Anda di halaman 1dari 28

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASEIN DENGAN GASTRITIS

A. Pengertian
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan
dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.( Imu
Penyakit Dalam Jilid II, 2012)
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. ( Arief,
Mansjoer, 2007)
Gastritis adalah inflamasi pada mucosa lambung bersifat akut
maupun kronis (Ester M, 2008).
Gastritis adalah merupakan suatu peradangan pada mucosa
lambung bersifat akut maupun kronis, difusI atau lokal (Soeparman,
2010).
Gastritis adalah inflamasi pada mucosa lambung (Brunner &
Suddarth, 2009).
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa
gastritis adalah peradangan pada mucosa lambung yanag bersifat akut
maupun kronis, difusI atau lokal.
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
1. Anatomi sistem pencernaan
Secara garis besar sistem pencernaan terdiri dari sistem pencernaan
bagian atas dan sistem pencernaan bagian bawah.

9
1) Sistem pencernaan bagian atas terdiri atas :
a) Mulut
Mulut adalah permulaan dari saluran pencernaan yang
terdiri dari 2 bagian yaitu :
(1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di
antara guzi, gigi, bibir dan pipi.
(2) Bagian dalam rongga mulut yang dibatasi sisi-sisinya
oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis dan
di sebelah belakang bersambung dengan awal faring
(Pearce, 2007).
Atap mulut dibentuk oleh pelatum dan lidah terletak dan
teikat pada tulang rawan pada hyoid.Di dalam mulut
terdapat saliva yang dihasilan oleh tiga kelenjar yaitu
kelenjar parotis, kelenjar submandibularis dan kelenjar
sublingualis.Saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat
alkali.Ludah mengandung enzim pencernaan zat tepung
ptyalin dan sedikit zat padat.Fungsi saliva yaitu bekerja
secara fisis atau kimia.
(1) Kerja fisisnya ialah membasahi mulut, membersihkan
lidah dan memudahkan orang bicara.
(2) Kerja kimiawinya disebabkan enzim ptyalin (amylase
ludah) yang didalam lingkungan alkali bekerja atas
zat gula dan zat tepung yang telah dimasak (Pearce,
2007).
b) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga
mulut dengan kerongkongan (esophagus).Di dalam
lingkungan faring terdapat tonsil yaitu kumpulan limfa
yang banyak mengandung limfosit yang merupakan bentuk
pertahanan terhadap infeksi (Pearce, 2007).
c) Esofagus
Esofagus merupakan sebuah tabung berotot yang
panjangnya dimulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
lambung.Esofagus berdinding empat lapis di sebelah luar
terdiri atas lapisan jaringan ikat yang renggang, sebuah
lapisan otot yang terdiri atas dua lapisan serabut otot, yang
satu berjalan longitudinal dan yang lain sirkuler, sebuah
lapisan submukosa dan paling dalam terdapat selaput lendir
mukosa (Pearce, 2007).
d) Gaster (Lambung)
Lambung menerima makanan dari esofagus melalui
orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun
sementara.Kontraksi otot lambung mencampur makanan
dengan getah lambung.Getah lambung merupakan sekret
yang dikeluarkan dalam lapisan mukosa. Getah ini
mengandung 0,4 % asam hidroklorida (HCL) yang
mengasamkan semua makanan, bekerja sebagai zat
antiseptik dan desinfektan serta menyediakan lingkungan
untuk pencernaan protein.
Lapisan lambung terdiri dari :
(1) Lapisan peritoneal yang merupakan lapisan serosa
(2) Lapisan berotot
(3) Lapisan submukosa yang terdiri jaringan aleora berisi
pembuluh darah dan saluran limfa.
(4) Lapisan mokosa terdiri dari banyak kerutan atau rugae.
Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi
banyak saluran limfe yang dapat mengeluarkan sekret.
Beberapa enzim pencernaan yang terdapat di dalam getah
lambung yaitu :
(1) Pepsin yang berfungsi mengubah protein menjadi
peptone
(2) Rennin adalah ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasien dari karsinogen yang dapat larut
(3) Lipase yang berfungsi memecahkan lemak (Pearce,
2007).
2) Sistem pencernaan bagian bawah terdiri atas :
a) Usus halus
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan makanan
yang berpangkal pada pylorus dan terdiri dari :
(1) Duodenum atau usus dua belas jari
Panjangnya kira-kira 25 cm, berbentuk sepatu
kuda.Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke
dalam duodenum pada satu lubang yang disebut
ampula hepatopankreas atau ampula vateri.Empedu
dibuat di hati dan dikeluarkan ke duodenum yang
berfungsi mengemulsi lemak sehingga membantu
kerja lipase. Di duodenum juga terdapat proses
pencernaan hidrat arang menjadi disakarida.
(a) Amilase berfungsi merombak makanan menjadi
glukosa serta bekerja memecah karbohidrat rantai
panjang seperti amilium dan dekstrin akan diurai
menjadi molekul yang lebih sederhana.
(b) Lipase berfungsi memecah lemak menjadi gliserin
dan asam lemak.
(c) Tripsin yang berfungsi mengubah protein dan
peptone menjadi golongan polipeptida.
(2) Yeyunum dan ileum
Yeyunum menempati 2/5 bagian sebelah atas usus
halus, sedangkan illeum menempati 3/5 bagian akhir.
Di usus halus terdapat sakus anterikus (getah usus)
yang terdiri dari beberapa enzim yang
menyempurnakan pencernaan semua makanan yaitu :
(a) Enterokinase berfungsi mengaktifkan enzim
proteolik
(b) Tripsin berfungsi menyempurnakan pencernaan
protein yaitu polipeptida dijadikan berbagai asam
amino.
(c) Intertase berfungsi bekerja atas gulal.
(d) Laktase berfungsi membelah laktose menjadi
glukosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa di
dalam hati.
(e) Maltase berfungsi mengubah maltose menjadi
dekstrose.
Setelah makanan dicerna seluruhnya kemudian diabosrbsi
di dalam usus halus melalui 2 saluran yaitu pembuluh
kapiler darah dan saluran limfe di vili (Pearce, 2007).

b) Usus besar
Menurut Pearce (2007) mengemukakan usus besar dengan
kriteria:
Usus besar atau kolon kira-kira satu setengah meter
panjangnya yang merupakan sambungan dari usus halus
yang dimulai dari katup ileokolik. Lapisan usus besar dari
dalam keluar yaitu :
(1) Selaput lendir
(2) Lapisan otot melingkar
(3) Lapisan otot memanjang
(4) Jaringan ikat
Fungsi usus besar yaitu
(1) Absorbsi air, garam dan glukosa
(2) Sebagai populasi bakteri
(3) Sekresi musin
(4) Defekasi
Adapun usus besar terdiri dari :
(1) Sekum
Terletak di bawah iliaka kanan dan menempel pada otot
iliopsoas.
(2) Apendiks Veriformis
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari
akhir sekum, mempunyai pintu keluar yang sempit
tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh
beberapa isi usus.
(3) Kolon Asendens
Terletak di sebelah kanan, membujur ke atas dari
ileum ke daerah hati.
(4) Kolon Tranversum
Terletak di bawah hati berbelok pada tempat yang
disebut fleksura hepatikal, lalu berjalan melalui tepi
daerah apigastrik dan umbilikal.
(5) Kolom Desendens
Terletak di bawah limpa, membelok sebagai fleksura
sinitis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan
lumbal.
(6) Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri (Pearce, 2007).
(7) Rektum
Dimulai pada kolon sigmoid dan berakhir pada saluran
anal yang kira-kira 3 cm panjangnya.
(8) Anus
Merupakan jalan keluar dari sisa makanan yang diatur
oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter
internal dan eksternal (Pearce, 2007).
2. Fisiologi sistem pencernaan
Untuk melakukan fungsinya, semua sel memerlukan nutrisi.
Nutrien ini harus diturunkan dari masukan makanan yang terdiri
dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta selulosa
dan bahan sayuran lain yang tidak bernilai nutrisi. Fungsi utama
dari saluran gastrointenstinal yang berhubungan dengan
memberikan kebutuhan tubuh ini :
1) Memecahkan partikel makanan kedalam bentuk molekuler
untuk dicerna.
2) Mengabsorbsi hasil pencernaan dalam bentuk molekul kecil
kedalam aliran darah.
3) Mengeliminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi
dan produk sisa lain dari tubuh. Saat makanan didorong melalui
saluran gastrointenstinal, makanan mengalami kontak dengan
berbagai sekresi yang membantu dalam pencernaan,
penyerapan atau eliminasi dari saluran gastrointensitinal.
Proses fisiologi pencernaan terdiri dari :
a) Pencernaan oral
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah,
dimana makanan dipecah kedalam partikel kecil yang dapat
ditelan dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan.
Makan atau bahkan melihat, mencium atau mencicipi
makanan akan menyebabkan refleks saliva. Saliva adalah
sekresi pertama yang kontak dengan makanan. Saliva
disekresikan dalam mulut melalui kelenjar saliva pada
kecepatan kira–kira 1,5 liter setiap hari. Saliva
mengandung enzim ptyalin atau amilase saliva, yang mulai
pencernaan zat pati, saliva juga mengandung mukus yang
membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga
memudahkan menelan (Brunner dan Suddart, 2010).
b) Menelan
Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh
pusat menelan di medula oblongata dari sistem saraf
pusat.Saat makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup
lubang trakea dan mencegah aspirasi makanan kedalam
paru–paru.Menelan mengakibatkan bolus makanan ke
dalam esophagus atas, yang berakhir sebagai aktivitas
refleks.
Otot halus di dinding esophagus berkontraksi dalam urutan
irama dari esophagus kearah lambung untuk mendorong
bolus makanan sepanjang saluran. Selama proses peristaltik
esofagus ini, sfingter esophagus bawah rileks dan
memungkinkan bolus makanan masuk lambung. Akhirnya
sfingter esophagus menutup dengan rapat untuk mencegah
refleks isi lambung kedalam esofagus (Brunner dan
Suddart, 2010).
c) Kerja lambung
Lambung mensekresi cairan yang sangat asam mempunyai
pH serendah 1, memperoleh keasamannya dari asam
hidoklorida yang disekresikan oleh kelenjar lambung.
Fungsi sekresi asam yaitu :
(1) Untuk memecah makanan menjadi komponen yang
lebih dapat diabsorbsi.
(2) Untuk membantu destruksi kebanyakan bakteri
pencernaan.
Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang
penting untuk memulai pencernaan protein.Faktor intrinsik
juga disekresi oleh mukosa lambung, senyawa ini
berkombinasi dengan vitamin B12 dalam diet, sehingga
vitamin dapat diabsorbsi didalam ileum.Kontraksi
peristaltik didalam lambung mendorong isi lambung kearah
pylorus.Karena partikel makanan besar tidak dapat
melewati sfingter pylorus, partikel ini diaduk kembali
kekorpus lambung untuk dihancurkan menjadi partikel
lebih kecil.Paristaltik didalam lambung dan kontraksi
sfingter pylorus, memungkinkan makanan dicerna sebagai
untuk masuk ke usus halus (Brunner dan Suddart, 2010).
d) Kerja usus halus
Ada dua tipe kontraksi segmentasi yang menghasilkan
campuran gelombang yang menggerakan isi usus ke
belakang dan ke depan dalam gerak mengaduk. Peristaltik
usus mendorong isi usus halus tersebut ke arah kolon.
e) Kerja kolon
Dalam empat jam setelah makan, materi sisa residu
melewati ileum terminalis dan dengan perlahan melewati
bagian proksimal kolon melalui katup iliosekal. Katup ini,
yang secara normal tertutup, membantu mencegah isi kolon
mengalir kembali ke usus halus.Pada setiap gelombang
peristaltik, katup terbuka secara singkat dan memungkinkan
sebagian isinya masuk ke kolon.
f) Defekasi
Defekasi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot
rektum dan merilekskan sfingter anal internal, yang
biasanya tertutup.Sfingter internal dikontrol oleh sistem
saraf otonom, sfingter eksternal dibawah kontrol sadar dari
korteks serebral.Selama defekasi sfingter anal eksternal
secara volunter rileks untuk memungkinkan isi kolon
keluar.Secara normal sfingter anal eksternal dipertahankan
pada suatu kontraksi tonos.Oleh karena itu defekasi terlihat
menjadi refleks spinal yang dapat secara volunter dihambat
dengan mempertahankan sfingter anal tertutup.Kontraksi
otot abdomen memudahkan pengosongan kolon (Brunner
dan Suddart, 2010).
C. Tanda dan Gejala
1. Gastritis Akut
a. Gastritis akut eksoen simple :
a) Nyeri epigastrik mendadak
b) Saat serangan paien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan
kadang panas serta tachicardi
c) Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali
b. Gastritis akut eksogen korosiva
a) Pasien kulaps dengan kulit yang dingin.
b) Tachicardi dan siansis.
c) Perasaan seperti terbakar pada epigastrium
d) Nyeri hebat / kolik
c. Gastritis Infeksiosa Akut
a) Anoreksia
b) Perasaan tertekan pada epigastrium.
c) Vumitus
d) Hematemesis
d. Gastritis Hegmonos Akut
a) Nyeri hebat mendadak di epigastrium (Neusia)
b) Rasa tegang pada epigastium (Vumitus)
c) Panas tinggi dan lemas (Tachipneu)
d) Lidah kering sedikit ekterik (Tachicardi)
e) Sianosis pada ekstremitas (Diare)
f) Abdomen Lembek (Terjadi leukositosis)
2. Gastritis Kronis
a. Gastritis Superfisialis
a) Rasa tertekan yang samar pada epigastrium
b) Penurunan BB
c) Kembung / rasa penuh pada epigastrium (Neusea)
d) Rasa perih sebelum dan sesudah makan (Terasa pusing)
e) Vumitus
b. Gastritis Atropikan
a) Rasa tertekan pada epigastrium
b) Anoreksia
c) Rasa penuh pada perut
d) Nousea
e) Keluar angin pada mulut
f) Vumitus
g) Mudah tersinggung
h) Gelisah
i) Mulut dan tengorokan terasa kering
c. Gastritis Hypertropikan
a) Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah
minum susu
b) Nyeri biasanya timbul pada malam hari
c) Kadang disertai melena
D. Etiologi
Gastritis sering disebabkan oleh diet yang sembrono, individu yang
makan terlalu banyak atau makan makanan yang mengandung
mikroorganisme penyakit, juga oleh bakteri H. Pylori. (suzanne C.
Smeltzer, 2009).
Adapun penyebab lainnya seperti obat analgetik anti-inflamasi
(aspirin) merokok yang tak henti-henti, minum minuman yang beralkohol.
(Widyandana, 4 juni 2007)
Menurut artikel yang ditulis oleh Ns, lukman S.Kep Gastritis
disebabkan oleh berbagai penyebab diantaranya :
a. Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin.
b. Bahan-bahan kimia
c. Merokok
d. Alkohol
e. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf
pusat.
f. Refluks usus ke lambung.
g. Endotoksin.
E. Patofisiologi
Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis diakibatkan oleh
ketidak seimbangan faktor-faktor pencernaan (Anonim, 2007).
Faktor-faktor pencernaan yaitu faktor agresif dan faktor defensive.
Faktor-faktor agresif adalah asam lambung, pepsin, obat-obatan, infeksi
bakteri dan bahan korosif (Asam dan Basa kuat). Sedangkan faktor-faktor
defensive adalah mucus, bikarbonat dan prostaglandin. Dalam keadaan
normal, faktor defensive mampu mengusai faktor agresif sehingga tidak
terjadi kerusakan atau kelainan patologik (Arif Mansjoer, 2008).
Mukosa lambung cukup kuat untuk menahan asam lambung,
sehingga asam lambung tetap terjaga didalam lambung yang nantinya
akanberfungsi untuk mencerna sari-sari makanan, namun karena sering
lupa makan atau kebiasaan menunda makan, maka asam lambung bisa
mengiritasi lambung. Sehingga dinding lambung lama kelamaan tidak kuat
menahan asam lambung dan timbul penyakit gastritis(Widfyandana,
2007).
Gastritis membuat membran mukosa lambung menjadi edema dan
hiperemik (cairan dan darah) dan mengalami erosi sehingga akan
mensekresi sejumlah getah lambung yang mengandung sedikit asam tetapi
banayak mukus dan dapat terjasi atau menimbulkan hemoragi, akibatnya
terjadi ketidaknyamanan epigastrik.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah
mengalami gastritis, namun kadang hemorargi memerlukan intervensi
bedah (Suzanne C. Smeltzer, 2009).
F. Pathway

Alkohol
Obat-obatan Stres
Gastritis

Sekresi asam lambung Hipertensi/


bikarbonat naik turun vasokontriksi
Gangguan
Mobilitas
Gastrointestinal
Lambung flow
Iritasi Mukosa menurun
Mikrosirkulasi
Radikal
menurun
Bebas
Nyeri
epigastrium
Refluks gaster
Permeabilitas naik
duodenum
Cemas
s
Anoreksi Mual Muntah
a Gangguan
pola tidur
Nutrisi Volume
Kurang Cairan
Kurang Mukus bikarbonat epitel
menurun impermeabilitas
prolifarsi

pH Intramukal

Keasaman
jaringan
kritis

Erosi/ulserasi

Nyeri
G. Manifestasi Klinik
Pada gastritis, gejala awal adalah mual-mual, nyeri pada ulu
hatiatau rasa tidak nyaman pada perut (widyandana, 2007).
Gejala lainnya adalah muntah, tidak nafsu makan, nyeri tekan
pada epigastrium dan penurunan berat badan (Anonim, 2007).
Namun dalam beberapa kasus dapat juga memberikan gejala
yang berat, seperti ditemukannya perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena. Kemudian disusul dengan tanda-tanda
anemia pasca perdarahan (Arif Mansjoer, 2009).
H. Komplikasi
Komplikasi yang paling penting adalah :
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas.
2. Terjadi ulkus peptikum.
3. Terjadi perforasi pada kasus berat.

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa ditentukan dengan endoskopi
b. Gastritis tipe A dengan aklorhidria / hipklomidria (kadar asam
hidroklorida tidak ada / rendah). Gastrisis tipe B dihubungkan
dengan hiperklohidria (kadar tinggi dail asam hidroklorida)
c. Pemeriksaan sinar x G.I atas
d. Pemeriksaan Histologis
e. Tes serologis dan tes pernafasan untuk mendeteksi H. pylori untuk
mendapatkan antibody terahadap antigen H. Pylori
f. Gastroskopi
g. Hb, Ht
h. Serum gastrin menurun atau normal
i. Serum vitamin B12
j. Analisis cairan lambung
k. Biopsi mukosa
l. Biopsi lambung
m. Endoskopi.
J. Penatalaksanaan
1. Gastriris Akut
a) Menghindari makanan dan minuman yang dapat meningkatkan
sekresi asam lambung.
b) Pemakaian penghambat HO2 (seperti ranitidin untuk
mengurangi sekresi asam, sukrafat atau antacid dapat
mempercepat penyembuhan).
c) Obat-obat anti muntah dapat membantu menghilangkan mual
dan muntah.
d) Jika terjadi muntah perlu keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan memberikan infus vena.
e) Lavare jika terjadi korosif yang luas atau berat.
2. Gastritis Kronik
a) Memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi
stres dan memulai farmako terapi.
b) Helicobacter pylori diatas dengan antibiotik (seperti tetraciklin
atau amoksilin) dengan garam bismut (peta bismut).
c) Menghindari alkohol dan obat-obatan yang mengiritasi mukosa
lambung.
d) Vh B 12 dan terapi yang sesuai lainnya diberikan pada anemia
pernisiosa (Brunner and Suddarth, 2010 : 1063) (C. Boughman,
2010).
K. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar proses keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan
dan ketelitian dalam mengenal masalah klien sehingga memberi arah
kepada tindakan keperawatan. Dalam pengkajian yang dilakukan
dalam beberapa tahapan, meliputi :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data yang
dapat di gunakan sebagai informasi tetnag klien. Data yang
dibutuhkan mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual dari
klien, data yang berhubungan dengan masalah klien serta data
tentang factor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan
dengan klien seperti data tentang keluarga, lingkungan yang ada di
mana data-data tersebut dapat diperoleh dari klien, keluarga klien
atau orang lain yang ada hubungan dengan klien, catatan medis
serta tim kesehatan lainnya(Hidayat, 2007). Adapun data data-data
yang dikumpulkan adalah :
a) Biodata
Data lengkap dari klien meliputi : nama lengkap, umur, jenis
kelamin, kawin / belum kawin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat serta identitas
penanggung, meliputi : nama lengkap, jenis kelamin, umur,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hubungan
dengan klien dan alamat.
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang di dapat saat pengkajian, pada
klien gastritis biasanya bermula dari nyeri ulu hati yang
disebabkan oleh peningkatan asam lambung.
2. Riwayat keluhan utama
Mengambarkan keluahan saat dilakukan pengkajian serta
mengambarkan kejadian terjadinya penyakit ini, dengan
menggunakan metode P, Q, R, S, T.
(1) Paliative :Apa yang menyebabkan bertambahnya atau
berkurangnya keluhan. Biasanya disebabkan oleh
peningkatan asam lambung yang mengiritasi mukosa
lambung.
(2) Kualitatif/kuantitas :Bagaimana bentuk gambaran yang
dirasakan dan sejauhmana tingkat keluhan. Keluhan
yang dirasakan biasanya sampai menggangu aktivitas
klien.
(3) Region :Lokasi keluhan yang dirasakan dan
penyebarannya. Nyeri yang dirasakan pada daerah ulu
hati.
(4) Skala :Itensitas keluhan apakah sampai mengganggu
atau tidak. Skala nyeri yang dirasakan pada klien
gastritis berkisar antara 4-5.
(5) Timing :Kapan waktu mulai terjadi keluhan dan
berapa lama kejadian ini berlangsung. Keluhan nyeri
yang dirasakan tidak menentu / pada saat lambung
kosong sehingga asam lambung meningkat.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji tentang penyakit yang pernah di derita klien seperti
jantung, ginjal, dan hipertensi, juga riwayat pembedahan
yang pernah di alami saat dulu, baik yang berhubungan
dengan timnbulnya Gastritis, maupun yang tidak (Brunner
& Suddart, 2011:1629).
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dengan menggunakan genogram tiga generasi, apakah
dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien atau penyakit keturunan.
c) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Klien nampak lemah
Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan cepat dan nadi
juga cepat, tekanan darah kadang meningkat.
2. Pemeriksaan fisik secara persistem :
(1) Sistem pernapasan
Yang perlu dikaji seperti frekuensi pernapasan, pola
napas, apakah ada penggunaan otot pernapasan, apakah
pengembang dada saat bernapas simetris kiri dan
kanan.
(2) Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya hipotensi orthostatik, akral dingin, nadi
perifer melemah terutama pada tibia posterior
dandorsalispedis, kesemutan, baal-baal, terjadinya
arterosklerosis yang dapat terbentuk baik pada
pembuluh darah besar (makrovaskuler change) maupun
pembuluh darah kecil (mikrovaskuler change). Apabila
terjadi neuropati pada kelainan jantung maka akan
diperoleh kelainan gambaran EKG lambat.
(3) Sistem pencernaan
Biasanya pada pasien dengan gastritis keluhan yang di
dapatkan seperti anoreksia, nyeri pada ulu hati, nafsu
makan menurun.
(4) Sistem Indera
Kaji adanya kerusakan fungsi masing-masing indra
akibat dari komplikasi dan keparahan dari penyakit.
(5) Sistem Muskuloskeletal
Kaji adanya kemampuan otot, stabilitas dan
kemampuan pergerakan (ROM), kekuatan sendi
ekstrimitas atas dan bawah yang mengakibatkan sulit
melakukan aktifitas refleks bisap ++/++, refleks trisep
++/++, refleks patele ++/++, refleks babinski -/-,
Apakah menyebabkan gangguan pada sistem ini atau
tidak.
(6) Sistem Integumen
Kaji adanya penurunan turgor kulit, penurunan suhu
tubuh, biasanya pada pasien fraktur pada kulit terlihat
kemerahan, terjadi pembengkakan, memar, biasanya
terdapat luka.
(7) Sistem Endokrin
Kaji adanya perubahan terhadap sistem endokrin
misalnya adanya pembesaran kelenjar tiroid.
(8) Sistem Perkemihan
Kaji adanya poliuri, nokturi dan nefropati yang diawali
dengan protenuria kemudian timbul lemas.
(9) Sistem Reproduksi
Kaji adanya impoten pada pria, dan penurunan libido
pada wanita yang disertai dengan keputihan.
d) Pola aktivitas sehari-hari
Yang perlu dikaji pada kegiatan sehari–hari adalah sebagai
berikut:
3. Pola nutrisi dan cairan
Apakah ada dengan pola makan, frekuensi makan, apakah
intake dan output cairan seimbang, jenis makanan.
4. Pola eliminasi
Meliputi frekuensi, warna, bau, konsistensinya serta
kesulitan BAB dan BAK, apakah ada perubahan selama
sakit atau tidak..
5. Pola Istirahat dan tidur
Meliputi kualitas dan kuantitas tidur, kebiasaan, dan
masalah yang mengganggu tidur, serta ada perubahan
selama sakit atau tidak. Tidur mungkin terganggu akibat
nyeri yang dirasakan.
6. Personal hygiene
Meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, keramas,
kemampuan klien dalam melakukan ADL apakah ada
perubahanselama sakit atau tidak. Pasien post operasi
biasanya belum dapat melakukan aktivitas personal
hygiene seperti biasanya, sehingga memerlukan bantuan
dari orang-orang terdekat.
e) Data psikologis
Pada umumnya klien merasa takut akan penyakitnya, cemas
karena perawatan yang lama di rumah sakit dan perasaan
tidak bebas di rumah sakit akibat hospitalisasi, dan juga
karena kurangnya pengetahuan tentang prosedur dan
penyakit yang dialami klien.
f) Data sosial
Pada umumnya klien akan mengalami gangguan dalam
berhubungan karena klien mengalami perubahan kondisi dan
merasa dirinya tidak bisa memenuhi perannya di keluarga
maupun di masyarakat.
g) Data spiritual
Pada umumnya kepercayaan klien tidak terganggu, tetapi
biasanya klien kurang dapat memenuhi kewajibannya secara
optimal karena sakit, dan klien percaya bahwa dengan
perawatan dan pengobatan penyakitnya akan sembuh.
h) Data penunjang
(1) Diagnosa ditentukan dengan endoskopi
Gastritis tipe A dengan aklorhidria / hipklomidria (kadar
asam hidroklorida tidak ada / rendah). Gastrisis tipe B
dihubungkan dengan hiperklohidria (kadar tinggi dail asam
hidroklorida)
(2) Pemeriksaan sinar x G.I atas
(3) Pemeriksaan Histologis
(4) Tes serologis dan tes pernafasan untuk mendeteksi H.
pylori untuk mendapatkan antibody terahadap antigen H.
Pylori.
(5) Gastroskopi
(6) Hb, Ht
(7) Serum gastrin menurun atau normal
(8) Serum vitamin B12
(9) Analisis cairan lambung
(10) Biopsi mukosa
(11) Biopsi lambung
(12) Endoskopi.
i) Perawatan dan pengobatan
Pemberian diet pada penderita gastritis adalah diet
lambung.Prinsip diet pada penyakit lambung bersifat ad
libitum, yang artinya adalah bahwa diet lambung dilaksanakan
berdasarkan kehendak pasien.Prinsip diet diantaranya pasien
dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak terlalu kenyang
dan tidak boleh berpuasa.Makanan yang dikonsumsi harus
mengandung cukup kalori dan protein (TKTP) namun
kandungan lemak/minyak, khususnya yang jenuh harus
dikurangi.Makanan pada diet lambung harus mudah
dicernakan dan mengandung serat makanan yang halus
(soluble dietary fiber).Makanan tidak boleh mengandung
bahan yang merangsang, menimbulkan gas, bersifat asam,
mengandung minyak/ lemak secara berlebihan, dan yang
bersifat melekat. Selain itu, makanan tidak boleh terlalu panas
atau dingin.
Beberapa makanan yang berpotensi menyebabkan
gastritis antara lain garam, alkohol, rokok, kafein yang dapat
ditemukan dalam kopi, teh hitam, teh hijau, beberapa minuman
ringan (soft drinks), dan coklat. Beberapa macam jenis obat
juga dapat memicu terjadinya gastritis.Garam dapat
mengiritasi lapisan lambung.Beberapa penelitian menduga
bahwa makanan bergaram meningkatkan resiko pertumbuhan
infeksi Helicobacter pylori.Gastritis juga biasa terjadi pada
alkoholik.Perokok berat dan mengkonsumsi alkohol
berlebihan diketahui menyebabkan gastritis akut.Makanan
yang diketahui sebagai iritan, korosif, makanan yang bersifat
asam dan kopi juga dapat mengiritasi mukosa labung.
Pengobatan umum terhadap gastritis adalah
menghentikan atau menghindari faktor penyebab iritasi,
pemberian antasid dan simptomatik lain, dan pada gastritis
atrofik dengan anemia pernisiosa diobati dengan B12
intramuskuler (hydroxycobalamin atau cyanocobalamin).
b. Pengelompokan data
Pengelompokkan data adalah merupakan upaya untuk memberikan
justifikasi pada data yang telah di kumpulkan dengan melakukan
perbandingan data subyektif dan obyektif yang didapatkan dari
berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal, untuk
diketahui kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang
data yang ada (Hidayat, 2007).
c. Analisa data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan
mentabulasi, menyelidiki, dan mengelompokan data serta
mengaitkanya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk
diagnosa keperawatan, biasanya ditemukan data subjektif dan data
objektif (Carpenito LJ. 2007).
Setelah masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan
kriteria prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus
segera diatasi yaitu :
1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien.
2) Masalah aktual.
3) Masalah potensial atau resiko tinggi.

Tabel Analisa data


No Symptom Etiologi problem
1 Ds : klien mengatakan nyeri Peningkatan/ Nyeri
perut bila ditekan dan nyeri penurunan HCL
epigastrium
Do : - klien tampak lemah, Iritasi mukosa
pucat lambung
- Keluar keringat dingin
- Tampak menyeringai
menahan kesakitan
pada daerah perut
- Skala nyeri (0-10)
2 Ds : klien mengatakan tidak Pemenuhan nutrisi Nutrisi kurang dari
slera untuk makan tidak adekuat kebutuhaan
Do : - klien mual, muntah
apabila makan
- Mata cowong
- Turgor kulit tidak
elastis
- BB menurun
3 Ds : pasien merasa mual, Menurunnya intake Volume cairan
muntah. cairan kurang
Do : - pasien tampak lemah
- Turgor kulit tidak
elastis
4 Ds : - pasien merasakan Nyeri epigastrium Gangguan pola
nyeri pada perut cemas tidur
Do : - kebutuhan tidur
pasien kurang dari biasanya
- Pasien tampak gelisah
5 Ds : Peningkatan kerja Cemas
Do : - pasien tampak adrenalin
ketakutan
- Pasien tampak gelisah

L. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon
individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual, resiko dan potensial. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Hidayat,
2009).
Diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan
gastritis (Brunner dan Suddarth, 2009) :
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi mukosa
lambung.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan menurunnya nafsu makan, nausea, muntah, nyeri.
c. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan menurunnya
intake cairan, muntah, dan perdarahan.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, nausea, dan
kecemasan.
e. Cemas berhubungan dengan peningkatan kerja adrenalin.

M. Rencana Keperawatan
Perencanaaan keperawatan adalah rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
Adapun intervensi sebagai berikut :
Tabel 2.2.3 Tabel Rencana Keperawatan
Tujuan dan
No
Kriteria Intervensi Rasional
Dx
Hasil
1 Setelah a. Kaji penyebab timbulnya a. Digunakan sebagai
dilakukan nyeri atau terjadinya nyeri dasar tindakan
tindakan selanjutnya
keperawatan
selama 3x24 b. Catat karakteristik nyeri b. Mengetahui seberapa
jam, meliputi durasi, lokasi, dan jauh nyeri dan
diharapkan intensitasnya (skala 0-10) menentukan etiologinya
nyeri dapat c. Observasi tanda-tanda vital c. Mengetahui keadaan
teratasi umum klien
dengan d. Ciptakan suasana perawatan d. Mengantisipasi
kriteria hasil : yang tenang. terjadinya komplikasi
a. Nyeri e. Ajarkan tehnik rileksasi dan e. Mengurangi stimulus
klien nafas dalam yang tidak diinginkan
berkurang f. kolaborasi dengan doker f. Medikamentosa dapat
b. Klien dalam pemberian obat mengurangi nyeri
rileks analgetik
c. Skala
nyeri(0-
10)
d. Tanda-
tanda
vital :
TD:120/80,
nadi:80-
100x/mnt
Suhu:36-370C
RR : 16-
20x/mnt
2 Setelah a. Awasi tekanan darah dan a. Klien tidak
dilakukan nadi, pengisian kapiler, mengkonsumsi sama
tindakan status membran Mukosa sekali mengakibatkan
keperawatan dan turgor kulit. dehidrasi atau mengganti
selama 3x24 cairan untuk masukan
jamdiharapkan kalori yang berdampak
kebutuhan pada keseimbangan
cairan dan elektrolit.
elektrolit akan b. Diskusikan strategi untuk b.Membantu klien
terpenuhi.denga menghentikan mual muntah menerima perasaan
n kriteria: dengan pengunaan laksatif. bahwa akibat muntah
a. TTV dalam dan atau penggunaan
batas normal laksatif/diuretik
(TD : mencegah kehilangan
120/80 cairan lanjut.
mmHg, N : c. Identifikasi rencana untuk c. Melibatkan klien dalam
80 - meningkatkan/mempertaha rencana untuk
100x/mnt, S nkan keseimbangan cairan memperbaiki
: 36 - 370C, optimal misalnya: jadwal keseimbangan untuk
RR : 16- masukan cairan. berhasil.
20x/mnt,
b. Membran
mukosa
lembab,
turgor kulit
elastis,
danPengisia
n kapiler
cepat
3 Setelah a. Monitor intake dan output a. Mengukur keefektifan
dilakukan secara periodic nutrisi dan cairan
tindakan b. Timbang BB klien setiap b. Membantu menentukan
keperawatan hari keseimbangan cairan
selama 3x24 yang tepat
jam diharapkan c. Berikan makanan sedikit c. Meminimalkananoreksia,
kebutuhan tapi sering dan mengurangi iritasi
nutrisi gaster
terpenuhi d. Catat status nutrisi pasien: d. Berguna dalam
secara adekuat. turgor kulit, timbang berat mendefinisikan derajat
Dengan badan, integritas mukosa masalah dan
kriteria : mulut, kemampuan intervensiyang tepat
a. Klien akan menelan, adanya bising Berguna dalam
menunjukkan usus, riwayat mual/rnuntah pengawasan kefektifan
intake makan atau diare. obat, kemajuan
melalui penyembuhan.
keseimbanga e. Kaji pola diet klien yang e. Membantu intervensi
n diet, disukai/tidak disukai. kebutuhan yang spesifik,
b.Menunjukka meningkatkan intake diet
n prilaku klien.
mempertahan f. Catat adanya anoreksia, f. Dapat menentukan jenis
kan pola mual, muntah, dan tetapkan diet dan mengidentifikasi
nutrisi yang jika ada hubungannya pemecahan masalah
adekuat. dengan medikasi. Awasi untuk meningkatkan
c. Berat badan frekuensi, volume, intake nutrisi.
pasien konsistensi Buang Air Besar
normal (BAB).
4 a. Kaji Pola tidur klien a. Sebagai indikator
cukup tidaknya
kebutuhan tidur dalam
satu hari
b. Ciptakan lingkungan yang b. Lingkungan yang
Klien akan
nyaman dan tenang serta nyaman dan tenang
menujukkan
membatasi pengunjung. dapat memberikan
kebutuhan
ketenangan sehingga
istirahat dan
klien dapat tidur
tidur terpenuhi
dengan nyenyak.
dengan kriteria
c. Beri posisi yang nyaman c. Posisi yang nyaman
:
dapat membantu klien
a. Klien dapat
tidur dengannyenyak.
tidur degan
d. HEtentang pentingnya d. Tidur dapat membantu
nyenyak ,
kebutuhan istirahat dan tidur proses penyembuhan
b. Klien dapat
karena dalam keadaan
tidur 7 s/d 8
istirahat dan tidur sel –
jam perhari.
sel dalam tubuh
c. Nyeri
mengalami
berkurang
metabolisme.
dengan
e. Kolaborasi pemberian obat e. Pemberian pemberian
skala nyeri
anti sedatif anti sedatif dapat
(0-10)
merangsang sistem
saraf para simpatis
sehingga
mempemudah untuk
tidur.
6 Setelah a. Kaji tingkat kecemasan a. Untuk mengetahui
Dilakukan pasien baik ringan sampai sampai sejauh mana
Tinndakan berat tingkat kecemasan klien
Keperawatan sehingga memudahkan
Selama 3x24 penanganan/ pemberian
Jam, Cemas askep selanjutnya
Pasien Akan b. Berikan kenyamanan dan b. Agar klien tidak terlalu
Menurun, ketentraman hati memikirkan kondisi
Pasien c. Kaji intervensi yang dapat c. Untuk mengetahui cara
Mempunyai menurunkan ansietas mana yang paling efektif
Koping Yang untuk menurunkan/
Adaptif Dalam mengurangi tingkat
Menghadapi kecemasan
Kecemasan d. Berikan aktivitas yang dapat d. Bertujuan agar pasien
Kriteria Hasil : mengurangi kecemasan / dengan senang hati
- Pasien ketegangan melakukan aktivitas
Mampu karena sesuai dengan
Mengidentifi keinginannya dan tidak
kasi Dan bertentangan dengan
Mengungkap program perawatan
kan Gejala e. Dorong percakapan untuk e. Mempermudah
Cemas mengetahui perasaan dan mengetahui tingkat
- Pasien tingkat kecemasan pasien cemas pasien
Mampu terhadap kondisinya
Mengidentifi
kasi Dan
Menunjukka
n Tehnik
Untuk
Mengontrol
Cemas
- Ekspresi
Wajah
Pasien
Menunjukka
n
Berkurangny
a Kecemasan
- TTV :
Td : 120/80
mmHg
RR: 20x/mnt
Nadi :
86x/mnt
Suhu : 36 0C

N. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengelolaan yang berupa perwujudan dari
asuhan keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang telah di
rencanakan, melaksanakan hasil kolaborasi, yang dilksanakan
berdasarkan pertimbangan rasional perawat (Hidayat, 2009).
O. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
dilaksanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang di amati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Tahap
evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunkan proses
keperawatan yang bertujuan untuk menilai apakah tercapai atau tidak
tercapai (Brunner dan Suddarth, 2010).
Evaluasi daspat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola piker yaitu sebagai berikut :
S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang di laksanakan.
O :Respon obyektif klien terhadaap intervensi yang di laksanakan.
A:Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru
atau mungkin terdapat data kontra indikasi dengan masalh yang
ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut yaitu berdasarkan hasil analisa
pada
respon.
Adapun yang di evaluasi yaitu sebagai berikut :
a. Apakah nyeri teratasi?
b. Apakah kebutuhan nutrisi sudah memenuhi kebutuhan tubuh?
c. Apakah volume caiaran tubuh memenuhi kebutuhan tubuh ?
d. Apakah gangguan pola tidur teratasi?
e. Apakah pengetahuan klien bertambah ?

Anda mungkin juga menyukai