Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HUJAN ASAM
KELOMPOK
Moch jauhar nur islami (13)
M.agus ferdianto (18)

SMPN NEGERI 1 TANGGULANGIN


SIDOARJO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan tugas makalah“Hujan Asam”.

Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang relevan dengan materi

yang disajikan dalam makalah ini. Adapun materi yang dipaparkan adalah mengenai

apa yang dimaksud dengan hujan asam, apa penyebab terjadinya hujan asam,

bagaimana dampak hujan asam terhadap penurunan manusia dan lingkungan, dan

bagaimana upaya yang dapat ditempuh untuk mencegah terjadinya hujan asam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi

penulis maupun bagi para  pembacanya.

Makassar, 13 Mei 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam di antaranya

dengan semakin pesatnya perkembangan sektor industri dan sistem transportasi. Zat-

zat polutan yang dikeluarkan dari kegiatan industri dan transportasi akan berdampak

buruk di udara. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan berpengaruh

terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara. Beberapa contoh efek

negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi isu-isu global

antara lain efek rumah kaca, pemanasan global, polusi, sampah, dan hujan asam.

Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith pada tahun

1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan industri di

bagian utara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari peristiwa

terjadinya deposisi asam. Ia mengatakan bahwa bahan pencemar di udara yang

bercampur dengan air hujan bersenyawa menjadi asam dan menyebabkan kerusakan

bangunan dan monumen bersejarah. Pada dasarnya, air hujan normal memang sudah

asam dengan kadar keasaman antara pH 5,6- 5,0. Keasaman ini dihasilkan ketika

karbondioksida dan materi asam alami lainnya terurai dalam uap air yang bercampur

di udara.

Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa banyak gas polutan

yang menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk sulfur dioksida yang umumnya

dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara, dan nitrogen
oksida dari kendaraan bermotor serta bahan bakar fosil yang digunakan oleh industri.

Kedua unsur tersebut bersenyawa di atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari

senyawa-senyawa asam lainnya. Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan

gabungan antara asam sulfur dan asam nitrat. Cahaya matahari mempercepat laju

reaksi proses itu. Hujan asam menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah,

danau-danau, sungai serta menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga

merusak material gedung, patung-patung dan peninggalan sejarah.

Mengingat begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap

kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai

bagaimana hujan asam terbentuk, dampak hujan asam terhadap manusia dan

lingkungan, serta usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan mencegah

terjadinya hujan asam.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang

dimaksud dengan hujan asam, proses terbentuknya hujan asam, dampak atau akibat

yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, serta

upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan menegah terjadinya hujan asam.
BAB II

ISI

2.1 Definisi Hujan Asam

Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui

dari buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of

the Air“. Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or

salino-sulforus spiris“.

Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad ke 18

memaksa penggunaan bahan bakar batubara dan minyak sebagai sember utama energi

untuk mesin-mesin. Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari

hujan asam yakni gas-gas SO2, NOx dan HCl meningkat. Padahal biasanya precussor

ini hanya berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan.

Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada

tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Manchester, sebuah daerah industri di

Inggris bagian utara. Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang

berjudul “Air and Rain: The Beginnings of Chemical Technology“.

Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam daripada hujan biasa (Hunter BT,

2004 dalam Rahardiman, Arya. 2009). Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat

abash (dari hujan, salju, atau hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan

pengaruh gravitasi yang tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama

kali pada tahun 1950, yaitu pada saat hujan asam tersebut memberikan dampak
negative berupa air yang bersifat asam di danau Skandinavia dan Kanada (Mukono,

2000 dalam Rahardiman, Arya. 2009).

Istilah keasaman berarti bertambahnya ion hydrogen ke dalam suatu

lingkungan. Suatu lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan ion hydrogen yang

bersal dari asam sulfat (H2SO4) dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting

dalam oksidasi sulfur dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dan

hydrogen peroksida.

Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada tahun

1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya hingga

mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika

Utara, pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang

rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha penaggulangannya, baik melalui

bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun politik.

Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat

pencemar dan dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada

pada air hujan bereaksi dengan CO2 di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam

lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam

kuat, maka pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.

Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti

SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi

sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari

hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah

dibandingkan global warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah yang


kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan

bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan

asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga

melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi

asam lebih bermakna luas dari hujan asam (Ophardt, C.O., (2003).

Karena hujan asam terlihat, dan rasanya seperti air bersih, pengukuran pH

diambil untuk menentukan keasaman yang dimilikinya. Menurut US Environmental

Protection Agency, air murni memiliki pH 7,0, dan hujan normal memiliki pH sekitar

5.6 (Howard, Rhonda, 2010). Nilai 7,0 dianggap netral, Nilai yang lebih tinggi dari

7,0 semakin alkali atau dasar, Nilai lebih rendah dari 7,0 semakin asam. ilustrasi di

atas juga menggambarkan pH dari beberapa zat umum

Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah.

Deposisi kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang

ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara

akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di

daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam.

Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.

Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi

apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan

dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula

terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu

terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out.
Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.

Beberapa penyebab hujan asam diantaranya :

Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2)

dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan

tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami,

misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami.

Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat

pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung

belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar,

belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara.

Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat.

Oksida nitrogen, atau NOx, dan sulfur dioksida, atau SO2, adalah dua sumber

utama hujan asam. Sulfur dioksida, yang merupakan gas tidak berwarna, dilepaskan

sebagai produk oleh-ketika bahan bakar fosil yang mengandung belerang yang

terbakar.

Gas ini dihasilkan karena berbagai proses industri, seperti pengolahan minyak

mentah, pabrik utilitas, dan besi dan pabrik baja. berarti alam dan bencana juga dapat

mengakibatkan belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer, seperti vegetasi

membusuk, plankton, semprot laut, dan gunung berapi, yang semuanya memancarkan

sekitar 10% belerang dioksida. Secara keseluruhan, pembakaran industri bertanggung

jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan transportasi kendaraan

bertanggung jawab atas sekitar 3,7% (Anonim , 2009).


NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa

organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad

renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami

kimi-fisik dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak

menggunakan pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut.

Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur

dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta mengering bersama

debu atau partikel lainnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Atmospheric Deposition

Program di Amerika, menunjukkan bahwa pada Tahun 2004 terjadi hujan asam yang

diperkirakan disebabkan oleh pembangkit listrik di New Jersey atau Michigan.

 
2.2         Proses Terbentuknya Hujan Asam

Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida yang

ada do atmosfer baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah, sungai, danau,

hutan, lahan pertanian, atau bangunan melalui tetes hujan, kabut, embun, salju, atau

butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin.

Asam-asam tersebut berasal dari prekursor hujan asam dari kegiatan manusia

(anthropogenic) seperti emisi pembakaran batubara dan minyak bumi, serta emisi dari

kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti letusan gunung berapi juga dapat menjadi

salah satu penyebab deposisi asam. Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari

prekursor hujan asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang
terjadi cukup banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti

dibawah ini.

1.      Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)

Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi

photokatalitik di atmosfer, akan membentuk asamnya.

SO2 + OH → HSO3

HSO3 + O2 → HO2 + SO3

SO3 + H2O →  H2SO4

Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikan

hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali

seperti:

NO + HO2 → NO2 + OH

Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO

diudara, maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin banyak

SO2, maka akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.

2.      Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)

Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida

dengan radikal hidroksil.

NO2 + OH → HNO3

Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon

NO2 + O3 → NO3 + O2

NO2 + NO3 → N2O5

N2O5 + H2O →  HNO3


Didaerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam pada

tanahnya mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian

mengandung urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun

garam-garam ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan asam

sulfat. Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan membentuk

ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.

HNO3 sangat asam dan larut dengan baik sekali. Selain itu juga merupakan

asam keras dan reaktif terhadap benda-benda lain yang menyebabkan korosif. Oleh

sebab itu, presipitasinya akan merusak tanaman terutama daun (Manahan, 1994

dalam Rahmawaty, 2002).

3.      Pembentukan Asam Chlorida (HCl)

Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya

melibatkanChloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*

CFC + hv(UV) → Cl* + produk

CFC + O* → ClO + produk

O* + ClO → Cl* + O2

Cl + CH4 → HCl + CH3

Reaksi diatas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan

deplesi lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan

asam biasanya berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat

dan 6 persen Asam Chlorida.

Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di

Indonesia, terutama disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang


terpusat di pulau ini. Pada tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia mencapat

157.000 ton per tahun, sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per tahun. Kota

Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 0,26 ton SO2 dan 66,4 ton NOx ke

udara dari berbagai sumber pencemar (Musfil A.S., (2008) dalam Sumahamijaya, I.,

(2009)).

Mekanisme proses terbentuknya hujan asam, dapat diamati pada Gambar 2

berikut:

Gambar 2. Mekanisme Terbentuknya Hujan Asam

(Sumber: PhysicalGeography.net dalam Likens, Gene, 2010)

alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari

proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam

disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik,

kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas

yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di
atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.

Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik

Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam

dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak

hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya

menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.

Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub.

Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya revolusi industri dari Ph 6 menjadi 4,5

atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang

menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati

akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom

akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar

kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke

masing-masing lapisan tersebut.

Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen

oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil,

terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini.

Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka).

Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi

dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke

sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan

asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan

cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.


 

2.3 Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan Manusia dan Lingkungan

Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan

bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki

dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik,

antara lain :

a)     Danau

Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang

bertahan. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya

populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk

hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan.

Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk

keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di danau.

Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di

sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang

menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.

b)      Tanah

Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek terhadap tanah. Gejala ini

menyebabkan terjadinya pencucian mineral  seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang

merupakan yamg merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru

menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian

mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan
terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman. Dr. Ulrich dari Universitas

Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon

spruce dan beech mencapai umur lebih dari 30 – 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004).

c)      Tumbuhan

Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin

pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap

keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga

lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang.

Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan

tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan

melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam

nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat

pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan

terserang penyakit, kekeringan dan mati.

d)     Kesehatan Manusia

Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada

yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh

senyawa NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang

mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap

pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status

gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang

yang sehat.
Akan tetapi, kuat dugaan bahwa ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam

menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada

timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan

penyakit Alzheimer. Walaupun hujan asam ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun

1970-an para ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai

fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat meningkat

di tahun 1990-an setelah diNew York Times memuat laporan dari Hubbard

Brook Experimental Forest in New Hampshire tentang banyaknya kerusakan

lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam.

e)Korosi

Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material

seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman

serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan

patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,

meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal

semakin banyak akan merusak batuan.

Lebih lanjut, Harjanto, N.T., (2008) mengungkapkan beberapa dampak dari deposisi

asam ini sangat luas yakni terhadap makhluk hidup, vegetasi dan struktur bangunan

seperti pada Tabel 1 dibawah ini :


Tabel 1. Dampak Deposisi Asam

Dampak terhadap Keterangan

Makhluk Hidup Punahnya beberapa jenis ikan

Mengganggu siklus makanan

Mengganggu pemanfaatan air untuk air

minum, perikanan, pertanian

Menimbulkan masalah pada kesehatan,

pernafasan dan iritasi kulit

Vegetasi Perubahan keseimbangan nutrisi dalam tanah

Mengganggu pertumbuhan tanaman

Merusak tanaman

Menyuburkan pertumbuhan jamur madu yang

dapat mengganggu pertumbuhan tanaman

(menjadi layu)

Stuktur Bangunan Melarutkan Kalsium Karbonat pada beton,

lantai marmer

Melarutkan tembaga dan baja

Mempercepat korosi pada pipa saluran air

Mengikis bangunan candi dan patung

 
2.4         Upaya-Upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak Dari Hujan

Asam

Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang

mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat pencemar saar

terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan

energi.

a)      Menggunakan Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas asalm akan

mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat

menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar

non-belerang atau bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, misalnya metanol,

etanol dan hidrogen.

b)      Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran

telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in multiple

burners (LIMB). Selain itu, bisa juga dilakukan dengan

penggunaan Scrubbers. Alat ini mampu mengurangi emisi sulfur okida hingga 80-95

% (Ophardt, C.O., 2003).

c)      Pengendalian Setelah Pembakaran

Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi

yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD). Cara lain ialah

dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang

dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.


 d)     Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)

Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana

produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah

sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.

e)      Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap tanah

ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur kedalam tanah atau

kedalam danau. Penambahan kapur kedalam tanah maupun danau dapat menetralkan

sifat asam.

f)       Melakukan Reboisasi atau penanaman kembali. Keberhasilan program reboisasi

dan rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas

lingkungan terutama dalam aspek:

a. Fungsi hidrologi

b. Fungsi perlindungan tanah

c. Stabilitas iklim mikro

d. Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara

e. Potensi sumberdaya pulih yang dapat dipanen

f. Pelestarian sumberdaya plasma nutfah

g. Perkembangbiakan ternak dan satwa liar

h. Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi

i. Menciptakan kesempatan kerja

j. Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian.

 
Pada tahun 1970 Amerika mulai mengontrol emisi SO2 dan NOx dengan

peraturan pemerintah. Peraturan ini menentukan standar polutan dari kendaraan

bermotor dan industri. Pada tahun 1990 kongres menyetujui amandemen untuk lebih

memperketat kontrol emisi yang menyebabkan hujan asam. Amandemen tersebut

tercatat mempu mengurangi pengeluaran SO2 dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16

juta ton. US juga merencanakan untuk mengurangi emisi NOx hingga 5 juta ton pada

tahun 2010.
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diketahui bahwa Onkogen

merupakangen yang ketika bermutasi dan diekspresikan dalam frekuensi yang tinggi

menyebabkan sel normal menjadi sel tumor.Kanker yang diinduksi oleh infeksi virus

dapat berasal dari virus DNA atau RNA. Termasuk didalamnya the human T cell

lymphotropic viruses 1 and 2 , Epstein-Barr virus, papillomavirus 16 dan 18, serta

hepatitis virus B. Siklus replikasi retrovirus: Penempelan, penetrasi dan pelepasan

bungkus, integrasi, tahap sintesis, dan assembly dan maturasi

III.2 Saran

Untuk pembelajaran perkulihan virologi dapat dijadikan referensi dan saran

perbaikan selanjutnya demi kelancaran proses perkulihan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009.Oncogenic
Infections.http://www.humanillnesses.com/Infectious-Diseases-My-Si/Oncoge
nic-Infections.html. Diakses pada tanggal akses 20 November 2013

John B., 2007. Virology: Principles & Applications. England: John Wiley & Sons
Ltd.

Myce dan Harvey P., 2005.OncogenicViruses.http://www.life.umd.edu/.htm. Diakses


pada tanggal 20 November 2013.

Nutri, 2010.Oncogenic Virus.http://medical-dictionary.thefreedictionary.com. Diakses


pada tanggal 20 November 2013.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………..         i

DAFTAR ISI ……………….………………………………………………..           ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang ……………………………………………………………           1

1.2  Rumusan Masalah …………………………………………………………        2

1.3  Tujuan Penulisan …………………………………………………………           2

1.4  Manfaat Penulisan ……………………………………………………...…          2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hujan Asam………………………………………………………          4

2.2 Proses Terbentuknya Hujan Asam.………………………………………..          8

2.3 Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan Manusia dan Lingkungan…….       11

2.4 Upaya-Upaya Untuk mengurangi dan Mencegah Dampak Hujan

Asam………………………………………………………………………….         15

BAB III  PENUTUP

3.1 Simpulan ………………………………………………..…………………         17

3.2 Saran………………………………………………………………………..        17

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai