Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM V FISIOLOGI MANUSIA

SUHU TUBUH DAN PENGUKURANNYA (TERMOREGULASI)

Oleh :
Sulastri
153112620120044

JURUSAN S1 BIOLOGI MEDIK


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2016
LAPORAN PRAKTIKUM V FISIOLOGI MANUSIA

A. Judul :
Pengukuran Suhu Tubuh (Termoregulasi)

B. Tanggal : 04 Oktober 2016

C. Tujuan :
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
 Mengukur suhu ketiak (axilla) dan suhu mulut seseorang
 Menerangkan pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur air es
pada suhu mulut seseorang.
 Menyimpulkan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
binatang poikilotermik.

D. Dasar Teori :

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk


mempertahankan suhu internal agar berada di suhu optimal.
Termoregulasi pada manusia adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh
manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas
sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.sedangkan
Thermoregulasi pada hewan merupakan suatu proses homeostatis untuk
menjaga agar suhu tubuh suatu hewan tetap dalam keadaan stabil
dengan cara mengatur dan mengontrol keseimbangan antara banyak
energi (panas) yang diproduksi dengan energi yang dilepaskan.
Thermogenesis yang terdapat pada hewan diperoleh dari hewan sendiri
atau dari absorbsi panas lingkungan

Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh,


hewan dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu poikilotermik,
homoitermik dan homeotermik. Hewan poikilotermik yaitu hewan yang
suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu
lingkungan. Sementara, hewan homeoterm yaitu hewan yang suhu
tubuhnya selalu konstan/ tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya
sangat berubah. Hewan poikiloterm juga dapat disebut sebagai
ektoterm karena suhu tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu
lingkungan eksternalnya. Sementara, homeoterm dapat disebut
endoterm karena suhu tubuhnya diatur oleh oleh produksi panas yang
terjadi didalam tubuh.

Poikiloterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu
tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar.
Hewan yang tidak mampu mempertahankan suhu tubuhnya. Suhu tubuh
hewan berfluktuasi sesuai dengan suhu lingkungannya. Sebetulnya suhu
tubuh tidak betul-betul sama dengan suhu lingkungan, sebab kalau diukur
teliti, suhu selnya sedikit diatas suhu lingkungannya. Menghadapi fluktuasi
suhu lingkungan, hewan poikilotermik melakukan konformitas suhu. Laju
kehilangan panas pada hewan poikilotermik lebih tinggi dari pada laju
produksi panas, sehingga suhu tubuhnya lebih ditentukan oleh suhu
lingkungan eksternalnya dari pada suhu metabolisme internalnya.

2. Homoiterm.
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas karena mampu
menjaga panas suhu tubuhnya. Pada hewan homoiterm suhunya lebih
stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat
mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada
suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu
tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang
dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor
panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan
faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu
tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi
dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui
proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi
berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan
berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia. Hewan yang
berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan
suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca
keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan
panas yang hilang.
3. Heterotermik
Yaitu kelompok hewan yang pada saat tertentu memiliki sifat
poikilotermik dan pada saat lain bersifat homeotermik, dan kelompok
hewan yang mengatur suhu tubuh secara parsial, yaitu regulasinya
terbatas pada bagian tubuh tertentu. Disebut juga endotermik fakultatif ,
mampu melakukan regulasi fisiologik tetapi tidak mengatur secara tepat
sepanjang waktu. Heterotermik dapat di buktikan pada insekta tertentu,
yang ektotermik pada saat istirahat dan tetapi bersifat endotermik pada
saat aktif.

Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior


terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan
panas, yaitu termoreseptor,hypothalamus, dan saraf eferen serta
termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu
yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal,
hubungan antara prodksi panas dan pengeluaran panas harus
dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan
kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol
suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontror suhu
tubuh sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus
merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior
mengontror pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontror
produksi panas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi termoregulasi

Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada


suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi
panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku.
faktor yang mempengarui suhu tubuh antara lain :

a. Usia

Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang


relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi
dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap
perubahan suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30%
panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan
penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari
ingkungan yang ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC
sampai 39,5ºC. Produksi panas akan meningkat seiring dengan
pertumbuhan bayi memasuki anak-anak. Perbedaan secara individu
0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal (Whaley and Wong, 1995).

Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal


turun secara berangsur sanpai seseorang mendekati masa lansia. Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu
oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Nmun rentang shu
tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu
yang ektrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada
kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan
jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat dan
penurunan metabolisme.
b. Olahraga

Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam


pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan
metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat
meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
Olahraga berat yang lama, seperti lari jaak jauh, dapat meningatkan suhu
tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.

c. Kadar hormon

Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih


besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan
menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar
progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas.
Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan
suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti
mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak,
30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak
stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.

d. Stres

Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi


hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal

e. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam


ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu
tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik.
Jika kien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin
rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang
konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan
karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.

Suhu diregulasi oleh sistem saraf dan oleh sistem endokrin.

a. Sistem saraf

1. Pendinginan dan pemanasan kulit merangsang ujung saraf yang


sensitive terhadap suhu dengan menghasilkan respons yang sesuai-
menggigil pada dingin, berkeringat pada panas.

2. Hipotalamus dalam otak berespons terhadap suhu darah yang


lewat di dalam kapiler. Hipotalamus terdiri dari dua pusat untuk
pengaturan panas.Yang satu berespons terhadap peningkatan suhu
dengan menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas. Yang
lainberespons terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan
vasokonstriksi dan aktivasi produksi panas lebih lanjut.

b. Sistem endokrin

1. Medulla adrenal : dingin meningkatkan sekresi adrenalin, yang


merangsang metabolisme dan dengan demikian meningkatkan
produksi panas.

2. Kelenjar tiroid : dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan


meningkatkan metebolisme dan produksi panas.
E. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
Alat yang digunakan dalam test/percobaan iniadalah sebagai
berikut :
NO Nama Alat Jumlah
1 Papan fiksasi kodok 1 Unit
2 Tali Secukupnya
3 Termometer Kimia 1 Unit
4 Termometer Klinik 1 Unit
5 Pengukur tinggi badan 1 Unit

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam test/percobaan ini yaitu sebagai
berikut :
NO Nama Bahan Jumlah
Orang percobaan
1 (mahasiswa biomedik) 1 orang
2 Kodok 1 ekor
3 Alkohol 70% Secukupnya
4 Kapas Secukupnya
5 Air Es Secukupnya
6 Air Hangat Secukupnya

3. Cara Kerja
1) Pengukuran suhu mulut.
1. Bersihkan termometer klinik dengan alkohol.
2. Turunkan miniskus air raksa sampai di bawah skala dengan
mengayun sentakkan termometer tersebut beberapa kali.
3. Letakkan reservoir termometer di bawah lidah dan OP menutup
mulutnya rapat-rapat.
4. Setelah 5 – 10 menit baca dan catat suhu mulut OP.
2) Pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur air es pada
suhu mulut.
1. Turunkan miniskus air raksa sampai di bawah skala.
2. Letakkan termometer di bawah lidah OP.
3. Baca dan catat suhu mulut setelah 5 menit.
4. Tanpa menurunkan miniskus air raksa letakkan kembali
termometer di bawah lidah OP.
5. Baca dan catat lagi suhu mulut setelah 5 menit.
6. OP bernafas tenang melalui mulut selama 2 menit sambil
menutup lubang hidup.
7. Segera setelah ini, turunkan miniskus air raksa sampai di bawah
skala.
8. Letakkan termometer di bawah lidah OP.
9. Baca dan catat suhu mulut setelah 5 menit.
10. Tanpa menurunkan miniskus air raksa letakkan kembali
termometer di bawah lidah OP.
11. Baca dan catat lagi suhu mulut setelah 5 menit.
12. OP berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit.
13. Segera setelah ini, turunkan miniskus air raksa sampai di bawah
skala.
14. Letakkan termometer di bawah lidah OP.
15. Baca dan catat suhu mulut setelah 5 menit.
16. Tanpa menurunkan miniskus air raksa letakkan kembali
termometer di bawah lidah OP.
17. Baca dan catat lagi suhu mulut setelah 5 menit.
3) Pengukuran suhu axilla
1. Keringkan ketiak OP, dan OP berbaring terlentang.
2. Bersihkan termometer klinik dengan alkohol.
3. Turunkan miniskus air raksa sampai di bawah skala dengan
mengayun sentakkan termometer tersebut beberapa kali.
4. Letakkan termometer di bawah ketiak dan jepit dengan baik.
5. Setelah 10 menit baca dan catat suhu ketiak OP.
4) Pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh binatang
Poikilotermik
1. Tetapkan suhu ruang dengan termometer kimia.
2. Ikat dengan tali seekor kodok telentang di atas papan fiksasi.
3. Masukkan termometer kimia ke dalam esofagusnya.
4. Baca dan catat suhu kodok setelah 5 menit.
5. Dengan termometer masih tetap di dalam esofagusnya,
benamkan kodok itu ke dalam air es selama 5 menit.
6. Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.
7. Keluarkan termometer dari esofagus kodok dan tetapkan suhu
air es.
8. Keluarkan kodok dari air es dan biarkan beberapa menit dalam
suhu ruang, sementara itu siapkan air hangat.
9. Masukkan kembali termometer ke dalam esofagus kodok.
Benamkan kodok itu sekarang ke dalam air hangat setinggi
lehernya.
10. Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.

F. Hasil Percobaan (Data)


Terlampir
G. Pembahasan
Pada percobaan mengukur suhu tubuh manusia dilakukan oleh OP
Ria sri rahayu umur 22 tahun diperoleh hasil pengukuran suhu berbeda-
beda . pada suhu mulut setelah 5 menit 370C , suhu mulut setelah 10
menit 37,60 C, suhu mulut setelah bernafas 2 menit sampai 5 menit dan
setelah bernafas 2 menit sampai 10 menit 37,6 0 C dan suhu mulut setelah
berkumur air es selama 1 menit dalam 5 menit ialah 36,7 0C .suhu mulut
OP terlihat sedikit mengalami perubah pada suhu awal dan suhu mulut
setelah berkumur air es selama 1 sampai 5 menit. Suhu tubuh OP
termasuk suhu tubuh normal yaitu 360C-370C. pada suhu ini merupakan
keadaan seimbang dalam pengeluaran dan pembuatan panas tubuh.
Metabolisme merupakan proses untuk menghasilkan panas. Metabolisme
alat – alat tubuh meliputi : kerja otot jantung, pernapasan, pencernaan dan
kelenjar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan panas yaitu
:
1. Radiasi atau panacaran panas
Panas badan dipancarkan kebenda disekelilingnya, jika suhu benda lebih
rendah dari suhu badan.
2. Konduksi atau hantaran panas
Panas badan dihantarkan kebenda lain disekelilingnya, jika suhu benda
lebih rendah dari suhu badan.
3. Konveksi atau aliran panas
Terjadi apabila suhu disekelilingnya lebih rendah dari suhu badan.
4. Evaporasi atau penguapan air
Katak merupakan hewan poikiloterm dimana suhu tubuhnya selalu
berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Cara adaptasi katak
terhadap suhu sangat panas dengan meningkatkan laju pendinginan
dengan penguapan melalui kulitnya karena memiliki kulit yang senantiasa
lembab. Sedangkan cara adaptasi katak terhadap suhu sangat dingin
dengan menambah zat terlarut kedalam cairan tubuhnya untuk
meningkatkan konsentrasi osmotic. Dengan demikian, titik beku cairan
tubuhnya dapat diturunkan hingga suhu dibawah 0 oC. Zat zat terlarut yang
ditambahkan biasanya berupa gula dan gliserol.

Pengukuran suhu pada axillaris hasilnya tidak jauh berbeda dengan


ketika melakukan pengukuran dengan mulut dan sebelum berkumur
dengan air es yaitu 37,1oC. Penyebabnya karena manusia merupakan
homoitermik yaitu dalam keadaan normal, suhu manusia relatif stabil
meskipun keadaan lingkungan berubah-ubah. Menurut Muttaqin (2009),
suhu tubuh yang diukur dengan axillaris dapat lebih rendah 0,5oC
daripada suhu tubuh, yang diukur melalui mulut. Suhu tubuh yang relatif
konstan,tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan disekitarnya.Hal ini
karena darah bersih dan darah kotor pada manusia ini sudah tidak
bercampur lagi karena katup pada jantungnya sudah sempurna.Pada
golongan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya
reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Perubahan
suhu yang terjadi pada manusia dipengaruhi oleh faktor umur, faktor
kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, dan
faktor makanan.
.
Pengukuran suhu yang selanjutnya yaitu pengukuran suhu pada
hewan katak. Suhu katak pada awal ssebesar 310C, Setelah dilakukan
percobaan dengan menggunakan air es , katak mengalami penurunan
suhu, suhu semula katak yaitu 310C menjadi 230C. ketika suhu lingkungan
turun, suhu tubuh katak juga ikut turun menyesuaikan dengan
lingkungannya. Saat katak dimasukkan ke dalam air hangat yang bersuhu
500C suhu pada katak mengalami perubahan kenaikan menjadi 360C yang
diakibatkan karena suhu katak menyesuaikan dengan lingkungannya. Dari
perubahan suhu katak tersebut telah membuktikan bahwa katak
merupakan hewan poikiloterm dimana suhu tubuhnya ditentukan oleh
keseimbangannya dengan kondisi suhu lingkungan, dan berubah-ubah
seperti berubahnya-ubahnya kondisi suhu lingkungan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Suhu pada manusia berbeda-beda , hal ini disebabkan beberapa
faktor antara lain lingkungan, daerah tubuh yang diukur suhunya, dan
usia. Sedangkan pada katak suhunya mengalami perubahan tergantung
dari lingkungan nya , jika katak tersebut berada di tempat yang suhu
rendah maka suhu tubuhnya akan mengalami penurunan dan jika berada
di tempat dengan suhu panas maka akan mengalami peningkatan suhu
dari suhu awalnya sehingga katak termasuk golongan poikilotermik.
Saran
Dalam pengukuran suhu tubuh, seharusnya manusia lebih baik
melakukan pengukuran lewat axilla dibandingkan mulut karena hasil
pengukurannya yang lebih akurat.

H. Daftar Pustaka
Bima, 2006. Pengaturan Suhu Tubuh. http://bima.ipb .ac.id/~tpb/
materi/bio100/ Materi/ suhu_ tubuh .html. Diakses tanggal 8 oktober 2016

Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang. Universitas


Andalas

https://www.academia.edu/6640140/Termoregulasi_pada_Manusia .
diakses tanggal 8 oktober 2016

http://nurussobah.web.ugm.ac.id/2015/01/21/laporan-praktikum-fisiologi-
ternak-acara-thermoregulasi/ . diakses tanggal 9Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai