Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“FIKSASI DAN IMOBILISASI DINI”

Oleh:
Tri Selsa
(1914201303)

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Muhammad Arif, M. Kep

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN FIKSASI DAN IMOBILISASI DINI

A. Fiksasi Terbagi Atas 2


1. Defenisi ORIF
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis operasi dengan
pemasangan internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut tidak dapat
direduksi secara cukup dengan close reduction, untuk mempertahankan posisi yang
tepat pada fragmen fraktur (John C. Adams, 1992 dalam Potter).

Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan
tidak mengalami pergerakan. Internal fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya
digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur transvers. Open Reduction
Internal Fixation (ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya
mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk
beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk
mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan (Brunner & Suddart, 2003).

2. Tujuan ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Ada beberapa tujuan dilakukannya
pembedahan Orif, antara lain:
a. Memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas
b. Mengurangi nyeri.
c. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam lingkup
keterbatasan klien.
d. Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena
e. Tidak ada kerusakan kulit
3. Indikasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

a. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan metode
terapi lain, terbukti tidak memberi hasil yang memuaskan.

b. Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal, dan fraktur intraartikular
disertai pergeseran.

c. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot
tendon.

4. Kontraindikasi tindakan pembedahan ORIF:

a. Tulang osteoporotik terlalu rapuh menerima implan

b. Jaringan lunak diatasnya berkualitas buruk

c. Terdapat infeksi

d. Adanya fraktur comminuted yang parah yang menghambat rekonstruksi.

e. Pasien dengan penurunan kesadaran

1. Defenisi oref

adalah reduksi terbuka dengan Fiksasi eksterna. Fiksasi eksterna adalah alat yang
diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua
atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagianproksimal dan distal dari
tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan
eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada
tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis
(Mansjoer, 2000).

Salah satu contoh eksternal fiksasi adalah pemasangan gips. Penanganan dengan metode
operatif adalah suatu bentuk operasi dengan pemasangan open reduction internal fixatie
(ORIF) maupun dengan pemasangan open reduction external fixatie (OREF).Metode
operatif ini paling sering digunakan.
a. Pemasangan traksi

Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spasme otot; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi
fraktur; untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua
permukaan patahan tulang.Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginka
untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefektifan tarikan
traksi harus dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 )
a. Tujuan
- untuk mengurangi dan untuk immobilisasi fraktur tulang agar terjadi pemulihan
- Untuk mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat
- Untuk mencegah cidera dari jaringan lunak
- Untuk memperbaiki, mengurangi, atau mencegah deformitas
- Untuk mengurangi spaseme otot dan nyeri
b. Indikasi
- Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia
- Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk
mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan
diperbaiki lebih lanjut
- Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas
- Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical
diberikan pada lengan bawah dalm posisi flexsi.
- Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami
patah tulang paha
- Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada
korpus pemoralis orang dewasa
- Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 tahun sampai
dewasa muda
c. Kontra Indikasi
- Hipermobilitas
- Efusi sendi
- Inflamasi
- Fraktur humeri dan osteoporosis
d. Klasifikasi Traksi
1. Skin Traksi
Traksi kulit (skin traksi) adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plaster langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk,
membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera dan biasanya
digunakan untuk jangka pendek  (48 -72 jam). Traksi kulit menunjukkan dimana
dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena melalui
jaringan 7 lunak.

buck extension: Digunakan pada fraktur femur


Bryant traction: digunakan pada dislokasi panggul, untuk anak <1 tahun,
penyakit development dysplasia of the hip (DDH).

russel traction: suatu balanced traksi, di gunakan pada fraktur HIP, kalau pada
anak-anak sering di gunakan pada fraktur femur.

dunlop traction: di gunakan pada fraktur supra coundiler humerus, lengan


tangan di gantung dengan skin traksi
90-90 upper extremity traction/ side arm traction: di gunakan pada fraktur
supracondiler elbow, humerus, sholde

2. Skeletal Traksi
Traksi skeletal adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera
dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke
dalam. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang di aplikasikan langsung ke
skeleton melalui pins, wire atau buat yang telah dimasukkan kedalam tulang.
Untuk melakukan ini berat yang besar dapat digunakan.Traksi skeletal digunakan
untuk fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar
dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.

1. Prosedur Tindakan
1. Persiapan alat
- Skin traksi kit - beban
- k/p pisu cukur - K/p Bantalan conter traksi
- k/p balsam perekat - k/p bantal kasur
- k/p alat rawat luka - gunting
- katrol dan pulley - bolpoint untuk penanda/ marker

Traksi kulit - Sarung tangan steril


- Bantal keras (bantal pasir ) - Lidi kapas
- Bedak kulit - Povidone Iodine (k/p)
- Kom berisi air putih - Kassa steril dan piala ginjal
- Handuk
- Sarung tangan bersih
Traksi skeletal
- Zat pembersih untuk perawatan pin
- Set ganti balut
- Salep anti bakteri (k/p)
- Kantung sampah infeksius
2. Persiapan pasien
- Mengatur posisi tidur pasien supinasi
- Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
- Bila banyak rambut k/p di cukur
- Anestesi
- Ukur TD, nadi dan RR
3. Persiapan lingkungan
- Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
- Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan.
- Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman
4. Langkah-langkah prosedur
- Mencuci tangan
- Memakai handscone
- Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan  bolpoint
- Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan lateral
kaki secara simetris dengan tetap  menjaga immobilisasi  fraktur
- Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
- Masukkan tali pada pulley katrol
- Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg)
- k/p pasang bantalan contertraksi  atau bantal penyangga kaki
- Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
- Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan  untuk manggil
perawat bila ada keluhan 
- Buka tirai/ pintu
- Alat dikembalikan, dibersihkan  dan dirapikan
- Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Traksi Kulit
- Cuci tangan dan pasang sarung tangan
- Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali
- Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas  distal yang terpasang traksi
- Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
- Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu anjurkan
klien latihan ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi
- Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi
Traksi Skeletal
- Cuci tangan
- Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan
tarikan traksi yang optimal
- Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
- Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi kapas dengan
teknik menjauh dari pin (dari dalam ke luar)
- Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol Rsdantutup kassa di
lokasi penusukan pin
- Buang alat alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius
- Lepas sarung tangandanCuci tangan
- Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di
tempat tidur selama ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong
- Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
5. Perawatan
- Berikan tindakan kenyamanan (contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung)
dan aktivitas terapeutik
- Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
- Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
- Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan
teknik aseptic dengan tepat.
- Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput dan anjurkan klien
menggunakan pakaian katun longgar.
- Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan
imajinasi, nafas dalam.
- Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
- Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh: edema,
eritema.

6. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilaksanakan intervensi keperawatan:
- Menunjukan tidak ada tanda iritasi kulit, ekstremitas warna normal, dan hangat,
tidak bengkak, dan nadi teraba.
- Menunjukan tidak terdapat tanda infeksi: suhu dibawah 37oC, jumlah sel darah
putih 5000-10.000/mm3, tidak ada nyeri pada luka, tidak ada tanda kemerahan
dan drainase pada sisi pin.
- Menggunakan mekanisme koping efektif
- Menyebutkan peningkatan kenyamanan:
- Melakukan aktivitas perawatan diri, memerlukan sedikit bantuan pada saat
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
- Pola eliminasi defekasi teratur, dan perut lemas.
- Klien mengerti dengan program terapi, klien menunjukkan pemahaman
terhadap program terapi (menjelaskan tujuan traksi, berpartisipasi dalam
rencana perawatan).
- Klien mengekspresikan perasaan dengan aktif, dan tingkat ansietas klien
menurun.
- Nyeri berkurang, klien mampu mengubah posisi sendiri sesering mungkin
sesuai kemampuan traksi, klien dapat beristirahat nyenyak.
- Mobilitas klien meningkat, klien melakukan latihan yang dianjurkan,
menggunakan alat bantu yang aman.
- Tidak ditemukan adanya dekubitus dan nyeri tekan. Kulit tetap utuh, atau tidak
terjadi luka tekan lebih luas.

B. IMOBILISASI
1. Pengertian
Imobilisasi adalah suatu usaha mengkoordinasi system muskuluskeletal dan system
syaraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama
mengangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari. (Perry,
Potter 1997).

2. Tujuan imobilisasi yaitu antara lain


a. Meningkatkan kemampuan pasien untuk otot dan sendi
b. Memotivasi Pasien
c. Mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh
d. Mengurangi nyeri
e. Mengembalikan kekuatan tubuh dan otot-otot
f. Meningkatkan fungsi kardiovaskuler, respirasi, gastrointernal.
g. Mencegah terjadinya kecacatan sekunder atau komplikasi

3. Indikasi
Nyeri dan spasme otot Nyeri pada sendi dan spasme otot dapat ditangani dengan
tehnik gentle joint play untuk menstimulasi efek neurofisiologi dan efek mekanik.
a. Efek neurofisiologi Tehnik mobilisasi traksi osilasi menstimulasi mechanoreseptor
yang dapat menghambat transmisi stimulasi nocicencoric pada level spinal cord
atau brain stem.
b. Mekanik Tehnik mobilisasi traksi osilasi menyebabkan terjadinya pergerakan
cairan sinovial yang membawa zat-zat gizi pada bagian yang bersifat avaskuler di
kartilago artikular dan juga di intra artikular fibro kartilago. Tehnik mobilisasi ini
membantu menjaga pertukaran zat-zat gizi serta mencegah nyeri dan efek
degenerasi statik saat sendi mengalami pembengkakan atau nyeri dan keterbatasan
gerak. Keterbatasan yang bersifat progresif Pada patologi jaringan yang dapat
menyebabkan keterbatasan gerak secara progresif tehnik mobilisasi dapat
memelihara gerakan dan memperlambat keterbatasan yang dapat terjadi.
Immobilitas fungsional Tehnik traksi osilasi bermanfaat untuk menjaga mobilitas
sendi dan gerakan yang mungkin terjadi juga mencegah terjadinya hambatan gerak
yang merupakan efek dari immobilisasi
4. Kontra indikasi
Hypermobilitas Pada hipermobilitas tidak dapat diberikan tehnik mobilisasi karena
masalah yang ada pada hypermobilitas bukanlah gangguan mobilitas sendi melainkan
stabilatas. Efusi sendi Pada sendi yang mengalami efusi tidak boleh dilakukan
mobilisasi karena keterbatasan yang terjadi adalah karena penumpukan cairan dan
karena adanya respon otot terhadap nyeri, bukan karena pemendekan otot ataupun
kapsul ligament. Inflamasi Pemberian mobilisasi pada fase inflamasi dapat
menimbulkan nyeri dan memperberat kerusakan jaringan.

5. Jenis Imobilisasi
Imobiolisasi ada 2 jenis yaitu antara lain:
a. Imobilisasi parsial (sebagian)
Penderita yang mengalami fraktur tulang pada kaki (pada kasus).
b. Imobilisasi keseluruhan
Penderita yang mengalami ketidaksadaran diri
6. Penatalaksanaan
a. Pasien ke brankar
- Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap tempat
tidur
- Dua atau tiga orang perawat menghadap ke tempat tidur/pasien.
- Silangkan tangan pasien ke depan dada
- Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan anda ke bawah tubuh pasien
- Perawat 1 meletakkan tangan dibawah leher/bahu bawah pinggang
Perawat 2 meletakan tangan di bawah pinggang dan panggung pasien
Perawat 3 meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
- Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan pindahkan ke brangkar
- Atur posisi pasien dan pasang pengaman
- Tinggikan tingkat tempat tidur, singga sedikit lebih tinggi dari brangkar
b. Pasien fraktur ke tempat tidur
- Kemampuan fisik klien
- Kemampuan memahami intruksi
- Derajat kenyamanan atau ketidaknyamanan saat bergerak
- Berat dan klien
- Adanya hipotensi ortastatik (saat berdiri) dan
- Kemampuan perawat memindahkan klien
Selain itu, perawat juga harus menjelaskan kepada klien mengenal prosedur
dan gambaran yang diharapkan

7. Langkah-langkah
- Pastikakn ram terkunci pada keddua tempat tidur dan brankar
- Lepaskan bantal dari tempat tidur dan letakkan brankar
- Bantu pasien miring menjahui brankar, lalu pasang sliding board dibawah
tubuh pasien
- Bantu pasien kembali ke posisi telentang diatas sliding board dan silangkan
langan di dada
- Perawat mengatur satu kaki di depan dengan lutut dan pinggul sedikit fleksi,
pertahankan body align dengan punggung tetap lurus
- Pada hitungan ketiga, dua berapaat pada sisi brankar secara lembut menerik
sliding board ke arah mereka
- Miringkan pasien ke tangah brankar
- Pastikan pasien merasa nyaman dan pasangan rel pengaman brankar
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, christine. (2001). Kamus saku keperawatan. Jakarta:EGC


Potter, PA. & perry, A. G. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep. Proses,
dan praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC
Sumarwati M. Dkk. (2006). Buku Pratikum PKKDM I dan II. Editor: Hanny Handiyani.
Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI

Anda mungkin juga menyukai