Anda di halaman 1dari 17

KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. Marlina Ruangan : Teratai
Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jl. Bulumasomba
Umur : 53 tahun Rumah Sakit : RSUD Undata
JK : Perempuan Tanggal Masuk : 12/02/2018

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan di payudara
Anamnesis Terpimpin
- Riwayat penyakit sekarang
Seorang pasien perempuan masuk di RSUD Undata Palu dengan keluhan
benjolan di payudara sebelah kanan yang dialaminya sejak 1 tahun yang
lalu. Benjolan tersebut awalnya dirasakan pasien hanya sebesar biji
kelereng yang lama-kelamaan membesar hingga saat ini dan disertai rasa
nyeri. Nyeri tersebut juga dirasakan pasien makin lama makin memberat.
Pasien tidak mengeluh adanya cairan yang keluar dari puting susu dari
payudaranya, hanya saja pasien merasakan kulit payudara yang terdapat
benjolan tersebut tampak mengkerut dan tidak sama seperti kulit
disekitarnya. Pasien tidak mempunyai keluarga yang memiliki riwayat
penyakit yang sama. Saat ini siklus haid pasien sudah tidak teratur, 2 tahun
terakhir siklus haid pasien kadang 3 bulan sekali dan 1 tahun terakhir sudah
tidak haid sama sekali. Pasien telah menikah, dan dulu pernah
menggunakan obat kontrasepsi hormonal. Keluhan lain seperti mual (-),
muntah (-), nafsu makan menurun (-). BAB lancar seperti biasa. BAK
lancar seperti biasa.
- Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat
hipertensi disangkal. Riwayat penyakit Diabetes Mellitus juga disangkal.

1
III. STATUS GENERALISATA
KU : Stabil
GCS : E4 V5 M6
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 Kali/menit
Pernapasan : 24 Kali/menit
Suhu : 37,0ºC

IV. STATUS LOKALIS


Regio thorax : Mammae dextra
• Inspeksi : Warna kulit tampak mengkerut seperti kulit jeruk dan
berbeda dengan warna kulit disekitarnya.
• Palpasi : Teraba massa, tidak berbatas tegas dengan konsistensi
keras dan terfiksasi dengan jaringan sekitarnya. Terdapat retraksi kulit,
tidak ditemukan luka atau cairan yang keluar dari puting susu. Nyeri tekan
(+)
Regio axillaris
• Palpasi : Teraba pembesaran kelenjar getah bening

2
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium 12 Februari 2018
o RBC : 3,90 x 106/mm3
o HGB : 11,0 g/dL
o HCT : 34,2 %
o PLT : 203 x 103/mm3
o WBC : 6,1 x 103
o GDS : 121 mg/dl
o HbsAg : (-) Negatif
o Creatinine : 1,2 mg/dl
o Urea : 18 mg/dl

3
- Hasil USG abdomen 14 Februari 2018

4
Kesan :
- Tidak tampak kelainan pada organ tersebut diatas
- Tidak tampak tanda-tanda kelainan metastase pada organ tersebut diatas

5
- Hasil pemeriksaan sitopatologi 18 Januari 2017
Bahan FNAB
Makroskopik : R. Mammae dextra : lesi arah jam 10 (dari papilla
mammae) ukuran sekita 3x3 cm, padat, di bagian tepi ada bagian agak
berbenjol keras, cukup mobile, batas kurang tegas.
Mikroskopik : Sediaan hapusan seluler terdiri dari kelompokan ireguler
dan crowding sel-sel epitel duktuli asini kelenjar mammae dengan inti
atipik, pleomorfik, kromatin kasar, nukleoli prominent. Kohesi antar sel
longgar, banyak sel atipik tersebar individual. Latar belakang fokus-fokus
nekrotik, histiosit, eritrosit.
Kesimpulan : Carcinoma Mammae Dextra

VI. RESUME:
Pasien perempuan usia 53 tahun masuk di RSUD Undata Palu dengan
keluhan benjolan di payudara sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu.
Benjolan awalnya hanya sebesar biji kelereng dan membesar hingga saat ini
dan disertai rasa nyeri. Nyeri dirasakan makin memberat. Tidak ada cairan
yang keluar dari puting susu dan payudaranya, kulit payudara tampak peau
d’orange (+). Tidak memiliki riwayat penyakit yang sama pada keluarga.
Siklus haid 2 tahun terakhir tidak teratur, 1 tahun terakhir tidak haid sama
sekali. menikah, penggunaan obat kontrasepsi hormon (+). Keluhan lain
seperti nausea (-), vomit (-), nafsu makan menurun (-). BAB lancar seperti
biasa. BAK lancar seperti biasa.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat hipertensi (-) Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (-)
Keadaan umum pasien stabil, kesadaran compos mentis, pemeriksaan
tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik regio thorax mammae dextra. Inspeksi : Peau
d’orange (+). Palpasi : Teraba massa (+) tidak berbatas tegas dengan
konsistensi keras dan terfiksir (+). Retraksi kulit (+) luka (+) cairan/pus (-)

6
Nyeri tekan (+). Regio axillaris dextra, palpasi : teraba pembesaran kelenjar
getah bening.

VII. DIAGNOSIS : Karsinoma mammae dextra

VIII. PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa :
 IVFD Fultrolit 20 tpm
 Asam mefenamat 3x1
 Ranitidin 2x1
- Prosedur Tindakan : rencana adhesiolisis + rekonstruksi dinding
abdomen

IX. PROGNOSIS : Dubia et Malam

No Tanggal Follow Up
1 13/2/2018 S : Nyeri payudara kanan (+) sesak (-) batuk (-) mual (-)
muntah (-) Buang air besar lancar, buang air kecil
lancar
O : TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/m
R : 20 x/m
S : 36,5oC
Status lokalis mammae dextra : teraba massa keras (+)
peau d’orange (+) terfiksir (+) nyeri (+)
A : Ca mammae dextra
P : IVFD RL/D5% 2:1 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg/12jam/iv
Injeksi Ketorolac 30 mg/8jam/iv

7
2 14/2/2018 S : Nyeri payudara kanan (+) sesak (-) batuk (-) mual (-)
muntah (-) Buang air besar lancar, buang air kecil
lancar
O : TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/m
R : 20 x/m
S : 36,5oC
Status lokalis mammae dextra : teraba massa keras (+)
peau d’orange (+) terfiksir (+) nyeri (+)
A : Ca mammae dextra
P : IVFD RL/D5% 2:1 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg/12jam/iv
Injeksi Ketorolac 30 mg/8jam/iv
3 15/2/2018 S : Nyeri payudara kanan (+) sesak (-) batuk (-) mual (-)
muntah (-) Buang air besar lancar, buang air kecil
lancar
O :TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/m
R : 20 x/m
S : 36,5oC
Status lokalis mammae dextra : teraba massa keras (+)
peau d’orange (+) terfiksir (+) nyeri (+)
A : Ca mammae dextra
P : IVFD RL/D5% 2:1 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg/12jam/iv
Injeksi Ketorolac 30 mg/8jam/iv
4 16/2/2018 S : Nyeri payudara kanan (+) sesak (-) batuk (-) mual (-)
muntah (-) Buang air besar lancar, buang air kecil
lancar
O : TD : 110/70 mmHg

8
N : 80 x/m
R : 20 x/m
S : 36,5oC
Status lokalis mammae dextra : teraba massa keras (+)
peau d’orange (+) terfiksir (+) nyeri (+)
A : Ca mammae dextra
P : IVFD RL/D5% 2:1 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg/12jam/iv
Injeksi Ketorolac 30 mg/8jam/iv

9
PEMBAHASAN

Kanker payudara juga sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika
benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar
(metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Pada kasus ini pasien sudah berumur 53
tahun, dimana
Hernia insisional adalah suatu protrusi omentum (suatu lipatan peritoneum)
atau organ melalui insisi bedah. Pada kasus, pasien sudahberumur 73 tahun dan
memiliki riwayat operasi sebanyak 2 kali, yaitu laparotomi (7 bulan yang lalu)
dan rehecting.Usia tua dapat dikaitkan dengan atrofi dinding perut dan perubahan
pada jaringan ikat. Gangguan jaringan ikat yang terganggu dapat menyebabkan
kerusakan jaringan ikat dinding abdomen dan menurunkan kekuatan dari jaringan
ikat tersebut.
Pasien masuk dengan keluhan nyeri perut yang dialami sejak 2 minggu dan
memberat sejak 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan diseluruh regio abdomen, terus
menerus, dan seperti melilit. Keluhan tersebut disertai mual (+), muntah (+) 2 kali,
dan munculnya penonjolan yang nyeri di bawah umbilikal. Pasien belum BAB
selama 4 hari, namun masih buang angin setiap hari ± 2 kali.Hernia insisional
memberi gambaran pembengkakan pada luka laparotomi. Pembengkakan ini
menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa sakit. Rasa sakit dan ketidaknyamanan
dirasakan dengan aktivitas atau gerakan tertentu, yang membuat aktivitas pasien
terbatas. Keluhan mual, muntah, dan obstipasi pada pasien menandakan adanya
ganggguan pasase usus.
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen
usus bagian atas dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala pentumbatan usus
meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus
proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah
fekal, walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen sering dirasakan
sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.14

10
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya bekas jahitan post operasi dengan
ukuran ± 15 cm,nyeri tekan abdomen terutama pada area penonjolan di
regioumbilical dan suprapubik, serta peristaltik (+) kesan menurun. Hernia
insisional disebabkan kegagalan lapisan dinding abdomen untuk pulih kembali.
Ketika defek terjadi pada luka bekas insisi dinding abdomen, isi rongga abdomen
dapat menonjol melalui defek tersebut, didorong keluar oleh adanya tekanan intra-
abdomen. Tekanan intra-abdomen yang meningkat, dapat terjadi saat buang air
besar, muntah, batuk, dan lain-lain. Seringkali, defek tersebut pada awalnya tidak
begitu jelas dengan adanya peningkatan ukuran yang bertahap sehingga defek
menjadi lebih jelas.4
Pada pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium menunjukkan nilai dalam
batas normal. USG yang dilakukan hanya memberikan hasil adanya kista ren
sinistra, hidrop vesica fellea, dan PID. Pada hernia insisional USGmenunjukkan
defek pada lapisan fascia posterior dengan loop usus yang menonjol di dinding
abdomen. Pada CT Scan abdomen menunjukkan kantung hernia yang
memisahkan antara lapisan muskulus, aponeurosis, dan fasia dinding abdomen.7,8
Pada kasus, manajemen terapi yang diberikan pada pasien meliputi
farmakoterapi dan pembedahan. Terapi cairan futrolit diberikan untuk memenuhi
kebutuhan elektrolit, rantidin untuk mengurangi sekresiasam lambung melalui
mekanisme H2 antagonis reseptor, dan asam mefenamat sebagai analgesik untuk
mengurangi nyeri perut yang dikeluhkan. Pembedahan yang dilakukan adalah
teknik terbuka. Pembedahan diperlukan untuk mengembalikan penonjolan,
menghilangkan jaringan perut, dan menempelkan mesh pada hernia untuk
mencegah kekambuhan. Hernia insisional tidak akan kembali setelah dilakukan
perbaikan, angka kekambuhan dapat berkisar 5-20% pada pasien yang memiliki
riwayat sebelumnya. Contoh pembedahan yang memiliki invasif minimal yaitu
seperti laparoskopik ventral atau insisional hernia repair.12
Tatalaksana hernia insisional tergantung dari beberapa faktor. Normalnya
setelah pembedahan luka terhindar dari infeksi dan jaringan yang rusak akan
mengalami proses penyembuhan. Jika terdapat komplikasi lain pada fase ini,
jaringan dapat dengan mudah mendorong dinding otot yang rusak dan

11
menimbulkan hernia insisional. Pada kasus yang terburuk, usus dapat dengan
mudah terkena dan menurukan aliran darah sehingga meyebabkan hernia
strangulata. Kondisi ini dapat menjadi fatal pada kedua jaringan maupun
seseorang. Meskipun kebanyakan kasus hernia insisional akibat pembedahan di
abdomen tetapi dapat juga terjadi pada bagian tubuh yang lainnya setelah
pembedahan.12
Metode pembedahan dapat digunakan sebagai tatalaksana semua kasus
hernia insisional, tetapi sangat perlu hanya untuk tatalaksana hernua insisional
yang besar. Sebagian kecil kasus hernia insisonal dapat ditatalaksana dengan
menggunakan truss. Truss adalah sejenis pakaian yang digunakan sama seperti
ikat pinggang untuk menekan jaringan dan memastikan pertumbuhan hernia
insisonal.12
Pengelolaan konservatif menggunakan alat penyangga atau korset elastik
khusus dapat digunakan sementara atau bila ada kontraindikasi pembedahan.
Terapi operatif berupa herniotomi dan hernioplasti baik operasi tebuka maupun
secara laparaskopi bertujuan menutup defek di lapisan muskulo-aponeurosis.13

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Luijendijk, RW., M, Petrousjka Van Den Tol., Deiderik CD, De Lange., et al.
A Comparison Of Suture Repair With Mesh Repair For Incisional Hernia.
The New England Journal of Medicine. Massachusetts: Massachusetts
Medical Society; 2018. 392 p.
2. Cagli, Pietro., Angelo T., Laura B., et al. Incisional Hernia in The Elderly:
Risk Factor and Clinical Consideration. International Journal of Surgery.
Italy: Departement of Surgary Science, Organ Transplantation and Advance
Tecnologies, Univercity of Catania Italy; 164 p.
3. Moore, KL., Arthur FD. Anatomi Berorientasi Klinis Edisi Kelima Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2013. 194, 196, 210 p.
4. Burger, Jacobus Willem Annes. Hernia Incisional. Rotterdam: Erasmus
Universiteit Rotterdam; 11-14, 31 p.
5. Teach Me Surgary. Incisional Hernia. From :
http://teachmesurgery.com/perioperative/gastrointestinal/incisional-hernia/
6. Kerker, Pramod. Incisional Hernia: Treatment, Surgery, Recovery Period,
Risk Factors. From : https://www.epainassist.com/abdominal-pain/incisional-
hernia-treatment
7. Wongsithichai, Patcharaporn., Ke-Vin Chang., Chen-Yu Hung., Tyng-Guey
Wang. Dynamic ultrasound with postural change facilitated the detection of
an incisional hernia in a case with negative MRI findings. Italy: SIUMB; 280
p.
8. Lee, Gi-Hyung M., Allen J. Cohen. CT Imaging of Abdominal Hernias.
Calofornia: Department of Radiological 5ciences, University of Califomia,
Irvine, Medical Center; 5 p.

13
9. Olmo, J. C. Martín del., García-Vallejo., José Nuñez Gestal. The Usefulness
of Magnetic Resonance Imaging in the Preoperative Study and Postoperative
Control in the Laparoscopic Treatment of the Incisional Hernia. Surgical
Science. Spain: Scientific Research Publishing; 378-379 p.
10. Kingsnorth Andrew., Ayan Banerje., Aman Bhargava. Controversial Topics
Insurgery: Incisional Hernia Repair Laparoscopic Or Open Surgery. The
Royal College of Surgeons of England. United Kingdom, England:
Department of Surgery, Derriford Hospital, Plymouth, UK; 632 p.
11. Kingsnorth Andrew. The management of incisional hernia. The Royal
College of Surgeons of England. United Kingdom, England: Department of
Surgery, Derriford Hospital, Plymouth, UK; 254-256 p.
12. Mount Sinai Hospital. The Aufses Division of General Surgery: Incisional
Hernia. From : http://www.mountsinai.org/patient-care/service-
areas/surgery/divisions/
13. Sjamsuhidajat, R., Warko, K., Theddeus, OH, P. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: 632 p.
14. Nobie, B, A. (2009, November 12). Obstructioan, Small Bowel. Retrieved
June 6th, 2011, from emedicine:
http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview.

14
RESUME
Definisi Hernia insisionaladalahkomplikasi yang
seringterjadipadapembedahan abdomen.
Dalampenelitianprospektifdengan follow-up yang cukup,
hernia insisi primer terjadipada 11 sampai 20 persenpasien
yang telahmenjalanilaparotomi.

Anatomi Dinding abdomen anterolateral danbeberapa organ yang


terletakpadadinding posterior
ditutupipadaaspekinternalnyaolehsuatumembran serosa
atau peritoneum (serosa) yang jugamemfleksikandiaatas
viscera abdominal yang terkandung di dalamnya (bagian-
bagianlunak, atau organ-organ didalamnya),
sepertilambung, usus (intestinum), hepar,
danlimpa.Dinding abdomen dibagimenjadisubdivisi :
dinding anterior, dinding lateral kanandankiri (pinggang),
dandinding posterior

Etiologi Selamalaparotomi, dinding abdomen


dilakukaninsisiuntukmendapatkanakseskerongga abdomen
danisinya. Padaakhiroperasi, dinding abdomen
ditutupdenganmenjahittepilukainsisi.
Ketikadefekterjadipadalukabekasinsisidinding abdomen,
isirongga abdomen dapatmenonjolmelaluidefektersebut,
didorongkeluarolehadanyatekanan intra-abdomen.
Tekanan intra-abdomen yang meningkat,
dapatterjadisaatbuang air besar, muntah, batuk, dan lain-

15
lain

Faktorrisiko Faktorrisiko :usia, diabetes, merokok, multiple


laparotomidaninfeksilukadiidentifikasimenjadifaktorresiko
penyebab hernia incisional

Manifestasiklinis O Terabamassa
O Penonjolanbekasinsisilaparatomi
O Ketidaknyamanandan rasa
sakitdirasakandenganaktivitasataugerakan
O Menjadiinkarserata, akanmenjadinyeri,
lunakdankemerahan.
O Padakasus ileus obstruksi : distensi abdomen, muntah,
danataukonstipasi lama
Penegakan 1. Anamnesis
diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang (USG, ct scan, dan MRI)
Pemeriksaanpenunj 1. Pemeriksaandarah
ang 2. Pemeriksaanfisikpada area
pembedahanuntukmencariprotrusiataupenonjolan
3. Ct scan, USGdan X-ray
Penatalaksanaan 1. Pre operatif : profilaksis antibiotik
2. Operasi : teknik terbuka (onlay, sulay, inlay),
laparaskopi
Komplikasi Padakasus hernia insisional,
bagianususdapatmelengketpadadinding abdomen
danmenyebabkannyerihebat yang
dikaitkandengankonstipasidanmual. Padakasus yang
paling berat, dimanausustidakmendapatsuplaidarah yang
dibutuhkan, meningkatkanrisikostrangulasi.

Prognosis Hernia insisionalberhubungandenganrisikokomplikasi

16
yang mengancamhidup, sekitar 6-15%
menjadiinkarseratadan 2% menjadistrangulasi.
Meskipunmenggunakanteknik yang terbaru,
angkarekurensimasihcukuptinggihinggasekitar 54% suture
repairdan 36% padamesh repair dengan rata-rata
kesuluruhansekitar 15%.

17

Anda mungkin juga menyukai