Anda di halaman 1dari 11

TUGAS METOLOGI PENELITIAN

HUJAN ASAM

Dosen Pengampu :
Dr. SUNARDI, S.Si., M.Si

Disusun Oleh:
Sari Susanti S.Doroloonda (26200337D)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SETIA BUDI


SURAKARTA 2022

1
DAFTAR ISI

Halaman
COVER……………………………………………………..………………………… 1
DAFTAR ISI……………………………………………………..…………………… 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………..…………. 3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..……… 4
C. Tujuan……………………………………………………..………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hujan Asam……………………………………………………..… 5
B. Beberapa penyebab hujan asam……………………………………………….. 7
C. Proses Terbentuknya Hujan Asam…………………………………………….. 7
D. Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan Manusia dan Lingkungan……….. 9
E. Upaya-upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak Dari Hujan Asam…. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………..………………. 12
B. Saran……………………………………………………..……………………… 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..……………. 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), semakin tinggi
pula kegiatan ekonomi manusia, di antaranya dengan semakin pesatnya perkembangan
sector industri dan sistem transportasi. Sebagai konsekuensi logis, maka semakin
dampaknya akan meningkatkan zat-zat polutan yang dikeluarkan dari kegiatan industri
maupun transportasi tersebut. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan
berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara. Beberapa contoh
efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi isu-isu global
antara lain efek rumah kaca, pemanasan global, polusi, sampah, dan hujan asam.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith pada tahun 1972. Ia
menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan industri di bagian utara
Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari peristiwa terjadinya deposisi
asam. Ia mengatakan bahwa bahan pencemar di udara yang bercampur dengan air hujan
bersenyawa menjadi asam dan menyebabkan kerusakan bangunan dan monumen bersejarah.
Pada dasarnya, air hujan normal memang sudah asam dengan kadar keasaman antara pH 5,6
– 5,0. Keasaman ini dihasilkan ketika karbondioksida dan materi asam alami lainnya terurai
dalam uap air yang bercampur di udara.
Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa banyak gas polutan yang
menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk sulfur dioksida yang umumnya dihasilkan

3
oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batu bara, dan nitrogen oksida dari
kendaraan bermotor serta bahan bakar fosil yang digunakan oleh industri. Kedua unsur
tersebut bersenyawa di atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari senyawa-senyawa
asam lainnya. Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan gabungan antara asam sulfur
dan asam nitrat. Cahaya matahari mempercepat laju reaksi proses itu. Hujan asam
menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah, danau-danau, sungai, serta menyebabkan
kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material gedung, patung-patung dan
peninggalan sejarah.
Mengingat begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan
manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana hujan
asam terbentuk, dampak hujan asam terhadap manusia dan lingkungan, serta usaha yang
dapat kita lakukan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya hujan asam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Hujan Asam ?
2. Bagaimana proses terbentuknya Hujan Asam ?
3. Bagaimana dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh Hujan Asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan ?
4. Upaya apa sajakah yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan mencegah terjadinya
Hujan Asam ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hujan Asam.
2. Untuk mengetahui proses terbentunya Hujan Asam.
3. Untuk mengetahui dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh Hujan Asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan.
4. Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan mencegah
terjadinya Hujan Asam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hujan Asam


Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui dari buku
karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of The Air”. Buku
tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or salino-sulforus spiris”.
Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sejak awal abad ke 18 memaksa
penggunaan bahan bakar batu bara dan minyak sebagai sumber utama energy untuk
mesin-mesin. Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (factor penyebab) dari hujan asam
yakni gas-gas SO2, NOx dan HCl meningkat. Padahal biasanya precursor ini hanya berasal dari
gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1872
pada saat menguraikan keadaan di Manchester, sebuah daerah industri di Inggris bagian utara.
Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul “Air and Rain: The
Beginnings of Chemical Technology ”.
Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam dari pada hujan biasa. Deposit asam dari
atmosfer dapat bersifat basah (dari hujan, salju, hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen
dan pengaruh gravitasi yang tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama kali
pada tahun 1950, yaitu pada saat hujan asam tersebut memberikan dampak negatif berupa air
yang bersifat asam di danau Skandinavia dan Kanada.
Istilah keasaman berarti bertambahnya ion hydrogen ke dalam suatu lingkungan. Suatu
lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan ion hydrogen yang berasal dari asam sulfat
(H2SO4) dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam oksidasi sulfur dioksida adalah
antara sulfur dioksida yang terlarut dalam hydrogen peroksida.
Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada tahun 1960-an
ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya hingga mengakibatkan
berkurangnya populasi ikan.
Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar dan
dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan bereaksi
dengan CO2 di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan.

5
Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka
akan terjadi hujan asam.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah pemanasan global (global warming), gas buang
seperti SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi
sehingga dapat mencegah kenaikan temperature bumi. Akan tetapi, efek samping dari hujan
asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan global warming.
Sebenarnya istilah hujan asam kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam
dari atmosfer ke permukaan bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam,
karena pengendapan asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi
juga melalui kabut, embun, salju, aerosol, bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi asam
lebih bermakna luas dari hujan asam.
Karena hujan asam terlihat, dan rasanya seperti air bersih, pengukuran pH diambil untuk
menentukan keasaman yang dimilikinya. Menurut US Environmental Protection Agency, air
murni memiliki pH 7,0, dan hujan normal memiliki pH sekitar 5,6. Nilai 7,0 dianggap netral,
nilai yang lebih tinggi dari 7,0 semakin alkali atau dasar, nilai lebih rendah dari 7,0 semakin
asam. Ilustrasi di atas juga menggambarkan pH dari beberapa zat umum.
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering
adalah peristiwa terkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat
terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik.
Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang
membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi ini terjadi dekat sumber
pencemaran.
Deposisi basah adalah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di
dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air
hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui
udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi.
Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.

6
B. Beberapa penyebab hujan asam
1) Pada dasarnya hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, yaitu Sulfur Dioksida (SO2)
dan Nitrogen Okside (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi
sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer di seluruh dunia terjadi secara alami, misalnya
dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami.
2) Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulfur dioksida dan
nitrogen mengendap pada logam serta mongering bersama debu atau partikel lainnya.

C. Proses Terbentuknya Hujan Asam


Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida yang ada di atmosfer
baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah, sungai, danau, hutan, lahan pertanian, atau
bangunan melalui tetes hujan, kabut, embun, salju, atau butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun
jatuh bersama angin.
Asam-asam tersebut berasal dari precursor hujan asam dari kegiatan manusia
(anthropogenic) seperti emisi pembakaran batu bara dan minyak bumi serta emisi dari kendaraan
bermotor. Kegiatan alam seperti letusan gunung berapi juga dapat menjadi salah satu penyebab
deposisi asam. Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari precursor hujan asamnya melalui
reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup banyak dan kompleks, namun
dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah ini.
1. Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)
Gas SO2 bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi
photokatalitik di atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2 + OH → HSO3
HSO3 + O2 → HO2 + SO3
SO3 + H2O → H2SO4
Selanjutnya apabila di udara terdapat Nitrogen Monoksida (NO) maka radikal
hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi di atas akan bereaksi seperti :
NO + HO2 → NO2 + OH
Pada reaksi radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO di udara,
maka reaksi radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi semakin banyak SO2,
maka akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.

7
2. Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)
Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida dengan
radikal hidroksil.
NO2 + OH → HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon.
NO2 + O3 → NO3 + O2
NO2 + NO3 → N2O5
N2O5 + H2O → HNO3
Di daerah peternakan dan pertanian akan cocok menghasilkan asam pada
tanahnya mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian
mengandung urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun
garam-garam ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan asam
sulfat. Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan membentuk
ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.
HNO3 sangat asam dan larut dengan baik sekali. Selain itu juga merupakan asam
keras dan reaktif terhadap benda-benda lain yang menyebabkan korosif. Oleh sebab
itu, prespitasinya akan merusak tanaman terutama daun.

3. Pembentukan Asam Chlorida (HCl)


Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan
Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen.
CFC + hv(UV) → Cl* + produk
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
Reaksi di atas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi
lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam
biasanya berkisar antara 62% oleh asam sulfat, 32% asam nitrat, dan 6% asam klorida.
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan
dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam

8
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industry, pembangkit tenaga listrik,
kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama ammonia). Gas-gas
yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di
atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat
turunnya kadar pH sejak dimulainya revolusi industry dari pH 6 menjadi 4,5 atau 4.
Informasi lain diperoleh dari organism yang dikenal sebagai diatom yang menghuni
kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun organism-organisme yang mati akan mengendap
dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat
pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan
memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing
lapisan tersebut.

D. Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan Manusia dan Lingkungan


Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global
dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya
pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
a) Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di
danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau
lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat
produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam
beracun seperti alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan
mengeluarkan lender berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas.
Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh
tingginya kadar pH.
b) Tanah
Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek terhadap tanah. Gejala ini menyebabkan
terjadinya pencucian mineral seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang merupakan mineral utama
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam berat

9
seperti Al, yang justru menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air.
Tanaman kemudian mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang
menandakan terjadinya kerusakan system transportasi air pada tanaman.
c) Tumbuhan
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun
rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin,
jamur dan serangga. Perumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa
diambil dan mineral-mineral penting menjadi hilang.
Hujan asam yang larut bersama nutrisi di dalam tanah akan menyapu kandungan tersebut
sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat
kimia beracun seperti alumunium yang akan bercampur di dalam nutrisi. Sehingga apabila
nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun
berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan, dan mati.
d) Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata
berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa NOx dan SO2.
Kesulitan yang dihadapi dikarenakan banyaknya factor yang mempengaruhi kesehatan
seseorang, termasuk factor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya
balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relative lebih rentan terhadap
pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.

E. Upaya-upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak Dari Hujan Asam


Usaha untuk mengendalikan deposisi asam adalah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat pencemar saat terjadinya
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energy.
1. Menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas asam akan
mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat
menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non
belerang atau bahan bakar alternative yang ramah lingkungan, misalnya methanol,
etanol, dan hydrogen.

10
2. Pengendalian pencemaran selama pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Salah satu tekologi ialah Lime Injection in
Multiple Burners (LIMB). Selain itu bisa juga dengan penggunaan Scrubbers.
Alat ini mampu mengurangi emisi sulfur oksida hingga 80-95%.
3. Pengendalian setelah pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.
Teknologi yang sudah banyak dipakai adalah Fle Gas Desulfurization (FGD).
Cara lain ialah dengan menggunakan ammonia sebagai zat pengikatnya sehingga
limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai pupuk.
4. Mengaplikasikan prinsip 3R ( Refuse, Recycle, Reduce )
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana
produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat di daur ulang sehingga
jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
5. Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap tanah
ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur kedalam tanah
atau kedalam danau. Penambahan kapur kedalam tanah maupun danau dapat
menetralkan sifat asam.
6. Melakukan reboisasi atau penanaman kembali. Keberhasilan program reboisasi
dan rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas
lingkungan terutama dalam aspek :
§ Fungsi hidrologi
§ Fungsi perlindungan tanah
§ Stabilitas iklim mikro
§ Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara
§ Potensi sumber daya pulih yang dapat dipanen
§ Pelestarian sumber daya plasma nutfah
§ Perkembangbiakan ternak dan satwa liar
§ Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi
§ Menciptakan kesempatan kerja
§ Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian

11

Anda mungkin juga menyukai