Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PEMBIDAIAN & PEMBALUTAN

…………………………………………………………………………………………………..

OLEH:

Monica Rahmatika Rahman Amarullah

(1914201291)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. ALDO YULIANO. MM.

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2022

1
PEMBIDAIAN

A. PENGERTIAN

Pembidaian adalah tindakan memfixasi/imobilisasi bagian tubuh yang mengalami cedera, dengan
menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator.

Tipe-tipe bidai:

1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lainyang
keras.
2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut ataubahan yang lunak
lainnya.
3. Bidai Traksi
Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga dapat
terhindari kerusakan yang lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang
cukup untuk menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkan atau
menggerakkan tulang yang patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu.
B. TUJUAN PEMBIDAIAN:
1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;
2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak
sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.
C. INDIKASI PEMBIDAIAN

Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan :

1. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup


2. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
3. Dislokasi persendian

Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh ditemukan :

1. Pasien merasakan tulangnyaterasa patah atau mendengar bunyi “krek”.


2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami angulasi abnormal
3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
4. Posisi ekstremitas yang abnormal
2
5. Memar
6. Bengkak
7. Perubahan bentuk
8. Nyeri gerak aktif dan pasif
9. Nyeri sumbu
10. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitas yang
mengalami cedera (Krepitasi)
11. Fungsiolesa
12. Perdarahan bisa ada atau tidak
13. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
14. Kram ototdi sekitar lokasi cedera

Catatan: Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka perlakukanlah pasien
seperti orang yang mengalami fraktur.

D. KONTRA INDIKASI PEMBIDAIAN:

Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan
yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke
rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.

E. PRINSIP PEMBIDAIAN :
1. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera
2. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan
dulu ada atau tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.
F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT PEMBIDAIAN:
1. Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam, gelang dll)
2. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan
perhatikan warna kulit ditalnya.
3. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur). Sendi yang
masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah tulang. Sebagai contoh,

3
jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi
pergelangan kaki maupun lutut.
4. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun
dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakangerakan. Jika
terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. Pada trauma
sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di bagian proksimal dan distal.
5. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau
tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat,
krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk
melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan
sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua
ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan
beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.
6. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada
daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi sela
antara ekstremitas dengan bidai.
7. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik
yang berada pada posisi :
a. superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur,
b. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama,
c. inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur ,
d. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)
8. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai.
9. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan
pada bagian yang cedera.Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat.
10. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;
11. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan
pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai,
cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang
4
cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari,
dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.
G. ALAT DAN BAHAN
1. Bidai
2. Sendok es krim/ belahan bambu yang kecil
3. Kassa gulung
4. Kapas
5. Plester lakban
6. Elastic perban
7. Mitela/ kain
H. PROSEDUR
1. Mempersiapkan penderitaa.
a. Ingat prosedur BLS: D R A B C.
b. Tenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa anda akan memberikan pertolongan kepada
penderita.
c. Cari tanda adanya fraktur atau dislokasi(ingat 14 tanda kecurigaan fraktur di atas).
d. Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedur tindakan
yang akandilakukan.
e. Minimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan atau memindahkan korban
sampai daerah yang patah tulang distabilkan kecuali jika keadaan mendesakdan
berbahaya.
f. Robek/ guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jika diperlukan, kainnya
dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
g. Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka jelaskan pada
penderitabahwa sebaiknya perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan.
h. Jika luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahannya. Bersihkan luka dengan
cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa steril(Pressure bandage). Jika
luka tersebut mendekati lokasi fraktur, maka anggappatah tulang terbuka. Balutlah
luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul dengan bahan yang se-steril
mungkin.Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial.
Jangan pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pula mencoba
5
untuk membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbuka tanpa sterilitas hanya
akan menambah masalah.
- Periksalah sirkulasi distal dari lokasi frakturi.Periksa nadi di daerah distal dari
fraktur, normal, melemah, ataukah bahkan mungkin menghilang?
- Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari pada ekstremitas yang
cedera dan ekstremitas kontralateral secara bersamaan. Lepaskan tekanan secara
bersamaan. Periksalah apakah pengembalian warna kemerahan terjadi bersamaan
ataukah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur.
- Jika terdapat gangguan pulsasi atau sensasi raba boleh dilakukan tindakan
meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas. Proses pelurusan ini harus
hati-hati agar tidak makin memperberat cedera.
- Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsung dibawa ke
rumah sakit secepatnya.
2. Persiapan alat
a. Gunakan alat bidai standar yang telah dipersiapkan, namun juga bisa dibuat sendiri
dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon, papan kayu.
b. Panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang akan dibidai.Ukur pada
bagian tubuh yang sehat.
c. Jika menggunakan bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya
dibungkus/dibalut terlebih dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll).
Sebelum dipasang lapisi bidai yang telah dibalut dengan kapas.
d. Siapkan elastic perbanuntuk fraktur clavicula.
e. Siapkan plester lakban untuk fraktur costae.
3. Pelaksanaan Pembidaian
a. Fraktur calvicula, lakukan imobilisasi dengan cara:
- Minta pasien meletakkan kedua tangan pada pinggan
- Minta pasien membusungkan dada, tahan
- Gunakan perban elastik, lingkarkan membentuk angka 8 (Ransel perban).
b. Fraktur humerus bagian medial
- Kalau ada berikan analgetik/ kompres es
- Gunting mitella jadi 2/ 4 tapi tidak putus
6
- Rapatkan lengan pada dinding dada, pasang bidai pada sisi luar
- Ikat dan balut dengan mitela/kain
c. Fraktur humerus bagian distal
- Siku sukar dilipat (nyeri), luruskan saja
- Pasang dua buah bidai dari ketiak sampai pergelangan tangan
- Ikat dengan kain 4 tempat. (ingat teori di atas)
d. Fraktur antebrachii
- Pasang dua buah bidai sepanjang siku sampai ujung jari
- Ikat bidai mengelilingi ekstremitas, tapi jangan terlalu keras
- Gantung bidai dengan mitela/kain ke pundak-leher
e. Fraktur digiti
- Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau gunakan jari
sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang fraktur, gunakan jari telunjuk dan jari
manis sebagai pengganti bidai, kemudian ikat dengan plester.
f. Fraktur costae, lakukan imobilisasi dengan cara:
- Bersihkan dinding dada
- Minta penderita menarik napas dan menghembuskan napas sekuatnya.
- Pasang plester stripping pada saat ekspirasi maksimal tersebut.
- Plester dipasang sejajar iga mulai dari iga terbawah.
- Ulangi prosedur sampai plester terpasang
g. Fraktur tulang panggul( os simfisis pubis)
- Rapatkan kedua kaki
- Pasang bantal dibawahlutut dan sisi kiri kanan panggul
- Ikat kedua kaki pada 3 tempat (lihat gambar)
h. Fraktur femur
- Pasang bidai dibagian dalam dan luar paha
- Jika patah paha bagian atas,bidai sisi luar harus sampai pinggang
i. Fraktur patella
- Pasang bidai pada bagian bawah
- Pasang bantal lunak dibawah lutut dan pergelangan kaki
j. Fraktur tungkai bawah
7
- Pasang bidai melewati 2 sendi, luar dan dalam
- Pasang padding
k. Fraktur tulang telapak kaki
- pasang bantalan (kassa/kain)pada telapak kaki
- pasang bidai di telapak kaki, kemudian ikat.
I. KOMPLIKASI PEMBIDAIAN

Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan oleh
tindakan pembidaian :

1. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh ujung fragmen
fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang
mengalami fraktur saat memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat
3. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama
selama proses pembidaian
J. DAFTAR PUSTAKA

Lynn S. Bickley. Bate's guide to physical examination.

Swartz. 2007. Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.

Burnside-Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. Jakarta: EGC.

Saputra Oktadoni. Hanriko Rizki. 2016. Buku Panduan Clinical Skill Lab (CSL). Ed. 3.
Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

8
BALUTAN

A. PENGERTIAN
Membalut merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dengan baik oleh dokter dan
pemberi pelayanan kesehatan lainnya. Istilah pembalutmerujukpada aplikasi secara luas maupun
secara sempit pembalutan untuk tujuan terapeutik. Apapun alasannya, perlu diingat bahwa jika
tidak diterapkan dengan benar, membalut dapat lebih cepat dan mudah menyebabkan injury.
Tekanan pembalutan harus tidak melebihi tekanan hidrostatik intravaskuler, jika membalut
bertujuan untuk mengurangi pembentukan oedema tanpa meningkatkan tahanan vaskuler yang
dapat merusak aliran darah.
B. TUJUAN:
- Menahan bagian tubuh supaya tidak bergeser dari tempatnya
- Menahan pembengkakan yang dapat terjadi pada luka
- Menyokong bagian tubuh yang cedera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser
- Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi
- Melindungi atau mempertahankan dressing lain pada tempatnya
C. MACAM:
- Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
- Dasi adalah mitella yang berlipat-lipat sehingga berbentuk seperti dasi
- Pita adalah pembalut gulung
- Plester adalah pembalut berperekat
- Pembalut yang spesifik
- Kassa steril

Mitella:

- Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai
ukuran. Pnjang kaki antara 50-100cm
- Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang tebentuk bulat atau untuk
menggantung bagian anggota badan yang cedera
- Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan,
pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.

9
Dasi:

- Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu sisi segitiga agar beberapa
lapis dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebamya antara
5-10cm.
- Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang
lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki terkilir.

Pita ( Gulung ):

- Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis.
- Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah menyerap air, darah dan
tidak mudah bergeser ( Kendor).
- Macam-macam pembalut dan penggunaannya :
Lebar 2,5 cm - Biasa untuk jari-jari
Lebar 5cm - Biasa untuk leher dan pergelangan tangan
Lebar 7,5 cm -Biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
Lebar 10 cm -Biasa untuk paha dan sendi pinggul
Lebar >10-15cm -Biasa untuk dada, perut, dan punggung

Plester:

- Pembalut in untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk
merekatkan pada kelainan patah tulang.
- Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septic

Pembalut yang spesifik

1. Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa penutup luka dan
steril, baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka-luka lebar yang
terdapat pada badan.
2. Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman. Biasa
dipergunakan pada luka-luka kecil

10
3. Kasa SterilAdalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka
kecil yang sudah diberi obat-obatan ( antibiotik, antiplagestik). Setelah ditutup kassa itu
kemudian baru dibalut.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Elastik perban
2. Kain mitella
3. Plester
4. Pembalut yang spesifik
5. Kassa steril
E. PROSEDUR PEMBALUTAN
1. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan
a. Bagian dari tubuh yang mana ?
b. Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
c. Bagaimana luas luka tersebut ?
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau kombinanasi
3. Sebelum dibalut jika luka terbuka periu diberi desinfektan atau dibalut den< pembalut
yang mengandung desinfektan atau dislokasi periu direposisi
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
- Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu
difiksasi
- Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
- Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita
- Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan beriapis, lapis yang
paling bawah letaknya disebelah distal
- Tidak mudah kendor atau lepas

Cara membalut dengan mitella

- Salah satu sisi mitella dilipat 3 -4 cm sebanyak 1 -3 kali


- Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan dibalut,
lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
11
- Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan b,
atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung
pada tempat dan kepentingannya

Cara pembalutan dengan dasia.

- Pembalut mitella dilipat-lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan
masing-masing ujung lancip
- Bebatkan pada tempat yangakan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
- Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat arahnya
saling menarik
- Kedua ujungnya diikatkan secukupnya

Cara membalut dengan pita

- Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut maka dipilih pembalutan
pitaukuran lebar yang sesuai
- Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salaah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh , yang akan
dibalut kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan. arah bebatansaling
menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan
berikutnya
- Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang lain secukupnya

Cara membalut dengan plester

- Jika ada luka terbukaluka diberi obat antiseptiktutup luka dengan kassabaru
lekatkan pembalut plester
- Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir)-balutan plester dibuat
"strapping"dengan membebat berlapis-lapis dari distal ke proksimal, dan untuk
membatasi gerakkan tertentu perlu masing-masing ujungnya difiksasi dengan
plester

Penggunaan pembalut yang steril

12
- Biasanya dijual dalam bahan yang steril dan baru dibuka pada saat akan
digunakan

13
DAFTAR PUSTAKA

Lynn S. Bickley. Bate's guide to physical examination.

Swartz. 2007. Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.

Burnside-Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. Jakarta: EGC.

Saputra Oktadoni. Hanriko Rizki. 2016. Buku Panduan Clinical Skill Lab (CSL). Ed. 3.
Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

14

Anda mungkin juga menyukai