Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

P2K2
PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

DISUSUN OLEH :
ANGGINI TSAMARATUL QOLBY
FAA 113 049

FASILITATOR:
dr. ADELGRIT TRISIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO
telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan
Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga
menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian
besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. Terdapat beberapa pengertian
mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai
literature.
Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada
manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini
akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau
selamanya. Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah
patah tulang. Pembalutan dan pembidaian merupakan salah satu cara penanganan
terhadap kegawatdaruratan untuk menyelamatkan pasien.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini, yaitu:
Mengetahui cara penanganan pada korban kecelakaan
Mengetahui cara melakukan pembalutan dan pembidaian
Menambah wawasan pada proses pembalutan dan pembidaian.
Dari praktik proses pembalutan dan pembidaian mahasiswa(i) diharapkan
dapat mempraktekkannya pada dunia kerja nantinya.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan ini, yaitu:
Bagi mahasiswa, dapat menjadi masukan bagi mahasiswa(i) PSPD UNPAR
khususnya angkatan tahun 2013/2014 dalam meningkatkan serta menambah
pengetahuan tentang cara melakukan pembalutan dan pembidaian.
Bagi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangka Raya, dapat
menjadi bahan acuan dan tambahan pustaka untuk peningkatan mutu
pendidikan yang lebih baik sehingga menghasilkan lulusan kedokteran di
PSPD UNPAR yang berkualitas dan siap dalam menghadapi situasi
kegawatdaruratan pada kecelakaan dengan cara melakukan pembalutan dan
pembidaian.

1.4 Alat dan Bahan


1. Gypsum
2. Bebat Elastis
3. Perban Kasa
4. Kayu/Papan
5. Spine board
6. Spalk kayu
7. Ember
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi
Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan
dislokasi. Pembidaian harus memfixasi tulang yang patah dan persendian yang
berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur.Jika yang cedera adalah sendi,
bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan
proximalnya.Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian
tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

2.2 Pembidaian
2.2.1 Jenis Pembidaian
Pembidaian terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton,plastic, atau bahan lain
yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik
dan sempurna dalam keadaan darurat.Sesulitannya adalah mendapatkan
bahan yang memenuhi syarat di lapangan.Contoh : bidai kayu, bidai
udara, bidai & vakum.
2. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus umumnya dipakai pada
patah tulang paha. Contoh : bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk
penopang.Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan
kemampuan improvisasi si penolong. Contoh: majalah, Koran, karton,
dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut umumnya, dipakai mitela
(kain segitiga)dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk
menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh: gendongan lengan.
2.2.2 Pedoman Umum Melakukan Pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi haruslah tetap
mengikuti pedoman umum :
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat
perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum
membidai buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera
sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan
membidai dalam posisi ketika ditemukan.
7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah. Bidai harus
meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur
lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
8. Bila cedera terjadi pada sendi! bidai kedua tulang yang mengapit sendi
tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak,bila memungkinkan.
10. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan
pelapis.
11. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak
bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
13. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan (GSS) kembali,
bandingkan dengan pemeriksaan (GSS) yang pertama.
14. Jangan membidai berlebihan.

2.2.3 Pertolongan cedera alat gerak


1. Lakukan penilaian dini.
Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa (ABC).
Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
2. Lakukan pemeriksaan fisik.
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas
dan sebelah bawah cedera, jangan sampai menambah rasa sakit
penderita.
4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.
7. Lakukan pembidaian.
8. Kurangi rasa sakit.
Istirahatkan bagian yang cedera.
Kompres es bagian yang cedera khususnya pada patah tulang
tertutup
Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.

2.2.4 Tujuan Pembidaian


1. Mempertahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak bergerak
2. Memberikan tekanan.
3. Melindungi bagian tubuh yang cedera.
4. Memberikan penyokong pada bagian tubuh yang cedera.
5. Mencegah terjadinya pembengkakan.
6. Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi.
7. Memudahkan dalam transportasi penderita.

2.3 Pembalutan
2.3.1 Tujuan Pembalutan
1. M e n a h a n s e s u a t u , m i s a l n ya b i d a i ( spalk ) , k a s a p e n u t u p
l u k a , d a n sebagainya agar tidak bergeser dari tempatnya
2. M e n a h a n p e m b e n g k a k a n ( m e n g h e n t i k a n p e n d a r a h a n :
p e m b a l u t tekanan).
3. Menunjang bagian tubuh yang cedera
4. Menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak
5. Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.

2.3.2 Cara Melakukan Pembalutan


1. MITELLA (pembalut segitiga)
Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama
kaki denganberbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada,
s i k u , telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung
lengandapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi
pembalut bentukdasi.

2. DASI (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya
sehinggaberbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan
lebarnyaantara 5-10 cm.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi
(ataubagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha,
lutut,betis, dan kaki yang terkilir.
Cara membalut:
Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua
ujungnyadapat diikatkan
Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara
sebelumdiikat arahnya saling menarik
Kedua ujung diikatkan secukupnya.

3. PITA (pembalut gulung)


Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis.
yangpaling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa
mudah menyerapair dan darah, serta tidak mudah kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
2,5 cm : untuk jari-jari
cm : untuk leher dan pergelangan tangan
7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
Pastikan bahwa perban tergulung kencang
Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu
ujungyang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang
bagiantubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir
ujung yangdalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya).
Atau bisadimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling
menyilang dantumpang tindih antara bebatan yang satu dengan
bebatan berikutnya.Setiap balutan menutupi duapertiga bagian
sebelumnya.
Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung
perban, kuncidengan peniti atau jepitan perban.

4. PLESTER (pembalut berperekat)


Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada
sendiyang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang.
Carapembidaian langsung dengan plester disebutStrapping.
Plesterdibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan
untukmembatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya
difiksasidengan plester.
Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang
sudah dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptic
(Tensoplast,Band-aid, Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester:
luka diberi antiseptik
tutup luka dengan kassa
baru letakkan pembalut plester.

2.4 Immobilisasi dan Transportasi


2.4.1 Immobilisasi
Semua ekstremitas yang mengalami trauma harus diimobilisasi dengan
bidai. Bidai yang kaku untuk menjaga dan melindungi ekstremitas yang
cedera.
Pada patah tulang terbuka atau luka lain, luka harus ditutup dulu
dengan kassa, status vaskuler dan neurologis ekstremitas tersebut harus
diperiksa sebelum dan sesudah imobilisasi.
Tujuan immobilisasi :
1) Mengurangi nyeri
2) Mencegah gerakan fragmen tulang, sendi yang cedera dan jaringan
lunak yang cedera (ujung fragmen tulang yang tajam dapat mencederai
syaraf, pembuluh darah dan otot).
3) Mencegah fraktur tertutup menjadi terbuka
4) Memudahkan transportasi
5) Mencegah gangguan sirkulasi pada bagian distal yang cedera
6) Mencegah perdarahan akibat rusaknya pembuluh darah oleh fragmen
7) tulang
8) Mencegah kelumpuhan pada cedera tulang belakang.

2.4.2 Transportasi
Pengangkutan korban merupakan upaya penting dalam proses
pemberian pertolongan. Cara-cara pengangkutan korban yang mengalami
cedera secara benar.
Pengangkutan di tempat kejadian (tempat yang berbahaya)
1. Sambil jongkok lutut penolong disamping kiri korban. Lengan dan
tangan kanan penolong dimasukkan dibawah leher korban, kemudian
tangan kanan penolong di sebelah ketiak kanan korban sehingga
sampai ke depan dadanya.
2. Tangan kiri penolong menyilangkan lengan kanan korban didadanya,
3. kemudian tangan kanan penolong memegang tangan kanan korban.
4. Kemudian lengan dan tangan kiri penolong dimasukkan dibawah
ketiak kiri korban dan memegang lengan kanan korban.
5. Kedua tangan penofong saling bertaut melingkari lengan bawah kanan
korban.
6. Kemudian kaki kiri penofong diletakkan setinggi pinggang korban.
7. Sambil membongkokkan tubuh kedepan (prinsip mengungkit) badan
korban dapat terangkat.
8. Korban didekatkan ke dada penolong, kemudian penolong berdiri dan
menarik korban sejauh mungkin dalam keadaan setengah baring.
9. Di tempat yang aman korban dibaringkan lagi secara hati-hati untuk
dilakukan resusitasi. Penderita harus dilakukan resusitasi dalam usaha
membuat penderita sestabil mungkin sebelum dilakukan trasnportasi
ke tempat yang mempunyai fasilitas /untuk melakukan tindakan
definitif.
KESIMPULAN

Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan
jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan
yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur
(patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang
maupun pelunakan tulang yang abnormal.
Pembalutan dan pembidaian sangat diperlukan dalam penanganan pada
kegawatdaruratan terutama fraktur. Dengan melakukan pembalutan dan pembidaian
dengan cara yang benar, maka kita telah mampu menyelamatkan pasien dari
kegawatdaruratan.
DAFTAR PUSTAKA

1. L. Mathis, Robert. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 10.


Salemba. Jakarta
2. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung
3. Arief, Muhammad. 2008. Pembalutan dan Pembidaian dalam P3K.
http://ariefboy.multiply.com/links/item/21/PEMABALUTAN_DAN_PEMBI
DAIAN_DALAM_P3K (diakses tanggal 20 Januari 2014).
4. Vitayani Sri, dr., SpKK. Keterampilan Klinik dan Laboratorium Indera
Khusus Kulit . FK Unhas. 2009
5. Buku panduan Keperawatan Medikal Bedah 1. Stikes Surya Global
6. Reeves, Charlene J. Roux, Gayle. Lockhart, Robin, 2001. Keperawatan
Medical Bedah. Salemba Medika.
7. Kartono, 2003. Pertolongan pertama. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
LAMPIRAN

Gypsum Bebat Elastis

Mitela Bidai Kayu /


Spalk

Spine Board

Anda mungkin juga menyukai