Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PROSEDUR KHUSUS

PROSEDUR BIDAI PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA CLOSE


FRAKTUR FEMUR POST KLL

DI IGD RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Oleh :

FADILA SYAHIDITA SUFFAH

P1337420616026

PRODI S-1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019
A. Definisi
Suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistim muskuloskeletal
untuk mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami cedera
dengan menggunakan suatu alat. Bidai atau spalk sendiri merupaka alat dari kayu,
anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk
menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi).
Maksud dari immobilisasi adalah :
1. Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami
dislokasi
2. Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar
tulang yang patah
3. Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul
4. Untuk mencegah terjadinya syok
5. Untuk mengurangi nyeri
Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah
tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah
sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi
kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki
sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.

B. Indikasi Prosedur
Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan :
1. Adanya fraktur, baik terbuka atau tertutup
2. Adanya kecurigaan fraktur
3. Dislokasi

Kecurigaan fraktur bisa dimunculkan jika salah satu bagian tubuh diluruskan

1. Klien merasakan tulangnya terasa patah/mendengar bunyi krek


2. Ekstremitas yang cidera lebih pendek dari yang sehat atau mengalami angulasi
abnormal
3. Posisi ekstremitas yang abnormal
4. Memar
5. Bengkak
6. Deformitas
7. Nyeri
8. Krepitasi
9. Fungsioleisa
10. Perdarahan
11. Kram otot
12. Hilangnya denyut nadi dan rasa raba pada distal lokasi cidera

C. Alat dan Bahan prosedur


1. Bidai yang terbalut kassa

2. Kassa gulung

3. Handscoon
4. Gunting perban

D. Sistematika Prosedur
1.     Jelaskan prosedur kepada klien dan tanyakan keluhan klien
2.     Cuci tangan.
3.     Jaga privasi klien
4.     Lihat bagian tubuh yang akan dibidai
5.     Atur posisi klien tanpa menutupi bagian yang akan dilakukan tindakan
6.     Lepaskan pakaian atau perhiasan yang menutupi tenpat untuk mengambil
tindakan.
4.      Perhatikan tempat yang akan dibalut:
a.     Bagian tubuh yang mana
b.    Apakah ada bagian luka terbuka atau tidak
c.     Bagaimana luas luka.
d.    Apakah perlu membatasi gerak bagian tertentu atau tidak
5.      Lakukan balut bidai dengan melewati dua sendi
6.      Hasil balut bidai:
a.     Harus cukup jumlahnya, dimulai dari bagian bawah tempat yang patah
b.    Tidak kendor dan keras.
7.      Rapikan alat-alat yang tidak pergunakan.
8.      Buka sarung tangan jika dipakai dan cuci tangan
9.      Evaluasi dan dokumentasi tindakan.

E. Hasil Pelaksanaan Prosedur


1) Hasil pemeriksaan Tanggal 23 November 2019 pukul 00:30 WIB, Tn. R dengan
diagnosa close fraktur femur kanan dan dicurigai fraktur pada bagian lengan atas
bagian kanan dan daerah leher, terdapat luka terbuka pada bagian dagu akibat post
KLL.
2) Tn. R mendapatkan terapi O2 Nasal 3 lpm, dan pembidaian pada tangan kanan.
Tn.R mendapatkan luka jahitan di dagu 5 jahitan dengan panjang 6 cm dan kedalaman
1 cm. Mendapatkan terapi infus RL 20 tpm.
3) Tanda – tanda vital Tn. W adalah
TD : 123/37 mmHg
HR : 100
RR : 22
S : 36,5 °C
SPO2 : 99%
4) RTL : Foto rotgen dan Terapi lanjutan
F. Hal – hal yang harus diperhatikan
1. Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam, gelang dll)
2. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian
dan perhatikan warna kulit ditalnya.
3. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur). Sendi
yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah tulang.
Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa
mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.
4. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun
dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan
gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan
apa adanya. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di
bagian proksimal dan distal.
5. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan
traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan terdapat
tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri,
jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan
traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur
telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat
menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf
atau pembuluh darah.
6. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama
pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk
mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.
7. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian
yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada
beberapa titik yang berada pada posisi :
a. Superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur, diantara lokasi fraktur dan lokasi
ikatan pertama,
b. Inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur , diantara lokasi fraktur dan lokasi
ikatan ketiga
8. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga
mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa
pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan pada
bagian yang cedera.
9. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat.
Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;
10. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan
pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk
membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan
merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula
bisa diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari disebelahnya
sebagai perlindungan sementara

Anda mungkin juga menyukai