Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini.,
Disusun oleh :
Makkatul Hikmah
P27820117062
III REGULER B
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Asuhan Keperawatan pada Pasien
Luka Bakar” tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
Kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi Kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya Kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan Kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1............................................................................................................Latar
Belakang............................................................................................1
1.2............................................................................................................Rumusan
Masalah.............................................................................................1
1.3............................................................................................................Tujuan
...........................................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1.Definisi..............................................................................................2
2.2.Etiologi..............................................................................................2
2.3.Patofisiologi......................................................................................2
2.4.Manifestasi........................................................................................5
2.5.Klasifikasi..........................................................................................8
2.6.Pertolongan Pertama.........................................................................9
2.7.Perawatan Luka Bakar......................................................................10
2.8.Resusitasi...........................................................................................11
2.9. Pemantauan Pasca Resusitasi...........................................................12
2.10.Nutrisi pasien Luka Bakar...............................................................13
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian.........................................................................................16
3.2.Diagnosa............................................................................................17
3.3.Intervensi...........................................................................................18
3.4.Implementasi.....................................................................................20
3.5.Evaluasi.............................................................................................20
BAB 4 PENUTUP
4.1.Kesimpulan........................................................................................21
4.2.Saran..................................................................................................21
4
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain . Biaya yang dibutuhkan juga cukup
mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api (secara
langsung ataupun tidak langsung), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari
api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
1.3 Tujuan
5
1
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka
lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar)
yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan
cepat luka bakar akan diidiami oleh bakteri patogen; mengalami eksudasi
dengan perembesan sejumlah besar air, protein serta elektrolit; dan sering kali
memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk
menghasilkan penutup luka permanen ( muttaqin, 2013)
Menurut Syamsuhidayat (2005), luka bakar adalah hilang atau rusaknya
sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan
hewan.
2.2 Etiologi
Menurut penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputi
hal-hal berikut ini:
1. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misal teko atau
minuman)
2. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak
3. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang dan api yang disebabkan
merokok ditempat tidur
4. Benda panas (misalnya radiator)
5. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit, tetapi biasanya terdapat titik
masuk dan keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia
jantung dan pasien ini harus mendapat pamantauan jantung minimal
selama 24 jam setelah cedera
6. Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari)
2
7
7. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang
sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidot untuk zat kimia
harus diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.
8. Cedera inhalasi tejadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka bakar
pada kepala dan leher atau tertahan di ruangan yang dipenuhi asap.
2.3 Patofisiologi
Kulit adalah organ terbesar tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolik,
tetapi kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup di mata
dapat terganggu akibat suatu cedera luka bakar. Suatu cedera luka bakar akan
mengganggufungsi kulit, seperti berikut:
1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman
2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan
3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air
Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan
lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu di atas 115 oF (46oC). Luas
kerusakannya bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh,
pada kasus luka bakar akibat air panas pada orang dewasa, kontak 1 detik dengan
air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 oC dapat menyebabkan luka bakar
yang merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (full-
thickness injury). Sebagai manifestasi dari cedera luka bakar panas, kulit akan
melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan pembentukan oksigen
reaktif yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini
menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma meningkat dengan
menghasilkan suatu formasi mikrotrobulus.
Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanifestasikan
dengan adanya demam, peningkatan laju metabolisme, peningkatan ventilasi,
peningkatan curah jantung, peningkatan glukoneogenesis serta meningkatkan
katabolisme otot viseral dan rangka. Pasien membutuhkan dukungan
komprehensiv, yang berlanjut sampai penutupan luka selesai.
Terdapat beberapa fase dalam luka bakar:
a. Fase akut
8
Fase akut pada luka bakar disebut juga sebagai fase awal atau fase
syok. Dalam fase akut ini penderita akan mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas) dan ciculation
(sirkulasi). Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit akibat cidera karena panas yang berdampak sistemik.
b. Fase subakut
Fase subakut berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang
yang terjadi adalah adanya kerusakan atau kehilangan jaringan akibat
kontak dengan sumber panas.
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung sampai terjadinya jaringan parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ- organ fungsional. Permasalahan
yang muncul pada fase ini adalah adanya penyulit berupa parut yang
hipertropika keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Penyembuhan luka, ada beberapa tahapan yang akan terjadi. Tahapan tersebut
ada yaitu:
a. Fase inflamasi
Fase Inflamasi adalah respons vasikuler dan seluler yang terjadi
akibat luka yang terjaadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai
adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda
asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses
penyembuhan. Kerusakan pembuluh darah pada fase ini akan
menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis.
b. Fase Prolifarasi
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah
memperbaiki dan meyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel.
Peran fibroblas sangat besar untuk perbaikan, yaitu bertanggung jawab
mempersiapkan menghasilkan produk struktur protein yang akan
digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
c. Fase Maturasi
9
1. Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau
kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.
2. Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai
komplikasi.
1. Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa
atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak..
2. Tingkat III 10% atau lebih.
3. Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan
perineum.
4. Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.
5. Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
6. Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan
tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah
kesehatan sebelumnya.
2. Sedang – moderate:
1) Tingkat II : 15 – 30%
2) Tingkat III : 1 – 10%
3. Ringan – minor:
1) Tingkat II : kurang 15%
2) Tingkat III : kurang 1%
12
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
ketat, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima
belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu
tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap
meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang
terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga
kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih
luas karena bahaya terjadinya hipotermi.
e. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka
akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing
Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen
14
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk
menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu
mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih biasanya
hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial thickness), sementara luka bakar
karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit (full thickness).
l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam
(no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk
17
% x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit
yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah
cairan hari pertama. Contoh
: seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit
akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan
2000 cc pada hari kedua.
Contoh :
Berat badan 70 kg
% luka bakar 65%
4 X 70 kg BB X 65% TBS
18200ml
A. 8 jam pertama (dihitung sejak pasien terbakar)
6.067 ml
B. 16 jam kemudian
12.133ml
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;
aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan
15
22
j. Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif [D.0001] berhubungan dengan
terpapar polusi ditandai dengan adanya suara nafas tambahan
(crowing)
2. Risiko Hipovolemia [D.0140] berhubung dengan kehilangan cairan
secara aktif
3. Risiko Infeksi [0142] berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder terhadap supresi respon inflamasi
24
3.3 Intervensi
1. Diagnosa D.0001
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kemampuan obstruksi jalan
nafas untuk mempertahankan jalan nafas pasien tetap paten meningkat, dengan
kriteria hasil:
a. frekuensi nafas membaik
b. pola nafas membaik
c. suara nafas tambahan menurun
Intervensi:
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Beri oksigenasi
c. Monitor pola nafas
d. Monitor bunyi nafas tambahan; crowing
e. Kolaborasi tindakan dengan tim medis lain
2.Diagnosa D.0140
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kondisi volume cairan intraseluler
membaik, dengan kriteria hasil:
a. intake cairan membaik
b. frekuensi nadi membaik
c. output urin meningkat
Intervensi:
a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
b. Monitor input dan output cairan
c. Hitung kebutuhan cairan
25
4.Diagnosa [D.0077]
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri menurun skala 0, dengan kriteria
hasil:
a. keluhan nyeri menurun
b. gelisah menurun
c. meringis menurun
Intervensi:
a. Identifikasi skala nyeri
b. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
c. Berikan teknik nonfarmakologi (distraksi-relaksasi)
d. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5.Diagnosa [D.0083]
Tujuan:
Setellah dilakukan asuhan keperawatan persepsi tentang struktur, penampilan dan
fungsi fisik individu meningkat, dengan kriteria hasil:
a. hubungan sosial membaik
26
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Monitor frekuensi pertanyaan kritik terhadap diri sendiri
c. Berikan pilihan yang realistis mengenai aspek-aspek dalam perawatan
d. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
3.4 Implementasi
Tahapan ini dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu
klien mencapai tujuan sesuai harapan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dan manifestasinya
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk menghadapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, penatalaksanaan sudah berhasil dicapai.
Hasil dari evaluasi dibagi menjadi 3 yaitu; Masalah teratasi, Masalah
teratasi sebagian dan Masalah belum teratasi.
27
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meski terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penangan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka
bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab
timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan
memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang
dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial
bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu
pngetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik cara
penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk
sembuk pagi penderita luka bakar.
4.2. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril
dan sesuai medis, tidak boleh sembarangan atau mengikuti mitos dimasyarakat
seperti penggunaan kecap, atau yang lain. Selalu waspada dan berhati-hati
setiap kali melakukan kegiatan aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat
memicu luka bakar
21
28
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2013. Buku Ajar Perawatan Pasien Luka Bakar. Yogyakarta:
Gosyen Publis.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan
Integumen. Jakarta: Penerbit Salemba.
Tim Medis Bantuan Panacea. 2013. Basic Life Support (Edisi 13).Jakarta: EGC