• Pewarnaan gram
• Diagnosis presumptive untuk gonorrhea
• Ditemukan PMN dan diplococcus intrasel
• Pada pasien yang bergejala urethritis pewarnaan gram sangat sensitif (95%) dan
spesifik (99%)
• Kurang sensitif dan spesifik jika spesimen berasal dari endocervix, pharing, rectum
dan pasien yang asymtomatic
• Kemungkinan infeksi masih tetap dipertimbangkan pada pasien asymtomatic dan
pewarnaan gram tidak menunjukkan hasil positif
• Pemeriksaan dengan PCR – Gen-Xpert (CT/NG)
• Sangat sensitive
• Spesimen berasal dari urin, endocervix, oropharing, urethra, rectum
Pengobatan
• GO pada cervix, uretra dan anus tanpa komplikasi
• Menggunakan kombinasi Cefixime 400 mg dan azithromycin 1gr single dose atau
• Kombinasi ceftriaxone 250 mg IM + azithromycine 1 gram single dose
• Conjungtivitis
• Ceftriaxone 1 gr IM + Azithromycine 1 gr single dose
• Disseminated gonococcal infetion
• Ceftriaxone 1 gr tiap 24 jam + Azithromycine 1 gr single dose selama 7 hari untuk
arthritis, 2 minggu untuk meningitis, 4 minggu untuk endocarditis
• Pada kasus alergi terhadap cephalosporin
• Desensitasi cephalosporin - sulit
• Gentamycine 240 mg + Azithromycine 2 gr single dose
• Efek gentamycine lebih rendah pada GO rectal dan pharing
Follow
up
• Waktu follow up dilakukan sesuai bagan alur
• Partner notifikasi untuk semua kontak sex dalam 60 hari terakhir
• Presumptive terapi untuk partner sex
• Pemeriksaan ulang hari ke 14 dengan PCR untuk kasus oropharing
• Abstinent selama 7 hari
• Skrining HIV
Radang Panggul (Pelvic Inflamatory
Disease)
• Kuman pathogen
• Tersering – N.gonorrhea & C.trachomatis
• aerobic gram-negative rods (E. coli), anaerobes
(Bacteroides species, Prevotella species, Peptostreptococcus species), and
gram-positive organisms (Streptococcus species)
• Mycoplasma genitalium dan Ureaplasma urealyticum – terkait Chlamydia
• Proses inflamasi terjadi karena menyebarnya kuman pathogen ke
endometrium, tuba falupi dan peritoneal pelvic
• Kerusakan cila tuba falopi terjadi walau pasien tidak ada keluhan PID
• Menyebabkan infertilitas, kehamilan ectopic dan nyeri panggul
Manifesi
Klinis
• Manifestasi klinis sangat bervariasi
• Asymtomatic hingga non spesifik gejala seperti gangguan GI tract,
dyspareneu, dysuria
• Perasaaan tidak nyaman pada perut bagian bawah
• Gejala sistemik seperti demam, mual, muntah tidak terjadi pada peradangan
ringan- sedang
• Pemeriksaan fisik ditemukan nyeri goyang pada cervix tanpa atau disertai
dengan adnexa tenderness
• Leukositosis, CRP meningkat
Diagnosis dan kriteria presumptive
terapi
• Pasien aktif secara seksual datang dengan keluhan nyeri pada perut
bagian bawah disertai salah satu
• Nyeri goyang cervix atau adnexa tenderness atau uterus tenderness
• Bisa disertai gejala sistemik seperti demam tinggi, mual, muntah
• Leukositosis, peningkatan CRP
• Duh vagina mucopurulent
• Ditemukan N.gonorrhea atau PMN yang banyak dari duh tubuh
• Diagnosis klinis untuk Infeksi Radang Panggul mempunyai positive
predictive value yang tinggi
Pengobatan
• Penundaan pengobatan setelah timbulnya keluhan meningkatkan
kemungkinan infertilitas atau kehamilan ectopic
• Indikasi rawat inap
• Tidak ada respon setelah 48 – 72 jam terapi antibiotic oral
• Demam tinggi disertai gejala sistemik lainnya
• HIV
• Abses tuba fallopi atau ovarium
• Hamil
Follow
up
• Pemeriksaan hari ke 3 pasca pengobatan – penurunan demam, nyeri
abdomen, nyeri goyang berkurang significant
• Skrining HIV
• Tes kembali Chlamydia dan GO 3 bulan kemudian dengan atau tanpa
gejala
• Partner notifikasi dan pengobatan presumptive untuk Chlamydia dan
atau GO
Sifilis – Kuman Patogen dan Perjalanan
Penyakit
• Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh T. pallidum
• Tanpa pengobatan Sifilis akan menjadi kronik
• Mempunyai fase akut yang diikuti dengan laten
• Seluruh organ tubuh dapat terinfeksi Sifilis
• Ibu hamil dengan sifilis yang tidak obati akan menyebabkan
congenital Sifilis
Manifestasi
klinis
• Merupakan penyakit “greater imitator” – tidak mempunyai gejala
khas, mempunyai gejala mirip penyakit lain tergantung organ yang
terkena.
• Neurosifilis dan ocular sifilis bisa terjadi pada fase apapun
• Manifestasi primer dan sekunder melibatkan kulit dan mukosa
• Fase laten tidak ada gejala
• Stadium lanjut bersifat sistemik melibatkan banyak organ
Sifilis Primer (Primary
Syphillis)
• Terbentuk ulcus primer atau chancre pada tempat inokulasi
• Manifestasi awal terjadi sekitar 3 minggu setelah paparan ( 10 – 90
hari)
• Sekitar 40% menunjukkan manifestasi yang typical atau klasik
• Menyerang penis, labia, perianal dan mulut
• Typical lesi berupa single lesi, dimulai dengan papul yang berkembang
menjadi ulcus, dasar bersih, tidak nyeri.
• Disertai lymphadenopati sebagian besar bilateral
• Chancre akan hilang sendiri tanpa pengobatan sekitar 1 – 6 minggu
Sifilis Sekunder (Secondary
Syphillis)
• Terjadi 4 – 6 minggu setelah timbulnya chancre
• Terjadi penyebaran melalui pembuluh darah
• Manifestasi berupa kelainan kulit dan mukosa
• Rash ( kemerahan) – terjadi 75 – 100 %, tidak gatal, dapat berupa popular, squamosa,
pustular
• Predileksi rash di dada, punggung, telapak tangan dan kaki
• Lympadenopati – terjadi 50 – 80%
• Lesi oral – 6 – 30% di rongga mulut, pharing, laring, lidah
• Alopecia – angka kejadian 5 % terjadi di occipital dan bi-temporal
• Condyloma lata - angka kejadian 10 – 20 %
• Neurosyphillis – basilar meningitis, dpt disertai tuli, kelumpuhan otat fasial, stroke
mimic syndrom
Laten
Syphillis
• Early latent
• Terjadi < 1 tahun
• Pasien tidak pernah terdiagnosa sifilis sebelumnya
• Pasien tidak pernah ada gejala dan tanda
• Sero konversi dan menunjukkan titer lebih dai 4x
• Ada gejala dari primer atau sekunder sifilis
• Ada kontak sex beresiko dalam 1 tahun terakhir
• Late latent
• Terjadi > 1 tahun
• Tidak pernah terdiagnosis sifilis
• Reactive nontreponemal and treponemal tests and no past diagnosis of syphilis and no prior
• A past history of syphilis therapy and a current nontreponemal test titer demonstrating fourfold or greater increase from the
last nontreponemal test titer
• Tertier sifilis
• Onset kejadian 10 – 15 tahun setelah infeksi
• Terbentuk guma, dapat terjadi disemua
• Mempunyai bentuk tampilan yang beragam tergantung organ termasuk tampilan seperti carcinoma
• Pada organ jantung bias meberikan gejala seperti myocarditis, aorta insufisiensi, aneurisma aorta
Diagnos
a• Menggunakan Treponema serologi tes (TPHA) dan non- treponema serologi
tes (RPR atau VDRL)
• TPHA tidak bisa digunakan untuk mengevaluasi hasil pengobatan
• Positif seumur hidup
• 15 – 25 % bisa negative setelah pengobatan sifilis primer
• Mendeteksi IgG dan Ig M (tergantung produk)
• RPR/VDRL
• Mempunyai sensitivitas yang rendah pada early primary, late latent, dan tersier sifilis
• Mengukur IgM dan IgG
• Mempunyai efek Prozone – false negatif karena antibodi terlalu tinggi
• Pemeriksaan dimulai dengan TPRapid lanjut dengan RPR dan titrasi jika TP
Rapid positif
• Cut off untuk menentukan fase akut atau laten 1:8
Pengobatan
• Pada ibu hamil, jika TP Rapid positif dan tidak dapat dilakukan titrasi RPR dianggap
fase latent (POGI)
• Berikan Benzatin Penisilin 2,4 juta IU IM, 3 kali interval maksimal 14 hari
• Sifilis primer dan sekunder
• Benzatin Penisilin 2,4 juta IU IM
• Diberikan 1 x jika titer RPR > 1:8
• Diberikan 1 x per minggu selama 3 minggu jika titer RPR < 1:8
• Pada kasus alergi penisilin dapat diberikan:
• Doxycyclin 100 mg/12 jam selama 14 hari
• Seftriakson 1 g, injeksi IM. 10-14 hari
• Azithromycine 2 gram single dose dapat dijadikan alternative
Pengobatan - lanjutan
• Laten Sifilis
• BP 2,4 Juta IU, injeksi IM, sekali seminggu selama 3 minggu interval penyuntikan
maksimal 14 hari
• Pemberian doxycycline jika alergi terhadap penisilin diberikan selama 30 hari
• Neurosifilis
• Rawat inap
• Penisilin Prokain 2,4 juta IU/hari IM + Probenesid 500 mg/ 6 jam oral selama 14
hari
• Lanjut dengan Benzatin Penisilin 2,4 juta IU IM tiap minggu selama 3 minggu
• Ceftriaxone 2 gr / hari selama 14 hari diberikan pada kasus alergi penisilin
• Sifilis pada infant atau anak2
• Diberikan bagi neonates yang terbukti atau diduga tertular
• Penisilin G 50,000 unit/kg/ kali diberikan tiap 12 jam selama 10 hari
• Alternatif, Penisilin Prokain 50,000 IU/kg/ hari IM selama 10 hari
Monitoring Pengobatan
• Dilakukan dengan pemeriksaan titer RPR
• Penurunan titer biasaya lebih dari 4 x dan terus akan menurun sampai
bulan ke 12
• Beberapa pasien tidak bisa mengalami “ normal titer”
• Pasien yg telah mendapatkan pengobatan, terbukti terjadi penurunan
adekuat titer RPR dan mempunyai persisten low positive titer disebut
serofast state dan tidak membutuhkan tambahan pengobatan
• Pasien yang telah mendapatkan pengobatan dan perubahan titer RPR
tidak banyak dan tetap dipertimbangkan gagal pengobatan kecuali
ada bukti dicurigain re-infeksi
Skrining
Sifilis
• Dilakukan rutin pada semua ibu hamil
• Pada pengguna PrEP – data peningkatan IMS pada penggunan PrEP
• Penderita HIV
• Pasangan penderita sifilis
• LSL
Reaksi Jarishch -
Herxheimer
• Terjadi pada 24 jam pasca pemberian Benzatin Penisilin
• Biasanya terjadi pada pasien sifilis awal, karena tingginya jumlah
Treponema dalam darah
• Pasien mengeluh demam tinggi, mual muntah, kadang disertai sifilis
rash
• Pengobatan diberikan symtomatis dan anti histamin
Follow
up
• Presumptif terapi bagi pasangan yang berhubungan
sex dengan penderita sifilis
• Kontrol titer RPR untuk monitoring pengobatan
• Penggunaan kondom
Human Papiloma Virus (HPV) – Kuman
Patogen dan Transmisi
• HPV adalah non-enveloped, double-stranded DNA virus
• Jenis HPV
• HPV non oncogenic – Tipe 6 dan 11
• Penyebab kutil kelamin (warts), lesi pada rongga mulut, saluran napas atas, saluran
pencernaan atas, ocular, respiratory papilomatosis
• HPV oncogenic – tipe 16,18, 31,33,45,52,58
• Penyebab terjadinya keganasan anogenital
• HPV menyerang organ yang mempunyai epitel sel squamosa
• Transmisi terjadi melalui hubungan sex – berkaitan dengan lifetime sex
partner
• Transmisi tidak membutuhkan bentuk kutil yang terlihat oleh mata –
asymptomatic dan subclinical HPV dapat menyebabkan transmisi
• Transmisi dpat terjadi dari ibuke anak
Manifestasi
Klinis
• Infeksi HPV bersifat transient, subclinical
• 90 % asymptomatik dan 90% akan hilang sendiri dalam waktu 2 tahun
• Manifestasi umumnya berupa kutil kelamin pada anogenital,
abnormalitas sel pada servix dan kanker anal pada LSL
• Sangat infeksius jika sedang dalam bentuk kutil kelamin – perlu
menjelaskan pada partner untuk menggunakan kondom
Diagnos
a
• Menggunakan diagnosa klinis
• Perlu biopsi pada keadaan berikut
• Mengalami pigmentasi
• Mengalami perdarahan atau ulseratif terus menerus
• Tidak ada respon terhadap pengobatan standard untuk kutil kelamin
• Kecurigaan untuk keganasan untuk keadaan diatas - rujuk
Screening
STI
• Dapat dipertimbangkan untuk melakukan skrining STI seperti GO atau
Chlamydia pada pasien dengan kutil kelamin
Pengobatan - External Anogenital
wart
•
penis, lipat paha, scrotum, vulva, perineum, external anus, and perianus
• Trichloracetic acid 80 – 90% - diberikan seminggu sekali hanya pada kutil kelamin
sampai berwarna keputihan (frooze)
• Jika pasien merasa nyeri dapat diberikan baking soda, cuci dengan sabun atau
berikan bedak untuk menetralisir asam
• Imiquimod 3,75% - diberikan setiap malam selama 16 minggu, dicuci dengan
sabun 6
– 10 jam setelah aplikasi
• Imiquimod 5 % diberikan 3 kali per minggu selama 16 minggu, cuci dengan sabun
6–
10 jam setelah aplikasi
• Cryoterapi
• Pembedahan baik dengan skalpel atau elektrocauter
• Topical cidofovir sebagai alternatif
Pengobatan – Internal anogenital
• urethral meatus, vagina, cervix, regio intra-anal
• TCA 80 – 90 % - kecuali untuk meatus urethra merupakan kontra indikasi
• Cryosurgery
• Pembedahan
• Kutil kelamin bukan merupakan indikasi meningkatkan frekwensi
pemeriksaan pap-smear
• TCA, cryotherapi dan pembedahan dapat dilakukan untuk ibu
hamil
• Podofilin dan imiquimod merupakan kontra-indikasi
• Angka kekambuhan cukup tinggi ( 20 – 50%) dalam waktu 3 – 6 bulan pasca
pengobatan
• Pada penderita HIV jika tidak respon terhadap pengobaan perlu dilakukan
biopsi
Herpes Simplex – Kuman
Patogen
• Merupakan virus DNA
• Pada awal infeksi, HSV penetrasi ke mukosa atau kulit yang tidak intake lalu masuk ke
neuron (ganglia) dan masuk dalam periode laten dalam bentun microRNA
• Ganglia menjadi reservoir HSV
• Reaktivasi HSV terjadi terutama karena stres neuron (trauma,demam,stress
emosional
atau fisik, menstruasi, kontak sex, paparan ultraviolet, immunosuppressi, fatigue)
• Pelepasan virus (virus shedding) terjadi terus menerus walau dalam fase laten dan
asymptomatic
• Pelepasan virus lebih banyak terjadi pada perianal, vulva dan penis – tempat
predileksi
• Reaktivasi HSV 2 secara natural menyebabkan “perekrutan” CD4 di kulit dan
mukosa
genital dan berpotensi meningkatkan resiko “mengundang HIV pada HSV-2
seropositive
• Pelepasan virus HIV 1 lebih jarang terjadi dibanding HSV 2 untuk area genital
Transmis
i
• Transmisi HSV-2 terjadi pada saat pelepasan virus dalam fase
asymptomatic – org tidak menyadari telah terinfeksi HSV
• Transmisi terjadi genital – genital atau oral- genital atau
genital – oral
• Transmisi juga terjadi dari ibu hamil ke anak
• Laki2 lebih menularkan ke wanita daripada wanita ke laki2
Manifestasi
klinis
• Rata – rata masa inkubasi 2 hari ( 2-12 hari)
• Pelepasan virus berkorelasi terhadap timbulnya gejala
• Pada wanita pelepasan virus terjadi pula di cervix, mempunyai gejala
servisitis – jarang terdeteksi karena tidak dilakukan pemeriksaan
• Diluar gejalan ‘klasik” HSV dapat tampil dalam bentuk yang tidak
dikenali seperti haemoroid, vaginitis atau reaksi alergi
• Gejala akan hilang sendiri tanpa pengobatan dalam waktu 2 – 3
minggu
Manifestasi
Klinis
• Infeksi primer
• Saat ini antibodi HSV belum terbentuk – antibodi terbentuk sekitar 12 minggu
• Tampilan gejala lesi dan gejala sistemik berat (severe)
• Timbul ulkus genital multiple, bilateral disertai rasa nyeri, gatal, dysuria, duh tubuh urethra atau
vagina dan pembesaran getah bening inguinal
• Gejala sistemik seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, disfungsi saraf otonom seperti retensi
urin
• Infeksi pada anus menyebabkan tenesmus, duh tubuh anus, nyeri pada anus, konstipasi
• Infeksi non primer
• Antibodi sudah terbentuk
• Gejala biasanya ringan
• Rekuren infeksi
• Gejala ringan dan hilang dalam 3 – 4 hari
• Lesi lebih sering dalam bentuk vesikel dan pustula
• Gejala prodromal seperti rasa gatal, terbakar terjadi 12- 24 jam mendahului lesi
• HSV 2 lebih sering menyebabkan rekuren dibanding HSV 1
Komplika
si
• Aseptik meningitis
• Nyeri radikular
• sacral paresthesias
• transverse myelitis
• Disfungsi saraf otonom
• fulminant hepatitis
HIV dan
HSV
• 60% penderita HIV mempunyai ko-infeksi dengan HSV 2
• Gejala lebih severe dan lesi bersifat kronis
• Lebih sering asymptomatik pada waktu pelepasan virus
• Bisa menyebabkan manifestasi IRIS
• Resiko mendapatkan HIV 2 x lebih besar pada penderita HSV 2
• Re-aktivasi HSV2 akan meningkatkan viremia HIV
• Pemberian obat anti HSV tidak menurunkan transmisi HIV
• ARV dapat menurunkan viremia HIV pada saat rekuren HSV
Pengobatan
• Episode awal
• Asiklovir 5X200 mg/ hari, per oral selama 7- 10 hari
• Asiklovir 3X400 mg/ hari selama 7-10 hari
• Valacyclovir 2X500 mg/hari, per oral selama 7-10 hari
• Rekuren
• Diberikan obat dengan dosis yang sama seperti episode awal
dengan jangka waktu lebih pendek ( 5 hari)
Diagram Alur diagnostik dan
Pengobatan berdasarkan
Gejala
Duh Tubuh Vagina –
Pendekatan
Sindrom
Bagan alur 2 a: Duh Tubuh Vagina dengan Pemeriksaan Inspekulo
tidak
tida Suluh penderita (KIE) dan Konseling
Sediakan dan anjurkan pemakaian kondom
Spekulum Adakah duh k Anjurkan tes HIV dan lakukan pemeriksaan
tubuh vagina atau serviks Serologi Sifilis (STS) bila fasilitas tersedia.
Ya
Speculo
Obati sebagai servisitis
gonore, klamidiosis
dan trikomoniasis
Suluh penderita (KIE) dan Konseling
Sediakan dan anjurkan pemakaian kondom Obati penderita
Obati pasangan sebagai tida sebagai servisitis
Hilangnya
gonore dan keluhan k gonokokus,
klamidiosis. pd hari klamidiosis dan
Anjurkan tes HIV dan lakukan pemeriksaan trikomoniasis
ke
STS bila fasilitas tersedia.
Hilangny tida
Hilangnya a k
keluhan tida keluhan
pd hari ke k Ya pd hari
Rujuk
Rujuk
Ya Ya
Pengobatan selesai
Bagan alur 2 b: Du h Tu b uh Vag in a dengan Pemeriksaan Inspekulo & Mikroskop
Pasien dengan keluhan duh tubuh vagina atau gatal/rasa terbakar pd vulva.
Ya
Buat Sediaan Hapus, Pewarnaan Gram dari d u h t ub uh serviks dan vagina;
Pewarnaan
Gram dari
Sediaan
basah dari
Sediaan
G ram d uh
Sed iaan G ram
duh vagina: Pemeriksaan in Speculo
dan mikroskop
mukopus d uh fo rniks v ag in a: Ad a Ada
serviks: Ada p o sterior: Ada Clue c ells ; Pseudohifa
Diplokokus gerakan pH>4,5; d an atau sel
negatif Gram Trichomonas
tidak Ya tidak
Ya Ya Ya
O bati seba gai O ba ti seba gai O ba ti sebagai
O ba ti seba gai
gonore & kla m idiosis trikomoniasis Kandidiasis
va gi nitis
bakterialis
ya
Ulkus Genital –
ya ya
Beri pengobatan yang sesuai
atau dirujuk
pendekatan sindrom
Obati sebagai herpes Obati sebagai sifilis dan chancroid
genitalis
– Pendekatan
o Perdarahan vaginal - Nyeri goyang pd
yang abnormal, atau serviks.
o Terdapat massa Ya
di abdomen,atau
Sindrom
Ya Obati sebagai PRP Kunjungan
(penyakit radang
panggul)
ulang hari ke 3
RUJUK Suluh penderita (KIE) atau lebih
dan Konseling cepat bila
Sebelum dirujuk siapkan infus dan oksigen Sediakan dan perlu
anjurkan pemakaian
bila memungkinkan kondom
Rujuk penderita untuk penilaian/ pertimbangan Obati pasangannya
sesuai penyakit pasien.
tindakan pembedahan atau ginekologis Anjurkan test HIV dan
lakukan pemeriksaan
STS bila fasilitas
tersedia. Adakah
Ya
Rujuk perbaika
tidak n
Pembengkakan Scrotum
kemungkinan penyebab sbb:
Bubo
Adakah tida Obati sebagai
ulkus ? k
limfogranuloma venereum
Ya
Inguinal
Aspirasi bubo yang berfluktuasi *)
Obati sebagai
Chancroid Suluh penderita (KIE) dan Konseling
Sediakan dan anjurkan pemakaian
kondom
Obati mitra seksualnya sesuai dng
penyakit penderita.
Tawarkan tes HIV dan lakukan
pemeriksaan STS bila fasilitas
tersedia.
Ya
Konjungtiviti
ya
ya
Pengobatan selesai
Obati bayi sebagai gonore
Obati ibu & mitra seksualnya
untuk gonore & klamidiosis
Suluh Ibu (KIE) & Konseling
Anjurkan test HIV dan lakukan
s
Neonatorum
pemeriksaan STS bila fasilitas
tersedia.
Sarankan kembali sesudah 3
hari
Teruskan pengobatan
Tenangkan Ibu
Bagan alur 8: Tumbuhan (Vegetasi) Genital
tid
ak
Obati sesuai penyakitnya
Vegetasi
Genital
atau Bila tidak dapat
Ada tumbuhan ditangani Rujuk
(vegetasi) verukosa?
Ya
o Obati sebagai kondiloma akuminata setiap minggu,
dapat sampai 6 minggu
o Suluh pasien (KIE)
o Sediakan dan anjurkan pemakaian kondom
o Periksa mitra seksualnya
o Anjurkan tes HIV dan lakukan pemeriksaan STS bila
fasilitas tersedia
tidak
Rujuk
Ada perbaikan?
ya
Teruskan pengobatan sampai sembuh
Proktitis –
Pendekatan
Sindrom
Pengobatan Berdasarkan
Gejala
Tatalaksana Infeksi Menular Seksual
(IMS):
Servisitis gonore dan Sefiksim 400 mg, dosis Sefiksim 400 mg, dosis
non- gonore tunggal, per oral DITAMBAH tunggal, per oral DITAMBAH
Azitromisin 1 g, dosis tunggal, Doksisiklin* 2X100 mg/hari,
per oral per oral, 7 hari
ATAU
Sefiksim 400 mg, dosis
tunggal, per oral DITAMBAH
Eritromisin 4 X 500 mg.hari,
per oral, 7 hari
*Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, atau anak di bawah 12 tahun
IM = intra muskular
Pengobatan duh tubuh vagina
karena vaginitis
TRIKOMONIASIS VAGINOSIS BAKTERIALIS KANDIDIASIS VAGINALIS
Metronidazol** 2X 500 Metronidazol** 2X 500 Mikonazol atau klotrimazol 200 mg
mg per oral, selama 7 mg per oral, selama 7 hari intravagina, setiap hari, selama 3 hari
hari ATAU
Klotrimazol 500 mg intravagina dosis
tunggal ATAU
Flukonazol* 150 mg, per oral dosis
tunggal, ATAU
Itrakonazol* 200 mg, per oral dosis
tunggal
PILIHAN PENGOBATAN LAIN
Metronidazol**2 g per Metronidazol**2 g per oral, Nistatin, 100.000 IU, intravagina,
oral, dosis stunggal dosis stunggal setiap hari selama 7 hari
Obat yang Benzatin-benzilpenisilin2,4 juta Seftriakson 250 Asiklovir 2x500 mg/hari, Asiklovir 5x200 Doksisiklin *, 2x100
dianjurkan IU, dosis tunggal, injeksi per oral, selama 7 hari mg/hari,per oral selama mg/hari, per oral,
intramuskular mg, injeksi ATAU 5 hari selama 14 hari,
intramuscular Asiklovir 3x400 mg/hari, ATAU ATAU
selama 5 hari Asiklovir 3x400 mg/hari Eritromisin base
, dosis ATAU selama 5 hari 4x500 mg/hari, per
tunggal Valasiklovir, 2x500 ATAU oral, selama 14 hari
mg/hari, per oral, selama Valasiklovir 2x500
5 hari mg/hari, per oral,
selama 5 hari
Seftriakson 250 mg injeksi intramuscular dosis Doksisiklin* 2x100 mg/hari, per oral, 21 hari
tunggal ATAU
Azitromisin 1 gr, per oral, dosis tunggal ATAU Eritromisin etilsuksinat 4X 400 mg/hari, oral ,
selama 21 hari
Eritromisin base, 4 X 500 mg/hari, per oral,
selama 7 hari
*Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, menyusui, atau anak di bawah 12 tahun
IM = intra muscular
g. Pengobatan Bayi dengan konjungtivitis
neonatorum
Tinktura podofilin* 10-25%, lindungi bagian Dapat dipilih salah satu cara di bawah ini:
yang sehat dengan vaseline album, a. Krioterapi dengan nitrogen cair
kemudian dicuci setelah 4 jam, ATAU b. Krioterapi dengan CO2 padat
Larutan trichloroacetic acid (TCA) 80-90% c. Bedah listrik/elektrokauterisasi
d. Pembedahan (bedah skalpel)
Untuk pengobatan:
• Stadium dini (stadium 1 dan 2) dengan 2,4 juta Unit Benzatin Penisilin
• Stadium laten dengan 7,2 juta Unit Benzatin Penisilin/interval maksimum 14
hari