P2K2
PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN
DISUSUN OLEH :
ANGGINI TSAMARATUL QOLBY
FAA 113 049
FASILITATOR:
dr. ADELGRIT TRISIA
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini, yaitu:
Mengetahui cara penanganan pada korban kecelakaan
Mengetahui cara melakukan pembalutan dan pembidaian
Menambah wawasan pada proses pembalutan dan pembidaian.
Dari praktik proses pembalutan dan pembidaian mahasiswa(i) diharapkan
dapat mempraktekkannya pada dunia kerja nantinya.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan ini, yaitu:
Bagi mahasiswa, dapat menjadi masukan bagi mahasiswa(i) PSPD UNPAR
khususnya angkatan tahun 2013/2014 dalam meningkatkan serta menambah
pengetahuan tentang cara melakukan pembalutan dan pembidaian.
Bagi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangka Raya, dapat
menjadi bahan acuan dan tambahan pustaka untuk peningkatan mutu
pendidikan yang lebih baik sehingga menghasilkan lulusan kedokteran di
PSPD UNPAR yang berkualitas dan siap dalam menghadapi situasi
kegawatdaruratan pada kecelakaan dengan cara melakukan pembalutan dan
pembidaian.
2.1 Defenisi
Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan
dislokasi. Pembidaian harus memfixasi tulang yang patah dan persendian yang
berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur.Jika yang cedera adalah sendi,
bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan
proximalnya.Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian
tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
2.2 Pembidaian
2.2.1 Jenis Pembidaian
Pembidaian terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton,plastic, atau bahan lain
yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik
dan sempurna dalam keadaan darurat.Sesulitannya adalah mendapatkan
bahan yang memenuhi syarat di lapangan.Contoh : bidai kayu, bidai
udara, bidai & vakum.
2. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus umumnya dipakai pada
patah tulang paha. Contoh : bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk
penopang.Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan
kemampuan improvisasi si penolong. Contoh: majalah, Koran, karton,
dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut umumnya, dipakai mitela
(kain segitiga)dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk
menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh: gendongan lengan.
2.2.2 Pedoman Umum Melakukan Pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi haruslah tetap
mengikuti pedoman umum :
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat
perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum
membidai buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera
sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan
membidai dalam posisi ketika ditemukan.
7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah. Bidai harus
meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur
lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
8. Bila cedera terjadi pada sendi! bidai kedua tulang yang mengapit sendi
tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak,bila memungkinkan.
10. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan
pelapis.
11. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak
bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
13. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan (GSS) kembali,
bandingkan dengan pemeriksaan (GSS) yang pertama.
14. Jangan membidai berlebihan.
2.3 Pembalutan
2.3.1 Tujuan Pembalutan
1. M e n a h a n s e s u a t u , m i s a l n ya b i d a i ( spalk ) , k a s a p e n u t u p
l u k a , d a n sebagainya agar tidak bergeser dari tempatnya
2. M e n a h a n p e m b e n g k a k a n ( m e n g h e n t i k a n p e n d a r a h a n :
p e m b a l u t tekanan).
3. Menunjang bagian tubuh yang cedera
4. Menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak
5. Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.
2. DASI (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya
sehinggaberbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan
lebarnyaantara 5-10 cm.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi
(ataubagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha,
lutut,betis, dan kaki yang terkilir.
Cara membalut:
Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua
ujungnyadapat diikatkan
Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara
sebelumdiikat arahnya saling menarik
Kedua ujung diikatkan secukupnya.
2.4.2 Transportasi
Pengangkutan korban merupakan upaya penting dalam proses
pemberian pertolongan. Cara-cara pengangkutan korban yang mengalami
cedera secara benar.
Pengangkutan di tempat kejadian (tempat yang berbahaya)
1. Sambil jongkok lutut penolong disamping kiri korban. Lengan dan
tangan kanan penolong dimasukkan dibawah leher korban, kemudian
tangan kanan penolong di sebelah ketiak kanan korban sehingga
sampai ke depan dadanya.
2. Tangan kiri penolong menyilangkan lengan kanan korban didadanya,
3. kemudian tangan kanan penolong memegang tangan kanan korban.
4. Kemudian lengan dan tangan kiri penolong dimasukkan dibawah
ketiak kiri korban dan memegang lengan kanan korban.
5. Kedua tangan penofong saling bertaut melingkari lengan bawah kanan
korban.
6. Kemudian kaki kiri penofong diletakkan setinggi pinggang korban.
7. Sambil membongkokkan tubuh kedepan (prinsip mengungkit) badan
korban dapat terangkat.
8. Korban didekatkan ke dada penolong, kemudian penolong berdiri dan
menarik korban sejauh mungkin dalam keadaan setengah baring.
9. Di tempat yang aman korban dibaringkan lagi secara hati-hati untuk
dilakukan resusitasi. Penderita harus dilakukan resusitasi dalam usaha
membuat penderita sestabil mungkin sebelum dilakukan trasnportasi
ke tempat yang mempunyai fasilitas /untuk melakukan tindakan
definitif.
KESIMPULAN
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan
jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan
yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur
(patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang
maupun pelunakan tulang yang abnormal.
Pembalutan dan pembidaian sangat diperlukan dalam penanganan pada
kegawatdaruratan terutama fraktur. Dengan melakukan pembalutan dan pembidaian
dengan cara yang benar, maka kita telah mampu menyelamatkan pasien dari
kegawatdaruratan.
DAFTAR PUSTAKA
Spine Board