Anda di halaman 1dari 14

KIMIA LINGKUNGAN

HUJAN ASAM

SULASTRI
153112620120044

JURUSAN S1 BIOLOGI MEDIK


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2017
HUJAN ASAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), semakin tinggi
pula aktivitas kegiatan ekonomi manusia, di antaranya dengan semakin pesatnya perkembangan
sektor industri dan sistem transportasi. Sebagai konsekuensi logis, maka semakin dampaknya
akan meningkatkan pula zat-zat polutan yang dikeluarkan kegiatan industri maupun transportasi
tersebut. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan berpengaruh terhadap proses-proses
fisik dan kimia yang terjadi di udara. Beberapa contoh efek negatif perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menjadi isu-isu global antara lain efek rumah kaca, pemanasan
global, polusi, sampah, dan hujan asam.

Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith pada tahun 1972. Ia
menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan industri di bagian utara Inggris.
Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari peristiwa terjadinya deposisi asam. Ia
mengatakan bahwa bahan pencemar di udara yang bercampur dengan air hujan bersenyawa
menjadi asam dan menyebabkan kerusakan bangunan dan monumen bersejarah. Pada dasarnya,
air hujan normal memang sudah asam dengan kadar keasaman antara pH 5,6- 5,0. Keasaman ini
dihasilkan ketika karbondioksida dan materi asam alami lainnya terurai dalam uap air yang
bercampur di udara.

Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa banyak gas polutan yang
menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk sulfur dioksida yang umumnya dihasilkan oleh
pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara, dan nitrogen oksida dari kendaraan
bermotor serta bahan bakar fosil yang digunakan oleh industri. Kedua unsur tersebut bersenyawa
di atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari senyawa-senyawa asam lainnya. Persenyawaan
ini membentuk semacam lapisan gabungan antara asam sulfur dan asam nitrat. Cahaya matahari
mempercepat laju reaksi proses itu. Hujan asam menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah,
danau-danau, sungai serta menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material
gedung, patung-patung dan peninggalan sejarah.

Mengingat begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan
manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana hujan asam
terbentuk, dampak hujan asam terhadap manusia dan lingkungan, serta usaha yang dapat kita
lakukan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya hujan asam.
BAB II

PEMBAHASAN
1. Definisi Hujan Asam

Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1872
pada saat menguraikan keadaan di Manchester, sebuah daerah industri di Inggris bagian utara.
Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul Air and Rain: The
Beginnings of Chemical Technology.

Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam dari pada hujan biasa (Hunter BT, 2004
dalam Rahardiman, Arya. 2009). Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat basa (dari hujan,
salju, atau hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan pengaruh gravitasi yang tidak
berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama kali pada tahun 1950, yaitu pada saat
hujan asam tersebut memberikan dampak negative berupa air yang bersifat asam di danau
Skandinavia dan Kanada (Mukono, 2000 dalam Rahardiman, Arya. 2009).

Istilah keasaman berarti bertambahnya ion hidrogen ke dalam suatu lingkungan. Suatu
lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan ion hydrogen yang bersal dari asam sulfat
(H2SO4) dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam oksidasi sulfur dioksida adalah
antara sulfur dioksida yang terlarut dan hidrogen peroksida.

Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar dan
dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan bereaksi
dengan CO2 di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan.
Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka
akan terjadi hujan asam.

Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti SO2
penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi sehingga dapat
mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari hujan asam menghasilkan
kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan global warming. Sebenarnya hujan asam
merupakan istilah yang kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer
ke permukaan bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena
pengendapan asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga
melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi asam lebih
bermakna luas dari hujan asam.(Sumber: Ophardt, C.O., (2003)).

Karena hujan asam terlihat, dan rasanya seperti air bersih, pengukuran pH diambil untuk
menentukan keasaman yang dimilikinya. Menurut US Environmental Protection Agency, air
murni memiliki pH 7,0, dan hujan normal memiliki pH sekitar 5.6 (Howard, Rhonda, 2010).
Nilai 7,0 dianggap netral, Nilai yang lebih tinggi dari 7,0 semakin alkali atau dasar, Nilai lebih
rendah dari 7,0 semakin asam. ilustrasi di atas juga menggambarkan pH dari beberapa zat umum

Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering
ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat
terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik.
Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang
membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber
pencemaran.

Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam
udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang
turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang
mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu
tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
2. Penyebab Hujan Asam

Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan
nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi sekitar 50%
SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung
berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan
manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak
bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF
di bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara.
Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat.

Oksida nitrogen (NOX), dan sulfur dioksida (SO2), adalah dua sumber utama hujan
asam. Sulfur dioksida merupakan gas tidak berwarna, dilepaskan sebagai produk oleh-ketika
bahan bakar fosil yang mengandung belerang yang terbakar. Gas ini dihasilkan karena berbagai
proses industri, seperti pengolahan minyak mentah, pabrik utilitas, dan besi dan pabrik
baja. berarti alam dan bencana juga dapat mengakibatkan belerang dioksida yang dilepaskan ke
atmosfer, seperti vegetasi membusuk, plankton, semprot laut, dan gunung berapi, yang semuanya
memancarkan sekitar 10% belerang dioksida. Secara keseluruhan, pembakaran industri
bertanggung jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan transportasi kendaraan
bertanggung jawab atas sekitar 3,7%.

Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari
proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh
aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik
pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa
angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke
tanah.
3. Proses terbentuknya hujan asam

Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida yang ada do
atmosfer baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah, sungai, danau, hutan, lahan
pertanian, atau bangunan melalui tetes hujan, kabut, embun, salju, atau butiran-butiran cairan
(aerosol), ataupun jatuh bersama angin.

Asam-asam tersebut berasal dari prekursor hujan asam dari kegiatan manusia
(anthropogenic) seperti emisi pembakaran batubara dan minyak bumi, serta emisi dari kendaraan
bermotor. Kegiatan alam seperti letusan gunung berapi juga dapat menjadi salah satu penyebab
deposisi asam. Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari prekursor hujan asamnya melalui
reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup banyak dan kompleks, namun
dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah ini.

1. Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)

Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik di atmosfer,
akan membentuk asamnya.

SO2 + OH HSO3

HSO3 + O2 HO2 + SO3

SO3 + H2O H2SO4


Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikan
hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali seperti:

NO + HO2 NO2 + OH

Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO diudara, maka
reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin banyak SO2, maka akan semakin
banyak pula asam sulfat yang terbentuk.

2. Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)

Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida dengan radikal
hidroksil.

NO2 + OH HNO3

Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon

NO2 + O3 NO3 + O2

NO2 + NO3 N2O5

N2O5 + H2O HNO3

Didaerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam pada tanahnya
mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian mengandung urea.
Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun garam-garam ammonia yang terbentuk
akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan asam sulfat. Disisi lain amoniak yang menguap ke
udara dengan uap air akan membentuk ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang
ada di udara.

HNO3 sangat asam dan larut dengan baik sekali. Selain itu juga merupakan asam keras dan
reaktif terhadap benda-benda lain yang menyebabkan korosif. Oleh sebab itu, presipitasinya akan
merusak tanaman terutama daun (Manahan, 1994 dalam Rahmawaty, 2002).
3. Pembentukan Asam Chlorida (HCl)

Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan


Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*

CFC + hv(UV) Cl* + produk

CFC + O* ClO + produk

O* + ClO Cl* + O2

Cl + CH4 HCl + CH3

Reaksi diatas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi lapisan
ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam biasanya berkisar antara
62 persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat dan 6 persen Asam Chlorida.

Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di Indonesia, terutama
disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang terpusat di pulau ini. Pada tahun
1989, tingkat precursor SOx di Indonesia mencapat 157.000 ton per tahun, sedangkan NOx
mencapai 175.000 ton per tahun. Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 0,26 ton
SO2 dan 66,4 ton NOx ke udara dari berbagai sumber pencemar (Musfil A.S., (2008) dalam
Sumahamijaya, I., (2009)).

4. Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan Manusia dan Lingkungan

Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global
dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada
lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :

a) Danau

Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-
danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih
tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat
produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam
beracun seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan
mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan
Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.

Gambar mengenai dampak hujan asam terhadap penurunan kualitas air danau atau air
permukaan, dapat dicermati pada gambar berikut:

Gambar Dampak Hujan Asam Terhadap Penurunan Kualitas Air Danau

b) Tanah

Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek terhadap tanah. Gejala ini menyebabkan
terjadinya pencucian mineral seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang merupakan yamg merupakan
mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh
logam berat seperti Al, yang justru menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan
air. Tanaman kemudian mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang
menandakan terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman. Dr. Ulrich dari
Universitas Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon
spruce dan beech mencapai umur lebih dari 30 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004).
c) Tumbuhan

Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada
daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin,
jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa
diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang.

Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut
sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia
beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini
dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran,
selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati.

d) Kesehatan Manusia

Hujan asam mempengaruhi kesehatan melalui tiga cara, yaitu pertama efek jangka pendek
karena menghirup udara yang tercemar berat; efek jangka panjang karena menghirup udara yang
tercemar sedang atau ringan; efek tidak langsung karena terexposed pada logam berat seperti
alumunium dan logam berat lain yang terbebaskan dari zarah tanah pada pH yang rendah,
akumulasi logam berat melalui rantai makanan dan terlarutnya logam berat dari pipa air yang
terbuat dari timbal atau tembaga

e) Korosi

Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu
kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi
pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan
sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap.
Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.Hasil padi dapat turun sampai
30% karena hujan asam. Karena besarnya laju pertumbuhan industri dan transpor, ada
kemungkinan telah terjadi kenaikan kadar SO2 sampai pada kadar yang menyebabkan keracunan
kronik dan penurunan hasil pertanian tanpa adanya gejala morfologik dan kasat mata pada
tanaman.
f) Ekosistem akuatik

Hujan asam yang berkepanjangan akan mempengruhi pH air ekosistem akuatik. Karena
kehidupan organisme hidup akuatik sangat dipengaruhi oleh pH air tempat hidupnya, hujan asam
mempunyai pengaruh yang besar terhadap biologi ekosistem akuatik. Hujan asam menurunkan
populasi ikan, tumbuhan akuatik dan jasad renik. Menjadi asamnya air danau dapat juga
menyebabkan kepunahan jenis. Di samping efeknya terhadap pH, hujan asam juga memperkaya
danau dengan unsur hara, khususnya nitrogen. Sebagai akibatnya dapatlah terjadi apa yang
disebut eutrofikasi, yaitu penyuburan perairan. Jika ini terjadi oksigen dalam air habis terpakai
dalam proses pembusukan biomassa yang mati itu dan mengakibatkan kematian ikan dan
organisme.

g) Material

Hujan asam mempunyai dampak penting terhadap berbagai jenis material. Logam, bangunan
baru, keramik dan gelas, cat, kertas, bahan fotografi, tekstil, kulit dan karet terpengaruh oleh
oksida belerang, oksida nitrogen dan zat pencemar udara lainnya. Sebagian kerusakan ini
disebabkan oleh deposisi kering asam sulfat yang berasal dari transpor dalam kota dan dari
industri.

5. Upaya-Upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak Dari Hujan Asam

a) Menggunakan Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas asalm akan
mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi
metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non-belerang atau bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan, misalnya metanol, etanol dan hidrogen.

b) Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran telah
dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB). Selain itu,
bisa juga dilakukan dengan penggunaan Scrubbers. Alat ini mampu mengurangi emisi sulfur
okida hingga 80-95 % .

c) Pengendalian Setelah Pembakaran

Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi yang
sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD). Cara lain ialah dengan menggunakan
amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi
pupuk.

d) Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)

Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana
produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah atau
limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.

e) Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap tanah ataupun
danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur kedalam tanah atau kedalam danau.
Penambahan kapur kedalam tanah maupun danau dapat menetralkan sifat asam.

f) Melakukan Reboisasi atau penanaman kembali. Keberhasilan program reboisasi dan


rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan terutama
dalam aspek:

1. Fungsi hidrologi
2. Fungsi perlindungan tanah
3. Stabilitas iklim mikro
4. Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara
5. Potensi sumberdaya pulih yang dapat dipanen
6. Pelestarian sumberdaya plasma nutfah
7. Perkembangbiakan ternak dan satwa liar
8. Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi
9. Menciptakan kesempatan kerja
10. Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian
DAFTAR PUSTAKA

http://ilmugeografi.com/fenomena-alam/hujan-asam

https://www.academia.edu/4850782/Artikel_hujan_asam_Artikel_Hujan_Asam

https://www.scribd.com/document/333628772/Artikel-Hujan-Asam-Artikel-Hujan-Asam

https://www.academia.edu/27648800/Hujan_Asam

Anda mungkin juga menyukai