Anda di halaman 1dari 11

REFERAT BEDAH PLASTIK

DEGLOVING INJURY

Ryan Andhika, dr.

Pembimbing

Dr. Rani, SpBP-RE(K)

PROGRAM STUDI ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

PADJADJARAN 2017

1
ANATOMI KULIT

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia, juga mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi

utama kulit adalah proteksi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh,

pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan keratinisasi. Kulit menjaga bagian

dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya gesekan atau tarikan.

Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu

1. Lapisan epidermis .

Lapisan epidermis merupakan epitel berlapis gepeng yang sel selnya menjadi

pipih bila matang dan naik ke permukaan, yang terdiri dari stratum korneum,

stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale dengan melanosit,

juga tidak terdapat pembuluh darah. Pada telapak tangan dan kaki,

epidermis sangat tebal untuk menahan robekan dan kerusakan yang

terjadi pada daerah ini. Pada bagian tubuh yang lainnya, misalnya pada

bagian medial lengan atas dan kelopak mata, kulit sangat tipis.

2
2. Lapisan dermis

Lapisan dermis ini lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas

jaringan ikat padat yang banyak mengandung pembuluh darah, pembuluh

limfatik dan saraf. Dermis terdiri dari stratum papilare dan stratum

retikulare. Tebalnya dermis berbeda beda pada berbagai bagian tubuh dan

cenderung menjadi lebih tipis pada permukaan anterior dibanding dengan

permukaan posterior. Dermis pada perempuan lebih tipis dibandingkan

pada laki laki.

3
3. Lapisan subkutis

Lapisan ini merupakan kelanjutan dari dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar

yang berisi sel sel lemak. Berfungsi sebagai pengatur suhu dan pelindung bagi

lapisan kulit yang lebih superficial terhadap tonjolan tonjolan tulang.

Di dalam dermis, sebagian besar berkas serabut serabut kolagen berjalan sejajar.

Insisi bedah pada kulit yang dilakukan disepanjang atau antara berkas berkas ini

menimbulkan kerusakan minimal pada kolagen sehingga luka yang sembuh

dengan sedikit jaringan parut. Sebaliknya, insisi yang dibuat memotong berkas

berkas kolagen akan merusaknya dan menyebabkan pembentukan kolagen baru

yang berlebihan sehingga terbentuk jaringan parut yang luas dan jelek. Arah

berkas berkas kolagen ini dikenal sebagai garis insisi ( garis Langer ), dan garis

garis ini cenderung berjalan longitudinal pada extremitas dan melingkar pada leher

dan batang badan.

4
Definisi

Degloving merupakan gangguan pada kulit sedikit sampai luas dengan variasi

kedalaman jaringan yang disebabkan trauma ditandai dengan rusaknya struktur yang

menghubungkan kulit dengan jaringan dibawahnya ,kadang masih ada kulit yang

melekat dan ada juga bagian yang terpisah dari jaringan dibawahnya. Degloving

dapat juga berhubungan dengan permukaan pada jaringan lunak, tulang, persarafan

ataupun vaskuler. Jika trauma menyebabkan kehilangan aliran darah pada kulit, maka

dapat terjadi nekrosis. Trauma degloving ini seringkali membutuhkan debridement

untuk menghilangkan jaringan yang nekrosis. Trauma degloving dalam jumlah besar

disertai dengan jaringan yang lebih profunda menyebabkan jaringan terkelupas atau

berupa sayatan.

Degloving paling sering terjadi pada daerah lengan maupun tungkai. Hal ini

biasanya disebabkan oleh trauma mekanis, biasanya oleh karena trauma pada

kendaraan bermotor, trauma akibat kipas angin. Namun juga bisa akibat trauma

tumpul.

Etiologi

Trauma degloving dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain karena

kecelakaan lalu lintas seperti terlindas dari kendaraan atau kecelakaan akibat dari olah

raga seperti roller blade, sepeda gunung, acrobat dan skate board. Trauma degloving

ini mengakibatkan penurunan supplai darah ke kulit, yang pada akhirnya dapat

terjadi kerusakan kulit.

5
Degloving yang luas dan berat biasanya diakibatkan oleh ikat pinggang dan ketika

tungkai masuk ke roda kendaraan. Adapun penyebab lainnya bisa berupa kecelakaan

pada escalator atau biasa juga disebabkan oleh trauma tumpul.

Degloving minimal biasa terjadi pada pasien yang sudah tua, misalnya

benturan terhadap meja. Selain pada extremitas, degloving juga biasa terjadi pada

mucosa mandibula, yang diakibatkan oleh high jump pada acrobat biking atau

kecelekaan lalu lintas.

Klasifikasi

Trauma degloving dibagi 2 yaitu :

1. Trauma degloving dengan luka tertutup.

Trauma ini jarang terjadi tapi penting diperhatikan karena terjadi pada pasien

dengan multiple trauma, dimana jaringan subkutan terlepas dari jaringan

dibawahnya. Klinis awalnya dari jenis ini seringkali tampak normal pada permukaan

kulit, dapat disertai dengan echimosis. Dan jika tidak dikoreksi, akan

menyebabkan peningkatan dari morbiditas yaitu jaringan yang terkena akan

mengalami necrosis. Untuk itu dilakukan drainase dengan membuat insisi kecil

yang bertujuan untuk kompresi, karena terdapat ruangan yang terisi oleh hematome

dan cairan. Luka degloving yang tertutup terjadi jika ada kekuatan shear dengan

energi yang cukup dalam waktu yang singkat sehingga kulit tidak terkelupas. Tapi

didalamnya kadang dapat terjadi pemisahan antara jaringan dengan pembuluh

darah, hal ini menyebabkan bagian yang atas dari jaringan yang terpisah menjadi

6
nekrosis karena tidak mendapat aliran darah. Komplikasi dari traksi dapat

mengakibatkan trauma degloving luka tertutup pada kulit sehingga dapat

menyebabkan terjadinya lesi pada kulit. Hal ini mungkin disebabkan oleh usia lanjut

dan kulit yang lemah. Jadi pada trauma degloving tertutup jaringan subkutan

terlepas dari jaringan dibawahnya, sedang bagian luar atau permukaan kulit tanpa

luka atau ada luka dengan ukuran yang kecil.

7
2. Trauma degloving dengan luka terbuka.

Trauma degloving ini terjadi akibat trauma pada tubuh yang menyebabkan

jaringan terpisah. Gambarannya berupa terangkatnya kulit dari jaringan dibawahnya

disertai dengan luka yang terbuka. Ini merupakan trauma degloving dengan luka

terbuka.

Gambaran klinis

Terkelupasnya lapisan kutis dan subkutis dari jaringan dibawahnya, dapat juga

masih terdapat bagian dari kulit yang melekat, ini terjadi pada trauma degloving

terbuka. Gejala klinik yang lain dapat pula ditemukan gambaran permukaan kulit

yang normal atau dapat disertai dengan echimosis, ini terjadi pada trauma degloving

tertutup.

Penatalaksanaan

Jika terjadi kehilangan jaringan yang luas dapat terjadi syok dilakukan

penanganan dari syok. Penanganan dari trauma degloving ini berupa kontrol

perdarahan dengan membungkusnya dengan kassa steril pada luka dan sekitar luka,

debridement luka dan dilakukan amputasi bila jaringan tersebut nekrosis. Trauma

degloving seharusnya di lakukan pencucian atau debridemen dari benda asing dan

jaringan nekrotik juga dilakukan penutupan dari luka. Bila lukanya kotor maka

dilakukan perawatan secara terbuka sehingga terjadi penyembuhan secara sekunder,

lukanya bersih dilakukan penutupan luka primer.

8
Pada trauma degloving tertutup sering tidak diketahui, dimana tidak terdapat

luka pada kulit, yang mana jaringan subkutan terlepas dari jaringan dibawahnya,

menimbulkan suatu rongga yang berisi hematoma dan cairan. Pada degloving tertutup

ini dapat dilakukan aspirasi dari hematome atau insisi kecil selanjutnya dilakukan

perban kompresi. Insisi dan aspirasi untuk mengeluarkan darah dan lemak nekrosis,

volume yang dievakuasi antara 15 -800 ml ( rata-rata 120 ml ).

Sedang pada trauma degloving dengan luka terbuka, yang mana terdapat

avulsi dari kulit, dilakukan pencucian dari jaringan tersebut yaitu debridement dari

benda asing dan jaringan nekrotik. Pada luka yang kotor atau infeksi dilakukan rawat

terbuka sehingga terjadi penyembuhan secara sekunder. Kulit dari degloving luka

yang terbuka dapat dikembalikan pada tempatnya seperti skin graft dan dinilai tiap

hari ,keadaan dari kulit tersebut. Jika kulit menjadi nekrotik, maka dilakukan

debridemen dan luka ditutup secara split thickness skin graft.

Terapi degloving yang sekarang dipakai adalah Dermal Regeneration

Template (DRT), yaitu pembentukan neodermis dengan cara Graft Epidermal.

Adapun tekniknya berupa Full Thickness Skin Graft (FTSG), Split Thickness Skin

Graft (STSG) , Pedical Flap atau Mikrovascular Free Flap. Penggunaan DRT

merupakan terapi terbaik untuk trauma degloving dan juga dapat dipertimbangkan

sebagai terapi, jika terdapat kehilangan jaringan sekunder yang bisa menyebabkan

avulsi.

9
Sebelum dilakukan FTSG dan STSG, diperlukan tindakan berupa

mempersiapkan daerah luka dengan Vacum Assisted Closure ( VAC ). Tiga minggu

setelah terapi VAC, maka pada daerah luka terjadi revascularisasi disertai dengan

terbentuknya jaringan granulasi sehingga siap untuk di graft. Biasanya pada

degloving yang luas, terjadi drainase yang berlebihan, resiko kontaminasi bakteri

yang luas dan cenderung menyebabkan luka yang avaskuler . Ketiga hal tersebut

mengakibatkan sukar sembuh pada luka yang telah dilakukan skin graft. Oleh karena

itu dengan VAC diharapkan drainase lebih terkontrol, kontaminasi bakteri menurun

serta terjadi stimulasi jaringan granulasi pada dasar luka.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. I. C. Josty, R. Ramaswamy and J. H. E. Laing. 2001. Vacuum-assisted closure:

an alternative strategy in the management of degloving injuries of the foot.

British Journal of Plastic Surgery.

2. Yamada, N. Ui, K. Uchinuma, E. 2001. The use of a thin abdominal flap in

degloving finger injuries. British Journal of Plastic Surgery volume 54 pp:

434-438.

3. Chen, SL. Chou, GH. Chen, TM. Wang, HJ. 2001. Salvage of completely

degloved finger with a posterior interosseous free flap. British Journal of

Plastic Surgery .The British Association of Plastic Surgeons.

4. Van der Kolk, BM. Pickkers, P. 2007. Treatment of necrotizing soft tissue

infections. Netherlands Journal of Critical Care.

5. Karmiris, NA. Vourtsis, SA. Assimomitis, CM. Spyriounis, PK. 2008. The role

of microsurgical free flaps in distal tibia, ankle and foot reconstruction. A 6

year experience. EEXOT Volume 59, (4):223-229.

6. E Segev, S Wientroub. Y Kollender, I Meller. A Amir, E Gur. 2007. A

combined use of a free vascularised flap and an external fixator for

reconstruction of lower extremity defects in children. Journal of Orthopaedic

Surgery ;15(2):207-10

11

Anda mungkin juga menyukai