Setelah mengetahui pengertian dan penyebabnya, Sedulur tentu ingin tahu bagaimana proses terjadinya termasuk reaksi kimia hujan asam. Telah diketahui bersama, hujan ini
disebabkan oleh zat berupa gas sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOX). Zat-zat itu terkandung dalam asap hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sehingga bisa
dikatakan, proses terjadinya hujan ini dimulai dengan pembakaran bahan bakar fosil, baik oleh kendaraan bermotor, pabrik, maupun dalam kegiatan industri lainnya. Selain SO2
dan NOX, asap hasil pembakaran itu juga mengandung gas karbon dioksida.
Berikutnya, ketiga gas tersebut naik ke atmosfer dan bereaksi dengan oksigen di udara dan air. Pertama, gas sulfur dioksida akan mengikat oksigen (O2) di udara dan
membentuk sulfur trioksida (SO3). Kemudian sulfur trioksida bereaksi dengan partikel air di udara (H20) dan membentuk air hujan berupa asam sulfat (H2SO4).
Sementara itu, nitrogen oksida (NOX) bereaksi dengan oksigen dan membentuk gas nitrogen dioksida atau NO2. Selanjutnya, nitrogen dioksida bereaksi dengan partikel air di
udara dan membentuk air hujan berupa asam nitrat (HNO3) dan asam nitrit (HNO2).
Larutan asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3), dan asam nitrit (HNO2) yang merupakan polutan dengan kandungan asam tinggi ini kemudian turun dari atmosfer ke
permukaan bumi. Proses turun atau jatuhnya polutan-polutan itu dapat berupa air hujan, salju, maupun kabut.
Unsplash
Sebelumnya sudah disinggung bahwa kandungan dalam air hujan ini bisa merusak lingkungan. Bahkan air hujan asam bisa mengakibatkan kematian sejumlah organisme
seperti tumbuhan dan tanaman. Berikut adalah uraian mengenai dampak dan bahayanya bagi kehidupan.
Dampak bagi tumbuhan
Secara umum, air hujan asam yang mengguyur permukaan bumi akan merembes masuk ke dalam tanah. Derajat keasamaan air hujan tersebut lantas berakibat pada
perubahan pH tanah yang memungkinkan pelepasan zat beracun seperti aluminium ke dalam tanah. Kandungan aluminium itu dapat menghalangi mineral lain yang dibutuhkan
oleh tumbuhan. Apabila terjadi secara terus-menerus, tumbuhan bisa mengalami kekurangan mineral dan air yang pada akhirnya menyebabkan risiko kematian.
Di sisi lain, air hujan yang menyentuh tumbuhan juga dapat mengikis jaringan epidermis, terutama pada bagian kloroplas. Hal itu akan berpengaruh pada menurunnya
kemampuan fotosintesis tumbuhan tersebut. Melihat pada besarnya dampak pada tumbuhan, Sedulur bisa mengamati tumbuhan di sekitar untuk mengetahui apakah sedang
terjadi hujan asam atau tidak. Apabila tumbuhan tampak layu, bisa dimungkinkan bahwa saat itu tengah terjadi hujan asam.
Selain itu, air asam juga dapat menyebabkan kerusakan pada material batu kapur dan marmer. Berdasarkan laporan dari Encyclopaedia Britannica, air asam bisa melarutkan
batu kapur dan marmer yang membuatnya terkikis sehingga merusak bentuknya.
iStock
Setelah mengetahui bahaya atau dampak buruknya, tentu Sedulur ingin tahu bagaimana solusi untuk mencegah hujan ini. Nah, berikut adalah beberapa kebiasaan yang bisa
Sedulur terapkan untuk mengurangi bahkan mencegah risiko terjadinya hujan asam.
Menerapkan 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle. Perlu dipahami, reduce adalah mengurangi sampah, kemudian reuse artinya menggunakan kembali, dan recycle adalah
mendaur ulang.
Menggunakan peralatan rumah tangga yang hemat energi. Mulai dari lampu, lemari pendingin, penyejuk ruangan, hingga mesin cuci.
Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Cara ini bisa dilakukan dengan menggunakan moda transportasi umum atau beralih ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
Misalnya dengan bersepeda atau jalan kaki apabila jarak lokasi yang dituju tidak terlalu jauh.
Memperbanyak ruang terbuka hijau. Pemandangan asri tidak hanya bermanfaat untuk menyegarkan pikiran ataupun menciptakan suasana sejuk, melainkan juga membawa
dampak baik untuk lingkungan. Sebab, tumbuhan hijau bisa membantu menyaring polusi udara yang berbahaya bagi kesehatan.
Hujan asam di Indonesia
Sedulur mungkin penasaran, apakah pernah terjadi hujan ini di Indonesia? Jawabannya adalah pernah. Dirangkum dari berbagai situs pemberitaan daring, hujan asam pernah
terjadi di sejumlah daerah. Dilansir detik.com, hujan asam pernah terjadi di Kota Bandung, Jawa Barat pada tahun 2000. Kala itu air hujan yang turun disebut memiliki pH 4. Hal
tersebut sebagaimana disampaikan oleh Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Dr Thomas Djamaluddin. Selain Kota Bandung, hujan ini juga disebut pernah
mengguyur wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Jakarta.