Anda di halaman 1dari 9

Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

Dosen : Ernasari, S.Kep.,Ns.,M.Biomrd.

LAPORAN PENDAHULUAN
BALUT BIDAI

OLEH

Nama Mahasiswa : Intan Sardianti Basdin


Stambuk : 14220200001
Kelas : C1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
A. Definisi
Balut bidai adalah tindakan memfiksasi/mengimobilisasi bagian
tubuh yang mengalami cedera dengan menggunakan benda yang bersifat
kaku maupun fleksibel sebagai fiksator/mobilisator (Listiani,2020).
Balut bidai adalah pertolongan pertama dengan pengembalian anggota
tubuh yang dirasakan cukup nyaman dan pengiriman korban tanpa
gangguan dan rasa nyeri. Balut bidai adalah cara untuk menstabilkan
/menunjang persendian dalam menggunakan sendi yang benar/melindungi
trauma dari luar (Indah, 2020).
B. Tujuan Balut Bidai
Menurut (Tampubolon, 2021) tujuannya yaitu:
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan.
6. Mengurangi perdarahan
C. Jenis Balut Bidai
Menurut (Tampubolon, 2021) Jenis-jenisnya yaitu:
1. Bidai keras: Merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
kesdaan darurat kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang
mempunyai syarat dilapangan. Contoh: bidai kayu
2. Bidai Traksi: Bidai bentuk jadi dan berfanasi tergantung dari
pembuatannya hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus
umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh: bidai traksi tulang
paha.
3. Bidai improvisasi: Bidai yang cukup dibut dengan bahan cukup kuat
dan ringan untuk menopang pembuatannya sangat tergantung dari
bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh
majalah:koran karton.
4. Gendongan belat dan bebat: Pembidaian dengan menggunakan
pembalut umumnya dipakai misalnya dan memanfaatkan tubuh
penderita ebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cidera
D. Kontraindikasi balut bidai
Kontraindikasi Balut Bidal menurut (Mega, 2021) bahwa meskipun
tidak ada kontra indikasi absolut dalam menggunakan
pembidaian/splinting pada ekstremitas yang mengalami cedera, beberapa
hal unik harus diperhatikan. Pembengkakan alami akan terjadi sesudah
terjadi cedera dapat menjadi hambatan dari keamanan metode dari
imobilisasi.
E. Indikasi balut bidai
Menurut (Mega, 2021) Pembidaian dilakukan jika terapat indikasi
1. Adanya fraktur baik terbuka /tertutup.
2. Adanya kecurigaan adanya fraktur.
3. Dislokasi persendian Kecurigaan fraktur bisa dimunculkan jika salah
satu bagian tubuh diluruskan.
4. Pasien merasakan tulangnya terasa patah mendengar bunyi "krek"
5. Ekstremitas yang cidera lebih pendek dari yang sehat/mngalami
angulasi abnormal.
6. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cidera
7. Posisi ekstremitas yang abnormal
8. Memar
9. Bengkak
10. Perubahan bentuk
11. Nyeri gerak aktif dan pasif
12. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan
ekstremitas yang mengalami cidera (krepitasi)
13. Perdarahan bisa ada /tidak.
14. Hilangnya denyut nadi /rasa raba pada distal lokasi cidera.
15. Kram otot sekitar lokasi cidera
F. Komplikasi
Menurut () komplikasinya yaitu:
1. Dapat menekan jaringan pembuluh darah syaraf dibawahnya bila bidai
terlalu ketat
2. Bila bidai terlalu longgar, masih ada gerakan pada tulang yang pata
3. Menghambat aliran darah, iskemi jaringan, nekrosi
4. Memperlambat transportasi penderita bila terlalu lama melakukan
pembidaian
G. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Balut Bidai
1. Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam, gelang
dll)
2. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah
pembidaian dan perhatikan warna kulit
3. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah
fraktur).
4. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami
fraktur maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan
sampai memaksakan gerakan
5. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu
dengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. 6. Beri bantalan
empuk dan penopang pada anggota gemak yang dibidai terutama pada
daerah tubuh yang keras/peka (lutut,siku, ketiak,dll)
6. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur.
7. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga
mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai.
8. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan
atau peregangan pada bagian yang cedera.
9. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat Jika
mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai:
10. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan
dalam tindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan
bahan yang sesuai untuk membidai, cedera pada tungkai bawah
seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang
cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa
diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari
disebelahnya sebagai perlindungan sementara.
H. Prosedur Balut Bidai
1. Persiapan Penderita
a) Menenangkan penderita jelaskan bahwa pertolongan. akan
memberikan
b) Pemeriksaan mencari tanda fraktur/dislokasi
c) Menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan
d) Meminimalkan gerakan daerah luka.
e) Jangan menggerakkan/memindahkan korban jika keadaan tidak
mendesak.
f) Jika ada luka terbuka tangani segera luka dan pendarahan dengan
menggunakan cairan anti septik dan tekan perdarahan dengan kassa
steril
g) Jika mengalami deformitas yang berat dan adanya gangguan pada
denyut nadi sebaiknya dilakukan telusuran pada ekstremitas yang
mengalami deformitas. Proses pelurusan harus hati-hati agar tidak
memperberat.
h) Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekan kuku pada ekstremitas
yang cedera dengan ekstremitas yang tidak cedera secara
bersamaan. Periksa apakah pengembalian warna merah secara
bersamaan mengalami keterlambatan pada ekstremitas yang 7
cedera.
2. Persiapan Alat
a) Bidai dalam bentuk jadi bidai standart yang telah dipersiapkan
b) Bidai sederhana (panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan
sendi yang akan dibidai) contoh :papan kayu, ranting pohon.
c) Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu) sebaiknya dibalut
dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dsb)
d) Bahan yang digunakan sebagai pembalut pembidaian bisa berasal
dari pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakan harus bias
membalut dengan sempurna pada ekstremitas yang dibidai namunt
tidak terlalu ketat karena dapat menghambat sirkulasi
3. Tindakan
Tindakan teknik pembidaian pada berbagai lokasi cedera
a) Fraktur kranium dan tulang wajah
Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan
penekanan pada tempatyang dicurigai mengalami fraktur. Pada
fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur tulang belakang, sehingga
seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada beberapa
bidai khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah
(bersifat bidai definitif), namun tidak dibahas pada sesi ini karena
biasanya dilakukan oleh para ahli.
b) Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan
pembalutan. Pembalutan dilakukan dengan hati-hati tanpa
menggerakkan bagian leher dan kepala. Pembalutan dianggap
efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher Jika
tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical
Collar.
c) Fraktur calvicula, lakukan imobilisasi dengan cara:
1. Minta pasien meletakkan kedua tangan pada pinggang
2. Minta pasien membusungkan dada, tahan
3. Gunakan perban elastik, lingkarkan membentuk angka 8
(Ransel perban).
d) Fraktur humerus bagian medial
1. Kalau ada berikan analgetik/ kompres es
2. Gunting mitella jadi 2/4 tapi tidak putus
 Rapatkan lengan pada dinding dada, pasang bidai pada sisi
 Ikat dan balut dengan mitela/kain luar
e) Fraktur humerus bagian distal
1. Siku sukar dilipat (nyeri), luruskan saja
2. Pasang dua buah bidai dari ketiak sampai pergelangan tangan
3. Ikat dengan kain 4 tempat. (ingat teori di atas)
f) Fraktur antebrachii
1. Pasang dua buah bidai sepanjang siku sampai ujung jari
2. Ikat bidai mengelilingi ekstremitas, tapi jangan terlalu keras
sang
3. Gantung bidai dengan mitela/kain ke pundak-leher.
g) Fraktur digit
1. Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah
atau gunakan jari sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang
fraktur, gunakan jari telunjuk dan jari manis sebagai pengganti
bidai, kemudian ikat dengan plester.
h) Fraktur costae, lakukan imobilisasi dengan cara:
1. Bersihkan dinding dada
2. Minta penderita menarik napas dan menghembuskan napas
sekuatnya
3. Pasang plester stripping pada saat ekspirasi maksimal tersebut
4. Plester dipasang sejajar iga mulai dari iga terbawah.
5. Ulangi prosedur sampai plester terpasang
i) Fraktur tulang panggul (os simfisis pubis)
1. Rapatkan kedua kaki
2. Pasang bantal dibawah lutut dan sisi kiri kanan panggu
3. Ikat kedua kaki pada 3 tempat (lihat gambar)
j) Fraktur femur
1. Pasang bidai di bagian dalam dan luar paha
2. Jika patah paha bagian atas, bidai sisi luar harus sampai
pinggang
k) Fraktur patella
1. Pasang bidai pada bagian bawah
2. Pasang bantal lunak di bawah lutut dan pergelangan kaki
l) Fraktur tungkai bawah
1. Pasang bidai melewati 2 sendi, luar dan dalam
2. Pasang padding
o. Fraktur tulang telapak kaki
1. pasang bantalan (kassa/kain)pada telapak kaki
2. pasang bidai di telapak kaki, kemudian ikat.
I. Evaluasi Pasca Balut Bidai
1. Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai
lenganmaka periksa sirkulasi dengan memeneet kuku ibu jari selama
kurang lebih 5 detik. Kuku akan berwarna putih kemudian kembali
merah dalam waktu kurang dari 2 detik setelah dilepaskan.
2. Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa di bagian
bawah bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu
ketat,atau kesemutan, maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan
kemudian bidai di pasang kembali dengan lebih longgar.
3. Tekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan. Kalau 1-2
detik berubah menjadi merah, berarti balutan bagus. Kalau lebihdari
1-2 detik tidak berubah warna menjadi merah, maka longgarkan lagi
balutan, itu artinya terlalu keras. Meraba denyut arteri dorsalis pedis
pada kaki (untuk kasus di kaki) dan radialias. Bila tidak teraba, maka
balutan kita buka dan longgarkan.
DAFTAR PUTAKA
Referensi

Indah, Ayu Sari Purba, 2020, "Tingkat Pengetahuan Tim Basarnas Dalam
Melakukan Pertolongan Pertama Balut Bidai Pada Korban Fraktur
Tahun 2020” , Skripsi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Mega, Arema Pamungkas, 2021, "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan


Metode Demonstrasi Teknik Pembidaian Terhadap Pengetahuan
Tentang Pertolongan Pertama Fraktur Pada Anggota Palang Merah
Remaja (PMR) di SMA 1 Kawedana Kecamatan Kawedana
Kabupaten Magetan", Skripsi : Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Listiana, Devi, et.al., 2020, "Pelatihan Balut Bidai Terhadap Keterampilan Pada
Mahasiswa/Keperawatan" , Jurnal Keperawatan Silampari, vol.4, no.1,
pp.265-273

Rahmawati, 2018, "Pengaruh Pembidaian Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada


Pasien Fraktur Tertutup di Ruangan IGD RSUD DR. Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2018” , Skripsi : Stikes Perintis Padang

Tampubolo, Agustina, 2021, "Pengetahuan Anggota PMR Dalam penanganan


Fraktur Dengan Metode Balut Bidai Tahun 2021” , Skripsi :
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Anda mungkin juga menyukai