Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH) diproduksi oleh kelenjar


hipofisis dan diperlukan untuk pertumbuhan. GH memainkan peran penting dalam
bagaimana tubuh menggunakan makanan untuk energi (metabolisme). Jumlah GH
dalam perubahan darah terjadi pada siang hari dan dipengaruhi oleh latihan, tidur,
stres emosional, dan diet. Terlalu banyak GH selama masa anak - anak dapat
menyebabkan seorang anak untuk tumbuh lebih tinggi dari normal (gigantisme).
Terlalu sedikit GH selama masa anak-anak dapat menyebabkan anak tumbuh
kurang dari normal (dwarfisme). Kedua kondisi dapat diobati jika ditemukan lebih
awal. Terlalu banyak GH pada orang dewasa dapat disebabkan oleh tumor non-
kanker dari kelenjar pituitari (adenoma) dan juga dapat menyebabkan tulang
wajah, rahang, tangan, dan kaki tumbuh lebih besar dari normal (akromegali). 1
Jumlah hormon yang sedikit pada orang dewasa tidak memberikan gejala spesifik
tapi terkadang dapat dilihat gejalanya seperti komposisi yang abnormal, anxietas,
kurus dan kulit kering.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Growth hormone Deficiency (GHD) merupakan sindrom endokrin yang
kompleks, secara umum diketahui sangat mempengaruhi populasi anak. GHD saat
ini semakin diakui terkait dengan kematian prematur. Tumor pada hipofisis
menjadi penyebab paling umum GHD. Kekurangan hormon pertumbuhan (GHD)
telah dikaitkan dengan neuropsikiatri-kognitif, kardiovaskular, neuromuskular,
metabolisme, dan kelainan tulang. GHD menyebabkan kelainan pada metabolism
substrat, komposisi tubuh, fisik dan fungsi psikososial. Dewasa ini GHD dapat
terjadi pada anak-anak dengan defisiensi hormone pertumbuhan (GH) transisi ke
masa dewasa atau defisiensi GH diperoleh selama masa dewasa (struktural atau
idiopatik).1,2
GHD dapat terjadi pada anak usia dini ketika kelenjar pituitari berhenti
memproduksi GH dan hormon pituitari lainnya. Penyebab kelenjar pituitari
berhenti memproduksi pada kelompok usia ini berhubungan dengan kelainan
genetik. Anak yang lebih tua dengan GHD didapat akibat dari terapi iradiasi pada
leukemia atau kerusakan yang disebabkan oleh tumor di dalam atau sekitar
kelenjar pituitari. Terapi tersebut dapat merusak hipotalamus dan kelenjar pituitari
yang berefek pada produksi dan sekresi dari GH. GHD dari beberapa penyebab
diatas akan berlanjut sampai remaja dan dewasa. Penyebab GHD pada orang
dewasa bisa karena tumor di dalam atau di sekitar kelenjar pituitari. GHD muncul
sebagai efek langsung dari tumor tersebut, hasil dari operasi, atau radioterapi yang
digunakan sebagai terapi dari tumor tersebut. 1,2

B. Epidemiologi
GHD pada dewasa diperkirakan telah mempengaruhi 1 dari 100.000 orang per
tahun, sementara tingkat kejadian pada masa kanak-kanak adalah 2 kasus per
100.000 penduduk. Sekitar 15%-20% dari kasus terjadi pada saat transisi dari
masa kanak-kanak menjadi dewasa. Frekuensi GHD telah dilaporkan rata-rata

2
satu dari 1.800 kasus pada anak anak di Sri Lanka, satu dari 30.000 kasus di
New Castle UK, dan satu dari 3.500 kasus di Amerika.1,2

C. Etiopatogenesis
Defisiensi growth hormone (GH) dapat terjadi akibat gangguan terhadap
struktur garis tengah hipotalamus dan hipofisis. Sebagian besar kasus penyebab
defisiensi GH idiopatik terjadi akibat defisiensi GH Releasing Hormone (GHRH).
Produk GH tidak terdapat pada tumor pituitari dan agenesis pituitari. Selain itu,
defek atau mutasi dapat juga menyebabkan defisiensi GH. 1,2
Adanya mutasi dalam faktor transkripsi (POUF-1, yang dikenal sebagai PIT-1)
diketahui akibat sebagai defisiensi hormon pertumbuhan yang dapat diturunkan.
Pasien dengan mutasi ini biasanya tidak menghasilkan Luteinizing Hormone (LH)
atau Follicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan menjadi terganggu dan tidak melewati masa pubertas.
Kekurangan hormon pertumbuhan kongenital mungkin berhubungan dengan
kelenjar hipofisis yang abnormal atau menderita sindrom seperti Displasia
Septooptic (SOD) (de Morsier Sindrom). Selain defisiensi GH kongenital,
defisiensi GH didapat tersering disebabkan karena tumor pada hipotalamus
pituitari. GHD juga disertai defisiensi hormon-hormon tropik lainnya
(gonadotropin, TSH, dan lain - lain) bahkan dapat disertai defisiensi hormon
pituitari posterior. Tumor-tumor tersebut antara lain adalah kraniofaringoma,
germinoma, glioma, dan histiositoma. Defisiensi hormon pertumbuhan juga
diperoleh dari trauma, infeksi (ensefalitis, meningitis), iradiasi kranial, dan
penyakit sistemik lainnya (terutama histiocytosis).1,3
Akibat defisiensi GH maka pertumbuhan seluruh jaringan menjadi terhambat,
proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi
khusus dari beberapa sel seperti sel-sel pertumbuhan tulang dan sel-sel otot awal
mengalami pelambatan. Selain itu, dengan adanya defisiensi GH akan
mempengaruhi efek metabolik seperti menurunkan kecepatan sintesis protein di
seluruh sel-sel tubuh, menurunkan mobilitas asam lemak dari jaringan adiposa,
menurunkan asam lemak bebas dalam darah, dan peningkatan pemakaian glukosa

3
di seluruh tubuh. Penurunan somatomedin juga ditemukan (dihasilkan di hepar
yang dirangsang oleh GH) memiliki efek langsung terhadap pertumbuhan pada
tulang dan jaringan perifer lainnya menjadi terganggu sehingga mengakibatkan
pertumbuhan struktur rangka menjadi terhambat. Hal tersebut yang menyebabkan
anak dengan defisiensi GH mengalami gagal tumbuh dan gambaran khas yang
berkaitan dengan efek GH pada komposisi tulang dan tubuh. Tampilan muka
terlihat tidak dewasa dengan depresi zona sentral dan dahi menonjol yang
merupakan efek kekurangan GH pada maturasi tulang tengkorak, mengalami
penurunan massa otot dan peningkatan deposit lemak sentral akibat kurangnya
efek metabolik GH.1,3

D. Tanda dan Gejala Klinis


Konsekuensi pada defisiensi hormon pertumbuhan bervariasi tergantung dari
ketika umur berapa kelainan mulai terjadi. Bayi yang kekurangan hormon
pertumbuhan dapat menderita hipoglikemia. Anak-anak dengan defisiensi hormon
pertumbuhan akan tumbuh lebih lambat daripada anak normal dan jika tidak
ditangani dengan baik akan menjadi pendek ketika dewasa. Sering pada pasien
dengan defisiensi hormon pertumbuhan berhubungan dengan gangguan hormon
pituitari lainnya seperti gejala yang timbul pada penderita dengan hormone tiroid
yang rendah. Konsensus Growth hormone Society menyatakan evaluasi GHD
pada anak yang pendek tidak harus dimulai hingga penyebab dari kegagalan
pertumbuhan telah di ekslusi. Beberapa kriteria yang dapat menggambarkan
GHD antara lain perawakan yang pendek (tinggi lebih dari 3 SDS dibawah rata-
rata); tinggi lebih dari 1,5 SDS dibawah setengah tinggi orang tua; tinggi 2 SDS
dibawah rata-rata dan kecepatan tumbuh selama 1 tahun di bawah lebih dari 1
SDS rata-rata umur; tanda lesi intrakranial dan defisiensi hormon pituitari
multipel, gejala dan tanda pada neonatus seperti hipoglikemia, jaundice,
mikrogenital pada anak laki-laki; wajah dan suara imatur; pematangan tulang
terlambat; dan abnormalitas cranio facial midline.2,3

4
E. Diagnosis
Diagnosis dari Growth hormone Deficiency (GHD) pada anak cukup menjadi
tantangan karena kurangnya standar baku dan lemahnya kinerja dari tes diagnosis
yang tersedia. Alat untuk diagnosis GHD termasuk auksologi, gambaran
radiografi dari usia tulang, pengukuran dari Insulin-like Growth Factor I (IGF-I)
dan IGF binding protein 3 (IGFBP-3), Test Provocative Growth hormone (GH),
Cranial Magneting Resonance (MRI), dan pada beberapa kasus dipergunakan tes
genetik. Kecepatan pertumbuhan menjadi bahan pertimbangan utama dalam
menentukan evaluasi selanjutnya untuk GHD.2,3
1) Provocative Growth hormone Testing
Benar atau tidak, tes provokatif GH terus memegang diagnosis utama pada
GHD. Tes provokatif bersifat invasi yang memerlukan waktu 2-4 jam serta
memiliki resiko dan efek samping. Agen provokatif yang umum termasuk insulin,
glukagon, clonidine, arginine, dan L-dopa. Growth hormone Releasing Hormone
(GHRH) tidak umum dipergunakan pada masa awal anak-anak karena
dikhawatirkan anak dengan kelainan hipotalamus dapat lulus palsu pada test
GHRH. Penggunaan GHRP-2 sebagai agen provokatif yang baru dengan resiko
efek samping minimal sudah pernah dipelajari. Tes provokatif GH menyisakan
banyak subjek yang kontroversi dan ada beberapa isu signifikan tentang validitas
dan reproduksibilitas mungkin yang paling jelas untuk menetukan defisiensi GH
berubah-ubah. Sejauh ini tes stimulasi GH non fisiologis dan hasilnya tergantung
pola dari sekresi GH terjadi sebelum pemberian stimulus.2,3

2) Pengukuran dari IGF-I dan IGFBP-3


Pada pertengahan hingga akhir masa kanak-kanak, level dari IGF-1
mencerminkan aktivitas GH, ini diukur karena sangat bervariasi dan sulit untuk
ditafsirkan. Karena IGF-1 meningkat pada masa pubertas, mereka harus
diinterpretasikan relatif terhadap usia tulang daripada usia kronologis. Tingkat
IGF-1 yang normal membantu menyingkirkan kemungkinan GHD, namun tingkat
IGF-1 bisa rendah dalam kondisi selain GHD seperti deprivasi psikososial,
kekurangan gizi, dan hipotiroidisme. Tingkat IGF-1 normalnya rendah pada usia

5
bayi dan anak-anak sehingga tidak bisa digunakan untuk membedakan normal
atau tidak normal pada kelompok usia tersebut. Tingkat IGFBP-3 (karier mayor
dari IGF) tidak seperti IGF-1 yang tidak dipengaruhi oleh kekurangan gizi
memungkinkan diskriminasi antara yang normal dan tidak pada usia anak yang
lebih muda. Tingkat IGF-1 dan IGFBP-3 yang rendah pada anak-anak dengan
GHD biasanya dikonfirmasi dengan mengukur kadar GH. Karena GH basal
biasanya rendah atau tidak terdeteksi (kecuali saat tidur).2,3
3) Screening Laboratory Test
Tes ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan lain pada
pertumbuhan ternasuk hipotiroidisme, kelainan ginjal, kondisi imun, dan kelainan
hematologi.2,3
4) Imaging Study
Pemeriksaan ini dilakukan ketika pertumbuhan tidak normal, usia tulang
harus ditentukan dari x-ray pada tangan kiri. Maturasi tulang pada GHD biasanya
tertunda sama halnya seperti tinggi badan. CT-scan atau MRI dipergunakan untuk
mengevaluasi kelenjar pituitari dan sella tursica, untuk menyingkirkan
kemungkinan tumor. Sella tursica abnormal ditemukan pada 10-20% pasien.2,3
5) Genetic Testing
Tes ini biasanya dilakukan pada sindrom yang spesifik misalnya Turner
Syndrome dapat diindikasikan dengan temuan fisik atau pola pertumbuhan yang
berbeda secara signifikan dari keluarga. Jika dicurigai GHD dapat dilakukan tes
tambahan tingkat fungsi hipofisis misalnya tes pada ACTH, tingkat serum kortisol
8am, LH, FSH, dan tingkat prolaktin.2,3

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
GHD antara lain, pemeriksaan laboratorium :
1) Provocative Growth hormone Testing
Tes ini memerlukan waktu 2-4 jam, dengan sifatnya invasif serta memiliki
risiko efek samping. Beberapa bahan yang biasanya digunakan antara lain insulin,

6
glucagon, clonidine, arginine, dan L-dopa. Penggunaan GHRH pada anak-anak
tidak dianjurkan karena menimbulkan efek samping ke hipotathalamus.11
2) Insulin Tolerance Test (ITT)
Insulin pada tes ini akan disuntikkan secara intravena dengan dosis 0,1
U/kg (menit ke-0) dengan tujuan untuk menurunkan kadar glukosa serum <
40mg/dl (2,2mmol/L). Kadar glukosa dapat dimonitor dengan sampel darah
kapiler setiap 15 menit hingga timbul gejala hipoglikemia. Insulin dengan dosis
yang sama dapat diberikan kembali apabila hipoglikemia tidak didapatkan dalam
waktu 30-60 menit. Kadar glukosa dan GH diukur pada menit ke 0, 15, 30, 60, 90
dan 120 setelah pemberian insulin. Diagnosis defisiensi GH apabila puncak kadar
GH <5,1mikrogram/L.13 Tes insulin ini mempunya spesifisitas dan akurasi sebesar
78.4% dan 93.6%.14
3) Levodopa, Arginine dan perangsangan lain.
GH akan meningkat setelah pemberian levodopa yang merupakan suatu
prekursor dari dopamin dan norepinefrin yang dapat menembus sawar darah otak.
Kira-kira 80% dari orang normal memberi respon GH lebih besar. 15 L-dopa
stimulasi ini memiliki spesifisitas dan akurasi sebesar 29.7% dan 79.2%.14

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan GHD pada anak-anak bertujuan untuk normalisasi tinggi pada
masa kanak-kanak dan pencapaian tinggi yang normal saat dewasa. Pemberian
GH replacement therapy dimulai dengan dosis dari 0,025 mg/kg/hari (range 0,025
0,05 mg/kg/hari berdasarkan respon GH dan kadar IGF-1 (insulin like growth
factor 1). Semakin dini terapi diberikan akan semakin besar kemungkinan tercapai
tinggi normal. Recombinant human Growth hormone (rhGH) harus diberikan
setiap hari dengan injeksi subkutan selama tujuh hari dan diberikan empat tahun
sebelum epifise menutup pada anak-anak. Sebelum pemberian rhGH plasma
glukosa puasa, HbA1c, dan insulin harus dimonitor terlebih dahulu. Keberhasilan
terapi harus dilakukan monitor selama tiga sampai enam bulan untuk
pertumbuhan tinggi. Serum IGF-1 dimonitor pada tiga bulan tahun pertama di
tahun pertama kemudian dilanjutkan setiap tahun. 18 Terapi dengan GH

7
memerlukan waktu yang lama dan seringkali harus dilakukan dalam beberapa
tahun. Selama terapi tersebut, anak-anak membutuhkan konsultasi reguler kepada
dokter untuk memastikan GH bekerja sesuai yang diharapkan atau menimbulkan
masalah lain.19
Menurut US National Library of Medicine efek samping terapi dengan GH
antara lain sakit kepala, retensi cairan, nyeri otot dan sendi, dan tulang pinggul
akan tergelincir. Efek samping yang paling dikenal namun jarang terjadi adalah
beningn intracranial hypertension (BIH). BIH terjadi pada enam bulan pertama
terapi GH yang menyebabkan terjadinya retensi cairan dan menyebabkan sakit
kepala. Gangguan penglihatan dan muntah jarang terjadi pada terapi GH. Apabila
terapi GH dihentikan gejala-gejala efek samping akan cepatmenghilang.
Pemberian GH dilanjutkan dengan dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai dengan dosis GH yang dibutuhkan.19

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada pasien defisiensi hormon
pertumbuhan adalah sebagai berikut :

1) Stenosis spinal
Seseorang dengan defisiensi hormon pertumbuhan (dwarfisme) biasanya,
kanal tulang belakang lebih kecil dari pada rata-rata. Penyempitan ini
dapat memampatkan saraf tulang belakang dan dapat mengakibatkan
komplikasi neurologis yang serius. Gejala yang biasa timbul pada stenosis
tulang belakang: inkontinensia, refleks tendon berlebihan, gemetar, mati
rasa atau kesemutan di kaki, pincang, dan kelemahan otot. Masalah ini
umumnya terjadi pada akhir masa remaja. Jika stenosis tulang belakang
tidak diobati, dapat menyebabkan kelumpuhan progresif dan masalah
kontrol kandung kemih.
2) Kehamilan
Sebuah persalinan sesar hampir selalu diperlukan karena ukuran dan
bentuk panggul tidak memungkinkan untuk melahirkan per
vagina.Umumnya pasien melahirkan dengan sectio caesarea antara 35 dan

8
37 minggu (M. Hakim, 2010). Seringkali janinya cukup besar, sekitar 2,6
gram.

I. Prognosis
Prognosis untuk setiap pasien dengan defisiensi hormon pertumbuhan sangat
bervariasi. individu yang hanya kekurangan hormon pertumbuhan maka dapat
diberikan terapi penggantian hormon. Keberhasilan pengobatan dengan terapi
hormon pertumbuhan sangat bervariasi namun, peningkatan tinggi yang dapat
dicapai berkisar 10-15 cm pada tahun pertama pengobatan.Setelah tahun pertama
ini, respon terhadap hormon tersebut seringkali tidak berhasil.Oleh karena itu,
jumlah hormon pertumbuhan harus diberikan tiga kali lipat untuk
mempertahankan tingkat ini. Penggunaan jangka panjang dianggap berhasil jika
individu tumbuh setidaknya mencapai tinggi normal.

BAB III

9
KESIMPULAN

Hormon pertumbuhan (Growth hormone/GH) adalah tes pengukur jumlah


hormon pertumbuhan manusia dalam darah. Growth hormone dibuat oleh kelenjar
hipofisis dan diperlukan untuk pertumbuhan. Growth hormone Deficiency (GHD)
merupakan sindrom endokrin yang kompleks, secara umum diketahui sangat
mempengaruhi populasi anak. GHD menyebabkan kelainan pada metabolism
substrat, komposisi tubuh, fisik dan fungsi psikososial. GHD pada dewasa
diperkirakan telah mempengaruhi 1 dari 100.000 orang per tahun, sementara
tingkat kejadian pada masa kanak-kanak adalah 2 kasus per 100.000 penduduk.
Defisiensi Growth hormone (GH) dapat terjadi akibat gangguan terhadap struktur
garis tengah hipotalamus dan hipofisis. Sebagian besar kasus penyebab defisiensi
GH idiopatik terjadi akibat defisiensi GH Releasing Hormone (GHRH). Selain
itu, defek atau mutasi dapat juga menyebabkan defisiensi GH.
Konsekuensi pada defisiensi hormon pertumbuhan bervariasi tergantung dari
ketika umur berapa kelainan mulai terjadi. Bayi yang kekurangan hormon
pertumbuhan dapat menderita hipoglikemia. Anak-anak dengan defisiensi hormon
pertumbuhan akan tumbuh lebih lambat daripada anak normal dan jika tidak
ditangani dengan baik akan menjadi pendek ketika dewasa. Beberapa pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis GHD (Growth hormone
Deficiency) antara lain provocative Growth hormone testing, pengukuran IGF-1
dan IGFBP-3, screening, tes genetik, dan imaging.
Penatalaksanaan GDH pada anak-anak bertujuan untuk normalisasi tinggi pada
masa kanak-kanak dan pencapaian tinggi yang normal saat dewasa. Pemberian
GH replacement therapy dimulai dengan dosis dari 0,025 mg/kg/hari (range 0,025
0,05 mg/kg/hari berdasarkan respon GH dan kadar IGF-1 (insulin like growth
factor 1).

10

Anda mungkin juga menyukai