Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas KMB

Di susun oleh:

NO NAMA NIM
1 IRFAN RISKIONO
2 DEVI TRIANA SOFIANI 17631633
3 EMA AMBARSARI 17631599
4 RATIH PURBANING TYAS 17631614
5 SISKA SUKMA DEFI

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang”
Diare”. Penyusunan Makalah ini dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah
KMB.

Dalam proses penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan, arahan dan
masukan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih atas
segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, penulis masih menyadari banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan di dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata
bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan
saran positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk pembaca umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ponorogo, 29 Oktober 2019

Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak
biasa ( lebih dari 3xsehari), juga perubahan dalam jumlah dan kosistensi
( feses cair). Hal ini biasanya berkaitan dengan dorongan, rasa tidak
nyaman pada area perianal, inkontinisia,atau kombinasi dari faktor ini. 3
faktor yang menentukan keparahanya : sekresi intensinal,perubahan
penyerapan mukosa, dan peningkatan motilitas. Diare dapat akut/kronis.
Diare diklasifikasikan sebagai tinggi volume, rendah volume,
sekresi,osmotic,/campuran. Diare dapat disebabkan oleh pengobatan
tertentu, pemberian makan melalui selang, kelainan metabolic dan
endrokrin, serta infeksi virus/bakteri. Penyebab lainya adalah kelainan
nutrisi dan malabsorbsi, deficit sfintegterani, sindrom zollinger-ellison,
eliusparalitik, dan obstruksi usus.
Diare sebenarnya bukan merupakan hal asing bagi masyarakat,
karena sebagian besar dari anggota masyarakat pernah menderita penyakit
ini. Pada banyak pasien, onset diare terjadi secara tiba-tiba tetapi tidak
terlalu parah dan dapat sembuh sendiri tanpa memerlukan pengobatan.
Pada kasus yang parah, resiko terbesar adalah dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit terutama pada bayi, anak-anak dan manula
yang lemah.
Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari
bakteri atau virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius
disertai dengan muntah–muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak
cairan tubuh. Sehingga bisa berakibat dehidrasi, asidosis, hipokalemia
yang tidak jarang akan berakhir dengan kejang dan kematian. Pada bayi
dan anak-anak kondisi ini lebih berbahaya karena cadangan intrasel dalam
tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih mudah dilepaskan jika
dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare akut yang parah harus
segera masuk rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya dilakukan upaya
pengobatan dan perawatan yang sesuai.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun
rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah:
1. Bagaimanakah laporan pendahuluan Diare?
2. Bagaimanakah teori asuhan keperawatan Diare?
3. Bagaimanakah asuhan keperwatan pada klien dengan Diare?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan menjadi beberapa
tujuan. Adapun tujuannya yakni sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui laporan pendahuluan Diare.
b. Untuk mengetahui teori asuhan keperawatan Diare.
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
Diare.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses yang lunak dan cair.
Urgensi adalah sensasi igin defekasi yang tidak dapat ditunda. Ini dapat
mengindikasikan adanya iritabilitas rectum tetapi dapat pula terjadi ketika
volume feses yang cair terlalu banyak, s3ehingga menyebabkan rectum
terlalu penuh sebagai tempat penimbunan. Frekuensi hanya
menggambarkan jumlah feses yang dikeluarkan dan dapat atau tidak
berhubungan dengan urgensi atau diare.
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak
biasa ( lebih dari 3xsehari), juga perubahan dalam jumlah dan kosistensi
( feses cair). Hal ini biasanya berkaitan dengan dorongan, rasa tidak
nyaman pada area perianal, inkontinisia,atau kombinasi dari faktor ini. 3
faktor yang menentukan keparahanya : sekresi intensinal,perubahan
penyerapan mukosa, dan peningkatan motilitas. Diare dapat akut/kronis.
Diare diklasifikasikan sebagai tinggi volume, rendah volume,
sekresi,osmotic,/campuran. Diare dapat disebabkan oleh pengobatan
tertentu, pemberian makan melalui selang, kelainan metabolic dan
endrokrin, serta infeksi virus/bakteri. Penyebab lainya adalah kelainan
nutrisi dan malabsorbsi, deficit sfintegterani, sindrom zollinger-ellison,
eliusparalitik, dan obstruksi usus.
B. Etiologi
Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium
perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan
makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b. Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan
jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a. malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin
dan mineral.
b. Kurang kalori protein.
c. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo
coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi
parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis)
jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor Makanan
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor psikologis
Diare akut karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi
A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio
eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter
(Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia
intestinalis, Coccidiosis.
2. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis, Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A.
duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis,
T. saginata dan T. solium).
3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.
Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur (1993-1994) pada 123
pasien dewasa yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi
penyebab diare akut terbanyak adalah E. coli (38 %), V. cholera Ogawa
(18 %) dan  Aeromonas sp. 14 %).
C. Menifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian
akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan
merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi
tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang
pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan
darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang
sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia
jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera
diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu
keadaan gagal ginjal akut.
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
D. Patofisiologi
Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari yang
berasal dari luar (asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri (sekresi cairan
lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian besar jumlah tersebt diresorbsi
di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml memasuki usus besar. Sejumlah 90%
dari cairan usus besar akan diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250
ml cairan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat
hubungannya satu sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan
menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya
volume sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di
usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan
dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain
terganggu.
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut
karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host).
Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
organisme yang dapat menimbulkan diare akut yang terdiri atas faktor-
faktordaya tahan tubuh atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti
keasaman lambung, motilitas usus dan  juga mencakup flora normal usus.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti
dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan
lebih tinggi terhadap infeksi V.cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus
memperlama waktu diare dan gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi
agen sumber penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan
didapatkannya frekuensi Giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang
kekurangan Ig-A. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus
dirangsang suatu toksoid berulangkali akan terjadi sekresi antibodi. Percobaan
pada binatang menunjukkan berkurangnya perkembangan S. typhi murium
pada mikroflora usus yang normal.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya
penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman pada lumen usus.
Kuman dapat membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut
terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
E. WOC
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
G. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
H. Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama
dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak
air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat
dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul
dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering
terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi
nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan
elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti
cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul
karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan
penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam
menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain.
Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien
kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain
selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab
infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited
disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp,
Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang
rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman. Oleh
karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu
dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan
parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik. Adapun
penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Banyak minum
2. Rehidrasi perinfus
3. Antibiotika yang sesuai
4. Diit tinggi protein dan rendah residu
5. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
6. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)
7. Transfusi bila terjadi perdarahan
8. Pembedahan bila terjadi perforasi
9. Observasi keseimbangan cairan
10. Cegah komplikasi
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

A. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi  juga berpengaruh terutama
dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x dalam 1 hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid  jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Kadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi diare yaitu
penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan
di sekitar lingkungan tempat tinggal.
8. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pemeliharaan kesehatan
Personal hygine kurang: kebiasan memelihara kuku, tidak
mencuci tangan sebelum makan, makanan yang dihidangkan tidak
tertutup, makanan basi.
b. Nutrisi dan metabolic
Hipertermi, penurunan berat badan, anoreksia, muntah.
c. Eliminasi
Feses encer, kadang disertai dengan darah dan lender frekuensi
bervareasi lebih dari 3x sehari.
d. Aktifitas
Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas
e. Sensori
Nyeri ditandai rasa sakit pada abdomen
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Tampak lemah, gelisah, lesu, kesadaran menurun.
b. Tanda-tanda vital
Berat badan menurun, TD menurun karena dehidrasi, RR
meningkat karena hipermetabolisme cepat dan dalam (kusmoul),
suhu meningkat bila terjadi reaksi inflamasi, nadi meningkat (nadi
perifer melemah).
c. Mata : mata cowong
d. Mulut : mukosa bibir kering, bibir kering dan pucat
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltik meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolik (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem Kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h. Sistem Integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0
C, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat,
pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
11. Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi
a. Jenis cairan
 Cara rehidrasi oral
o Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa)
seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.
o Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
 Cara parenteral
o Cairan I : RL dan NS
o Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
o HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus
pada diare usia > 3 bulan.
b. Jalan pemberian
1) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran
menurun)
c. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
1) Defisit ( derajat dehidrasi)
2) Kehilangan sesaat (concurrent less)
3) Rumatan (maintenance).
d. Jadwal / kecepatan cairan
1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila
berat badanya kurang lebih 13 kg ,maka pemberianya
adalah:
o BB (kg) x 50 cc
o BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
12. Terapi
o Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal
30 mg klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
o Obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
o Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
B. Diagnosis keperawatan
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
 Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi sekunder terhadap diare.
 Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan frekwensi diare.
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Gangguan NOC NIC
keseimbangan Setelah dilakukan 1. Memonitor 1. Untuk
cairan dan tindakan keperawatan TTV memantau
elektrolit selama 3 x 24 jam 2. Pantau tanda keadaan umum
berhubungan keseimbangan dan dan gejala pasien
dengan elektrolit kekurangan 2. Penurunan
kehilangan dipertahankan secara cairan dan sisrkulasi
cairan skunder maksimal elektrolit. volume cairan
terhadap diare Kriteria hasil : 3. Pantau intake menyebabkan
 Tanda vital dan output kekeringan
dalam batas 4. Timbang mukosa dan
normal (N: berat badan pemekatan
120-60 x/mnt, setiap hari urin.
S: 36-37,50 C, 5. Anjurkan 3. Dehidrasi
RR : < 40 keluarga dapat
x/mnt ) untuk meningkatkan
 Turgor memberi laju filtrasi
elastik , minum glomerulus
membran banyak pada membuat
mukosa bibir kien, 2-3 keluaran tak
basah, mata lt/hr adekuat untuk
tidak cowong, 6. Kolaborasi membersihkan
UUB tidak pemberian sisa
cekung. cairan intra metabolisme
 Konsistensi vena sesuai 4. Mendeteksi
BAB lembek, terapi kehilangan
frekwensi 1 cairan ,
kali perhari. penurunan 1
kg BB sama
dengan
kehilangan
cairan 1 lt
5. Mengganti
cairan dan
elektrolit yang
hilang secara
oral
6. Untuk
memberikan
terapi intra
vena yang
sesuai dengan
kebutuhan
pasien
2 Perubahan NOC NIC
nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Diskusikan 1. Serat tinggi,
dari kebutuhan tindakan perawatan dan jelaskan lemak,air
tubuh selama di Rumah tentang terlalu panas
berhubungan Sakit kebutuhan pembatasan atau dingin
dengan tidak nutrisi terpenuhi diet dapat
adekuatnya Kriteria Hasil: (makanan merangsang
intake dan out  Nafsu makan berserat mengiritasi
put meningkat tinggi, lambung dan
 BB meningkat berlemak dan saluran usus.
atau normal air terlalu 2. situasi yang
sesuai umur panas atau nyaman, rileks
dingin) akan
2. Ciptakan merangsang
lingkungan nafsu makan
yang bersih, 3. Mengurangi
jauh dari bau pemakaian
yang tak energi yang
sedap atau berlebihan
sampah, 4. Mengetahui
sajikan jumlah output
makanan dapat
dalam merencanakan
keadaan jumlah
hangat makanan
3. Ciptakan 5. Mengandung
lingkungan zat yang
yang bersih, diperlukan ,
jauh dari bau untuk proses
yang tak pertumbuhan
sedap atau
sampah,
sajikan
makanan
dalam
keadaan
hangat
4. Monitor
intake dan
out put
dalam 24 jam
5. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan
lain :
 Terapi
gizi :Diet
TKTP
rendah serat,
susu
 Obat-obatan
atau vitamin
(A)

3 Hipertermi NOC NIC


berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Deteksi dini
dengan proses tindakan perawatan tubuh setiap terjadinya
infeksi dampak selama 3x 24 jam 2 jam perubahan
sekunder dari tidak terjadi 2. Berikan abnormal
diare peningkatan suhu kompres fungsi tubuh
tubuh hangat ( adanya
Kriteria hasil : 3. Kolaborasi infeksi)
 Suhu tubuh pemberian 2. Merangsang
dalam batas antipirektik pusat pengatur
normal ( 36- panas untuk
37,5 C) menurunkan
 Tidak terdapat produksi panas
tanda infeksi tubuh
(rubor, dolor, 3. Merangsang
kalor, tumor, pusat pengatur
fungtio leisa) panas di otak

4 Resiko NOC NIC


gangguan Setelah dilakukan 1. Diskusikan 1. Kebersihan
integritas kulit tindakan keperawatan dan jelaskan mencegah
perianal selama di rumah sakit pentingnya perkembang
berhubungan integritas kulit tidak menjaga biakan kuman
dengan terganggu tempat tidur 2. Mencegah
peningkatan Kriteria hasil : 2. Demontrasik terjadinya
frekwensi BAB  Tidak terjadi an serta iritasi kulit
(diare) iritasi : libatkan yang tak
kemerahan, keluarga diharapkan
lecet, dalam oleh karena
kebersihan merawat kelembaban
terjaga perianal (bila dan keasaman
 Keluarga basah dan feces
mampu mengganti 3. Melancarkan
mendemontras pakaian vaskularisasi,
ikan bawah serta mengurangi
perawatan alasnya) penekanan
perianal 3. Atur posisi yang lama
dengan baik tidur atau sehingga tak
dan benar duduk terjadi iskemi
dengan dan irirtasi
selang waktu
2-3 jam
5 Gangguan NOC
pertukaran gas
berhubungan
dengan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak
biasa ( lebih dari 3xsehari), juga perubahan dalam jumlah dan kosistensi
( feses cair). Hal ini biasanya berkaitan dengan dorongan, rasa tidak
nyaman pada area perianal, inkontinisia,atau kombinasi dari faktor ini. 3
faktor yang menentukan keparahanya : sekresi intensinal,perubahan
penyerapan mukosa, dan peningkatan motilitas. Diare dapat akut atau
kronis. Diare diklasifikasikan sebagai tinggi volume, rendah volume,
sekresi,osmotic, atau campuran. Diare dapat disebabkan oleh pengobatan
tertentu, pemberian makan melalui selang, kelainan metabolic dan
endrokrin, serta infeksi virus atau bakteri. Penyebab lainya adalah kelainan
nutrisi dan malabsorbsi, deficit sfintegterani, sindrom zollinger-ellison,
eliusparalitik, dan obstruksi usus. Yang akan menimbulakn gejala seperti
frekuensi diare lebih dari 3x sehari, mual, muntah dan sebagainya.
Sehingga akan menimbulkan beberapa masalah keperawatan.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

A grace Pierce , R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.


Jakarta: Erlangga.

Baughman Diana, Joannc C. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku


Saku Untuk Bunner san Suddarth. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

William lippincot, Wilkins. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan


Edisi 13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai