Anda di halaman 1dari 20

CIDERA OTOT DAN

RANGKA

PMI PAPUA BARAT


Langsung, Tidak Langsung dan Gaya Puntir
Cedera Sistem Otot Rangka :
Jenis Patah Tulang
 Patah Tulang tertutup.
Tidak ada luka ,
permukaan kulit utuh,
Fragmen tulang tidak
berhubungan dengan
udara luar.
 Patah tulang terbuka.
Ada luka terbuka, kulit
di atas/dekat bagian
yang patah rusak,
fragmen tulang
mungkin terlihat atau
menonjol keluar.
Cedera Sistem Otot Rangka :
Tanda & Gejalanya
 Perubahan bentuk.
 Nyeri & kaku.
 Suara derik tulang patah
(krepitasi).
 Bengkak.
 Memar.
 Ujung tulang terlihat.
 Sendi terkunci.
 Disfungsi alat gerak.
 Pada bagian distal, ada
gangguan peredaran
darah & persarafan
CARA PENANGANAN
1. Lakukan prosedur penilaian penderita.
2. Kenali & atasi keadaan yang mengancam nyawa, jangan
terpancing dengan cedera yang terlihat berat.
3. Pasang bidai leher (collar neck) dan beri oksigen jika ada
sesuai protokol.
4. Ingat pada cedera alat gerak, lakukan pemeriksaan
GSS(Gerakan Sensasi Sirkulasi) sebelum & sesudah
perawatan.
5. Stabilkan bagian cedera secara manual sampai saat
tindakan immobilisasi selesai dilakukan, jangan sampai
menambah rasa sakit pada penderita.
6. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
7. Atasi perdarahan & rawat luka yang terjadi.
8. Siapkan alat & bahan pembidaian selengkapnya.
9. Lakukan pembidaian sesuai dengan prinsip-prinsip
pembidaian.
10. Untuk mengurangi rasa sakit penderita, istirahatkan bagian
yang cedera, kompres dingin (pada cedera tertutup) &
pemberian analgetik bisa dipertimbangkan.
11. Letakan penderita pada posisi yang nyaman.
12. Bila ditemukan cedera terkilir, istirahatkan & tinggikan
daerah yang cedera. Beri kompres dingin (maks. 30 menit)
setiap jam jika perlu. Balut tekan & tetap tinggikan.
13. Lakukan pemeriksaan berkala & rujuk ke fasilitas kesehatan.
Cedera Sistem Otot Rangka
Pembidaian :
Tujuan & Macamnya.
Pembidaian : Macam-macam bidai :
tindakan penggunaan  Bidai keras
alat bantu guna  Bidai traksi.
menstabilkan bagian  Gendongan/belat/bebat.
tubuh yang cedera.  Bidai improvisasi.
Tujuannya :
1. Mencegah pergerakan
(immobilisasi) bagian
yang cedera.
2. Menghindari terjadinya Alat bidai harus cukup kuat &
cedera baru. ringan agar bisa difungsikan
3. Mengistirahatkan. sebagai penopang.
4. Mengurangi rasa nyeri.
Gambar Macam-Macam Bidai
Prinsip-Prinsip Pembidaian
1. Sedapat mungkin informasikan rencana tindakan kepada
penderita.
2. Paparkan bagian yang cedera, rawat perdarahan yang terjadi.
3. Buka pakaian & perhiasan penderita yang sekiranya
menutupi/mengganggu di daerah yang cedera.
4. Nilai GSS – gerakan, sensasi, sirkulasi – bagian distal yang
cedera sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan dahulu peralatan selengkapnya.
6. Jangan mencoba merubah posisi bagian yang cedera,
usahakan bidai pada posisi saat ditemukan.
7. Jangan mencoba memasukan bagian tulang yang patah.
8. Sebelum dipasang, ukur dahulu bidai pada anggota tubuh
penderita yang sehat.
9. Bila cederanya adalah patah tulang, bidai sepanjang dua
sendi yang mengapit tulang yang patah tersebut.
10. Bila cederanya adalah sendi, bidai sepanjang tulang yang
mengapit tulang yang patah tersebut, bidai pula sendi
distalnya.
11. Bila memungkinkan, lapisi dahulu bidai dengan bahan yang
lunak/lembut.
12. Isi bagian kosong diantara tubuh dan bidai dengan pelapis
yang berbahan lunak/lembut.
13. Ikatan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar.
14. Ikatan cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak
bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
15. Satukan dengan tubuh atau alat gerak yang lain.
16. Nilai GSS setelah selesai pembidaian, bandingkan dengan
GSS saat sebelum dibidai.
17. Melakukan pembidaian memerlukan waktu, meski begitu
lakukan dengan efektif & efisien.
18. Jangan membidai berlebihan. Penggunaan papan spinal
atau bidai tubuh akan sangat membantu menghindari
banyaknya pembidaian & lamanya waktu pada satu
penderita
Pembidaian Untuk
Cedera Alat Gerak Atas

Fraktur Lengan Atas Fraktur Lengan Bawah

Dislokasi/Fraktur Siku Fraktur Jari Tangan Cedera Bahu


Pembidaian Untuk
Cedera Alat Gerak Bawah

Fraktur Tungkai Atas Fraktur Tungkai Bawah

Cedera Lutut Cedera Pergelangan Kaki


Patah Tulang Iga
 Kemungkinan terjadi lebih besar pada usia tua.
 Penyulit yang mungkin terjadi adalah patahan tulang merobek lapisan
pleura sehingga paru bocor & terjadi pneumothoraks, hemothoraks
atau gabungan keduanya.
 Flail chest : terjadi patah tulang iga majemuk dimana satu atau lebih
tulang iga patah menjadi tiga bagian atau lebih.
Tanda & Gejala
 Nyeri dada saat bernapas.
 Perubahan bentuk dada & dinding dadanya.
 Dinding dada tidak mengembang baik saat bernapas, bahkan terjadi
gerakan paradoks (ada bagian dada yang bergerak berlawanan)
 Penderita terkesan melindungi bagian yg.cedera (guarding position).
 Memar yang jelas & luas di daerah dada.
 Pelebaran pembuluh balik leher, mata merah, sianosis, bagian tubuh
atas bengkak.
 Batuk darah & muncul tanda syok.
Guardian Position & Gerakan
Paradoks Pada Flail Chest

Gerakan paradoks : bagian patahan tulang iga


bergerak berlawanan dengan bagian tulang iga
yang lain saat bernapas.
Penanganan Patah Tulang Iga
 Lakukan prosedur penilaian, buka jalan napas.
 Berikan oksigen jika ada sesuai protokol. Bersiap melakukan
BHD & RJP.
 Periksa fisik dada korban, temukan apakah ada tanda adanya
perdarahan dalam.
 Hentikan perdarahan luar jika ada.
 Berikan bantalan pada bagian yang patah.
 Pada kasus flail chest, upayakan bagian yang patah terganjal
sehingga tidak ikut bergerak saat bernapas
 Pasang gendongan lengan di sisi dada yang cedera.
 Biarkan penderita dalam posisi yang dianggap paling nyaman,
yakni bisa memberi ruang gerak dada maksimal sesuai
keadaannya.
 Pantau tanda vital secara berkala
 Tangani syok yang dialami & rujuk ke RS secepatnya.
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai