Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang,yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan asuhan keperawatan ini.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini penulis tidak lepas dari bimbingan serta
tuntunan dari berbagai pihak .oleh karena itu dalam kesempatan ini penilis ingin
mengucapkan terima kasih
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis asuhan keperawatan ini masih kurang
sempurna , untuk itu kritik dan saran kami mohon dari pembaca untuk perbaikan asuhan
keperawatan ini sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa pada umumnya dan bagi
penulis khususnya.

` Xx. Januari 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pada tahun 1995 Diare akut karena infeksi sebagai penyebab kamatian lebih 3 juta

penduduk dunia , kematian karena diare akut di Negara berkembang terjadi terutama pada

anak-anak berusia kurang dari 5 tahun dimana 2/3 diantaranya ialah didaerah lingkungan

yang buruk,kumuh,dan padat dengan system pembuangan sampah yang memenuhi syarat

keterbatasan air air bersih dalam jumlah maupun distribusinya,kurangnya sumber bahan

makanan disertai cara penyimpanan yang tidak memenuhi syarat tingkat pendidikan yang

rendaj serta kurang fasilitas pelayanan kesehatan. ( Sudoyo,2006;1772 )

Diare diartikan sebagai buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah

cairan dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya,dalam keadaan

biasa kandungan air berjumlah sebanyak 100 mL-200 mLi/jam tinja. ( Ali,2001;21 )

Di bangsa perinatologi bagian ilmu kesehatan anak ,RSCM Jakarta terjadi letusan

diare akibat salmonella pada tahun 1978 dan 1981 dengan gejala yang tidak khas yaitu

diare,panas ikterus dan kesulitan minum. Diare tersebut sangat cepat menjadi septisema dan

di akhiri menginitis dan kematian.

Diare pada neonates sering kali menyebabkan letusan dengan mortalitas

tinggi,penyebab terutama ialah salmonella,EPEC dan virus.

EPEC ( Enterologi Pathogenic Eestherichia Coli ) merupakan sebagaian dari

keluarga E.coli yang merupakan penghuni normal usus halus manusia. Kemudian sebagai

E.coli ini dapat menyebabkan diare pada manusia dan hewan,selain itu diare karena EPEC

sering kali disertai dengan mengurangnya produksi dan aktivitas disakaridase terutama

lactase. ( Skul,2005;1127 )
1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menerapkan gambaran

dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan gangguan system

pencernaan diare di IGD RSUD Xx.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan

gangguan system pencernaan diare di IGD RSUD Xx.

b. Mampu merumuskan Diagnosa Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan

gangguan system pencernaan diare. Di IGD RSUD Xx.

c. Mampu menyusun perencanaan Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan

gangguan system pencernaan diare di IGD RSUD Xx.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.S dengan gangguan

sistem pencernaan diare di IGD RSUD Xx.

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada TN.S dengan gangguan

sistem pencernaan diare di IGD RSUD Xx.

1.3 Ruang Lingkup

Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis hanya

membatasi masalah diare pada pasien saja yaitu”Asuhan Keperawatan Pada Ny.M

dengan gangguan sistem pencernaan diare di IGD RSUD Xx.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Diare

2.1.1 Defenisi

Diare adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko sering mengalami

pengeluaran feses atau tidak berbentuk.( Lynda,179;2000 )

Diare adalah defenisi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa lender/lender

dalam tinja,diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang

dari 7 hari pada bayi dan anak yang berlangsung anak yang sebelumnya sehat.( Arif Mans

Jeles,470 ; 2005 )

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya

atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan

bersirat mendadak datangnya serta berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut

WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali

sehari.(Sudoyo,1772;2007)

2.1.2 Etiologi

Adapun penyebab diare antara lain adalah :

1. Infeksi : Virus (Rotavinus,Adenovirus,Norwalk) bakteri

cshigella,salmonella.E.coli vibrio);parasit (protozoa;E.histolytica,G

lamblla,Balantidium coli, perut;As Karis,strongiloideus, jamur:kandidu)

2. Mal absorpsi : karbohidrat (intoleransi laktosa),lemak atau protein.

3. Makanan : makanan basi,beracun,alergi terhadap makanan.

4. Imuno defisiensi

5. Psikologis rasa takut dan cemas

Berdasarkan pathofisiologinya maka penyebab diare dibagi menjadi :


1. Diare sekresi yang dapat disebabkan oleh infeksi virus,kuman pathogen dan

apathogen hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau

makanan,gangguan psikis,gangguan syaraf,hawa dingin,alergi dan defisiensi

imun terutama 19 A sekretorik.

2. Diare osmotic yang dapat oleh malabsorpsi makanan,kekurangan kalori protein

( KKP ),bayi berat badan lahir rendah atau bayi baru lahir’

2.1.3.1 Anatomi Fisiologi

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling

banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus arteri b/d

esophagus melalui orifisium bilorik,terletak di bawah diafragma di depan pancreas dan

limpa,menempel di sebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari :

1. Fundus Ventrikuli,bagian yang menonjol ke atas di sebelah kiri osteum kardium dan

biasanya penuh berisi gas.

2. Korpus,setinggi osteum kardium suatu lekukan pada bagian bawah kurvatula minor.

3. Antrum pllorus,bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal

membentuk stingker pylorus.

4. Karvatula minor,terdapat di sebalah kanan lambung,terbentang dari osteum kardiak

sampai kepilorus.

5. Kurvatula mayor,lebih panjang dari kurvatula minor.

6. Osteum kardiak,merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung.

Susunan lapisan dari dalam keluar,terdiri dari :

1. Lapisan selaput lender,apabila lambung ini dikosongkan,lapisan ini berlipat-lipat

yang disebut regae.

2. Lapisan otot melingkar ( muskulus aurikulus )


3. Lapisan otot miring ( muskulus abligus )

4. Lapisan otot panjang ( muskulus longitudinal )

5. Lapisan jaringan ikat/serosa ( peritoneum )

Fungsi lambung terdiri dari :

1. Menampung makanan,menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic

lambung dan getah lambung.

2. Getah cerna lambung yang dihasilkan

a. Pepsin fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino

b. Asam garam ( HcL ) fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan

disenfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.

c. Renir fungsinya sebagia ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dan

kasinogen.

2.1.4 manifestasi klinis

1. Penularan diare akut Karena infeksi melalui fekal oral langsung dari penderita

diare atau melalui makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri pathogen

yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita.

Penularan juga dapat berupa transnisi dari manusia ke manusia melalui udara

misalnya,rotavirus atau melalui aktivitas seksual kontak oral geniatal atau oral

anal.

2. Diare akut karena bakteri yang mengandung/memproduksi toksin akan

menyebabkan diare skretorik dengan gejala-gejala mual,muntah dengan atau

tanpa demam yang umumnya rendah disertai atau nyeri/gangguan perut. Dengan

feses lembek/cair,umumnya gejala diare skretorik timbul dalam beberapa jam

setelah makan/minum yang terkontaminasi.


3. Bakteri yang kimfosit akan menyebabkan diare yang disebut diare inflamasi

dengan gejala mual,muntah,dan demam tinggi yang disertai nyeri perut

tinemus,diare disertai lender dan darah.

4. Pada diare akut karena infeksi dengan terhadap bakteri penyebab dapat

diperkirakan berdasarkan anamesis/observasi batuk diare.(sudoyo.2007;1774)

2.1.5 Patofisiologi

2.1.6 Penatalaksanaan

A. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan

1. Jenis cairan

Pada diare dapat diberikan oralit,RL,NaCl,isotonic ditambah 1 ampul

nabikarbonat 7,5% 30mL.

2. Jumlah cairanyang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.

3. Jalan masuk atau cara pemberian pada orang dewasa dapat dipilih oral atau IV.

4. Jadwal pemberian cairan diberikan 2 jam pertama selanjutnya dilakukan

penilaian kembali status dehidrasi terpenuhi lengkap karena infeksi.

B. Identifikasi penyebab karena infeksi

C. Terapi simtomatik

D. Terapi definitive

2.2 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah asuhan yang diberikan kepada pasien yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan nya sendiri naik bio,psiko,social dan spiritual.

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adlah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses

yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam

memberikan asuhan kepaerawatan sesuai dengan kebutuhan individu.

Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan,kelelahan,malaise,cepat leleh,insomnia,tidak tidur semalalam karena

diare,merasa gelisah dan ansietas,pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek feses

penyakit.

Sirkulasi

Tanda :Taki Kardia ( respons terhadap demam,dehidrasi,proses inflamasi,dan nyeri),kemerahan area

ekimosis (kekurangan vit,K) TD hipotensi,teermasuk postural,kulit/membrane

mukosa,turgor buruk,kering ,mudah pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).

Integritas Ego

Gejala : ansietas,ketakutan,emosi misalnya : perasaan tak berdaya/tak ada harapan,factor stress

akut/kronis ,misalnya : hubungan dengan keluarga/pekerjaan,pengobatan yang mahal,factor

budaya,peningkatan prevalensi pada populasi yahudi.

Tanda : menolak perhatian,menyempit depresi

Eliminasi

Gejala : tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak sampai bau atau berair,episode diare berdarah tak

dapat diperkirakan,hilang tinbul sering tidak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali defekasi

perhari) perasaan dorongan/kram (tenesmus) defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau

tanpa kelua feses,riwayat batu ginjal (dehidrasi).

Tanda : menurunnya bising usus,tidak ada peristaltic atau adannya peristaltic yang dapat dilihat

hemoroid,fisura anak(25%),fistura periana (lebih sering pada oligusia).

Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia,mual,muntah,menurun berat badan,takaran terhadap diet/sensitive misalnya

segar/sayur,produk susu,makanan berlemak.

Tanda : Penurunan lemak,subcutan/massa otot,kelemahan,tunus otot dan turgor kulit

buruk,membrane mukosa pucat,luka inflamasi rongga mulut.

Hygiene

Tanda : ketidak mampuan mempertahankan perawatan diri sistematis,menunjukkan kekurangan

vitamin dan bau badan.

Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi titik nyeri

berpindah,nyeri tekan (arthritis) nyeri mata.

Tanda : nyeri tekan abdomen/distensi.

Keamanan

Gejala : riwayat lepas eritematostis,anemia hemolitik,vaskulitas,arthritis (memperburuk gejala

dengan eksaserbasi penyakit usus) peningkatan suhu 39 C-40 C (eksaserbasi otot)

penglihatan kabur,alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine kedalam

usus dan mempunyai efek inflamasi).

Tanda : Lesi kulit mungkin ada misalnya : eritema (meningkat,nyeri tekan,kemerahan dan

membengkak ) pada tangan,muka : pioderma ganggrenosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan

batas keunguan/pada paha,kaki dan mata kaki.

Seksualitas

Gejala : Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual.

Gejala : Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan aktif dalam social.

Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus pertimbangan apa menunjukkan beberapa lama

dirawat 7,1 hari.

Rencana pemulangan : bantuan dengan program diet,program obat dengan dorongan psikologis.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagniosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia,status kesehatan atau resiko perubahan pola dari individu atau kelompok,dimana

perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi memberikan intervensi secara pasti

untuk menjaga stasus ksehatan menurunkan,membatasi,mencegah,dan

merubah.(Nursalam,2000;59)

Menurut Doenges (2000;476) diagnose keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien

diare adalah :

1. Diare b/d inflamasi,iritasi atau malabsorbsi usus adanya toksin,penyempitan segmental

lumen d/d peningkatan bunyi usus/peristaltic defekasi dan berair (fase akut) perubahan

warna feses,nyeri abdomen tiba-tiba (nyeri tiba-tiba perlu defekasi) keram.

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan banyak melalui rute

normal (diare berat,muntah) status hipermetabolik (mual).

3. Nutrisi perubahan kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorpsi nutrisi status

hipermetabolik secra metabolic ssecara medic masukkan dibatasi,takut makan dapat

menyebabkan diare b/d penurunan berat badan,penurunan lemak,subcutan/massa otot,tonus

otot,bunyi usus hireaktif,streatorea,konjungtiva dan membrane mukosa pucat,menolak

untuk makan.

4. Ansietas b/d factor psikologis/rangsangan simpatis (proses inflamasi) ancaman konsep diri

(kerusakan atau actual) ancaman terhadap/perubahan status kesehatan,status social

ekonomi,fungsi peran,pola interaksi d/d eksaserbasi penyakit gterhadap akut,peningkatan


tegangan arites ketakutan/menunjukkan masalah tentang perubahan hidup.perhatian pada

diri sendiri.

5. Nyeri b/d hiperperistaltik diare lama,iritasi kulit/jaringan eksaserbasi fisura

perirektal,fristania d/ laporan nyeri abdomen kolik/kram/nyeri/menyebar prilaku sehari-

hari/distreksia gelisah,nyeri wajah,perhatian pada diri sendiri.

6. Koping individu tak efektif b/d stress berat,pengulangan periode waktu ,proses penyakit

yang tak diduga,kerentanan pribadian nyeri hebat,kurang tidur,istirahat,krisis situasi,tidak

adekuat,koping sistem pendukung d/d menyatakan ketidakmampuan mengatasi putus

asa,ansietas.

7. Kurang penyerahan tentang kondisi,diagnosis,dan kebutuhan pengobatan b/d kesalahan

interpretasi,kurang mengingat,tidak mengenal sumber d/d pertanyaan,meminta informasi

pernyataan salah konsep,tidak akurat mengikuti instruksi,terjadi komplikasi/eksaserbasi

yang dapat dicegah,

2.2.3 Intervensi/Perencanaan

Perencanaan meliputi perkembangan strategi untuk mencegah mengurangi atau

mengoreksi masalah. Masalah yang diidentifikasi pada diagnose keperawatan dan

menyimpulkan rencana dokumentasi. (Nursalam,2008;77)

Perencanaan ini disusun untuk membantu masalah keperawatan pada pasien dengan

Gastro Entritis.(Doengus,2000;467) adalah :

Intervensi Diagnosa I

 Observasi dan catat frekuensi defekasi karakteristik jumlah dan factor pencetus.

 Tingkat tirah baring dan berikan alat disamping tempat tidur.

 Buang feses dengan tepat,berikan pengharuman ruangan.

 Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare.

 Berikan kesempatan untuk menyatakan frustasi sehungan dengan proses penyakit.


 Observasi demam,takikardia,letargi,leukositosis,penurunan protein serum,ansietas dan

kelelahan.

Rasionalisasi Diagnosa II

 Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.

 Istirahat menurunkan mofilitas usus,juga menurunkan laju metabolism bila infeksi atau

pendarahan sebagai komplikasi.

 Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.

 Menghindari iritasi,meningkatkan

 Memberiakn istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsangan

makanan/cairan.

 Adanya penyakit dengan penyebab tak diketahui,sulit untuk sembuh dan yang memerlukan

intervensi bedah dapat menimbulkan reaksi stress yang dapat memperburuk situasi.

 Tanda bahwa toksin mengkolon dan perporasi dan pentonotis akan terjadi memerlukan

intervensi medic segera.

Intervensi Diagnosa II

 Awasi masukan dan saluran karakter dan jumlah feses.

 Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa,penurunan turgor kulit,pengisian

kapilet lambat.

 Ukur berat badan tiap hari.

 Pertahankan pematasan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar.

 Catat kelemahan otot umum atau distrimia jantung.

 Awasi hasil laboratorium contoh elektrolit.

 Berikan obat sesuai dengan indikasi : Anti Diare (rujuk ke DK : Diare).

Rasionalisasi Diagnosa II

 Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.


 Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.

 Indikasi cairan dan status nutrisi.

 Kolon iistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.

 Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan pengganti cairan untuk memeperbaiki

kehilangan/anemia.

 Menurunkan kehilangan dari usus.

Intervensi Diagnosa III

 Timbang berat tiap hari.

 Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.

 Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik,lingkungan menyenangkan dengan situasi tidak

terburu-buru,temani.

 Batasi makanan yang dapat mernyebabkan kram abdomen,platus (misalnya produk susu).

 Catat masukan dan perubahan simtomulogi.

Kolaborasi Diagnosa III

 Pertahankan puasa sesuai indikasi.

 Mulai atau tambahankan diet sesuai indikasi missal,cairan jernih maju menjadi makanan yang

diharuskan rendah sisa,kemudian protein tinggi-tinggi,kalori dan rendah serat sesuai

indikasi.

 Berikan obat sesuai indikasi.

 Berikan nutrisi parenteral oral,terapi IV sesuai indikasi.

Rasionalisasi Diagnosa III

 Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.

 Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah pemenuhan kalori dan simpan energy.

 Meningkatkan peristaltic dan peningkatan energy untuk makan.

 Mulut yang berisi dapat meningkatkan rasa makan.


 Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih konklusif.

 Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.

 Memberikan rasa control pada dan kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan

atau dinikmati dapat meningkatkan masukan.

 Keragu-raguan untuka makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan yang

menyebabkan eksaserbasi gejala.

 Istirahat usus menurunkan peristaltic diare dimana menyebabkan malabsorpsi/kehilangan

nutrisi.

 Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali proses pertahanan protein untuk

menyembuhkan integritas jaringan,rendah bulk untuk menurunkan respon peristaltic

terhadap makanan.

 Antikolinergik diberikan 15-30 menit sebelum makan penghilangan kram dan

diare,menghilangkan mobilitas gaster danmeningkatkan waktu untuk absorpsi nutrient.

 Mencegah/mengobati anemia rute oral untuk tambahan besi tidak efektif karena gangguan

usus yang berat menurunkan absorpsi.

Intervensi Diagnosa IV

 Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian,perilaku.

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi/memerlukan perilaku koping yang digunakan pada

masa lalu.

 Bantu pasien belajar misalnya teknik mengatasi stress.

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi misalnya : Diare pam

(valium).

 Rujuk pada perawat spesialis psikiatrik,pelayanan social.

Rasionalisasi Diagnosa IV
 Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stressberkurang,kemungkinan energy

untuk ditunjukkan pada penyembuhan pasien.

 Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada pemberian masalah/stress saat ini.

 Belajar cara baru untuk mengatasi masalah membantu menurunakan stress dan ansietas.

 Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat,khususnya pasien.

 Dibutuhkan tambahan untuk meningkatkan control dan mengatasi episode

akut/eksaserbasi dengan belajar untuk menerima penyakit kronis dan konsekuensi serta

program terapi.

Intervensi Diagnosa V

 Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.

 Beri laporan kram abdomen,catat lokasi lamanya intensitas (skala 0-10) selidiki dan

laporkan perubahan karakteristik nyeri.

Rasionalisasi Diagnosa V

 Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta analgetik.

 Nyeri kolik hilang timbul pada penyakit crhron,nyeri sebelum defekasi sering terjadi pada

KU tiba-tiba dimana dapat berat dan terus menerus.

2.2.4 Evaluasi

Evaluasi Diagnosa I

 Merupakan penurunan frekuensi defekasi konsistensi kembali normal.

 Mengidentifikasi/menghindari factor pembesar.

Evaluasi Diagnosa II
 Mempertahankan volume cairan adekuat dibuktikan oleh membrane mukosa lembab,turgor

kulit baik dan pengisapan kulit baik,tanda vital stabil,keseimbangan masukan dan kesiapan

saluran dengan urine normal n dalam konsistensi/jumlah.

Evaluasi Diagnosa III

 Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai kejadian dengan nilai

laboratorium normal dan tidak ada malnutrisi.

Evaluasi Diagnosa IV

 Menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani.

 Menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat menerimanya.

Evaluasi Diagnosa V

 Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.

 Tempat rileks dan mampu tidur/istirahat dengan cepat.

Evaluasi Diagnosa VI

 Mengkaji saat itu dengan tepat.

 Mengidentifikasi cara koping tidak efektif dan konsekuensinya.

 Mengakui koping sendiri.

 Menunjukkan pola hidup yang perlu untuk membatasi/mencegah kejadian terulang.

Evaluasi Diagnosa VII

 Menyatakan pemahaman proses penyakit,pengobatab.

 Mengidentifikasi situasi stress dan tindakan khusus untuk menerimanya.

 Berpartisipasi dalam program pengobatan.

 Melakukan perubahan pola hidup tertentu.

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP DASAR
Diare adalah buang air besar dengan jumlah feces yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml/jam feces). Dengan feces berbentuk cairan atau setengah cair (setengah
padat) dapat pula disertai frekuensi BAB yang meningkat. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid
1 Edisi Arief Mansjoer, 2000)
Diare adalah BAB encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO/1980).
1. PENGERTIAN
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et
all.1996).Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk
tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya
(FKUI,1965).Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley &
Wong’s,1995).Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare
yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).

Jadi dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang
patogen.

2. ETIOLOGI
Penyebab gastroenteritis adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia
dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.

Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin
di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah

3. TANDA DAN GEJALA


a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
f. Fontanel cekung
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Badan terasa lemah

4. PATOFISIOLOGI
5. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami naurea muntah, nyeri perut
sampai kejang perut, deman dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari.
Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan Biokimiawi seperti
asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam
(pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik barat maka denyut nadi cepat (lebih
dari 120x / menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat,
ujung-ujung ekstrimitas dingin, kadang sianosis. Kekurangan kalium menyebabkan aritmia
jantung perfusi ginjal menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak
segera diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas akut. Secara klinis diare karena
infeksi akut terbagi menjadi 2 golongan :
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.
2. Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
1. Akibat diare
a. Dehidrasi.
b. Asidosis metabolik.
c. Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak.
d. Hipoglikemi.
e. Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi syock.
2. Derajat dehidrasi
a. Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan BB 2,5 %.
b Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 2,5 – 5 %.
Tanda dan gejala : kesadaran baik,nadi normal,mata agak cekung,turgor biasa,ubun agak
cekung,urin normal.
c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 5 – 10 %.
Tanda dan gejala : gelisah,nadi cepat,ubun cekung,oliguri,turgor kering,mata cekung.
d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB 10 %.
Tanda dan gejala : apatis,koma,nadi sangat cepat, pernafasan kusmaul,anuria,mata sangat
cekung,turgor sangat kering.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap.
2. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatin dan berat jenis.
3. Pemeriksaan urin lengkap.
4. Pemeriksaan feces lengkap dan biakan feces dari colok dubur.
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.

7. PENATALAKSANAN
Pada orang dewasa, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
a. Dehidrasi berat.
10 tts/kg /menit dalam 1 jam (RL NS )
5 tts/kg/menit dalam 2 jam
untuk bayi kurang dari 3 bulan ( D 10 : NS 4 : 1 )
bila renjatan belum teratasi beri plasma 10 ml/kg
b. Dehidrasi sedang
3 tts/kg/menit dalam 7 jam ( D5 : RL 4:1 + kcl )
3 tts/kg/menit untuk bayi kurang dari 3 bulan
c. Dehidrasi ringan
2 tts/kg/menit (D5 :RL
2. Identifikasi penyebab diare akut karna infeksi.
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang yang terarah.
3. Terapi simtomatik.
Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional. Antimotalitas dan sekresi usus seperti Loperamid, sebaiknya jangan dipakai pada
infeksi salmonela, shigela dan koletis pseudomembran, karena akan memperburuk diare
yang diakibatkan bakteri entroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri
dengan epithel usus. Bila pasien amat kesakitan, maka dapat diberikan obat anti motalitas
dan sekresi usus diatas dalam jangka pendek selama 1 – 2 hari saja dengan 3 – 4 tablet / hari,
serta memperhatikan ada tidaknya glukoma dan hipotropi prostat. Pemberian antiemetik
pada anak dan remaja, seperti metoklopopomid dapat menimbulkan kejang akibat
rangsangan ekstrapiramidal.
4. Terapi Definitif
Pemberian edurasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene
perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi
farmakologi.

8. KOMPLIKASI
Komplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat hilangnya
cairan dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan kalium). Haluaran urin kurang
dari 30 ml / jam selam 2 –3 hari berturut-turut. Kelemahan otot dan parastesia. Hipotensi
dan anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq / liter (SI : 3
mmol / L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia jantung
(talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel prematur) yang
dapat menimbulkan kematian.

KONSEP KEPERAWATAN

Dalam melakukan upaya keperawatan yang terpenting perawat memerlukan metode


ilmiah, yaitu melalui pendekatan proses keperawatan dalam upaya membantu pemecahan
masalah klien. Proses perawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan
Asuhan Keperawatan dan mempunyai 4 tahapan yaitu :
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor register, diagnosa
medis, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak dan berlangsung singkat
dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu peningkatan frekuensi BAB
dari biasanya dengan konsistensi cair, naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut ,
demam, lidah kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa disebabkan oleh
terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya masalah psikologis (rasa takut dan cemas).
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan : perjalanan kearea
geogratis lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah di derita anggota
keluarga.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri), berat (anuria).
b. Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau sering dari kebiasaan
sebelumnya.
c. Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang menyebabkan
terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas usus. Sehingga
menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual atau tidak enak dan
malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya karena asupan yang kurang.
d. Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang ditimbulkan seperti :
mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga Kx sering terjaga.
7. Pemeriksaan fisik.
1). Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
2). Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai pucat.
3). Kepala dan leher
4). Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
5). Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
6). Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di Auskulkasi akan ada
bising usus dan peristaltik usus sehingga meningkat.
7). Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasanb kusmaul).
8). Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit).
9). Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal dapat menurun
sehingga timbul anuria.
10). Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan muntah atau
tidak, perut kembung atau tidak.
11). Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12). Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
b. Analisa Data
1). - Data mayor : Penderita diare dengan frekuensi lebih dari biasa
dan timbul rasa haus.
- Data minor : Penderita biasanya muntah sebelum dan sesudah
diare, mukosa mulut kering, turgor kulit menurun.
Kemungkinan Penyebab : out put yang berlebihan.
Masalah : kekurangan volume cairan.
2). - Data mayor : Penderita biasanya mengalami kram abdomen dan
penurunan nafsu makan dan mual.
- Data minor : Penderita didapati mata cowong, mukosa kulit
kering, akral dingin, lemah, BB menurun, tulang
pipi menonjol.
Kemungkinan Penyebab : input yang inadeguat
Masalah : nutrisi.
3). - Data mayor : Penderita pada umumnya istirahatnya terganggu.
- Data minor : Pada penderita didapati pucat, gelisah, lemah.
Kemungkinan Penyebab : eleminasi yang sering dan tidak terkontrol.
Masalah : istirahat - tidur. (Dong)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisa data diatas dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berdasarkan
prioritas masalah yaitu :
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh sedang out put yang berlebihan
berhubungan dengan frekuensi diare yang meningkat dari biasanya, rasa haus, muntah,
mukosa bibir kering, turgor kulit menurun.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sedang input yang inadeguat
berhubungan dengan penderita mengalami kram abdomen penurunan nafsu makan, mual,
mata cowong, mukosa bibir kering, tulang pipi menonjol
3. Gangguan istirahat – tidur kosong dari kebutuhan tubuh sampai dengan eliminasi yang
sering dan tidak terkontrol berhubungan dengan sering terjaga, pucat, gelisah dan lemah.
(Linda Juall Carpenito, 2001)
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi.
5. Kurangnnya pengetahun berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. PERENCANAAN
Pada perencanaan ini disusun berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai berikut :
adanya ancaman kehidupan dan kesehatan dan sumber daya yang tersedia, perasaan
penderita, prinsip alamiah dan praktek.
1. Diagnosa I
Gangguan keseimbangan cairan b/d out put yang berlebihan d/d klien berak cair lebih dari 3
x sehari, mual muntah, klien lemah, turgor kulit menurun, T : 110/70 mmHg, n : 100 x /
menit.
Tujuan : keseimbangan cairan normal
Kriteria hasil : - Turgor baik
- Intake dan output seimbang
- Diare berhenti.
Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga serta jelaskan tindakan yang dilakukan.
2. kaji status kulit, turgor dan selaput lendir.
3. kaji tingkat intake dan output.
4. observasi TTV
5. Berikan cairan dalam jumlah kecil (30-60 ml) perjam pada tahap awal.
6. Kolaborasai dengan tim kesehatan (dokter dalam pemberian obat).
Rasional
1. Memudahkan kerja sama antara perawat dengan klien.
1. Untuk mengetahui keadaan fisik klien.
2. Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
3. Untuk mengetahui perkembangan klien.
4. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan selanjutnya.
5. Membantu proses penyembuhan.

2. Diagnosa II
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d absorbsi yang tidak adekuat d/d klien
mengalami anorexia, nause dan vomiting, klien tidak menghabiskan porsi makan yang
disajikan
Tujuan : gangguan nutrisi dapat diatasi.
Kriteria hasil : - Intake nutrisi yang adekuat.
- Mual, muntah tidak ada.
Rencana Tindakan
i. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
ii. Kaji tingkat nutrisi klien.
Rasional
1. Memudahkan kerjasama antara perawat dengan klien.
2. Untuk mengetahui keadaan nutrisi klien.
3. Diagnosa III
Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh sedang output yang berlebihan
berhubungan dengan diare dengan frekuensi yang meningkat lebih dari biasanya, timbul rasa
haus, muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun.
Tujuan
Volume cairan terpenuhi dalam waktu 6 – 8 jam.
Kriteria Hasil
b. Penderita tidak diare lagi, tidak haus.
c. Tidak muntah.
d. Mukosa bibir lembab.
e. Turgor kulit normal.
Rencana Tindakan
akukan pendekatan pada penderita dan keluarganya.
Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi feces yang keluar.
3. Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit sering).
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian infus dan obat anti diare.
5. Monitoring tanda-tanda dehidrasi.
6. Observasi TTV tiap 8 jam.
7. Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang merangsang timbulnya diare.
Rasional
1. Dengan komunikasi terapeutik penderita diharapkan lebih kooperatif.
2. Memudahkan membuat asuhan keperawatan secara tepat untuk intervensi selanjutya.
3. Untuk mengganti cairan yang hilang.
4. Terapi yang cepat dan membuat mempercepat kesembuhan dan mencegah komplikasi secara
dini.
5. Mendeteksi secara dini tanda-tanda dehidrasi.
6. Untuk memantau perkembangan kesehatan penderita.
7. Untuk mencegah diare lebih parah lagi.
4. Diagnosa IV
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan :
- Suhu tubuh normal dalam waktu 1 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
- Mukosa bibir lembab.
- Klien tidak panas.
- Suhu 36-370C.
- Muka cerah turgor kulit normal.
- Keadaan umum baik.
Rencana Tindakan
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi secara terapeutik.
2. Berikan Health Edukation tentang panasnya.
3. Berikan kompres dingin / basah.
4. Berikan minum air putih 2-3 liter / hari.
5. Berikan posisi bedrest.
6. Atur suasana lingkungan (ruangan beri ventilasi).
7. Observasi TTV.
8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti piretik.
Rasional
1. dengan pendekatan pada klien dan keluarga cara komunikasi terapeutik diharapkan dapat
kooperatif dalam semua tindakan.
2. agar klien dan keluarga mengerti penyebab penyakit.
3. dapat menurunkan suhu badan dengan cara konduksi.
4. dapat menurunkan suhu badan dengan cara konduksi.
5. peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh sehingga di imbangi dengan
asupan cairan yang banyak.
6. untuk mencegah suhu ruangan yang panas.
7. dengan mengobservasi dapat mengetahui keadaan klien lebih dari diri.
8. melakukan fungsi dependent.
5. Diagnosa V
Kurangnnya pengetahun berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien dan keluarga mengerti tentang diare dan pembatasan diet.
Kriteria hasil :
- Orang tua dapat mengerti tanda-tanda diet.
- Dapat membatasi diet pada anak.
Rencana Tindakan
1. Jelaskan tentang penyakit diare.
2. Jelaskan tentang pembatasan diare.
3. Anjurkan untuk mengenal dan melaporkan tanda-tanda bahaya.
4. Jelaskan tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan cairan.
5. Jelaskan tindakan untuk mencegah diare.
Rasional
1. orang tua mengerti tentang diare.
2. orang tua dapat membatasi makanan yang akan diberikan pada anaknya.
3. untuk mengantisipasi terhadap bahaya yang sewaktu-waktu dapat timbul.
4. untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
5. menambah wawasan dan pengetahuan ibu.

DAFTAR PUSTAKA

 Keperawatan Medical Bedah, Buku saku. Brunner Suddarth, EGC Jakarta, 2000.
 Keperawatan Medikal Bedah, Buku ajar, Brunner Suddarth, EGC Jakarta, 2000.
 Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I edisi 3, Arief Mansyoer, Media Aesculapiur, Jakarta, 1999.
 Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn E. Dongoes edisi 3 EGC, Jakarta, 2000.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS
GASTROENTERITIS DI RUANGAN IGD

I. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 50 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Indonesia, Jawa
Agama : Islam
Pendidikaan : SMP
Alamat : Rt. 2 Rw. 2 Cangaan, Kanor
MRS tanggal : 21 – 07 – 2012 Jam :12.30
Pengkajian : 21 – 07– 2012 Jam :12.35
Diagnose : Gastroenteritis

2. Penanggung jawab
Nama : Tn. Imam Syafi’i
Umur : 25 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia , Jawa
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dengan klien : Anak Kandung

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Keluhan Utama: klien Mengatakan mengalami BAB cair lebih dari 3x sehari dengan
volume ± 1gelas setiap BAB
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
-P: klien mengatakan bahwa sebelum mengalami BAB cair klien makan makanan berkuah
dan pedas
-Q: BAB cair lebih dari 3x sehari dan nyeri pada abdomen
-R: Nyeri abdomen kiri bawah
-S: Nyeri abdomen dan BAB cair dalam kategori sedang jika di ukur atau di nilai dengan
skala ukur
-T: Gejala di rasakan pasien tiga hari sebelum masuk rumah sakit
3. Riwayat penyakit Dahulu: Klien mengatakan pernah mengalami gejala yang dirasakan saat
ini tetapi tidak sampai masuk rumah sakit
4. Riwayat penyakit Keluarga: Dari riwayat keluarga klien mengatakan bahwa tidak memiliki
riwayat penyakit menurun dan menahun.
5. Riwayat Elergi : klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

III. PEMERIKSAAN FISIK

a.Keadaan Umum = Klien lemah


b.Tanda – tanda vital
 T = 160/90 mmHg
 S = 38 0C
 N = 68x/mnt
 RR = 20x/mnt
c.Kesadaran = composmetis

IV. PEMERIKSAAN CEPALO CAUDAL

1. Kepala dan rambut


I : pertumbuhan rambut merata,tidak terdapat uban
P: tidak ada benjolan pada kepala.
2. Hidung
I: bentuk hidung Simetris, penciuman normal dan tidak ada cuping hidung.
3. Telinga
I: tidak ada serumen dan lesi
Fungsi : pendengaran baik
4. Mata
I : sclera Putih, konjungtiva merah,
Fungi : penglihatan baik.
5. Mulut dan gigi
I: lidah kotor , tidak ada lesi
6. Gigi
I: tidak dada caries Gigi
7. Leher
I: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
P: tidak ada nyeri tekan
8. Dada
I: bentuk dada simetris pernafasan 20x permenit
P: tidak ada nyeri tekan
A: terdengar suara sonor
9. Pemeriksaan abdomen
I: bentuk agak cembung , tidak ada Acites
P: tidak Nyeri tekan
P: tidak terdapat pekak abdomen
A: bising Usus terdengar 40x/menit
10. Ekstermitas, kuku, dan integument
I: Kuku bersih tidak ada tanda – tanda sianosis
Fungsi : kekuatan otot normal

V. POLA FUNGSIONAL KESEHATAN

1. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit
Klien mengatakan saat sehat makan 3x sehari dengan komposisi nasi, lauk pauk , minum
kurang lebih 7-8 gelas/hari.
-Saat Sakit
Klien mengatakan saat sakit tidak makan sama sekali karena tidak nafsu makan,.minum
air putih kurang lebih 4-6 setengah gelas/hari

2. Pola eliminasi
-BAB sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum mengalami gejala BAB 1x sehari dengan konsistensi padat,
warna kuning bau khas feces
-BAB saat sakit
klien mengatakan saat sakit BAB 3x sehari dengan konsistensi cair warna kuning,bau
khas feces
-BAK sebelum Sakit
Klien mengatakan saat sehat BAK sebanyak 3-4x perhari dengan warna kuning dan bau
khas
-BAK saat sakit
Klien mengatakan saat sakit BAK lebih sering ± 5-6x perhari dan bau khas
3. Pola Kebersihan diri
-Sebelum sakit
Klien mengtakan saat sehat mandi 2x sehari menggunakan sabun, gosok gigi, kramas
1x seminggu ganti pakaian bila sudah kotor.
-Saat sakit
Klien mengatakan saat sakit hanya dibasuh dengan air hangat serta gosok gigi
1x sehari.
4. Pola Aktivitas
-Sebelum sakit
Klien mengatakan saat sehat bisa beraktifitas dengan baik,
- Saat sakit
Klien mengatakan saat sakit tidak bisa aktifitas seperti biasa
5. Pola istirahat tidur
-Sebelum sakit
Klien mengatakan saat sehat tidur kurang lebih selama 7-8 jam perhari
-Saat sakit
Klien mengatakan saat sakit tidurnya terganggu dan tidak bisa tidur dengan baik
VI. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 Ds: Klien mengatakan sering Output yang berlebihan Gangguan
BAB cair pemenuhan
Do: kebutuhan cairan
- K: Lemas
- T: 160/90 mmHg
- RR: 20x/mt
- N: 68x/mnt
- S: 38˚
2. Ds : Klien mengatakan nyeri Kontraksi usus yang berlebih Gangguan nyaman
pada abdomen dan eliminasi yang sering nyeri
Do :
- Peningkatan prestaltik
- Terdengar bising usus
- Ada nyeri tekan pada
abdomen
3. Ds : Klien mengatakan Membran mukosa kering Gangguan
badannya terasa lemas pemenuhan nutrisi
Do:
- Kehilangan berat badan
- Mulut dan bibir kering
- Nafsu makan menurun

VII.DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL;

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan
2. Gangguan nyaman nyeri b.d kontraksi usus yang berlebih dan eliminasi yang sering
3. Gangguan nafsu makan b.d membran mukosa kering

VIII.INTERVENSI
NO DP TUJUAN INTERVENSI
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Lakukan pendekatan pada klien
keseimbangan tindakan keperawatan dan keluarga serta jelaskan tindakan

cairan b/d out put selama 1 jam, : yang dilakukan.

yang berlebihan keseimbangan R: Memudahkan kerja sama antara


d/d klien berak cairan normal perawat dengan klien.
cair lebih dari 3 x Kriteria hasil : 2. kaji status kulit, turgor dan selaput
sehari, mual - Turgor kulit baik lendir.
muntah, klien - Intake dan output R: Untuk mengetahui keadaan fisik
lemah, turgor seimbang klien.
kulit menurun, T : - Diare berhenti 3.kaji tingkat intake dan output.
170/90 mmHg, n : R: Untuk mengetahui keseimbangan
68 x / menit cairan.
4.observasi TTV
R:Untuk mengetahui perkembangan
klien.
5.Berikan cairan dalam jumlah kecil
(30-60 ml) perjam pada tahap awal.
R: Kebutuhan cairan dalam tubuh
terpenuhi.
6.Kolaborasai dengan tim kesehatan
(dokter dalam pemberian obat).
R: Membantu proses penyembuhan

2. Gangguan rasa Setelah dilakukan- Kaji tanda-tanda vital.


nyaman nyeri tindakan keperawatan R:Untuk mengetahui perkembangan
berhubungan selama 1jam, klien.
kerusakan pertukaran
dengan distensi - Kaji tingkat rasa nyeri.
gas berkurang,
abdomen R:Untuk mengetahui berapa skala
dengan kriteria hasil :
nyeri
- Nyeri dapat teratasi
- Atur posisi yang nyaman bagi klien.
- Dapat istirahat
dengan baik
R:Untuk memberikan rasa nyaman
- Beri kompres hangat pada daerah
abdomen
R:Untuk mengurangi rasa nyeri

3. Gangguan nutrisi Setelah dilakukan -Kaji pola nutrisi klien dan


berhubungan tindakan keperawatan perubahan yang terjadi.
dengan tidak nafsu selama 1 jam, perfusi R: Untuk mengetahui keseimbangan
makan jaringan meningkat,
nutrisi
dengan kriteria hasil :
-Timbang berat badan klien.
- Nutrisi dapat
R:Untuk mengetahui perkembangan
terpenuhi,
berat badan klien
- Nafsu makan meningkat
- Berat badan ideal
- Kaji faktor penyebab gangguan
pemenuhan nutrisi.
R: Untuk mengetahui masalah
pemenuhan nutrisi

IX. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


JAM/ NO. IMPLEMENTASI EVALUASI
TGL DP
(13:05) 1 - Mengkaji status kulit, turgor dan(14:45)
17-07- selaput lendir S:Klien mengatakan rasa
2012 - Mengkaji tingkat intake dan output ingin BAB dan muntah
- Mengkaji tanda-tanda vital berkurang
T: 160/90 mmHg O: T: 160/90 mmHg
RR: 20x/mt RR: 20x/mt
N: 68x/mnt N: 68x/mnt
S: 38˚ S: 38˚
- Memberikan cairan dalam jumlah -Klien tampak agak
kecil (30-60 ml) perjam pada tahap awal sedikit tenang dan
- Terapi : hanya muntah sedikit
- Infus RL -Turgor kulit buruk
- Antrain 3x1 A:Masalah sedikit teratasi
- Acran 2x1 P:Melanjutkan pemberian
2. - Sanmag 3x1 terapi
- S : klien mengatakan nyeri
- Mengkaji nyeri pada abdomen berkurang
- Mengkaji bising usus O :-Bising usus 40x
- Mengatur posisi yang nyaman bagi - klien tampak sedikit
klien. agak nyaman
- Dapat beristirahat
dengan baik
A: Masalah teratasi
3 sebagian
P: Melanjutkan terapi
obat
- Mengkaji pola nutrisi klien dan S: klien mengatakan
perubahan yang terjadi. mual muntah setelah
- Mengkaji faktor penyebab gangguan makan
pemenuhan nutrisi. O:-Klien tampak lemas
- Memberikan diet makanan dalam -Klien makan
kondisi hangat dan porsi kecil tapi menghabiskan setengah
sering porsi
A: masalah teratasi
sebagian dan klien di
pindah ke ruang
keperawatan
P: planing di lnjutkan di
ruang keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata :
EGC
Dongoes (2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC
Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK Universitas
Airlangga.
Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC

Anda mungkin juga menyukai