diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah
Holistik Islami
Dosen Pembimbing:
Riandi Alfin, S.Kep.,Ners.M.Kep.
Disusun oleh:
Yulindawati
NIM 402022098
DEMAM THYPOID
A. Pengertian
demam tifoid dan demam paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever,
dari demam tifoid adalah typhoid fever, enteric fever. Tifoid berasal dari
bahasa Yunani yang berarti smoke, karena terjadinya penguapan panas tubuh
penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid juga
dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis. Demam tifoid adalah
juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam
1) Mulut
bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang
antara gusi, gigi, bibir dan pipi. Sedangkan bagian dalam yaitu
rongga mulut yang dibatasi sisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan
makanan menjadi lobus dan dengan bantuan lidah lidah dan pipi sera
2) Faring
3) Esofagus
1) Usus Halus
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum yang terdiri dari :
getah pangkreas yang terdiri dari 3 jenis enzim yaitu enzim amilase,
usus halus melalui dua saluran yaitu pembuluh kapiler darah dan
2) Usus Besar
Usus besar merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari
katub ikosekal. Fungsi ikosekal adalah untuk mengontrol pasase isi usus
kedalam usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus.
Lapisan usus besar terdiri dari dalam keluar, yaitu selaput lendir,
c) Sekresi musin
d) Defekasi
a) Sekum
b) Apendiks verivornis
Bagian usus besar yang muncul seperti corong dari akhir sekum,
hati.
d) Kolon Tranversum
e) Kolon Desendens
f) Kolon sigmoid
3) Rektum
anus.
4) Anus
Jalan keluar dari sisa makan yang diatur oleh jaringan otot lurik yang
elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh.
a. Motilitas
Terhadap aktivitas tonus yang terus menerus terdapat dua jenis dasar
pencernaan.
saluran pencernaan.
b. Sekresi
terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting
yang kompleks menjad struktur yang lebih sederhana yang dapat diserap
1) Karbohidrat
2) Protein
Protein terdiri dari kombinasi asam amino yang disatukan oleh ikatan
3) Lemak
d. Penyerapan
atau limfe.
Saluran pencernaan (traktus digestivus) merupakan saluran dengan
3) Saraf ekstrinsik.
pencernaan dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ
a. Pencernaan Oral
rasa dan secara refleks akan memicu sekresi saliva. Di dalam saliva
terkandung protein air liur seperti amilase, mukus, dan lisozim. Fungsi
b. Menelan
ketika bolus di dorong oleh lidah menuju faring. Tekanan bolus di faring
esophagus.
c. Kerja Lambung
lambung, yaitu:
1) Pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50
antrum.
makanan.
awal usus halus daripada di bagian akhir, maka lebih banyak kimus yang
perlahan bergerak maju ke bagian belakang usus halus dan selama proses
e. Kerja Kolon
Dalam empat jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum
air dan elektrolit. Materi sisa dari makanan mencapai dan mengembangkan
f. Defekasi
massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari sfingter
dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah refleks
anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus
kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turun ke
bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik
C. Etiologi
(Widodo, 2009).
D. Patofisiologi
makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam
lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid
typhi kemudian menembus ke lamina propina, masuk aliran limfe dan mencapai
kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typhi masuk kealiran darah melalui duktus
portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plaque Peyeri, limpa, hati dan
berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena Salmonella typhi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang, sehingga
undang wabah dan wajib dilaporkan, namun data yang lengkap belum ada,
2002).
salmonella thypi yaitu pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering carrier.
(Dinda, 2008).
yang tercemar oleh carrier merupakan sumber penularan yang paling sering di
daerah nonendemik. Carrier adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan
masih terus mengekskresi salmonella thypi dalam tinja dan air kemih selama
lebih dari satu tahun. Disfungsi kandung empedu merupakan predisposisi untuk
atau dalam dinding kandung empedu yang mengandung jaringan ikat, akibat
timbul sangat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia,
tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran
gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Hal ini
penyakit akut pada umumnya. Yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk
dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya dijumpai suhu badan meningkat.
bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan
samnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada
G. Pemeriksaan Penunjang
jumlah lekosit antara 3000 – 4000 /mm 3 ditemukan pada fase demam. Hal ini
2. Pemeriksaan urine
3. Pemeriksaan tinja
4. Pemeriksaan bakteriologis
dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
5. Pemeriksaan serologis
minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih
6. Pemeriksaan radiologi
1. Komplikasi intestinal :
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra-intestinal :
a. Komplikasi kardiovaskular :
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah :
c. Komplikasi paru :
e. Komplikasi ginjal :
f. Komplikasi tulang :
g. Komplikasi neuropsikatrik :
sindrom katatonia.
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang
terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan
I. Penatalaksanaan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu perawatan, diet dan
obat-obatan.
1. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7
hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus
2. Diet
kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan
3. Obat
b. Thiamfenikol
c. Ko-trimoksazol
f. Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik :
kapiler.
J. Pathway
Penurunan /peningkatan
Peristaltik usus
MK: Konstipasi/Diare
K. Fokus Pengkajian
Dasar data atau data fokus pengkajian klien dengan demam thypoid
antara lain :
1. Pengumpulan Data
a. Wawancara
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak
b) Pola eliminasi
foofobia.
dan ansietas.
keadaan sakitnya.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Tingkat kesadaran
3) Sistem respirasi
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem integumen
6) Sistem muskuloskeletal
7) Sistem gastrointestinal
8) Sistem abdomen
c. Pemeriksaan penunjang
2) Pemeriksaan urine
Didaparkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) juga didapatkan
3) Pemeriksaan tinja
4) Pemeriksaan bakteriologis
5) Pemeriksaan serologis
6) Pemeriksaan radiologi
thypoid adalah
1. Hypertermi bernubungan
perirektal
7. Cemas berhubungan
8. Kurang pengetahun
M. Fokus Intervensi
1. Hypertermi berhubungan dengan
berlangsung.
b. Intervensi :
klien,
cairan melalui rute normal (diare berat, muntah), status hipermetabolik dan
pemasukan terbatas.
lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler baik, TTV stabil,
konsentrasi/jumlah.
b. Intervensi :
2) Observasi TTV.
b) Anti diare.
c) Antiemetik
eksaserbasi akut.
d) Antipiretik
e) Elektrolit tambahan
usus.
a. Tujuan :
kembali normal.
b. Intervensi :
faktor pencetus.
beratnya episode.
2) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.
klien.
a) Antikolinergik.
diare.
b) Steroid
c) Antasida
Rasional : Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan
d) Antibiotik
b. Intervensi :
adanya komplikasi.
komplikasi.
ketepatan intervensi.
perlahan/evakuasi feses.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
malnutrisi.
b. Intervensi :
terapi.
akut.
makan.
makanan/diet.
a) Preparat Besi.
b) Vitamin B12
c) Asam folat.
masukan /absorpsi.
d) Nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
a. Tujuan :
dengan tepat.
b. Intervensi :
analgesik.
nyeri.
menghilangnya nyeri.
aktifitas senggang.
sesuai toleransi.
a) Analgesik
prose penyembuhan.
b) Antikolinergik
nyeri kolik.
c) Anodin supp.
Rasional : Merilekskan otot rectal dan menurunkan nyeri
spasme.
a) Tujuan :
sehat menerimanya.
b. Intervensi :
balik.
perhatian.
penyembuhan/perbaikan.
kontrol penyakit.
memudahkan istirahat.
8. Kurang pengetahun (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan
a. Tujuan :
pengobatan.
untuk menerimanya.
b. Intervensi :
faktor penyebab.
kulit/kerusakan, infeksi.
N. Evaluasi
2. Komplikasi minimal/dapat
dicegah.
3. Stres mental/emosi