Anda di halaman 1dari 28

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA BAKAR

Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini.,
Disusun oleh :
Makkatul Hikmah
P27820117062
III REGULER B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN SOETOMO
TAHUN AJARAN 2019/2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Asuhan Keperawatan pada Pasien
Luka Bakar” tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
Kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi Kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya Kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan Kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surabaya, 25 Juli 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1............................................................................................................Latar
Belakang............................................................................................1
1.2............................................................................................................Rumusan
Masalah.............................................................................................1
1.3............................................................................................................Tujuan
...........................................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1.Definisi..............................................................................................2
2.2.Etiologi..............................................................................................2
2.3.Patofisiologi......................................................................................2
2.4.Manifestasi........................................................................................5
2.5.Klasifikasi..........................................................................................8
2.6.Pertolongan Pertama.........................................................................9
2.7.Perawatan Luka Bakar......................................................................10
2.8.Resusitasi...........................................................................................11
2.9. Pemantauan Pasca Resusitasi...........................................................12
2.10.Nutrisi pasien Luka Bakar...............................................................13
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian.........................................................................................16
3.2.Diagnosa............................................................................................17
3.3.Intervensi...........................................................................................18
3.4.Implementasi.....................................................................................20
3.5.Evaluasi.............................................................................................20
BAB 4 PENUTUP
4.1.Kesimpulan........................................................................................21
4.2.Saran..................................................................................................21
4

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain . Biaya yang dibutuhkan juga cukup
mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api (secara
langsung ataupun tidak langsung), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari
api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar resusitasi pada trauma dan


penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil
mungkin angka- angka tersebut diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi
kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang
mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal
dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit- penyulit yang
mungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan disritmia
jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan menjuhkan/ mengeluarkan penderita dari
lingkungan trauma panas juga merupakan prinsip utama dari penanganan trauma
termal.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien luka bakar?

1.3 Tujuan
5

Memahami bagaimana asuhan keperawatan pada pasien luka bakar

1
6

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka
lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar)
yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan
cepat luka bakar akan diidiami oleh bakteri patogen; mengalami eksudasi
dengan perembesan sejumlah besar air, protein serta elektrolit; dan sering kali
memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk
menghasilkan penutup luka permanen ( muttaqin, 2013)
Menurut Syamsuhidayat (2005), luka bakar adalah hilang atau rusaknya
sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan
hewan.

2.2 Etiologi
Menurut penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputi
hal-hal berikut ini:
1. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misal teko atau
minuman)
2. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak
3. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang dan api yang disebabkan
merokok ditempat tidur
4. Benda panas (misalnya radiator)
5. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit, tetapi biasanya terdapat titik
masuk dan keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia
jantung dan pasien ini harus mendapat pamantauan jantung minimal
selama 24 jam setelah cedera
6. Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari)

2
7

7. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang
sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidot untuk zat kimia
harus diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.
8. Cedera inhalasi tejadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka bakar
pada kepala dan leher atau tertahan di ruangan yang dipenuhi asap.

2.3 Patofisiologi
Kulit adalah organ terbesar tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolik,
tetapi kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup di mata
dapat terganggu akibat suatu cedera luka bakar. Suatu cedera luka bakar akan
mengganggufungsi kulit, seperti berikut:
1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman
2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan
3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air
Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan
lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu di atas 115 oF (46oC). Luas
kerusakannya bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh,
pada kasus luka bakar akibat air panas pada orang dewasa, kontak 1 detik dengan
air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 oC dapat menyebabkan luka bakar
yang merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (full-
thickness injury). Sebagai manifestasi dari cedera luka bakar panas, kulit akan
melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan pembentukan oksigen
reaktif yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini
menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma meningkat dengan
menghasilkan suatu formasi mikrotrobulus.
Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanifestasikan
dengan adanya demam, peningkatan laju metabolisme, peningkatan ventilasi,
peningkatan curah jantung, peningkatan glukoneogenesis serta meningkatkan
katabolisme otot viseral dan rangka. Pasien membutuhkan dukungan
komprehensiv, yang berlanjut sampai penutupan luka selesai.
Terdapat beberapa fase dalam luka bakar:
a. Fase akut
8

Fase akut pada luka bakar disebut juga sebagai fase awal atau fase
syok. Dalam fase akut ini penderita akan mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas) dan ciculation
(sirkulasi). Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit akibat cidera karena panas yang berdampak sistemik.
b. Fase subakut
Fase subakut berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang
yang terjadi adalah adanya kerusakan atau kehilangan jaringan akibat
kontak dengan sumber panas.
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung sampai terjadinya jaringan parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ- organ fungsional. Permasalahan
yang muncul pada fase ini adalah adanya penyulit berupa parut yang
hipertropika keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

Penyembuhan luka, ada beberapa tahapan yang akan terjadi. Tahapan tersebut
ada yaitu:
a. Fase inflamasi
Fase Inflamasi adalah respons vasikuler dan seluler yang terjadi
akibat luka yang terjaadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai
adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda
asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses
penyembuhan. Kerusakan pembuluh darah pada fase ini akan
menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis.
b. Fase Prolifarasi
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah
memperbaiki dan meyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel.
Peran fibroblas sangat besar untuk perbaikan, yaitu bertanggung jawab
mempersiapkan menghasilkan produk struktur protein yang akan
digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
c. Fase Maturasi
9

Fase dimulai minggu ke -3 setelah perlukaan dan berakhir sampai


kurang lebih 12 bulan. Tujuan fase ini menyempurnakan terbentuknya
jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat. Fibroblas sudah
mulai meninggalkan granulasi, warna kemerahan dari jarungan mulai
berkurang karena regenerasi pembuluh darah dan serat fibrin dari kolagen
bertabah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Sintesa kolagen telah
dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kolagen
muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pafa fase proliferasi akan
berubah menjadi kolagen yang lebih matang yaitu kuat dan struktur yang
lebih baik (remodelling process).

2.4 Manifestasi Klinis Luka Bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:
1. Kepala dan leher : 9%
2. Lengan masing-masing 9% : 18%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5. Genetalia/perineum : 1%
10

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor


antara lain :

1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.


2. Kedalaman luka bakar.
3. Anatomi lokasi luka bakar.
4. Umur klien.
5. Riwayat pengobatan yang lalu.
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

2.4.1 American Burn Association membagi dalam :


Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :
1. Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa
atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak.
2. Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai
komplikasi.

Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :

1. Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau
kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.
2. Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai
komplikasi.

Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):


11

1. Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa
atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak..
2. Tingkat III 10% atau lebih.
3. Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan
perineum.
4. Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.
5. Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
6. Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan
tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah
kesehatan sebelumnya.

2.4.2 American college of surgeon membagi dalam:


1. Parah – critical:
1) Tingkat II : 30% atau lebih.
2) Tingkat III : 10% atau lebih.
3) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
4) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue
yang luas.

2. Sedang – moderate:
1) Tingkat II : 15 – 30%
2) Tingkat III : 1 – 10%
3. Ringan – minor:
1) Tingkat II : kurang 15%
2) Tingkat III : kurang 1%
12

2.5 Klasifikasi Luka Bakar


a. Luka Bakar Drajat 1 (superficial burn)
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar
menjadi merah, nyeri, sangat sensitive terhadap sentuhan dan lembab atau
membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih dan belum
terbentuk bula.

b. Luka Bakar Derajat 2 (partial-thickness burn)


Meyebabkan kerusakan lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya
tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika
disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.

c. Luka Bakar Derajat 3 (full thickness burn)


Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa
berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar.
Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan
luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh
dan rambut/bulu di tempat tersebut mudaah dicabut dari akarnya. Juka
disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah
13

mengalami kerusakan. Jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar,


maka cairan akan merembes ke pembuluh darah dan menyebabkan
pembengkakan. Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar
cairan karena perembesan terebut bisa menyebabkan terjadinya syok.
Tekanan daerah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak dan
organ lainnya sangat sedikit.

2.6 Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar

a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
ketat, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima
belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu
tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap
meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang
terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga
kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih
luas karena bahaya terjadinya hipotermi.

e. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka
akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing
Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen
14

spesifik luka bakar pada survey sekunder.


15

Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk
menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu
mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih biasanya
hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial thickness), sementara luka bakar
karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit (full thickness).

2.7 Perawatan Luka Bakar


Sebagian luka bakar berukuran kecil, dan dapat dirawat jalan. Umumnya
luka di permukaan kurang dari 15-20%, tidak mengenai tangan, wajah dan
perineum. Bila tidak, luka dapat dirawat aman dan efektif di rumah dengan
pengamatan dokter. Luka harus dibersihkan untuk hilangkan benda asing. Kulit-
kulit lepas pada luka bakar drajat 2 mungkin harus dibersihkan. Setelah
dibersihkan, luka dicuci dengan larutan povidonyodium atau larutan serupa.
Balutan luka dengan tebal, gunanya untuk mengurangi nyeri dan mengisap cairan.
Pasien luka bakar wajah harus mendapat pemeriksaan mata, untuk melihat luka
bapar cornea. Luka bakar wajah harus dirawat hati-hati dengan perak sulfadiasin,
adapun obat topikal seperti salep gentamisin atau salep polimikroba lain. Tangan
yang terbakar harus dibidai diposisikan fungsional dan ditinggikan selama 24-48
jam pertama, untuk mengurangi edema. Gerak harus dilakukan setelah itu,
menghindari kekakuan sendi. Luka bakar kecil pada kaki juga harus ditinggikan
terutama jika mengenai telapak dan pergelangan kaki. Balutan dilepas 2-3 hari
dengan hati-hati agar tidak merusak kulit yang berregenerasi dan dibersihkan dari
eksudat serta partikel kulit yang terlepas. Waktu 2-3 minggu, balutan dapat
dilepas apabila regenerasi kulit sudah baik. Setelah penyembuhan sempurna,
epitel baru akan lebih sensitif dari kulit disekitar terhadap panas matahari atau
panas. Pasien harus menghindari daerah yang terlalu panas selama 6 bulan. Juga
kulit cenderung bersisik dan kering dikarenakan hilangnya beberapa kelenjar
keringat dan sebasea sekunder terhadap luka namun ada beberapa terapi krim kulit
nantinya.
16

2.8 Resusitasi Cairan


2.8.1. Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :

24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar

o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %

o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam


pertama

 ½ jumlah cairan □4000 ml diberikan dalam 8 jam

 ½ jumlah cairan sisanya □ 4000 ml diberikan dalam 16 jam


berikutnya.

2.8.2. Cara lain adalah cara Evans :

l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam

2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam

(no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk
17

mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan


osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali
cairan yang telah keluar)
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat
penguapan)
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua
.
2.8.3. Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan
rumus Baxter:

% x BB x 4 cc

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit
yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah
cairan hari pertama. Contoh
: seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit
akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan
2000 cc pada hari kedua.

2.9 Pemantauan Pasca Resusitasi


Beberapa hal yang perlu dilakukan pemantauan pasca resusitasi cairan antara
lain:

a. Volume adekuat: CVP 8-12 mmH2O


b. Oksigenasi, meliputi delivery oksigen, konsumsi oksigen, dan saturasi
oksigen
c. Deteksi adanya hipoperfusi splangnikus, ditandai dengan adanya iskemia
mukosa saluran gastrointestinal.
18

d. Penilaian perfusi seluler dengan melihat apakah ada peningkatan glukosa,


serum laktat, trigliserida, dan hipoalbuminemia
e. Penilaian hemodinamik dengan melihat tekanan darah dan produksi urin,
serta menilai balans cairan
f. Cairan pemeliharaan:
o Dewasa: 2000 mL dalam 24 jam
o Anak: 100 ml/10 kgBB (I)
o 50 ml/10 kgBB (II)
o 25 ml/10 kgBB (III)

Contoh :
Berat badan 70 kg
% luka bakar 65%
4 X 70 kg BB X 65% TBS
18200ml
A. 8 jam pertama (dihitung sejak pasien terbakar)
6.067 ml
B. 16 jam kemudian
12.133ml

2.10. Nutrisi untuk Pasien Luka Bakar


1. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat adalah sumber gula yang digunakan tubuh sebagai
sumber energi utama. Dalam hal proses penyembuhan luka bakar
membutuhkan energi yang cukup besar, oleh karena itu dibutuhkan sumber
energi tubuh yang cukup banyak juga untuk menunjang hal tersebut.
Bagi penderita luka bakar, dibutuhkan sekitar 50-60% karbohidrat dari total
kalori dalam sehari. Jika 2500 kalori per hari, maka diperlukan karbohidrat
sekitar 312-375 gram. 
2. Vitamin dan Mineral
19

Gizi mikro seperti ini sangat diperlukan untuk mempercepat proses


penyembuhan luka bakar. Misalnya dalam hal seperti pemberian vitamin A, B,
C, dan D dalam jumlah tinggi sangat dianjurkan bagi pasien luka bakar. Selain
itu, kandungan zat mineral yang dibutuhkan dalam jumlah cukup banyak
lainnya adalah seperti seng, natrium, fosfor, seng, kalium, dan magnesium.
Kandungan vitamin C bisa didapatkan dari buah-buahan sedangkan
kandungan seperti zat besi dan seng bisa didapatkan pada makanan seperti hati
sapi, daging ayam tanpa kulit, dan juga daging sapi.
3. Protein
Kandungan yang satu ini memang sangat perlu dan dibutuhkan sekali bagi
penderita luka bakar. Hal ini dikarenakan kandungan protein dapat membantu
memperbaiki jaringan yang rusak.
Selain itu, tubuh penderita luka bakar telah mengalami kehilangan banyak
energi sehingga menjadikan kandungan protein sebagai energi utama. Hal
tersebut membuat kandungan protein dalam tubuh penderita sangat rendah.
Apabila kandungan protein tidak terpenuhi pada proses penyembuhan luka
bakar, maka akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh,
memperlambat proses penyembuhan, serta kehilangan massa otot yang cukup
banyak.
4. Lemak
Kandungan yang satu ini memang tidak diperlukan begitu banyak seperti
halnya pada kandungan protein dan karbohidrat. Akan tetapi, lemak
dibutuhkan agar dapat meningkatkan proses metabolisme dalam tubuh.
Namun, jika mengkonsumsi dalam hal yang tidak wajar, akan dapat
berdampak buruk bagi kesehatan. Dikarenakan, mengkonsumsi lemak dalam
jumlah tinggi akan menurunkan kerja dan fungsi dari sistem imun, sehingga
penyembuhan akan semakin sulit dilakukan. 
Oleh karena itu, lebih baik mengkonsumsi sumber lemak yang baik, yaitu
makanan dengan lemak tidak jenuh tinggi seperti minyak zaitun, alpukat, ikan,
dan kacang-kacangan. 
20
21

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
d.  Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.

e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;
aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan

15
22

ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok


listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan
ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h.   Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru);
stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama
3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa
luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai
72 jam setelah cedera.
23

Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah


nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).

j.   Pemeriksaan diagnostik:
 LED: mengkaji hemokonsentrasi.
 Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
 Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada  cedera inhalasi asap.
 BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
 Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
 Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif.
 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif [D.0001] berhubungan dengan
terpapar polusi ditandai dengan adanya suara nafas tambahan
(crowing)
2. Risiko Hipovolemia [D.0140] berhubung dengan kehilangan cairan
secara aktif
3. Risiko Infeksi [0142] berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder terhadap supresi respon inflamasi
24

4. Nyeri akut [D.0077] berhubungan dengan agen pencedera kimiawi


ditandai dengan tampak meringis
5. Gangguan citra tubuh [D.0083] berhubungan dengan perubahan
struktur/bentuk tubuh ditandai dengan fungsi struktur tubuh berubah

3.3 Intervensi
1. Diagnosa D.0001
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kemampuan obstruksi jalan
nafas untuk mempertahankan jalan nafas pasien tetap paten meningkat, dengan
kriteria hasil:
a. frekuensi nafas membaik
b. pola nafas membaik
c. suara nafas tambahan menurun
Intervensi:
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Beri oksigenasi
c. Monitor pola nafas
d. Monitor bunyi nafas tambahan; crowing
e. Kolaborasi tindakan dengan tim medis lain

2.Diagnosa D.0140
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kondisi volume cairan intraseluler
membaik, dengan kriteria hasil:
a. intake cairan membaik
b. frekuensi nadi membaik
c. output urin meningkat
Intervensi:
a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
b. Monitor input dan output cairan
c. Hitung kebutuhan cairan
25

d. Kolaborani pemberian cairan isotonis (RL, asering)


3.Diagnosa [D.0142]
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan derajat infeksi berdasar observasi
menurun, dengan kriteria hasil:
a. bengkak menurun
b. nafsu makan maningkat
c. nyeri menurun
Intervensi:
a. Monitor kondisi luka (drajat luka, ukuran luka, pendarahan)
b. Bersihkan luka dengan cairan steril
c. Lakukan terapi relaksasi-distraksi untuk kurangi nyeri
d. Kolaborasi pemberian antibiotik

4.Diagnosa [D.0077]
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri menurun skala 0, dengan kriteria
hasil:
a. keluhan nyeri menurun
b. gelisah menurun
c. meringis menurun
Intervensi:
a. Identifikasi skala nyeri
b. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
c. Berikan teknik nonfarmakologi (distraksi-relaksasi)
d. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

5.Diagnosa [D.0083]
Tujuan:
Setellah dilakukan asuhan keperawatan persepsi tentang struktur, penampilan dan
fungsi fisik individu meningkat, dengan kriteria hasil:
a. hubungan sosial membaik
26

Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Monitor frekuensi pertanyaan kritik terhadap diri sendiri
c. Berikan pilihan yang realistis mengenai aspek-aspek dalam perawatan
d. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh

3.4 Implementasi
Tahapan ini dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu
klien mencapai tujuan sesuai harapan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dan manifestasinya

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk menghadapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, penatalaksanaan sudah berhasil dicapai.
Hasil dari evaluasi dibagi menjadi 3 yaitu; Masalah teratasi, Masalah
teratasi sebagian dan Masalah belum teratasi.
27

BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meski terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penangan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka
bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab
timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan
memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang
dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial
bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu
pngetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik cara
penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk
sembuk pagi penderita luka bakar.

4.2. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril
dan sesuai medis, tidak boleh sembarangan atau mengikuti mitos dimasyarakat
seperti penggunaan kecap, atau yang lain. Selalu waspada dan berhati-hati
setiap kali melakukan kegiatan aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat
memicu luka bakar

21
28

DAFTAR PUSTAKA

Hardiuman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Pustaka Baru

Majid, Abdul. 2013. Buku Ajar Perawatan Pasien Luka Bakar. Yogyakarta:
Gosyen Publis.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan
Integumen. Jakarta: Penerbit Salemba.
Tim Medis Bantuan Panacea. 2013. Basic Life Support (Edisi 13).Jakarta: EGC

Purwadianto, Agus dan Budi Sampurna. 2017. Keperawatan Darurat Medis


Disertai Contoh Klinis. Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher

Anda mungkin juga menyukai