Anda di halaman 1dari 15

PEMBIDAIAN

dr.Aryo Nugroho T ,SpOT(K)


 Bagi orang awan, tentu istilah pembidaian itu mungkin masih
belum familier, Pembidaian ( Splinting) adalah Tindakan untuk
mempertahankan sebagian/seluruh bagian anggota gerak dalam
posisi tertentu dengan alat. Pembidaian lazim di lakukan untuk
imobilisasi patah tulang,dislokasi ( sendi yang bergeser) dan juga
cedera jaringan lunak di sekitar sendi.

 Pembidaian adalah suatu proses immobilisasi tersangka patah


tulang. Bidai atau splak adalah alat dari kayu, anyaman kawat
atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk
menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak
bergerak (immobilisasi) memberikan istirahat dan mengurangi
rasa sakit.
TUJUAN
1. Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan
fragmen tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.
2. Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula
spinalis,syaraf perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung fragmen
tulang. Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur
tertutup jadi terbuka).
3. Mencegah gangguan aliran darah dan cederan saraf akibat penekanan
ujung fragmen tulang pada pembuluh darah. (kinking)
4. Memudahkan transportasi pasien
5. Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.
6. Mencegah patah tertutup menjadi patah terbuka. Mengimobilisasi pasien
Prinsip prinsip pembidaian adalah
sebagai berikut :

1. lakukan pembidaian di tempat dimana anggota badan


mengalami cidera (korban dipindahkan)
2. lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tuklang
jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah
tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
4.Buka pakaian yang menutup bagian anggota tubuh yang akan
di bidai.
5.Lakukan pemeriksaan status vaskular ( denyut nadi dan
pengisian kapiler) serta status motorik dan sensorik di distal
trauma.
6.Tutup semua luka dengan kasa steril atau dengan
kain yang bersih.
7.Jangan memindahkan/menggerakkan anggota
gerak sebelum dilakukan pembidaian.
8.Pada kasus fraktur,pembidaian harus mencakup
2 sendi di bagian proksimal (atas) dan distal
( bawah) dari fraktur tersebut.
9.Pada trauma sendi,pembidaian harus mencakup
tulang di sebelah proksimal dan distal sendi.
10.Semua bidai harus di beri bantalan lunak agar
tidak merusak jaringan lunak (otot) sekitarnya.
11.Selama pembidaian anggota gerak harus di topang
dengan tangan untuk mernghindari trauma lebih
lanjut.
12.Jika terjadi deformitas (berubah bentuk),lakukan
traksi (penarikan) untuk memulihkan kesejajaran
anggota gerak (realignement).
13.Jika terdapat tahanan saat di lakukan
traksi,pembidain dilakukan pada posisi apa adanya.
14.Pembidaian trauma tulang belakang dilakukan
dengan prinsip neutral in-line position.
15.Jika ragu ragu apakah terjadi patah
tulang/fraktur,dislokasi tetap lakukan pembidaian.
Beberapa macam jenis bidai :

1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan
lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang
paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya
adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

2. Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya,
hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya
dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan
ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat
tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.

4. Gendongan/Belat dan bebat


Pembidaian dengan menggunakan pembalut,
umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan
memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk
menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
KOMPLIKASI PEMBIDAIAN

Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan


beberapa hal berikut bisa ditimbulkan oleh tindakan
pembidaian.
1.  Cidera pembuluh darah, syaraf atau jaringan lain disekitar
fraktur oleh ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya
meluruskan atau manipulasi lainya pada bagian tubuh yang
mengalami fraktur saat memasang bidai.

2.  Gangguan sirkulasi akibat dilakukan bidai yang terlalu ketat

3.  Keterlambatan transfor penderita di rumah sakit, jika penderita


menunggu terlalu lama selama proses pembidaian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai