Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Akromegali dan gigantisme merupakan penyakit yang menyebabkan oleh
kelebihan GH (Growt Hormon) atau IGH-I(Insulin Growth Factor – I) yang dapat
mengganggu faal jantung dan pernapasan sehingga meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas .Penyebab kematian tersering pada akromegali adalah
penyait kardiovaskuler .
Kelebihan GH pada masa anak-anak dimana lempeng epifisis pada ujung
tulang panjang masih belum tertutup akan berakibat gigantisme .ApabilaKlebihan
Gh terjadi setelah dewasa,dimana lempeng epifisnya sudah menutup maka yang
terjadi adalah akromegali.Usia rata-rata orang yang terkena akromegali yaitu 40-
45 tahun.
Peningkatan GH/GH-1 biasanya akibat tumor hipofisis yang menghasilkan
GH (Stomatotroph tumor).Penyebab lain yaitu GHRH(Growth Hormone
Reaslishing Hormone) yang dihasilkan oleh tumor hipotalamus dan GHRH/GH
ektopik dari tumor nonendokrin.
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan dimana waktu rata-rata
antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun.Gambaran
klinis akromegali atau gigantisme dapat berupa kelebihan GH/IGF-1 dan akibat
masa tumor sendiri.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Akromegali dan gigantisme merupakan penyakit yang menyebabkan oleh
kelebihan GH(Growt Hormon) atauIGH-I(Insulin Growth Factor – I) yang dapat
mengganggu faal jantung dan pernapasan sehingga meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas maka kelompok kami tertarik membuat makalah
mengenai Asuhan KeperawatanAkromegali dan gigantisme.
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien akromegali dan gigantisme.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.1.1 Definisi Akromegali
Akromegali merupakan kondisi klinis akibat dari sekresi hormone
pertumbuhan (GH) yang berlebihan pada saat dewasa(Patrik Davey.2003)
Akromegali adalah keadaan dimana tumor somatotrop hipofisis anterior
mensekresi sejumlah besar hormone pertumbuhan ketika dewasa (Ganong F
William.1999)
Akromegali adalah keadaan setelah pertumbuhan somatic selesai,hipersekresi
GH tidak akan menimbulkan Gigantisme tetapi menyebabkan penebalan tulang-
tulanhg dan jaringan lunak(Syaiffudin.2006).
2.1.2 Definisi Gigantisme
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal,terutama dalam tinggi badan
(melebihi 2,14m)akibat kelebihan growth hormone pada anak sebelum fusi epifis
(Broker,2009).
Gigantisme merupakan suatu penyakit kelebihan pertumbuhan longitudinal
tulang skelet yang dijumpai akibat kelebihan GH sebelum pubertas (Corwin,2008).
Gigantisme merupakan peningkatan hormone protein dalam banyak jaringan
,meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa darah
(Smeltzer & Bare,2002)
Jadi gigantisme adalah suatu penyakit akibat hipersekresi growth hormone yang
terjadi pada anak-anak sebelum fusi epifise atau lempeng tulang menutup yang dapat
menyebabkan pertumbuhan abnormal.apabila hipersekresi GH pada usia remaja
(setelah penutupan celah efipiseal) akan terjadi peningkatan tinggi badan dan
akromegali (Eugster &Shim M,2004)

2.2 Etiologi
2.2.1 Etiologi Akromegali

2
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hamoir selalu disebabkan oleh
tumor hipofise jinak(adenoma).Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang
mengarah pada pelepasan hormone berlebihan(Price,2005)
2.2.2 Etiologi Gigantisme
Etiologi gigantisme menurut Greenspan & Baxter (2000) adalah:
a. Fungsi hipotalamus yang abnormal menyebabkan sekresi GH berlebihan.
b. Adenoma hipofise:
1) Mikroadenoma : adenoma intrasellar dengan diameter < 1 cm yang disertai
dengan manifestasi hormone yang berlebihan tanpa pembesaran sellar atau
penekanan ekstrasellar.
2) Makroadenoma: adenoma yang berdiameter > 1 cm.
Sumber yang lain menyebutkan bahwa sekresi GH berlebihan akibat
adenoma hipofisis menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari jaringan
lunak, termasuk kulit, lidah, dan visera serta tulang. Hormon ini memiliki
sifat anti insulin. Penyebab gigantisme dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Gigantisme primer atau hipofisis, dimana penyebabnya adalah adenoma
hipofisis

2) Gigantisme sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena


hipersekresi GHRH dari hypothalamus
3) Gigantisme primer yang disebabkan oleh tumor ektropik (paru, pankreas,
dll) yang mensekresi GH atau GHRH (Rubenstein & David 2007).

2.3 Patofisiologi
2.3.1 Patofisiologi Akromegali
Sekresi GH oleh sel-sel somatotrof hipofisis anterior dikendalikan oleh 2
afaktor dari hopotalamus yaitu:
1. GNRH yang merangsang sekresi GH
2. Somatostasin yang menghambat sekresi GH.

3
GH merangsang produksi IGF-1(=Somatomedin C = SM-C) di hati dan jaringan
lain.IGF merupakan mediator utama bagi efek GH dalam merangsang
pertumbuhan.Kelebihan GH pada masa anak-anak dimana lempeng episis (epiphyseal
plate) pada ujung ujung tulang panjang masih belum tertutup akan berakibat
timbulnya tubuh raksasa atau gigantisme.Apabila kelebihan GH terjadi stelah dewasa
dimana lempeng epifisisnya sudah menutup maka yang terjadi adalah
akromegali.Lebih dari 95 % kasus akromegali disebabkan oleh adenoma hipofisis
yang menghasilkan GH secara berlebihan.Tumor pada umumnya dijumpai disayap
lateral sella tursica.Sebagian besar kasus tumir hipofisis muncul dari suatu perubahan
genetic pada sebuah sel hipofisis yang mengakibatkan peningkatan pembelahan sel
dan formasi tumor(yang diperoleh selama kehidupan). Mutasi terdapat dalam gen
yang mengatur penyebaran sinyal kimiawi dalam sel hipofisis dan secara permanen
mengakibatkan sinyal yang memerintahkan sel untuk membagi dan menyekresi GH.
Pada saat diagnosis ditegakkan,75% pasien akromegali menunjukkan adanya
makroadenoma (diameter tumor>1 cm) dan sebagainya telah meluas kedaerah
paraselar dan supraselar.Amat jarang akromegali disebabkan oleh GH/GHRH ektopik
yang diproduksi oleh tumor-tumorganas.Peningkatan kadar GH dalam darah pada
penderita akromegali semata-mata akibat produksi GH yang berlebihan,bukan akibat
gangguan distribusi atau klirens GH.
Efek patologis dari kelebihan GH dibagi kedalam dua kelompok yaitu :
1. Pengaruh penekanan tumor disekitar jaringan yang menimbulkan sakit kepala
dan gangguan penglihatan.Bisa juga terjadi kerusakan pada kelenjar hipofisis
itu sendiri ,mengganggu produksi hormone sehingga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormone yang mengakibatkan impotensi(akibat tumir
yang menggeser sel penyekresi gonadotropin),gairah seksual menurun dan
perubahan siklus menstruasi.
2. Disebabkan oleh jumlah GH dan IGF-1 yang berlebihan dalam darah dapat
menyebabkan penebalan jaringan lunak seperti kulit,lidah (yang dapat
menimbulkan masalah pernafasan dan sleep apnea),dan otot otot (yang dapat
menekan saraf sehingga timbul kesemutan,pain syindrome seperti carpal

4
tunnel syndrome).Pembesaran organ-organ perubahan tubuh memproses
glukosa dan lemak.Ciri ciri pada bagian wajah terstruktur tulang
membesar,adanya penebalan dan telihat kasar(terutama pada
hidung),peningkatan tonjolan dagu dan dahi,pembengkakan
ekstremitas,penebalan bibir serta gigi geligi yang mulai berjarak juga adalah
sebab dari peningkatan GH dan IGF-1 dalam darah.
2.3.2 Patofisiologi Gigantisme
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH (Growth Hormone) yang
berlebihan.keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang mensekresi GH
atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara
berlebihan .penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan juga berasal
dari tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone
pertumbuhan.
Jika adenoma penghasil GH terjadi sebelum lempeng epifisis menutup,
seperti pada anak prapubertas, kadar GH yang berlebihan akan menyebabkan
gigantisme. Hal ini ditandai dengan peningkatan umum ukuran tubuh serta
lengan dan tungkai yang memanjang berlebihan. Penderita gigantisme
biasanya berperawakan tinggi lebih dari 2 meter dengan proporsi tubuh yang
normal, hal ini terjadi karena jaringan lunak seperti otot tetap tumbuh.
Gigantisme juga dapat mengalami hiperhidrosis yaitu keadaan dimana
terjadinya hipermetabolisme yang menyebabkan keringat berlebih. Penderita
dapat pula mengalami gangguan penglihatan apabila tumor pada kelenjar
hipofisis menekan chiasma opticum yang merupakan jalur saraf mata.
Pembesaran jaringan saraf yang tertekan juga mengakibatkan terjadinya
sensasi kesemutan dan kelemahan pada lengan dan kaki.
Hormon pertumbuhan mempengaruhi metabolisme beberapa zat penting
tubuh, sehingga penderita gigantisme sering mengalami endocrinopathies
misalnya hipogonadisme, hiperprolaktinema, diabetes/hiperglikemi.
Hiperglikemi terjadi karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat
banyak menyebabkan hormone pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian

5
glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh
darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat
hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira
10 persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.

2.4 Manifestasi Klinis


2.4.1 Manifestasi Klinis Akromegali
1. Pelepasan hormone pertumbuhan yang berlebihan mulai terjadi usia
30-50 tahun.Karena itu tulang mengalami kelainan bentuk bukan
memanjang.
2. Gambaran tulang wajah menjadi besar tangan dan kakinya membesar
sehingga biasanya selama bertahun-tahun tidak disadari oleh
penderitanya.
3. Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah
gelapnya kulit.Hal itu disebabkan karena adanya kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat didalam kulit membesar yang dapat menyebabkan
keringat berlebihan dan bau bidan yang menyengat.
4. Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang(mandibula) bisa
menyebabkan rahang menonjol(proganisme)
5. Tulang rawan pada pita suara menebal sehingga suara menjadi dalam
serak.
6. Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
7. Ditemukan nyeri sendi.
8. Gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya karena jaringan yang
membesar dapat menekan persyarafan.
9. Gangguan penglihatan karena adanya saraf yang membawa sinyal dari
mata ke otak tertekan sehingga penglihatan terganggu terutama pada
lapang pandang sebelah luar.
10. Tumor Hipofise dapat menyebabkan sakit kepala berat.
2.4.2 Manifestasi Klinis Gigantisme

6
Pada pasien gigantisme terjadi pertumbuhan linier yang cepat ,wajah
kasar,pembesaran kaki dan tangan. Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala
dapat mendahului pertumbuhan linier dan memiliki masalah penglihatan dan
prilaku. Pada kebanyakan kasus yang terekam, pertumbuhan abnormal menjadi
nyata pada masa pubertas. Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau
lebih (Behrman, Kliegman & Arvin, 2000).
Adapun menurut Kowalak (2011) manifestasi klinis pasien dengan
gigantisme adalah:
a. Rasa sakit pada punggung, artralgia, dan artritis akibat pertumbuhan tulang
yang cepat.
b. Tinggi badan yang berlebihan akibat pertumbuhan berlebihan sebelum
lempeng epifisis menutup.
c. Sakit kepala, muntah, serangan kejang, gangguan penglihatan, dan
papiledema (edema pada tempat nervus optikus memasuki rongga bola
mata) yang semua terjadi karena tumor yang menekan saraf dan jaringan
pada struktur di sekitar.
d. Defisiensi pada sistem hormon yang lain (jika tumor yang memproduksi
GH menghancurkan sel-sel penghasil hormon yang lain).
e. Intoleransi glukosa dan diabetes melitus akibat kerja GH yang merupakan
antagonis insulin.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


2.5.1 pemeriksaan diagnostik akromegali
1.   Laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH
2.   Rontgen tulang tengkorak untuk melihat penebalan tulang.
3.   Rontgen tangan dapat menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari
tangan dan pembengkakan jaringan disekitar tulang.

2.5.2 pemeriksaan diagnostik gigantisme

7
1.   Kepastian diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan hormon pertumbuhan.
Sebagai uji penyaring pemeriksaan SM-G (IGF-1) kemungkinan dianggap
paling baik.
2.   CT-Scan kepala. MRI untuk mengetahui adanya tumor hipofisis makro
maupun mikro.
3.   Tes supresi hormon pertumbuhan (GH supresin tes) dengan beban glukosa
100gr. Dinilai abnormal kalau terdapat kegagalan penekanan sampai dibawah
2µg/l. (Rumohargo. 1999)

2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Penatalaksaan akromegali
Tujuan Pengobatan adalah:
1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFGI atau SM-C
akibat pembesaran tumor.
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi,yaitu:
1) Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama .Dikenal 2
macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu:
a. Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada
batok kepala(TC atau Trans Cranial)
b. Bedah mikro (TESH/Trans Ethmoid Sphenoid
Hypophysectomy).Cara terakhir TESH ini dilakukan
dengan cara pembedahan melalui sudut anatara celah
intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata
untuk mencapai tumor hipofisis.
2) Terapi Radiasi
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara yaitu:

8
a. Radiasi secara konversional(Conventinal High Voltage
Radiation,45 69 4500 RAD)
b. Radiasi dan energy tinggi partikel berat ( High Energy
Particles Radiation,150 69 15000 RAD)
3) Terapi Medikamentosa
a. Agosis Dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine
dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian
halnya pada pasien akromegali.Pada akromegali
dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar
HP dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
1. Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah
makan malam dan dinaikkan secara berkala 2,5
mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang
dicapai antara lain adalah:
 Ukuran tangan dan jari mengecil serta
 Terjadi perbaikan gangguan toleransi
glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso
spasme digital,hipotensi ortotastik,sesak
nafas ringan ,nausea,konstipasi,dll.
2. Ocreotide (Long Acting Somatostatin
Analogue)
Cara pemberian melalui subkutan .Dosis:Dosis
rat-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan
setiap 8 jam.
Perbaikan Klinis yang dicapai:

9
a) Menurunkan kadar HP menjadi dibawah
5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus.
b) Menormalkan kadar IGFI/SM-C pada 50
% kasus
c) Penyusunan tumor
Efek samping : ringan dan mempunyai
sifat sementara yaitu nyeri local /di
daerah suntikan .

2.6.2 Penatalaksanaan Gigantisme


1. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama pada pasien kelainan GH
yang disebabkan adenoma. Ada 2 jenis terapi pembedahan yaitu:
a. Pembedahan mikro transfenoidal.
Pengangkatan adenoma transfenoidal secara selektif merupakan
prosedur pilihan.
b. Kraniotomi transfrontal.
Dibutuhkan pada sebagian kecil pasien yang mengalami ekstensi
suprasellar major sehingga menghalangi prosedur transfenoidal. Faktor
yang mempengaruhi keberhasilan operasi adalah ukuran tumor, kadar
hormon sebelum operasi dan pengalaman dokter bedah. Pada pasien
dengan mikroadenoma (ukuran tumor < 1 cm)  angka normalisasi IGF-I
mencapai 75-95% kasus, sementara pada makroadenoma angka
normalisasi hormonal 40-68%.
2. Terapi Radiasi
Tidak digunakan sebagai terapi lini pertama karena lamanya rentang waktu
tercapainya terapi efektif sejak pertama kali dimulai. Terapi radiasi dapat
dilakukan dalam 2 cara yaitu:
a. Penyinaran Sinar rotgen yaitu penyinaran konvesional yang
menggunakan sumber energy tinggi dengan dosis total 4000-5000 rad dan

10
biasanya diberikan sejumlah 180-210 rad per hari. Cara ini memerlukan
waktu 10-20 tahun untuk mencapai terapi yang efektif.
b. Penyinaran partikel berat yaitu penyinaran yang menggunakan partikel
alfa atau proton beam, gamma knife dan stereotactic radiotherapy. Cara
ini dapat memberikan remisi yang lebih cepat. Efektivitas stereotactic
radiotherapy terhadap pasien yang gagal dengan radioterapi konvensional
memperlihatkan penurunan kadar IGF-I sebesar 38% 2 tahun pasca terapi.
3. Terapi Medikamentosa
a. Agonis dopamine
Terdiri dari bromokriptin dan cabergoline. Monoterapi dengan
cabergoline mempunyai efikasi antara 10-35% dalam menormalisasi
kadar IGF-I. Ini merupakan satu-satunya alternatif pilihan bagi pasien
yang menolak tindakan operasi dan pemberian obat injeksi, karena
hanya dopamin agonis yang dapat dikonsumsi secara oral dalam tata
laksana akromegali. Agonis bromocriptine dopamin dapat memberikan
perawatan medis ajuvan gigantisme yang aman digunakan oleh anak-
anak dalam jangka waktu lama.
b. Analog somatostatin
Merupakan pilihan pertama dalam terapi medikamentosa karena
memiliki efektivitas yang tinggi dalam menormalisasi kadar IGF-I dan
hormon pertumbuhan (sekitar 70%). Bekerja menyerupai hormon
somatostatin, yaitu menghambat sekresi hormon pertumbuhan. Analog
somatostatin juga dapt mengurangi ukuran tumor sekitar 0-50% tapi
hanya pada tingkat yang kecil. Beberapa penelitian menunjukkan
analog somatostatin aman dan efektif digunakan dalam jangka panjang
dalam pengobatan pasien dengan gigantisme yang tidak disebabkan
oleh tumor hipofise. Analog somatostatin diberikan secara injeksi SC
beberapa kali dalam sehari, namun saat ini sudah terdapat sediaan baru
dengan masa kerja panjang yang diberikan secara injeksi IM setiap 1
x/28 hari.  Efek samping dari analog somatostatin terutama terdiri dari

11
keluhan gastrointestinal ringan sementara dan peningkatan resiko batu
empedu. Kendala utamanya adalah harga yang mahal.
c. Antagonis reseptor hormon pertumbuhan
Merupakan kelas baru dalam terapi medikamentosa akromegali.
Direkomendasikan untuk kasus akromegali yang tidak dapat dikontrol
dengan terapi pembedahan, pemberian agonis dopamin, maupun
analog somatostatin. Golongan ini dapat menormalisasi kadar IGF-I
pada 90% pasien. Efektivitas serta keamanan terapi obat golongan ini
sebagai monoterapi atau kombinasi dengan analog somatostatin
memperlihatkan efektivitas masing-masing sebesar 56% dan 62%
dalam menormalisasi kadar IGF-I.
4. Diet
Perubahan diet perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarga karena
intoleransi karbohidrat dapat mengakibatkan DM. Diet DM dapat dipakai
sebagai patokan. Pasien tidak disarankan untuk merokok karena zat racun
dalam rokok menghambat penyerapan nutrisi makanan. Selain itu pasien
harus berolahraga secara teratur untuk menjaga stamina tubuh dan
mengendalikan berat badan. Asupan gula dalam makanan dan minuman
harus dikurangi caranya gunakan gula khusus DM. Selain itu, konsumsi
buah-buahan, kurangi porsi makan nasi, dan perbanyak minum air putih.
Aktivitas fisik akan membakar kalori dalam tubuh. Selain itu olahraga
dengan teratur akan menjaga peredaran darah, memperbaiki kerja insulin dan
mendorong terjadinya pembakaran gula dalam darah agar diubah menjadi
energi.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas klien (nama,alamat,pekerjaan,pendidikan ,umur,tanggal MRS)
B. Riwayat Penyakita
1.      KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh pertumbuhan tulang abnormal pada gigantisme, pertumbuhan
longitudinal dan sangat cepat. Pada akromegali umumnya memeperlihatkan
pembesaran tangan dan kaki.

2.      RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Sejak kapan keluhan dirasakan. Pada gigantisme klien biasanya mengatakan
pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga tinggi badan abnormal, untuk
anak-anak pertumbuhannya dua kali tinggi badan normal pada usia tersebut.
Didapatkan masa pubertas yang tertunda dan alat kelamin tidak dapat tumbuh
sempurna. Pada akromegali klien mengatakan tulang mengalami kelainan
bentuk, bukan memanjang, gambaran tulang wajah kasar, tangan dan kakinya
membengkak.

3.      RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pada gigantisme dan akromegali biasanya riwayat penyakit dahulu klien
mungkin pernah menderita tumor hipofisis jinak.

4.      RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Gigantisme dan akromegali tidak diturunkan dari riwayat keluarga yang
memilki penyakit akromegali dan gigantisme.

3.2 Pemeriksaan Fisik


1.      BREATH (B1)

13
Biasanya pada pasien akromegali dan gigantisme tidak terjadi perubahan pola
nafas. Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat adanya
proses pembesaran tumor hipofisis.
2.      BLOOD (B2)
Pada gigantisme biasanya tidak terjadi perubahan dalam kerja jantung. Pada
akromegali jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu
sehingga terjadi gagal jantung.
3.      BRAIN (B3)
Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi nyeri
kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia bitemporal
akibat penyebaran supraselar tumor dan penekanan kiasma optikum.
4.      BLADDER (B4)
Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak sempurna. Pola
BAK biasanya normal. Pada akromegali terdapat penurunan libido, impotensi,
oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu ginjal.
5.      BOWEL (B5)
Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai timbulnnya
prognatisme (rahang ang menjorok ke depan) dan gigi geligi tidak dapat
menggigit sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan. Pembesaran
mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang, lidah juga membesar sehingga
penderita sulit berbicara. (Price, 2005)
6.      BONE (B6)
Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan tangan
perubahan bentuk yang terjadi membesar. Deformitas tulang belakang karena
pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri
punggung dan perubahan fisiologik tulang belakang. Terdapat nyeri sendi pada
bahu tulang dan lutut. (Price, 2005)

14
3.3      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensori persepsi dan
kondisi fisik
2. Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan struktur tubuh.
4. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan
otot 
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN/KH INTERVENSI RASIONAL
O
1 Resiko cidera NOC : NIC : Environment
berhubungan Risk Kontrol Management
dengan Immune status (Manajemen
gangguan Safety Behavior lingkungan)
sensori Setelah  Sediakan lingkungan
persepsi dan dilakukan yang aman untuk
kondisi fisik. tindakan pasien
keperawatan  Identifikasi
klien tidak kebutuhan keamanan
mengalami injury pasien, sesuai dengan
dengan kriterian kondisi fisik dan
hasil: fungsi kognitif
Klien terbebas pasien dan riwayat
dari cedera penyakit terdahulu
Klien mampu pasien
menjelaskan  Menghindarkan
cara/metode lingkungan yang
untukmencegah berbahaya (misalnya
injury/cedera memindahkan

15
Klien mampu perabotan)
menjelaskan  Memasang side rail
factor risiko tempat tidur
dari  Menyediakan tempat
lingkungan/peri tidur yang nyaman
laku personal dan bersih
Mampumemod  Menempatkan saklar
ifikasi gaya lampu ditempat yang
hidup mudah dijangkau
untukmencegah pasien.
injury  Membatasi
Menggunakan pengunjung
fasilitas  Memberikan
kesehatan yang penerangan yang
ada cukup
Mampu  Menganjurkan
mengenali keluarga untuk
perubahan status menemani pasien.
kesehatan  Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan
barang-barang yang
dapat membahayakan
 Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan

16
penyebab penyakit.
2 Nyeri NOC: NIC 1. Untuk
berhubungan  Pain level 1. Lakukan mengetahu
dengan adanya  Pain pengkajian nyeri i berapa
adenoma control secara berat nyeri
kelenjar  Comfort komprehensif yang
hipofisis level 2. Observasi reaksi dialami
Setelah non verbal dari pasien.
dilakukan ketidaknyamana 2. Merupaka
tindakan n n indikator
keperawatan 3. Ciptakan / derajat
nyeri lingkungan yang nyeri yang
selama…..maka nyaman tidak
nyeri teratasi 4. Ajarkan teknik langsung
dengan kriteria distraksi dan dialami
hasil: relaksasi pasien
1. Mampu 3. Rangsang
mengontr an yang
ol nyeri berlebih
an dari
2. Melapork
lingkung
an bahwa an akan
nyeri memper
berkurang berat
rasa
dengan
nyeri
menggun 4. Teknik
akan distraksi
manajeme dan
n nyeri relaksasi
3. Mampu dapat
mengenal menguran

17
i nyeri gi rasa
4. Menyatak nyeri yang
an dirasakan
rasanyam pasien.
an setelah
nyeri
berkurang

3 Gangguan NOC: NIC :


citra diri  Body image Body image
berhubungan  Self esteem enhancement
dengan Setelah - Kaji secara
perubahan dilakukan verbal dan
struktur tubuh. tindakan nonverbal respon
keperawatan klien terhadap
gangguan body tubuhnya
image - Monitor
pasien teratasi frekuensi
dengan kriteria mengkritik dirinya
hasil: - Jelaskan tentang
 Body image pengobatan,
positif perawatan,
 Mampu kemajuan dan
mengidentifik prognosis penyakit
asi kekuatan - Dorong klien
personal mengungkapkan
 Mendiskripsik perasaannya
an secara - Identifikasi arti
faktual pengurangan
perubahan melalui pemakaian

18
fungsi tubuh alat bantu
 Mempertahan - Fasilitasi kontak
kan interaksi dengan individu
sosial lain dalam
kelompok kecil

4 Ansietas NOC : NIC :


berhubungan - Kontrol Anxiety Reduction
dengan defisit kecemasan (penurunan
pengetahuan - Koping kecemasan)
Setelah  Gunakan
dilakukan asuhan pendekatan yang
keperawatan menenangkan
kecemasan  Nyatakan dengan
teratasi dgn jelas harapan
kriteria hasil: terhadap pelaku
 Klien mampu pasien
mengidentifi  Jelaskan semua
kasi dan prosedur dan apa
mengungkap yang dirasakan
kan gejala selama prosedur
cemas  Temani pasien
 Mengidentifi untuk memberikan
kasi, keamanan dan
mengungkap mengurangi takut
kan dan  Berikan informasi
menunjukkan faktual mengenai
tehnik untuk diagnosis, tindakan
mengontol prognosis
cemas  Libatkan keluarga

19
 Vital sign untuk
dalam batas mendampingi klien
normal  Instruksikan pada
 Postur tubuh, pasien untuk
ekspresi menggunakan
wajah, tehnik relaksasi
bahasa tubuh  Dengarkan dengan
dan tingkat penuh perhatian
aktivitas  Identifikasi tingkat
menunjukkan kecemasan
berkurangnya  Bantu pasien
kecemasan mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian
obat anti cemas

5 Defisit NOC: NIC


perawata  Self care: Self care
n diri Activity Assistance:ADLs
berhubu of Daily 1. Monitor
ngan Living kemampuan
dengan (ADLs) klien untuk
menurun Setelah perawatan diri
nya dilakukan yang mandiri

20
kekuatan tindakan 2. Monitor
otot  keperawat kebutuhan klien
n untuk alat alat
selama… bantu untuk
…defisit kebersihan
perawatan diri ,berpakaian
diri berhias dan
teratasi makan
dengan 3. Sediakan
kriteria bantuan sampai
hasil: klien mampu
1. Klien secara utuh
terbebas dari untuk
bau badan melakukan self
2. Menyatakan care
kenyamanan 4. Dorong klien
terhadap untuk
kemampuan melakukan
untuk aktivitas sehari-
melakukan hari yang
ADLs normal sessuai
3. Dapat kemampuan
melakukan yang dimiliki
ADLs 5. Ajarkan
dengan klien/keluarga
bantuan untuk
mendorong
kemandirian
untuk
memberikan

21
bantuan hanya
jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Akromegali dan gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang
merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi klinis.

22
Akromegali terjadi apabila peningkatan GH terjadi setelah dewasa sedangkan pada
anak-anak maupun remaja akan muncul sebagai gigantisme.
  Penyebab terbanyak (95 %) dari akromegali / gigantisme adalah adenoma
hipofisis yang mensekresi GH dan jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH
ektopik.Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH / IGF-1 dan efek massa
tumor. Konsekuensi akromegali / gigantisme dapat meningkatkan angka
morbiditas dan motalitas, terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan
pernafasan.
 Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-akhir
ini pesat perkembangan pengobatan medis / farmakologis. Oleh karena pengobatan
radiasi masih banyak kelemahannya, penggunaannya hanya sebagai penunjang
pada kasus-kasus tertentu.

4.2 Saran
Bagi tenaga medis dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya
pendekatan untuk menciptakan hubungan saling percaya agar pasien itu mau
mengungkapkan masalahnya sehingga perawat dapat menjalankan asuhan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
https://id .scribd.com/document/393691691/Asuhan-Keperawatan-Akromegali.html
https://id .scribd.com/document/151843379/Asuhan-Keperawatan-Akromegali-dan-
gigantisme.html

23
Wilkinson, J.M. & Ahern, N.R. (2013). Buku saku diagnosis keperawatan:
diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC (ed. 9). Jakarta: EGC

Corwin,Elizabet.J. 2008. Buku Saku Patologi. Jakarta : EGC

24

Anda mungkin juga menyukai