N Siska Adrianty P (09180000094) Riset Nurmala (09180000095) Sania Rahma (09180000096) Pengertian
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman
kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi) dengan kata lain Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah. Tujuan 1.Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah. 2.Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah. 3.Memberi istirahat pada anggota badan yang patah. 4.Mengurangi rasa nyeri. 5. Mempercepat penyembuhan Jenis - Jenis Pembidaian • 1. Bidai keras • Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan. Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum. • 2. Bidai traksi • Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh : bidai traksi tulang paha. • 3. Bidai improvisasi • Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain. • 4. Gendongan/Belat dan bebat. • Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh : gendongan lengan. Indikasi Pembidaian Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup Adanya kecurigaan terjadinya fraktur Dislokasi persendian Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh ditemukan : 1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek. 2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami angulasi abnormal 3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera 4. Posisi ekstremitas yang abnormal 5. Memar 6. Bengkak 7. Perubahan bentuk 8. Nyeri gerak aktif dan pasif 9. Nyeri sumbu 10. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitasyang mengalami cedera (Krepitasi) 11. Perdarahan bisa ada atau tidak 12. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera 13. Kram otot di sekitar lokasi Hal - Hal yang Harus di perhatikan saat Pembidaian Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam, gelang dll) Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proximal dan distal daerah fraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan di agtas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan distal. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dillakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada daerah tubuh yang keras/peka (lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik yang berada pada posisi superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur, diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pratama, inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur, diantara fraktur dan lokasi ikatab ketiga (point c) Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau perengangan pada bagian yang cedera. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai, cedera pada tungkai bawah sering kali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara Kontraindikasi Pembidaian Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan. Komplikasi Pembidaian Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian : Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain disekitar fraktur oleh ujung fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat. Keterlambatan transport penderita kerumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama selama proses pembidaian. Prinsip Pembidaian 1. Dilakukan pembidaian dimana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ketandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian. 2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur. Prinsip Umum dalam tindakan Pembidaian 1. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan diatas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengibolisasi pergelangan kaki maupun lutut. 2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi secara perlahan dan berhati- hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. 3. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan distal. 4. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. 5. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah. 6. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggot gerak yang dibidai terutama pada daerah tubuh yang keras /peka(lutut,siku,ketiak,dll) yang sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.Prinsip 7. Ikatlah bidai diatas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat dibagian yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik yang berada pada posisi: Superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur Diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama Interior dari sendi distal dari lokasi fraktur Diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c) 8. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera. 9. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat 10. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara. 11. Kantonga es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu dibungkus dengan perban elasti. Harus diberikan perhatian khusu untuk melepaskan kantong es secara berkala untuk mencegah”cold injury” pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak boleh ditempelkan secara terus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami cedera sebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan. Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera a) Fraktur cranium dan tulang wajah Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada tempatyang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur tulang belakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada beberapa bidai khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat bidai definitif), namun tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli. b) Pembidaian leher Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala. Pembalutan dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar c) Tulang klavikula Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu dengan“ransel bandage” (lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk traksidan fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi yangseanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yang cukup baik. d) Tulang iga Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga menempel secara nyaman pada dada. e) Lengan atas Pasanglah sling (kain segitiga) untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi siku membentuk sudut 90%, dengan cara: 1.Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan disisi siku. 2.Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisilateral dinding thoraks 3.Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yangmengalami fraktur.- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisimedial). 4.Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan kain yang lebar. f) Lengan bawah • Imobilisasi lengan yang mengalami cedera. • Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku sampai ujung telapak tangan • Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera • Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut 90°terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati • Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar berada dalam posisi fungsional • Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara siku sampai ujung jari • Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa pergelangan tangan sudah terimobilisasi • Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai • Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian,untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat • Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°) .ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan disisi siku. g) Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni posisi yangsenatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang menggenggamsebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain dapat diletakkan pada telapak tangan sebelum tangan dibalut. h) Tulang jari Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkan pada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting) i) Tulang punggung Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board. j) Fraktur Panggul Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorang yang berusia tua terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul,maka sebaiknya dianggap mengalami fraktur. Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan pemendekan dan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral. Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggulharus menggunakan tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang tidak cedera sebagai bidai.Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh, dan terdapat orang yang bisa menggantikan anda saat anda sudah kelelahan. k) Tungkai atas Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggungbawah sampai dengan di bawah lutut pada tungkai yang cedera.Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan resiko untuk terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih besar.Sebaiknya jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai kecuali jika orang yang membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai. l) Fraktur/dislokasi sendi lutut Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggul sampai dengan pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisi belakang tungkai dan pantat m) tungkai bawah 1) Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan mencegah timbulnya kerusakan yang lebih berat 2) Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara telapak tangan sampai dengan diatas lutut. 3) Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai 4) Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus 5) Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehingga bidai dalam posisi memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki 6) Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang dipasang di sisi bawah tungkai 7) Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur.Pastikan bahwa lutut dan pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik 8) Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai 9) Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada regiondistal dari lokasi pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat n) Fraktur/dislokasi pergelangan kaki Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukup dengan menggunakan pembalutan. Gunakan pola figure of eight: Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi atas kaki, mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi atas kaki, kesisi bawah kaki, dan demikian seterusnya. Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakangdan sisi lateral pergelangan kaki untuk mencegahpergerakan yang berlebihan. Saat melalukan tindakan imobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijaga pada sudut yang benar o) Fraktur/dislokasi jari kaki Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantu dengan merekatkan jari yang cedera pada jari di sebelahnya. Pelaksanaan Pembidaian 1. Fraktur calvicula, lakukan imobilisasi dengan cara: Minta pasien meletakkan kedua tangan pada pinggang -Minta pasien membusungkan dada, tahan -Gunakan perban elastik, lingkarkan membentuk angka 8 (Ransel perban). 2.Fraktur humerus bagian medial Kalau ada berikan analgetik/ kompres es -Gunting mitella jadi 2/ 4 tapi tidak putus -Rapatkan lengan pada dinding dada, pasang bidai pada sisi luar – Ikat dan balut dengan mitela/kain 3.Fraktur humerus bagian distal – Siku sukar dilipat (nyeri), luruskan saja – Pasang dua buah bidai dari ketiak sampai pergelangan tangan – Ikat dengan kain 4 tempat. (ingat teori di atas) 4.Fraktur antebrachii – Pasang dua buah bidai sepanjang siku sampai ujung jari -Ikat bidai mengelilingi ekstremitas, tapi jangan terlalu keras -Gantung bidai dengan mitela/kain ke pundak-leher 5.Fraktur digiti -Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau gunakan jari sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang fraktur, gunakan jari telunjuk dan jari manis sebagai pengganti bidai, kemudian ikat dengan plester. 6.Fraktur costae, lakukan imobilisasi dengan cara: -Bersihkan dinding dada -Minta penderita menarik napas dan menghembuskan napas sekuatnya - Pasang plester stripping pada saat ekspirasi maksimal tersebut. -Plester dipasang sejajar iga mulai dari iga terbawah. -Ulangi prosedur sampai plester terpasang 7.Fraktur tulang panggul ( os simfisis pubis) -Rapatkan kedua kaki -Pasang bantal dibawah lutut dan sisi kiri kanan panggul -Ikat kedua kaki pada 3 tempat (lihat gambar) 8. Fraktur femur -Pasang bidai di bagian dalam dan luar paha -Jika patah paha bagian atas, bidai sisi luar harus sampai pinggangFraktur patella -Pasang bidai pada bagian bawah -Pasang bantal lunak di bawah lutut dan pergelangan kaki 10. Fraktur tungkai bawah -Pasang bidai melewati 2 sendi, luar dan dalam – Pasang padding Fraktur tulang telapak kaki -pasang bantalan (kassa/kain)pada telapak kaki -pasang bidai di telapak kaki, kemudian ikat. Evaluasi Pembidaian Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lenganmaka periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5 detik. Kuku akan berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktu kurang dari 2 detik setelah dilepaskan. Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa di bagian bawah bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat,atau kesemutan, maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali dengan lebih longgar. Tekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan. Kalau 1-2 detik berubah menjadi merah, berarti balutan bagus. Kalau lebihdari 1-2 detik tidak berubah warna menjadi merah,. Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki (untuk kasus di kaki). Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.Meraba denyut arteri radialis pada tangan untuk kasus di tangan. Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan. Selesai...