagung saat
melayani masyarakat.

PEMBAHASAN

Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap uang pajak yang
dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan Negara dari sector pajak.
Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat maupun daerah demi
kesejahteraan masyarakat. (Fuadi dan Mangoting 2013)
Berdasarkan (Kusumawati and Rachman 2021) Uang pajak digunakan untuk
kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber
dana pemerintah untuk mendanai pembangunan di pusat dan daerah, seperti membangun
fasilitas umum, membiayai anggaran kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan produktif lain.
Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang - undang.
Presentase Hasil Kuensioner
N0 Keterangan Ya Tidak
1. Penting bayar pajak 100% -
2. Kesadaran 100% -
3. Kepatuhan 60% 40%
4. Pekayanan - -
Pada diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa membayar pajak kendaraan bermotor
itu penting dan wajib. Tetapi masih ada beberapa orang yang tidak patuh dan telat membayar
pajak kendaraan bermotor. kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada kepatuhan
wajib pajak. Wajib pajak yang memiliki kesadaran yang baik akan cenderung untuk
patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Berarti, semakin tinggi kesadaran
wajib pajak, maka akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
kendaraan bermotor (PKB) di Tulungagung. Pengetahuan tentang pajak perlu dimiliki oleh
wajib pajak agar dapat mengetahui hak, kewajiban serta tanggung jawab sebagai wajib
pajak, sehingga tujuan pajak, fungsi serta manfaat pajak dapat dipahami dan dengan
demikian timbul kesadaran untuk patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Berarti semakin tinggi pengetahuan pajak, maka akan semakin meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor. (Sarlina, Kurniawan, and
Umiyati 2019)
Kemungkinan adanya sanksi perpajakan juga akan berpengaruh positif. Karena
wajib pajak tidak akan melalaikan kewajibannya mentaati peraturan perundang - undangan
perpajakan. Pandangan tentang pengenaan sanksi perpajakan akan lebih merugikan apabila
melakukan penghindaran pajak menjadi faktor pendorong bagi wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga salah satu cara untuk menghindari sanksi
perpajakan adalah dengan melakukan pembayaran pajak tepat pada waktunya atau tidak
melewati jangka waktu yang ditetapkan. Berarti, semakin tinggi persepsi wajib pajak
tentang sanksi perpajakan, maka akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Tulungagung. Dan untuk pelayanan di
Samsat Tulungagung sendiri para wajib pajak merasa pelayanannya sudah cukup bagus
dan cukup memuaskan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Ada beberapa faktor-faktor mempengaruhi kepatuhan wajib pajak menurut Aristanti
Widyaningsing (2011:6) antara lain:
1. Pemahaman terhadap sistem pemungutan pajak, yaitu :
a. Offical assessment System
Yaitu suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
b. Self Assessment System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
c. With Holding System
Yaitu pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan
pemerintah dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besarnya wajib pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
d. Sistem official assessment
Sistem official assessment diterapkan perpajakan Indonesia dalam membayar pajak
kendaraan bermotor (PKB). Ciri-ciri sistem official assessment, yaitu :
• Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.
• Wajib pajak bersifat pasif
• Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. KualitasPelayanan
Menurut Boediono dalam bukunya Ni Luh (2006:34), “pelayanan adalah suatu proses
bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan
inter personal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan”. Hakikat pelayanan umum adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi pemerintah di bidang
pelayanan umum.
b. Mendorong upaya mengefektifitas sistem dan tata laksana pelayanan sehingga pelayanan
umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien).
c. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa, damn peran serta masyarakat dalam
pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lain. Pelayanan yang berkualitas
harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum.
Kualiatas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang
memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan dan
sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak. Disamping itu juga, kemudahan dalam
melakukan hubunngan komunikasi yang baik, memahami kebutuhan wajib pajak, tersedianya
fasilitas fisik termasuk sarana komunikasi yang memadai, dan pegawai yang cakap dalam
tugasnya. (Gustiari and Suprasto 2018)
3. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah
memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku.
Tingkat pendidikan yang semakin rendah juga akan tercermin dalam masih banyaknya wajib
pajak yang berpeluang enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya
pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.
4. TingkatPenghasilan
Tingkat penghasilan akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak tepat pada waktunya. Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak terkait
erat dengan besarnya penghasilan,dalam membayar pajak tepat pada waktunya. Kemampuan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak terkait erat dengan besarnya penghasilan, maka
salah satu hal yang dipertimbangkan dalam pemungutan pajak adalah tingkat penghasilan.
5. Persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan.
Sanksi perpajakan diberikan kepada wajib pajak agar wajib pajak mempunyai
kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak. Sanksi perpajakan dalam perundang- undangan
perpajakan berupa sanksi administrasi (dapat berupa denda dan bunga) dan sanksi pidana.
Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak

Penutup

a. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa mengatur kewenangan bagi Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia untuk melakukan tindakan sebagai
berikut:a)Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian danmenyita
sementara Kendaraan Bermotor yang patut diduga melanggar peraturan berlalu
lintasatau merupakan alat dan/atau hasil kejahatan) Melakukan pemeriksaan atas
kebenaran keterangan berkaitan dengan Penyidikan tindak pidana di bidang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalanc)Meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik
Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan Umumd)Melakukan
penyitaan terhadap Surat Izin Mengemudi, Kendaraan Bermotor, muatan, Surat
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor,
dan/atau tanda lulus uji sebagai barang buktie)Melakukan penindakan terhadap
tindak pidana pelanggaran atau kejahatan Lalu Lintas menurut ketentuan
peraturan perundang-undanganf) Membuat dan menandatangani berita acara
pemeriksaang) Menghentikan penyidikan jika tidak terdapat cukup buktih)
Melakukan penahanan yang berkaitan dengan tindak pidana kejahatan Lalu Lintasi)
Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung jawab.
b. Saran
Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan. Saya berharap dengan
adanya laporan ini pembaca mampu mendapatkan informasi tentang perpajakan.
A. DAFTAR PUSTAKA

Barus, Stephanie Amelia Handayani. 2016. “Faculty of Economics Universitas Riau ,.”
Pengaruh Akses Pajak, Fasilitas, Sosialisasi Perpajakan Dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor 3(1):295–309.

Fuadi dan Mangoting. 2013. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Biaya
Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.” E-Jurnal Akuntansi 1(1):452–
70.

Gustiari, Luh Ayu, and Herkulanus Bambang Suprasto. 2018. “Sosialisasi Perpajakan
Memoderasi Pengaruh Kewajiban Moral Dan Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.” E-Jurnal Akuntansi 2018(1):606–32. doi:
10.24843/EJA.2018.v24.i01.p23.

Ketut Evi Susilawat, and Ketut Budiartha. 2013. “Jurnal_inter_1_V.” Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Akuntabilitas Pelayanan
Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

Kusumawati, Intan Nio, and Arif Nugroho Rachman. 2021. “Analisa Pengaruh Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.” Jurnal Ekonomi-Qu 11(1):1. doi:
10.35448/jequ.v11i1.11272.

Rachmad Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, MM. 2014. “Analisis Pemenuhan Pembayaran
Pajak Bumi Dan Bangunan Untuk Meningkatkan Penerimaan Sektor Pajak.” 1(1):103–
20.

Sari, R. A. Vivi Yulian, and Neri Susanti. 2015. “FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN
PROVINSI (UPPP) KABUPATEN SELUMA.” EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah
Ekonomi Dan Bisnis 2(1):63–78. doi: 10.37676/ekombis.v2i1.5.

Sarlina, Leni, Asep Kurniawan, and Indah Umiyati. 2019. “Pengaruh Akses Pajak, Fasilitas,
Kualitas Pelayanan Dan Persepsi Adanya Reward Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor.” FAIRVALUE: Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan 1(2):145–
60.

(Rachmad Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak 2014)Barus, Stephanie Amelia Handayani.


2016. “Faculty of Economics Universitas Riau ,.” Pengaruh Akses Pajak, Fasilitas,
Sosialisasi Perpajakan Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor 3(1):295–309.

Fuadi dan Mangoting. 2013. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Biaya
Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.” E-Jurnal Akuntansi 1(1):452–
70.

Gustiari, Luh Ayu, and Herkulanus Bambang Suprasto. 2018. “Sosialisasi Perpajakan
Memoderasi Pengaruh Kewajiban Moral Dan Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.” E-Jurnal Akuntansi 2018(1):606–32. doi:
10.24843/EJA.2018.v24.i01.p23.

Ketut Evi Susilawat, and Ketut Budiartha. 2013. “Jurnal_inter_1_V.” Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Akuntabilitas Pelayanan
Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

Kusumawati, Intan Nio, and Arif Nugroho Rachman. 2021. “Analisa Pengaruh Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.” Jurnal Ekonomi-Qu 11(1):1. doi:
10.35448/jequ.v11i1.11272.

Rachmad Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, MM. 2014. “Analisis Pemenuhan Pembayaran
Pajak Bumi Dan Bangunan Untuk Meningkatkan Penerimaan Sektor Pajak.” 1(1):103–
20.

Sari, R. A. Vivi Yulian, and Neri Susanti. 2015. “FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN
PROVINSI (UPPP) KABUPATEN SELUMA.” EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah
Ekonomi Dan Bisnis 2(1):63–78. doi: 10.37676/ekombis.v2i1.5.

Sarlina, Leni, Asep Kurniawan, and Indah Umiyati. 2019. “Pengaruh Akses Pajak, Fasilitas,
Kualitas Pelayanan Dan Persepsi Adanya Reward Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor.” FAIRVALUE: Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan 1(2):145–
60.

Anda mungkin juga menyukai