PENDAHULUAN
Kelenjar hipofisis merupakan struktur kompleks pada dasar otak, terletak dalam
selatursika, di rongga tulang sphenoid dan terbentuk sejak awal perkembangan embrional
dari penyatuan dua tonjolan ektodermal yang berongga. Kelenjar hipofisis manusia dewasa
terdiri dari lobus posterior atau neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus
anterior atau adenohipofisis yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis.
Bagian anterior kelenjar hipofisis mempunyai banyak fungsi dan karena memiliki
kemampuan dalam mengatur fungsi-fungsi dari kelenjar endokrin yang lain, maka bagian
anterior kelenjar hipofisis ini dikenal juga dengan nama kelenjar utama (master gland). Salah
satu hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior ini adalah hormon pertumbuhan atau
growth hormone (GH). GH mempunyai pengaruh metabolik utama, baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Pada anak-anak, hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan somatik.
Pada orang dewasa, hormon ini berfungsi mempertahankan ukuran orang dewasa normal dan
juga berperan dalam pengaturan sintesis protein dan pembuangan zat makanan. Hormon
pertumbuhan memproduksi faktor pertumbuhan-1 mirip insulin (IGF-1) yang memperantarai
efek perangsang pertumbuhan. IGF-1 ini secara struktural dan fungsional mirip dengan
insulin.
Ada
beberapa
kelainan
sekresi
hormon
pertumbuhan,
diantaranya
panhipopituitarisme, dwarfisme, gigantisme, dan akromegali. Pada referat ini akan dibahas
mengenai gigantisme. Gigantisme adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya ukuran
dan tinggi fisik yang berlebihan. Berdasarkan definisi ini, gigantisme ini bisa muncul pada
masa kanak-kanak maupun dewasa selama lempeng pertumbuhan epifisis masih terbuka.
Semua bentuk gigantisme itu jarang dijumpai karena patofisiologi serta manifestasi kliniknya
sangat kompleks
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu rata-rata antara
mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun. Gambaran klinis gigantisme
dapat berupa akibat kelebihan GH/IGF-1 dan akibat massa tumor sendiri. Masalah pada
kelenjar hipofisis ini akan mempengaruhi kelenjar lain yang berhubungan dengan kelenjar
hipofisis. Kelainan yang terjadi juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme tubuh
dan terganggunya keseimbangan tubuh. Pengobatan pada kasus dini dengan pembedahan
tumor, obat-obatan dan penyinaran dapat memperbaiki kualitas hidup pasien
Gigantisme
Page 1
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang ditandai dengan adanya kelebihan
pertumbuhan, dengan tinggi dan besar diatas normal yang disebabkan oleh sekresi
Growth Hormone (GH) berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses
penutupan epifisis. Kasus gigantisme ini sangat jarang terjadi, dan patofisiologinya
sangat kompleks
2.2 Epidemiologi
Gigantisme merupakan kasus yang sangat jarang terjadi, hanya sekitar 100
kasus yang dilaporkan hingga saat ini. Akromegali lebih umum terjadi daripada
gigantisme, dengan insiden sekitar 3-4 kasus per juta orang per tahun dan prevalensi
mencapai 40-70 kasus per juta penduduk.4 Gigantisme dapat terjadi pada usia sebelum
terjadinya penutupan epifisis yaitu sebelum masa pubertas. Gigantisme adalah kasus
yang jarang, kebanyakan ahli endokrin pediatrik hanya menemukan satu atau dua
pasien dengan karier gigantisme. Pada sebuah studi yang dilakukan pada 2367 anakanak dan remaja dengan adenoma pituitari, hanya 15 anak (0,6%) mengalami
gigantisme pituitari. Tidak ada perbedaan insidens yang bermakna antara laki-laki dan
perempuan. Gigantisme seringkali muncul pada usia 6 hingga 9 tahun. Mengingat
jumlah kasus gigantisme ini sangat sedikit, mortalitas dan morbiditasnya pada anakanak tidak diketahui
2.3 Kelebihan Hormon Pertumbuhan sebagai Penyebab Gigantisme
Hubungan antara gigantisme dan kelebihan hormon pertumbuhan sudah
dikenal sejak tahun 1800-an. Pada saat itu, semua bentuk pembesaran pada kelenjar
pituitari akan memberikan gambaran akromegali, yang ditandai dengan adanya
pembesaran kepala, wajah, tangan, dan kaki. Perbedaan antara gigantisme dan
akromegali adalah gigantisme merupakan kelebihan hormon pertumbuhan yang
terjadi selama masa aktif pertumbuhan sedangkan akromegali terjadi pada saat
lempeng epifisis telah menutup. Kelebihan hormon pertumbuhan selama masa kanakGigantisme
Page 2
kanak dan remaja jarang terjadi, dan dilaporkan hanya sekitar beberapa kasus dalam
seratus populasi. Hipersekresi hormon pertumbuhan bisa bersifat sporadik, atau juga
bisa terjadi karena adanya predileksi genetik yang berhubungan dengan adenoma
hipofisis yang menghasilkan hormon pertumbuhan yang berlebihan. Berdasarkan
etiologi dasarnya, manifestasi kelebihan hormon pertumbuhan pada masa kanakkanak tidak dapat dibedakan dan diagnosis inisial standar harus digunakan. Kelebihan
hormon pertumbuhan dan patogenetiknya dibagi menjadi dua, yaitu kelebihan hormon
pertumbuhan sporadik dan kelebihan hormon pertumbuhan sindromik/familial.
Tabel 1. Etiologi Kelebihan Hormon Pertumbuhan
Kelebihan hormon pertumbuhan sporadic
Sindromik/familial
Kelainan
Kelainan
Mekanisme patogenik
Kelebihan hormon pertumbuhan
kongenital
Mekanisme
patogenik
Infiltrasi tumor pada
Neurofibromatosis-1 jalur
somatostatinergik
Hiperplasia pituitari
neoplasia Type-1
pertumbuhan
Mutasi aktif Gs
hipotalamus/
Abnormalitas
gen 2p16
pituitari
Hypothalamic
Carney complex
gangliocytoma/neurocytoma
Mutations
PRKAR1A
pada
17q22-
24
Kelebihan
hormon
pada
reseptor
gen
acyl
hydrocarbon
somatotrophinomas
Mutasi
11q13.3
Abnormalitas
gen 2p12-6
Page 3
Berikut ini akan dijelaskan etiologi kelebihan hormon pertumbuhan berdasarkan tabel
diatas.
a. Bentuk sporadik dari kelebihan hormon pertumbuhan
Kelebihan hormon pertumbuhan yang bersifat sporadik berawal dari adanya
patologi pada sistem saraf pusat, atau pada kasus yang jarang, berasal dari sekresi
hormon pertumbuhan yang ektopik. Secara sederhana, istilah kelebihan hormon
pertumbuhan primer ini digunakan untuk membedakan hormon pertumbuhan yang
berasal dari pituitari secara intrinsik dari penyebab lainnya, seperti abnormalitas
hipotalamus. Sebenarnya, sulit membedakan antara fungsi hipotalamus dan pituitari,
terutama pada kasus-kasus kelebihan hormon pertumbuhan pada anak-anak. Bentuk
Gigantisme
Page 4
2. 4 Patofisiologi
Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormon pertumbuhan muncul
sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan.
Penyebab kelebihan produksi hormon pertumbuhan terutama adalah tumor pada selsel somatotrop yang menghasilkan hormon pertumbuhan, neoplasma penghasil
hormon pertumbuhan, termasuk tumor yang menghasilkan campuran hormon
pertumbuhan dan hormon lain, misalnya prolaktin merupakan tipe adenoma hipofisis
fungsional kedua tersering. Secara mikroskopis, adenoma penghasil GH terdiri atas sel
bergranula padat
atau
jarang,
dan
pada
pewarnaan
imunohistokimia
akan
dalam
dengan
transduksi
sin yal,
peningkatan
enzim
dan
pengaktifan
intrasel
protein
adenil-siklase
G
dan
Page 5
terjadi pada jaringan lunak, kulit, dan visera, serta pada tulang wajah, tangan, dan
kaki.
Sekresi GH oleh sel-sel somatotrop hipofisis anterior dikendalikan oleh faktor dari
hipotalamus, yaitu :
1. GHRH, yang merangsang sekresi GH
2. Somatostatin yang menghambat sekresi GH. GH merangsang produksi IGF-1 (=
somatomedin C=SM-C) di hati (terutama) dan jaringan lain. IGF merupakan
mediator utama bagi efek GH dalam merangsang pertumbuhan
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior
menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini
mengakibatkan sekresi hormon pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh
jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada gigantisme, hal ini
terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang
tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa)
Biasanya penderita gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi
karena produksi hormon pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormon
pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak
glukosa yang beredar di pembuluh darah. Sel-sel beta pulau langerhans pankreas menjadi
terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya,
kira-kira 10 persen pasien gigantisme menderita diabetes melitus.
Sebagian besar penderita gigantisme akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila
gigantisme tetap tidak diobati karena gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor
pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
Bila kelebihan GH terjadi selama masa anak-anak dan remaja, maka pertumbuhan
longitudinal pasien sangat cepat, dan pasien akan menjadi seorang raksasa. Setelah
pertumbuhan somatik selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme,
tetapi menyebabkan penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak yang disebut akromegali.
Penebalan tulang terutama pada wajah dan anggota gerak. Akibat penonjolan tulang
rahang dan pipi, bentuk wajah menjadi kasar secara perlahan dan tampak seperti monyet.
Tangan dan kaki membesar dan jari-jari kaki dan tangan sangat menebal. Tangan tidak
saja menjadi lebih besar, tetapi bentuknya akan makin menyerupai persegi empat (seperti
sekop) dengan jari-jari tangan lebih bulat dan tumpul. Penderita mungkin membutuhkan
ukuran sarung tangan yang lebih besar. Kaki juga menjadi lebih besar dan lebih lebar.
Gigantisme
Page 6
Pembesaran ini biasanya disebabkan oleh pertumbuhan dan penebalan tulang dan
peningkatan pertumbuhan jaringan lunak. Sering terjadi gangguan saraf perifer akibat
penekanan saraf oleh jaringan yang menebal. Hormon pertumbuhan juga mempengaruhi
metabolisme beberapa zat penting tubuh. Oleh karena itu, penderita sering mengalami
masalah metabolisme termasuk diabetes melitus.
Selain itu, perubahan bentuk raut wajah dapat membantu diagnosis pada inspeksi.
Raut wajah menjadi makin kasar, sinus paranasalis dan sinus frontalis membesar. Bagian
frontal menonjol, tonjolan supraorbital menjadi semakin nyata, dan terjadi deformitas
mandibula disertai timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok ke depan) dan gigigeligi tidak dapat menggigit. Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang.
Lidah juga membesar, sehingga penderita sulit berbicara. Suara menjadi lebih dalam
akibat penebalan pita suara. Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang yang
berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri di punggung dan perubahan fisologik
lengkung tulang belakang. Bila akromegali berkaitan dengan tumor hipofisis, maka
pasien mungkin mengalami nyeri kepala bitemporal dan gangguan penglihatan disertai
hemianopsia bitemporal akibat penyebaran supraseral tumor tersebut, dan penekanan
kiasma optikum.
Pasien dengan akromegali memiliki kadar basal GH dan IGF-1 yang tinggi dan juga
dapat diuji dengan pemberian glukosa oral. Pada subjek yang normal, induksi
hiperglikemia dengan glukosa akan menekan kadar GH. Sebaliknya, pada pasien,
akromegali atau gigantisme kadar GH gagal ditekan.
2.5 Manifestasi Klinik
Berdasarkan banyak laporan kasus, telah dijelaskan bahwa kelebihan hormone
pertumbuhan pada anak-anak muda dengan gigantisme didahului oleh adanya
makrosefali dan atau obesitas. Gambaran klinik yang sering ditemukan adalah frontal
bossing, batang hidung yang lebar, prognatism, keringat yang berlebihan, nafsu makan
yang berlebihan, gambaran wajah yang kasar dan pembesaran tangan dan kaki.
Gigantisme
Page 7
Gigantisme
Page 8
oleh adanya hasil observasi yang menunjukkan adanya nilai hemoglobin pra
pengobatan yang rendah pada anak-anak dengan defisiensi hormone pertumbuhan
idiopatik dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Gambaran klinis lain yang dapat ditemukan pada pasien dengan gigantisme antara
lain:
a. Berperawakan tinggi lebih dari 2 meter, dengan proporsi tubuh yang normal. Hal ini
terjadi karena jaringan lunak seperti otot tetap tumbuh.
b. Memiliki gangguan penglihatan, seperti diplopia atau penglihatan ganda apabila
tumor pada kelenjar hipofisis menekan chiasma opticum yang merupakan jalur saraf
mata.
c. Kelemahan dan sensasi kesemutan di lengan dan kaki akibat perbesaran jaringan dan
saraf yang tertekan
d. Sakit kepala akibat tekanan dari tumor yang menyebabkan kenaikan tekanan
intrakranial
e. Endocrinopathies (misalnya, hipogonadisme, diabetes dan / atau toleransi glukosa,
hiperprolaktinemia)
f. Ditemukan juga manifestasi klinis sesuai dengan pembesaran tumor, yaitu:
o Pembesaran keatas (Superior)
o Sakit kepala
o Gangguan penglihatan
o Pembesaran ke lateral
o Kelumpuhan saraf III, IV, V, dan VI
o Penyumbatan pembuluh darah (sinus kavenosus)
o Kejang (temporal lobe seizures)
o Pertumbuhan ke inferior (dasar sella), menimbulkan CSF Rinorea
o Pertumbuhan ke anterior, menyebabkan perubahan kepribadian
2.6 Diagnostik
a. Laboratorium
Standar baku emas dalam mendiagnosis hipersekresi hormon pertumbuhan
adalah ketidakmampuan dalam menekan hormon pertumbuhan pada pemberian
glukosa oral atau dikenal sebagai oral glucose-tolerance test (OGTT). Fakta
mengatakan bahwa kelebihan hormon pertumbuhan tidak dapat ditekan oleh
Gigantisme
Page 9
pemberian glukosa oral. Sampel darah diambil kemudian pasien diberikan 75-100 gr
glukosa oral. Pasien disuruh beristirahat tanpa melakukan aktifitas apapun, lalu
sampel darah diambil lagi 1 jam, 2 jam, dan 3 jam kemudian. Tes ini hanya digunakan
untuk menentukan adanya kelebihan hormon pertumbuhan tetapi bila kita curiga
adanya gigantisme, maka tes berikutnya itu bisa lebih efektif. Kegagalan dalam
menekan kadar hormon pertumbuhan kurang dari 5 ng/dL selama 3 jam setelah
pemberian glukosa menunjukkan adanya kelebihan hormone pertumbuhan.
Pengukuran serum insulin growth-factor 1 (IGF-1) merupakan tes yang
penting. IGF-1 merupakan hormone protein polipeptida yang secara struktural
menyerupai insulin. Hormon ini diproduksi di hati dan produksinya dirangsang oleh
hormon pertumbuhan. Pada pasien dengan hipersekresi hormon pertumbuhan, terjadi
peningkatan nilai IGF-1.
Peningkatan kadar serum insulin-like growth factor binding protein-3 (IGFBP3) bisa mengarahkan pada kelebihan hormon pertumbuhan, meskipun penggunaan
IGFBP-3 sebagai diagnostik masih dalam penelitian. Pada pasien-pasien dengan
adenoma somatotrop, peningkatan kadar IGFBP-3 dilaporkan sebagai marker adanya
penigkatan kadar hormon pertumbuhan
.
b. Radiologi
Pemeriksaan pencitraan dilakukan apabila diagnosis biokimiawi telah pasti.
Pertama kali dilakukan pemeriksaan x-ray sella tursica. Pemeriksaan MRI lebih
sensitif dan dapat memberikan gambaran kelainan struktur didaerah hipotalamushipofisis, kiasma optikum dan sinus kavernosus. Apabila pemeriksaan MRI tidak
menunjukkan kelainan, maka perlu dicari adanya tumor-tumor yang mensekresi
GH/GHRH ektopik. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan CT-scan abdomen/pelvis
(pankreas, adrenal, ovarium) dan dada (karsinoma bronkogenik). Pada gigantisme,
pemeriksaan umur tulang (bone age) akan memperlihatkan umur tulang tertinggal
jauh dibelakang umur kronologis (chronological age).
2.7 penatalaksanaan
Tidak ada studi yang membahas pendekatan terapi hipersekresi hormone
pertumbuhan pada pasien pediatrik. Oleh karena itu, pengobatan optimal gigantisme
mengandalkan hasil laporan kasus pada pasien dewasa atau beberapa kasus anakanak. Ada 3 modalitas terapi yang dipisahkan antara anak-anak dan dewasa, yaitu
Gigantisme
Page 10
operasi, radiasi, dan terapi obat-obatan. Tujuan terapi pada gigantisme umumnya
sama, yaitu menurunkan kadar hormon pertumbuhan dan IGF-1 sampai kadar yang
normal. Dari semua parameter, hormon pertumbuhan merupakan parameter yang
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas gigantisme. Modalitas terapi yang
tersedia, diantaranya adalah bedah, radiasi, dan terapi medik.
Tabel 3. Modalitas Terapi pada Kelebihan Hormon Pertumbuhan dan Dampaknya
pada Pasien Pediatrik
Modalitas
Bedah
Pilihan Spesifik
Reseksi Transphenoidal
Pediatrik
Mikroadenoma
atau
makroadenoma pituitary
Sebagai
Radiasi konvensional
Indikasi
adjuvant
pada
Radiasi
Sebaiknya
dihindari
Terapi
adjuvant
dengan
Aman
hipersekresi
pada
sisa Belum pernah digunakan
pertumbuhan
Terapi
medik
Analog somatostatin
Octreotide
tulang anak-anak
yang berat
digunakan
Adjuvant
pada
dengan
sindroma
dan
pada gigantisme,
sporadic
bisa
(Sandostatin)
Lanreotide
radiasi
Kelebihan
atau
hormone
dikombinasikan
pertumbuhan
ektopik
Depot
Gigantisme
somatostatin Idem
Page 11
analogues
Sandostatin LAR
SR-lanreotide
dibandingkan
non-depot
Terapi
adjuvant
dengan
analog
somatostatin
Agonis dopamin
Bromocriptine
Cabergoline
preparat
dan Aman
terapi lainnya
digunakan
pada
terjadi
hipeprolaktinemia
secara bersamaan
Antagonis
reseptor
hormone pertumbuhan
Pegvisomant
Beberapa
bukti
memberikan
dan
keamanan
efektifitas
sempurna
klinik
yang
memberikan
Page 12
b. Radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal jika tindakan operasi
tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan jika masih terdapat gejala
akut setelah terapi pembedahan dilaksanakan. Radiasi memberikan manfaat pengecilan
tumor, menurunkan kadar GH, tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis.
Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi
dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar
sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan
75% setelah 5 tahun penyinaran.
Peneliti lainnya menyebutkan bahwa kadar hormon pertumbuhan mampu diturunkan
dibawah 5 g/l setelah pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan
dilanjutkan s/d 10 tahun maka, 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut. Meskipun
radiasi merupakan salah satu pilihan terapi gigantisme. Radiasi masih menimbulkan
beberapa masalah jika digunakan sebagai terapi konvensional gigantisme atau
akromegali. Efek tersebut diantaranya keamanan yang belum terjamin, lamanya
menurunkan kadar hormon pertumbuhan ke tingkat yang normal, dan tingginya insiden
hipopituitarism. Terapi radiasi dalam tatalaksana gigantisme berperan dalam munculnya
keganasan pada jaringan tulang displastik. Efek samping pada anak-anak juga mencakup
adanya efek neorokognitif potensial dan kemungkinan adanya perkembangan obesitas
hipotalamus yang keduanya berperan dalam terjadinya iradiasi cranial pada pasien
pediatrik. Oleh karena itu, terapi radiasi biasanya merupakan pilihan terakhir terapi
gigantisme pada anak-anak dengan hipersekresi hormon pertumbuhan.
c. Terapi medik
Meskipun pilihan terapi radiasi dan bedah masih merupakan terapi adjuvant yang
sering digunakan, peranan terapi medik biasanya digunakan pada pasien-pasien dengan
hiperplasia pituitari yang difus. Ada tiga kelas obat yang mensupresi GH dan IGF-1.
Berikut penjelasannya.
1. Analog somastatin
Sejak pertengahan tahun 1980-an, analog somastatin jangka panjang memiliki peran
yang penting dalam pengobatan kelebihan hormon pertumbuhan. Agen ini secara selektif
berikatan dengan reseptor somastatin pada adenoma somatotrofin. Sejauh ini, agen yang
sering digunakan di Amerika Serikat adalah octreotide yang diberikan secara subkutan
dan dibagi dalam tiga dosis. Somatostatin jangka pendek bisa menghasilkan penurunan
Gigantisme
Page 13
kadar hormon pertumbuhan dalam waktu satu jam pada >90% pasien dengan akromegali.
Sementara itu somatostatin bisa menurunkan kadar GH dan IGF-1 hingga nilai normal
pada sekitar 65% pasien. Pengalaman pemberian octreotide pada anak-anak sama
baiknya, dimana keuntungan pengobatan yang sporadik sama dengan sindrom
gigantisme. Infus subkutan secara terus menerus memberikan keuntungan yang lebih
besar dalam mengontrol hipersekresi hormon pertumbuhan pada pasien-pasien yang
berada dalam masa pubertas. Preparat octreotide yang kerja panjang dalam bentuk
sandostatin LAR dan SR-Lanreotide juga tersedia, dimana terjadi pelepasan obat yang
lambat dalam mendegradasi polimer miksrosper yang tidak berkapsul. Pada pemberian
obat secara intramuskular setiap bulan, keamanan dan kemanjurannya juga cukup baik,
tetapi pelepasan obatnya lambat dalam pengobatan kelebihan hormon pertumbuhan
ektopik. Efek samping dari semua bentuk analog somatostatin adalah cenderung
munculnya endapan pada bilier dan batu empedu pada pemakaian jangka panjang. Jadi
membutuhkan pemeriksaan ultrasound secara periodik pada pasien yang menggunakan
analog somatostatin jangka panjang.
2. Agonis dopamin
Meskipun obat ini kurang efektif jika digunakan sendiri, agonis dopamin juga
berperan penting dalam pengobatan kelebihan hormon pertumbuhan. Karena adanya efek
supresif
dari
prolaktin,
obat
ini
sangat
menguntungkan
jika
telah
terjadi
Page 14
Gigantisme
Page 15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gigantisme
Page 16
Gigantisme
Page 17