Anda di halaman 1dari 13

ENDOKRINOLOGI

Hipersekresi Hormon Pertumbuhan

Disusun oleh :

Nama : Sulastri

NIM : 153112620120044

UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA

FAKULTAS BIOLOGI

JAKARTA

2017
Hipersekresi Hormon Pertumbuhan

A. Definisi Hipersekresi Hormon Pertumbuhan

Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone) Terdiri atas 191 molekul asam amino.
Hormone ini menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan tubuh untuk bertumbuh.
Hormon Pertumbuhan (GH) menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang
diikuti dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel
seperti sel-sel pertumbuhan tulang dan sel-sel otot awal.Growth Hormone berperan
meningkatkan ukuran dan volume dari otak, rambut, otot dan organ-organ di dalam
tubuh.Growth hormone bertanggung jawab atas pertumbuhan manusia sejak dari kecil
sampai tumbuh besar. Pada orang dewasa GH berperan untuk menjaga volume dan
kekuatan yang cukup dari kulit, otot-otot, dan tulang. Selain itu GH juga berperan
meningkatkan fungsi, perbaikan dan memelihara kesehatan dari otot, jantung, paru-paru,
hati, ginjal, persendian, persarafan tubuh, dan otak. Hormon pertumbuhan (Growth
Hormone) merupakan hormone yang dikeluarkan oleh hifopisis anterior. Growth
Hormone diperlukan tubuh dalam jumlah tertentu. Jika seseorang mengalami kelebihan
Growth Hormone disebut Hipersekresi Hormone Pertumbuhan sedangkan jika seseorang
mengalami kekurangan Growth Hormone Pertumbuhan disebut Hiposekresi hormone
Pertumbuhan.

Hipersekresi hormone pertumbuhan dapat menyebabkan pertumbuhan secara


berlebihan atau pertumbuhan menjadi lebih cepat. Seseorang yang kelebihan growth
hormone akan mengalami gangguan pertumbuhan luar biasa yang disebut gigantisme
pada anak-anak dan akromegali pada orang dewasa. Hipersekresi hormon pertumbuhan
bisa bersifat sporadik, atau bisa terjadi karena adanya predileksi genetik yang
berhubungan dengan adenoma hipofisis yang menghasilkan hormon pertumbuhan secara
berlebihan. Kelebihan hormon pertumbuhan dan patogenetiknya dibagi menjadi dua,
yaitu kelebihan hormon pertumbuhan sporadik dan kelebihan hormon pertumbuhan
sindromik/familial.
a. Bentuk sporadik dari kelebihan hormon pertumbuhan
Kelebihan hormon pertumbuhan yang bersifat sporadik berawal dari adanya patologi pada
sistem saraf pusat, atau dari sekresi hormon pertumbuhan yang ektopik. istilah kelebihan
hormon pertumbuhan primer ini digunakan untuk membedakan hormon pertumbuhan
yang berasal dari pituitari secara intrinsik dari penyebab lainnya, seperti abnormalitas
hipotalamus. Bentuk sporadik ini dibagi menjadi dua, yaitu:Kelebihan hormon
pertumbuhan pada hipotalamus-pituitari dan Kelebihan hormon pertumbuhan ektopik.
Hipersekresi hormon pertumbuhan ektopik bersifat jarang, namun merupakan
penyebab akromegali pada pasien dewasa, meskipun hanya dilaporkan sekitar 1% dari
semua kasus. Perluasan paraneoplastik dari GNRH atau GH yang uncommon terjadi pada
sel tumor. Lesi spesifik yang biasa terlibat adalah neoplasma bronkial, karsinoid, dan
neoplasma pankreatik. Kelebihan hormon pertumbuhan ektra pituitari juga dilaporkan
pada adenoma pituitari yang letaknya pada sinus sphenoid dan berhubungan dengan sella
yang kosong.
b. Bentuk sindromik atau familial dari kelebihan hormon pertumbuhan
Gigantisme muncul sebagai suatu sindroma yang mucul pada saat dilakukan
check-up pada pasien dengan atau tanpa masalah endokrin. Selain berdasarkan
pembagian di atas, ada juga yang membagi etiologi kelebihan hormon pertumbuhan
menjadi kelebihan hormon pertumbuhan pituitari primer dan kelebihan hormon
pertumbuhan sekunder.

Gambar akromegali/gigantisme. Seorang laki-laki 22 tahun dengan


gigantisme karena kelebihan GH pada sebelah kiri dari kembar identik.
Peningkatan tinggi badan dan proganthism (A) dan pembesaran tangan
(B) an kaki (C) yang muncul pada pasien. Gambaran klinis muncul
setelah usia 13 tahun.

B. Penyebab Hipersekresi Hormone Pertumbuhan


Penyebab Hipersekresi hormone pertumbuhan adalah tumor pada sel-sel somatrotop
yang menghasilkan hormon pertumbuhan.Growth Hormon dilepaskan dari kelenjar
hipofisis anterior dalam jumlah besar selama tidur.Hormon ini bekerja terhadap semua
jaringan. Pelepasannya diatur oleh human growth hormoneinhibiting factor (HGF-IF).
Faktor penghambat ini disebut somatostatin. Pada masa kanak-kanak HGH merangsang
pertumbuhan tulang dan jaringan otot.Selain itu aktivitas yang berlebihan mengakibatkan
pertumbuhan yang berlebihan (gigantisme).
Gigantisme Primer atau Hipofisis, penyebabnya adalah adenoma
hipofisis
Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena
hipersekresi GHRH dari Hipothalamus.
Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll)
yang mensekresi GH atau GHRH
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan
tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah
pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan
hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam
masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan adalah tumor
pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan.
C. Patofisiologi Hipersekresi Hormone Pertumbuhan
Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormon pertumbuhan muncul
sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan. Penyebab
kelebihan produksi hormon pertumbuhan adalah tumor pada sel-sel somatotrop yang
menghasilkan hormon pertumbuhan, neoplasma penghasil hormon pertumbuhan, termasuk
tumor yang menghasilkan campuran hormon pertumbuhan dan hormon lain, misalnya
prolaktin merupakan tipe adenoma hipofisis fungsional kedua tersering. Secara mikroskopis,
adenoma penghasil GH terdiri atas sel bergranula padat atau jarang, dan pada pewarnaan
imunohistokimia akan memperlihatkan GH didalam sitoplasma sel neoplastik.
Sekitar 40% adenoma sel somatotrof memperlihatkan mutasi pengaktifan
pada gen GNAS1 di kromosom 20q13, yang mengkode sebuah subunit protein G heterodimerik
stimulatorik yang dikenal sebagai protein G. Protein G b e r p e r a n p e n t i n g d a l a m t r a n s d u k s i
s i n y a l , d a n p e n g a k t i f a n p r o t e i n G dikaitkan dengan peningkatan enzim
intrasel adenil-siklase dan produknya, adenosine monofosfat siklik (cAMP). AMP
siklik bekerja sebagai stimulant mitogenik kuat bagi somatotrof hipofisis. Jika adenoma penghasil
GH terjadi sebelum epifisis menutup, seperti pada anak prapubertas, kadar GH
yang berlebihan menyebabkan gigantisme. Hal ini ditandai dengan peningkatan umum ukuran
tubuh serta lengan dan tungkai yang memanjang berlebihan. Jika peningkatan kadar GH terjadi setelah
penutupan epifisis, pasien mengalami akromegali, yang pertumbuhannya terutama terjadi
pada jaringan lunak, kulit, dan visera, serta pada tulang wajah, tangan, dan kaki.
Sekresi GH oleh sel-sel somatotrop hipofisis anterior dikendalikan oleh faktor dari
hipotalamus, yaitu :
1. GHRH, yang merangsang sekresi GH
2. Somatostatin yang menghambat sekresi GH. GH merangsang produksi IGF-1 (=
somatomedin C=SM-C) di hati (terutama) dan jaringan lain. IGF merupakan
mediator utama bagi efek GH dalam merangsang pertumbuhan.
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior
menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini
mengakibatkan sekresi hormon pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh
jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada gigantisme, hal ini terjadi
sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang
sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderita gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi
karena produksi hormon pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormon
pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak
glukosa yang beredar di pembuluh darah. Sel-sel beta pulau langerhans pankreas menjadi
terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-
kira 10% pasien gigantisme menderita diabetes melitus.Sebagian besar penderita gigantisme
akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila gigantisme tidak diobati karena gigantisme
biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai
merusak kelenjar itu sendiri.
Bila kelebihan GH terjadi selama masa anak-anak dan remaja, maka pertumbuhan
longitudinal pasien sangat cepat, dan pasien akan menjadi seorang raksasa. Setelah
pertumbuhan somatik selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi
menyebabkan penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak yang disebut akromegali.
Penebalan tulang terutama pada wajah dan anggota gerak. Akibat penonjolan tulang rahang
dan pipi, bentuk wajah menjadi kasar secara perlahan dan tampak seperti monyet. Tangan dan
kaki membesar dan jari-jari kaki dan tangan sangat menebal. Tangan tidak saja menjadi lebih
besar, tetapi bentuknya akan makin menyerupai persegi empat (seperti sekop) dengan jari-jari
tangan lebih bulat dan tumpul. Penderita mungkin membutuhkan ukuran sarung tangan yang
lebih besar. Kaki juga menjadi lebih besar dan lebih lebar. Pembesaran ini biasanya
disebabkan oleh pertumbuhan dan penebalan tulang dan peningkatan pertumbuhan jaringan
lunak. Sering terjadi gangguan saraf perifer akibat penekanan saraf oleh jaringan yang
menebal.
Selain itu, perubahan bentuk raut wajah dapat membantu diagnosis pada inspeksi.
Raut wajah menjadi makin kasar, sinus paranasalis dan sinus frontalis membesar. Bagian
frontal menonjol, tonjolan supraorbital menjadi semakin nyata, dan terjadi deformitas
mandibula disertai timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok ke depan) dan gigi tidak
dapat menggigit. Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang. Lidah juga
membesar, sehingga penderita sulit berbicara. Suara menjadi lebih dalam akibat penebalan
pita suara. Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang yang berlebihan,
mengakibatkan timbulnya nyeri di punggung dan perubahan fisologik lengkung tulang
belakang. Bila akromegali berkaitan dengan tumor hipofisis, maka pasien mungkin
mengalami nyeri kepala bitemporal dan gangguan penglihatan disertai hemianopsia
bitemporal akibat penyebaran supraseral tumor tersebut, dan penekanan kiasma optikum.
Pasien dengan akromegali memiliki kadar basal GH dan IGF-1 yang tinggi dan juga
dapat diuji dengan pemberian glukosa oral. Pada subjek yang normal, induksi hiperglikemia
dengan glukosa akan menekan kadar GH. Sebaliknya, pada pasien, akromegali atau
gigantisme kadar GH gagal ditekan.
D. Manifestasi Klinik dan Biokimia Gigantisme
Gambaran klinik yang sering ditemukan adalah frontal bossing, batang hidung yang
lebar, prognatism, keringat yang berlebihan, nafsu makan yang berlebihan, gambaran wajah
yang kasar dan pembesaran tangan dan kaki.

Gambar 1. Prognatism pada Pasien Gigantisme


Gambar 2. Pembesaran Tangan Pada Pasien Gigantisme

Abnormalitas biokimia yang banyak ditemukan pada pasien dengan gigantisme


adalah peningkatan IGF-1, yang diketahui bisa menghambat sekresi hormon pertumbuhan.
hiperprolaktinemia sering muncul pada onset awal hipersekresi hormon pertumbuhan.
Tergantung dari kondisi individu, hasil evaluasi skrining pituitari bisa normal, hipopituitarism
atau adanya pubertas prekoksia sentral.
Endokrinopati bisa terjadi bersamaan, biasanya terjadi pasien-pasien dengan sindroma
seperti MAN dan MEN-1. perubahan intoleransi glukosa akibat hipersekresi hormon
pertumbuhan bisa memicu terjadinya diabetes, dan bisa mencetus ketoasidosis transient. Efek
fisiologis tambahan akibat hipersekresi hormon pertumbuhan juga dapat muncul secara
signifikan seperti meningkatnya eritropoiesis pada kasus akromegali yang menginduksi
munculnya polisitemia vera yang dapat diatasi dengan operasi reseksi adenoma penghasil
hormon pertumbuhan. Pentingnya peranan hormon pertumbuhan dalam produksi sel darah
merah didukung oleh adanya hasil observasi yang menunjukkan adanya nilai hemoglobin pra
pengobatan yang rendah pada anak-anak dengan defisiensi hormone pertumbuhan idiopatik
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Gambaran klinis lain yang dapat ditemukan pada pasien dengan gigantisme antara
lain:
a. Berperawakan tinggi lebih dari 2 meter, dengan proporsi tubuh yang normal. Hal ini
terjadi karena jaringan lunak seperti otot tetap tumbuh.
b. Memiliki gangguan penglihatan, seperti diplopia atau penglihatan ganda apabila tumor
pada kelenjar hipofisis menekan chiasma opticum yang merupakan jalur saraf mata.
c. Kelemahan dan sensasi kesemutan di lengan dan kaki akibat perbesaran jaringan dan
saraf yang tertekan
d. Sakit kepala akibat tekanan dari tumor yang menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial
e. Endocrinopathies (misalnya, hipogonadisme, diabetes dan / atau toleransi glukosa,
hiperprolaktinemia)
f. Ditemukan juga manifestasi klinis sesuai dengan pembesaran tumor, yaitu:
Pembesaran keatas (Superior)
Sakit kepala
Gangguan penglihatan
Pembesaran ke lateral
Kelumpuhan saraf III, IV, V, dan VI
Penyumbatan pembuluh darah (sinus kavenosus)
Kejang (temporal lobe seizures)
Pertumbuhan ke inferior (dasar sella), menimbulkan CSF Rinorea
Pertumbuhan ke anterior, menyebabkan perubahan kepribadian
Gambaran klinis lain yang dapat ditemukan pada pasien dengan akromegali antara
lain:
Tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membesar.
Prognatisme (rahang menonjol).
Tulang rawan pada pita suara menebal sehingga suara menjadi dalam dan
serak.
Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
Ditemukan nyeri sendi.
Gangguan penglihatan
Gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya
Tumor hipofise dapat menyebabkan sakit kepala hebat.

E. Diagnosis Hipersekresi Hormon Pertumbuhan


a. Laboratorium
Standar baku dalam mendiagnosis hipersekresi hormon pertumbuhan adalah
ketidakmampuan dalam menekan hormon pertumbuhan pada pemberian glukosa oral atau
dikenal sebagai oral glucose-tolerance test (OGTT). Pengukuran serum insulin growth-factor
1 (IGF-1) merupakan tes yang penting. IGF-1 merupakan hormone protein polipeptida yang
secara struktural menyerupai insulin. Hormon ini diproduksi di hati dan produksinya
dirangsang oleh hormon pertumbuhan. Pada pasien dengan hipersekresi hormon
pertumbuhan, terjadi peningkatan nilai IGF-1.
Peningkatan kadar serum insulin-like growth factor binding protein-3 (IGFBP-3) bisa
mengarahkan pada kelebihan hormon pertumbuhan, meskipun penggunaan IGFBP-3 sebagai
diagnostik masih dalam penelitian. Pada pasien-pasien dengan adenoma somatotrop,
peningkatan kadar IGFBP-3 dilaporkan sebagai marker adanya penigkatan kadar hormon
pertumbuhan.
b. Radiologi
Pemeriksaan pencitraan dilakukan apabila diagnosis biokimiawi telah pasti. Pertama
kali dilakukan pemeriksaan x-ray sella tursica. Pemeriksaan MRI lebih sensitif dan dapat
memberikan gambaran kelainan struktur didaerah hipotalamus-hipofisis, kiasma optikum dan
sinus kavernosus. Apabila pemeriksaan MRI tidak menunjukkan kelainan, maka perlu dicari
adanya tumor-tumor yang mensekresi GH/GHRH ektopik. Untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan CT-scan abdomen/pelvis (pankreas, adrenal, ovarium) dan dada (karsinoma
bronkogenik). Pada gigantisme, pemeriksaan umur tulang (bone age) akan memperlihatkan
umur tulang tertinggal jauh dibelakang umur kronologis (chronological age).
F. Penatalaksanaan Hipersekresi Hormone pertumbuhan

1. Gigantisme

Tujuan pengobatan adalah:

1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C

2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor

3. Menormalkan fungsi hipofisis

4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran
tumor.

Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:

1. Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan


tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan melakukan pembedahan pada
batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid
Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut
antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor
hipofisis.
2. Terapi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak
memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah
terapi pembedahan dilakukan. Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:

1) Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)

2) Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69
15000 RAD)

1. Terapi medikamentosa

Pada orang normal dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya
pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.

Contoh dopamine:

1) Brokriptin

2) Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara
berkala 2,5 mg

setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:

a) Ukuran tangan dan jari mengecil, dan

b) Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa

Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas
ringan, nausea, konstipasi, dll.

3) Ocreotide (long acting somatostatin analogue)

Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram
diberikan setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai.

a) Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus

b) Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus

c) Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/di daerah suntikan
dan kram perut.

2. Akromegali

Terapi kelebihan GH biasanya adalah eksisi tumor penyekresi GH pembedahan. Terapi yang
paling tepat untuk kelebihan hormon pertumbuhan tak lain adalah pengangkatan tumor pada
hipofisis sedini mungkin untuk mencegah efek negative darinya. Ada dua macam
pembedahan tergantung daribesarnya tumor:

1. Bedah makro: pembedahan batok kepala (TC atautrans kranial)

2. Bedah mikro: pembedahan melalui sudut celahinfraorbital dan jembatan hidung


antara kedua mata (TESH: Trans Et hmoid sphenoid hy popy sectomy).

Sasaran pengobatan akromegali adalah mengendalikan pertumbuhan/menormalkan sekresi


GH dan mengangkat massa tumor. Sasaran biokimiawi: IGF-1 normal dan kadar GH < 1
ng/ml setelah beban glukosa. 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis,
bedah dan radiasi.

a. Pengobatan Medis

Tujuan pengobatan medis adalah menghilangkan keluhan/gejala efek lokal dari tumor
dan/atau kelebihan GH/IGF-1. Untuk itu sasaran pengobatan adalah kadar GH < 2 ng/ml pada
pemeriksaan setelah pebebanan dengan glukosa (< 1 mcg / l dengan cara IRMA), disamping
tercapainya kadar IGF-1 normal. Pengobatan medis utama adalah dengan analog somatostatin
dan analog dopamin. Oleh karena somatostatin, penghambat sekresi GH, mempunyai waktu
paruh pendek maka yang digunakan adalah analog kerja panjang yang dapat diberikan 1 kali
sebulan.

Yang banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja pada reseptor somatostatin sub tipe II
dan V dan menghambat sekresi GH. Pengobatan dengan octreotide dapat menurunkan kadar
GH sampai < 5 ng/ml pada 50% pasien dan menormalkan kadar IGF-1 pada 60% pasien
akromegali. Lanreotide, suatu analog somatostatin sustained-release yang dapat diberikan
satu kali dua minggu ternyata efektif dan aman untuk pengobatan akromegali.Bromokriptin
merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak digunakan dalam menekan kadar GH
/IGF-mbalikan kadar hormone ke normal,memulihkan fertilitas,dan memperkecil tumor.
Somatostatin (Sandostatin) juga berhasil memperbaiki akromegali karena bisa menekan
pengeluaran hormone pertumbuhan.Obat ini diberikan subkutan 3-4 kali sehari.

b. Pembedahan

Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan pilihan dan dapat


menyembuhkan. Laws dkk. (2000) Laws dkk. (2000) melaporkan hasil terapi pembedahan
transsphenoid pada 86 pasien akromegali : IGF-1 mencapai normal pada 67%, kadar GH
dapat disupresi sampai < 1 ng/ml oleh beban glukosa pada 52%. Walaupun pembedahan tidak
dapat menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun terapi perbedahan disepakati sebagai
terapi lini pertama. Pada pasien-pasien dengan gejala sisa setelah pembedahan dapat
diberikan pengobatan penunjang (medis dan radiasi). Hipofisektomi transsfenoid akan segera
menghilangkan keluhan-keluhan akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan/
menormalkan kadar GH/IGF-1. Remisi tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan
keterampilan ahli bedahnya. Angka remisi mencapai 8085% pada mikroadenoma dan 50
65% pada makroadenomia. Pembedahan hipofisis transsphenoid berhasil pada 80 90%
pasien dengan tumor < 2 cm dan kadar GH < 50 ng/ml.

c. Radiasi

Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi diperlukan waktu bertahun-
tahun. Terapi radiasi konvensional saja menghasilkan remisi sekitar 40% setelah 2 tahun dan
75% setelah 5 tahun terapi, namun disertai efek negatif berupa panhipopituitarisme.Di
samping itu studi Ariel dkk (1997) pada 140 pasien akromegali mendapatkan terapi radiasi
tidak dapat menormalkan kadar IGF-1 walaupun kadar GH sudah dapat dikontrol. Oleh
karena kekurangannya tersebut, terapi radiasi hanya diberikan sebagai terapi penunjang untuk
tumor besar dan invasif dan apabila terdapat kontraindikasi operasi.

DAFTAR PUSTAKA

European Journal of Endocrinology .2004. Epidemiology, clinical characteristics, outcome,


morbidity and mortality in acromegaly based on the Spanish Acromegaly Registry (Registro
Espan ol de Acromegalia, REA). Avalaible from: http://www.eje-
online.org/content/151/4/439.full.pdf.

https://fauzanhertrisnof.wordpress.com/2012/01/14/kelainan-kelainan-akibat-defisiensi-dan-
kelebihan-hormon-pertumbuhan/

Greenspan, Francis S., dkk .2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.
https://www.scribd.com/doc/302773834/Hipersekresi-Hormon-Pertumbuhan

https://www.scribd.com/doc/238298155/GIGANTISME

Anda mungkin juga menyukai