Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Kebidanan Komunitas

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang ditujukan kepada

masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya mencapai derajat

Kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan Kesehatan menjamin

keterjangkauan pelayanan Kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan.

Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan utnuk pemecahan

masalah terhadap masalah Kesehatan ibu dan balita dalam keluarga dimasyarakat. Pelayanan

kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas dapat

juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan dirumah sakit dalam

upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran.

Menurut J.H Syahlan, bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan

masyarakat diwilayah tertentu. Menurut United Kingdom Central Council for Nursing

Midwifery Health para praktisi bidan yang berbasis komunitas harus dapat memberikan

supersive yang dibutuhkan oleh perempuan selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL

secara komprehensif.

Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan atau asuhan langsung yang berfokus

pada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku

masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan

internal dan eksternal. Kebidanan komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh factor

lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, social, kultural dan spiritual terhadap Kesehatan

masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan, dan pemeliharaan

Kesehatan.
1.2. Tujuan Kebidanan Komunitas

1.2.1. Tujuan Umum

1. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak, balita dalam keluarga sehingga terwujud

keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu.

2. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kebidanan

komunitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi masalah kebidanan komunitas

2. Melakukan upaya promotive dan preventif pelayanan kesehatan

3. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat

4. Mengidentifikasi struktur masyarakat daerah setempat

5. Meningkatkan kemampuan individu/keluarga/masyarakat dalam rangka mengatasi

masalah

6. Tertanganinya kelainan risiko tinggi yang perlu pembinaan dan pelayanan kebidanan

7. Tertanganinya kasus kebidanan dirumah

8. Tertanganinya tindak lanjut kasus kebidanan dan rujukan

9. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak

10. Pelayanan KIA/KB/imunisasi

11. Menggambarkan keadaan wilayah kerja dengan daerah

12. Mengidentifikasi factor penunjang KIA/KB di wilayah

13. Bimbingan pada kader posyandu/kesehatan/dukun bayi

14. Kunjungan rumah

15. Penyuluhan laporan dan seminar dan evaluasi

16. Askeb pada sasaran KIA

17. Menolong persalinan rumah

18. Melakukan tindakan kegawatdaruratan kebidanan sesuai kewenangan


1.3. Sasaran Kebidanan Komunitas

1. Ibu : pranikah, prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, menopause

2. Anak : meningkatkan kesehatan janin dalam kandungan, bayi, balita, prasekolah, dan anak

usia sekolah

3. Keluarga : pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak, pemeliharaan

ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, dan imunisasi

4. Kelompok penduduk : kelompok penduduk rumah kumuh, daerah terisolir, dan daerah tidak

terjangkau

5. Masyarakat : dari satuan masyarakat terkecil sampai masyarakat keseluruhan : remaja, calon

ibu, kelompok ibu

1.4. Ruang Lingkup Kebidanan Komunitas

1.4.1. Promotive (peningkatan kesehatan)

1. Informasi tentang imunisasi pada ibu-ibu yang memiliki bayi

2. Penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil

3. Informasi tentang tanda bahaya kehamilan

4. ASI eksklusif

1.4.2. Preventif (pencegahan penyakit)

1. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

2. Pemberian tablet Fe

3. Pemeriksaan kehamilan, nifas, dll

4. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita

1.4.3. Kuratif (pemeliharaan dan pengobatan)

1. Perawatan payudara yang mengalami masalah

2. Perawatan bayi, balita dan anak sakit dirumah

3. Rujukan bila diperlukan

1.4.4. Rehabilitative (pemulihan kesehatan)

1. Latihan fisik pasca ibu bersalin


2. Pemberian gizi ibu nifas

3. Mobilisasi dini pada ibu pasca salin

1.4.5. Resosiantitatif (memfungsikan Kembali individu, keluarga, kelompok masyarakat ke

lingkungan social dan masyarakatnya)

1. Menggerakkan individu-masyarakat kelingkungan masyarakatnya seperti dasawisma,

desa siaga, tabulia

2. Membuat masyarakat untuk melakukan suatu program dalam bidang kesehatan yang

dilakukan oleh masyarakat itu sendiri untuk meningkatkan kesehatan masyarakat

tersebut.

1.5. Peran dan Fungsi Kebidanan Komunitas

1.5.1. Sebagai pendidik

Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas dalam berperan sebagai

pendidik masyarakat antara lain memberikan penyuluhan di bidang kesehatan

khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan

dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya

yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan

penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaflet, spanduk dan

sebagainya.

1.5.2. Sebagai pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta

melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan

2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui

3. Pertolongan persalinan dirumah

4. Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan risiko tinggi di keluarga

5. Pengobatan keluarga sesuai kewenangan


6. Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi

7. Pemeliharaan kesehatan anak balita

1.5.3. Sebagai pengelola

Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktik mandiri.

Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan disini adalah

sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan

praktek bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain

atau tenaga kesehatan yang Pendidikan kesehatannya lebih rendah.

1.5.4. Sebagai peneliti

Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,

perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan

kesimpulan atau hipotesis dan hasil analisanya. Sehingga bidan dapat mengetahui

secara cepat tentang permasalahan komunitas yang dilayaninya dan dapat pula dengan

segera melaksanakan Tindakan.

2.1 Prinsip Pelayanan Kebidanan di Komunitas

1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat, sosial,

psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran bidan di komunitas.

2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat

kemanusiaan klien.

3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis. Populasi bisa

berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki,

jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan.

Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/

perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil kerjasama dengan

mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter,

pekerja sosial, dll.

5. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik. Sistem pelaporan

kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas meliputi kemampuan

memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan

kemampuan untuk menilai mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya yang sensitif gender

dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil gender dan tidak, dan hukum serta norma yang ternyata

masih melanggar hak asasi manusia.

Adapun prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas yang lainnya yaitu seperti :

1. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang didasarkan pada perhatian terhadap kehamilan

sebagai suatu bagian penting dari kesehatan, untuk bayi baru lahir sebagai suatu proses yang normal

dan proses yang ditunggu- tunggu dalam kehidupan semua wanita.

2. Informed consent, sebelum melakukan tindakan apapun beri informasi kepada klien dan minta

persetujuan klien untuk tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya.

3. Infomed choice, wanita yang ingin melahirkan diberika pilihan dalam mengambil keputusan

tentang proses melahirkan

4. Bina hubungan baik dengan ibu, yaitu dengan melakukan berbagai pendekatan sisi kehidupan.

5. Beri asuhan yang bekelanjutan.

Pelayanan kebidanan komunitas diberikan dengan cara bidan melakukan kunjungan ke pasien

yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Bidan di masyarakat bekerja sama

dengan tenaga kesehatan lain, antara lain dengan dokter dan perawat maternal. Peran nyata bidan di

komunitas adalah kunjungan rumah dalam memberi pelayanan ANC, INC dan PNC. Peran bidan

sebagai pemberi pelayanan, pendidik, pengelola, peneliti, karena bidan harus mampu menggerakan

masyarakat agar mau menjaga kesehatan dan bidan harus mampu mengeloa upaya upaya masyarakat

untuk meningkatkan kesehatan.


Disamping itu, bidan harus mampu bertindak profesional dalam bentuk:

a. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas kemanusiaan

sebagai bidan.

b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative (tidak membeda-

bedakan), dan memenuhi standar prosedur kepada semua klien (perempuan, laki-laki,

transgender).
3.1 Masalah Kebidanan di Komunitas

Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara umum
dan dapat memberikan dampak kerugian bagi kesehatan ibu dan bayi sehingga dapat
mengakibatkan kematian. Masalah kebidanan komunitas terdiri dari identifikasi kematian ibu
dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR, tingkat kesuburan, ANC yang kurang
yang ada di komunitas dan identifikasi pertolongan persalinan non kesehatan, PMS, serta
perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas.

Bidan lahir dan dibesarkan di suatu komunitas yang memiliki suatu sistem
kepercayaan dan pola budaya tersendiri. Oleh karena itu bidan berperan sebagai pemberi
asuhan secara komprehensif dan profesional yang berfokus pada keunikan perempuan untuk
mencapai reproduksi sehat, pencapaian peran ibu, dan kualitas pengasuhan anak.

Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya


kesehatan perempuan di wilayah kerjanya sehingga masyarakat mampu mengenali masalah
dan kebutuhan serta mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.

Kehamilan dan persalinan adalah proses alami kodrati, tetapi jelas merupakan beban
fisik mental dan ekonomi bagi ibu, suami, dan keluarga. Setiap ibu hamil ada risiko terjadi
komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan kesakitan/kecacatan/kematian ibu atau
bayi. Kematian pada ibu kebanyakan terjadi pada keluarga dengan sosial budaya, ekonomi,
pendidikan yang rendah, dan keluarga tidak mampu (keluarga miskin/ gakin). Diperburuk
dengan kendala akses rujukan pada ibu-ibu yang tinggal di desa terpencil, di pulau–
pulau/pegunungan/dekat sungai besar dengan rawan banjir, dimana persalinan di rumah
masih tinggi 60-80%. Kematian ibu/bayi merupakan kegagalan kesehatan dan kegagalan
sosial.

Oleh karena itu, pola pelayanan kesehatan ibu yang relevan dengan kondisi geografis,
status keluarga, tingkat pendidikan, dan budaya masyarakat sangat dibutuhkan. Bidan
sebagai pendamping perempuan, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang bersifat
individual maupun kelompok dengan menggunakan strategi untuk mengatasi kendala terkait
sosial budaya, kemiskinan, fasilitas kesehatan, dan lingkungan.
Berikut masalah dalam kebidanan komunitas

3.1.1 Kematian Ibu dan Bayi

Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau
dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi
kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor
kebetulan). AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari targetyang
diharapkan. Sedangkan untuk target SDGs AKI yaitu sebesar 70/100.000
KH.Angka kematian ibu dikatakan masih tinggi karena :

 Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6 minggu
setelah persalinan per 100.000 persalinan tinggi.Angka kematian ibu tinggi
adalah angka kematian yang melebihi dari angka target nasional.
 Tingginya angka kematian, berarti rendahnya standar kesehatan dan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan, dan mencerminkan besarnya masalah
kesehatan.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat 1 tahun. Berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007
sebesar27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada SDG’s 2030 sebesar
12/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi :

 Gangguan perinatal (34,7%)


 Sistem pernapasan (27,6 %)
 Diare (9,4%)
 Sistim pencernaan (4,3%)
 Tetanus (3,4%)

3.1.2 Unsafe Abortion

Unsafe Abortionadalah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan


tindakan yang tidak steril serta tidak aman, secara medis. Peran bidan dalam
menangani unsafe abortionadalah memberikan penyuluhan pada klien tentang efek-
efek yang ditimbulkan dari tindakan unsafe abortion.Jika terminasi kehamilan
dilakukan secara illegal maka akan mengakibatkan perdarahan, trauma, infeksi
dengan mortalitasnya 1/3 AKI serta adanya kerusakan fungsi alat reproduksi. Dampak
jangka panjang dari terminasi kehamilan yang illegal adalah PID/penyakit radang
panggul yang menahun, infertilitas dan kehamilan ektopik terganggu/KET.

3.1.3 Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual merupakan salah satu dari tiga tipe infeksi saluran
reproduksi (ISR), yaitu infeksi dan penyakit menular seksual, infeksi-infeksi endogen
vagina dan infeksi-infeksi yang berhubungan dengan saluran reproduksi.Infeksi
menular seksual berhubungan dengan keadaan akut, kronik dan kondisi-kondisi lain
yang berhubungan dengan kehamilan, seperti Gonore, Chlamidia, Sifilis, Herpes
kelamin, Trichomoniasis, HIV/AIDS. Bidan harus dapat memberikan asuhan kepada
masyarakat terkait dengan infeksi menular seksual, dan perlu memperhatikan semua
jenis infeksi saluran reproduksi, sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.

3.1.4 Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat adalah:

 Kurangnya pengetahuan, salah satunya di bidang kesehatan.


 Adat istiadat yang dianut/berlaku di wilayah setempat.
 Kurangnya peran serta masyarakat.
 Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan.
 Kebiasaan-kebiasaan/kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan positif.

Sosial budaya yang ada di masyarakat memberi 2 pengaruh pada masyarakat


tersebut yaitu : pengaruh negatif dan positif. Sosial budaya masyarakat yang bersifat
positif antara lain:

 Rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong.


 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
 Rasa tolong menolong/perasaan senasib sepenanggungan.

Sosial budaya masyarakat yang bersifat negatif antara lain:


 Membuang sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh.
 Penyalahgunaan obat-obatan.
 Industri-industri yang tidak memperhatikan pembuangan limbah yang baik.
 Wanita pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik.

3.1.5 Kehamilan Remaja

Arus informasi menuju globalisasi mengakibatkan perubahan prilaku remaja


yang makinmenerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya,
terjadi peningkatan kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjadi
penyakitmenularseksual.

Berikut ini adalah dampak kehamilan remaja.

1. Faktor psikologis yang belum matur

a. Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan sehingga dapat


menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.
b. Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan mengalami putus
sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat kehilangan pekerjaan yang baru
dirintisnya.
c. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau
lingkungan masyarakat.
d. Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri.
e. Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok, minuman
keras.
2. Faktor fisik

a. Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah sebenarnya.


b. Kehamilan dapat disertai penyakit menularseksual sehingga memerlukan
pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap.
c. Tumbuh kembang janindalam rahim yang belum matur dapat menimbulkan
abortus, persalinan premature, dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah
lama dideritanya.
d. Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif.
e. Hasil janin mengalami kelainan kongenital atau BBLR.
f. Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih tinggi
dibandingkan dengan usia reproduksi sehat (20-35 tahun).
Hubungan seksual remaja merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu
kedokteran (andrologi, seksologi, penyakit kulit dan kelamin, kebidanan, dan
kandungan).

3.1.6 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Istilah premature telah diganti menjadi berat badan lahir rendah (BBLR) oleh
WHO sejak 1960, hal ini karena tidak semua bayi dengan berat badan <2500 gram
adalah bayi premature. Pada kongres European Perinatal Medicine II di London
(1970) dibuat keseragaman definisi, yaitu sebagai berikut :

 Bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan kurangdari 37 minggu (259)
hari.
 Bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37-42 minggu (259-293
hari).
 Bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (>294
hari)BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram.
Menurut Depkes RI (1996), bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir
dengan berat 2500 gram atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan.

3.2 Identifikasi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR,
tingkat kesuburan, ANC yang kurang yang ada di komunitas.
Menurut Mc Charty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya
mengemukakan bahwa peran determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi dan
menjadi penyebab langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu dan
bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR dan tingkat kesuburan yang ada di
komunitas. Faktor determinan tersebut  adalah :
        1.     Determinan proksi / dekat / outcome
a. Kejadian kehamilan
b. Komplikasi kehamilan dan persalinan (perdarahan, infeksi, eklamsi, partus
macet, rupture uteri).
c. Kematian, kecacatan
        2.     Determinan antara / intermediate determinants
a. Status kesehatan (gizi, infeksi penyakit kronik, riwayat komplikasi).
b. Status reproduksi (umur paritas, status perkawinan)
c. akses terhadap pelayanan kesehatan (lokasi pelayanan kesehatan KB, ANC,
pelayanan obstetric, jangkauan pelayanan, kualitas pelayanan, akses
informasi pelayanan kesehatan).
d. Perilaku sehat (penggunaan KB, pemeriksaan ANC dan penolong
persalinan).
e. Faktor-faktor yang tidak diketahui/tidak terduga.
3.     Determinan kontekstual / jauh / distant determinan
a. Status wanita dalam keluarga dan masyarakat (pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, keberdayaan).
b. Status keluarga dan masyarakat (penghasilan, kepemilikan, pendidikan, dan
pekerjaan anggota rumah tangga).
c. Status masyarakat (kesejahteraan, sumber daya spt dokter, klinik).

Anda mungkin juga menyukai