Oleh:
Arina Ma’rifah
0110840084
Pembimbing/Penguji:
dr. Jan F. Siauta, Sp.B (K) Onk
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan, diterima dan disetujui oleh penguji, Laporan Kasus dengan judul
“Karsinoma Payudara Kanan” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir
Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF Bedah RSUD Jayapura, yang dilaksanakan pada:
Hari: Rabu
Mengetahui
Penguji/Pembimbing
2
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Regina Krisifu
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 47 tahun (04-05-1971)
No. DM : 03 91 05
Alamat : Abepura
Agama : Kristen Protestan
Suku : Biak
Pendidikan : D3 Kebidanan
Pekerjaan : Bidan
Status Marital : Sudah menikah
Tanggal MRS : 31-08-2018
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Bengkak pada payudara kanan.
3
timbul, dan mengalami penurunan berat badan. Nyeri kepala tidak ada, perdarahan aktif
tidak ada, demam tidak ada, mual muntah tidak ada.
Keluhan yang dirasakan menyebabkan pasien mengalami penurunan aktivitas karena
pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis GCS: E4 V5 M6
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Vital Sign
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 86 x/menit
o Respirasi : 26 x/menit
o Suhu : 36.8oC
o SpO2 : 98%
a. Kepala/leher
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), refleks
4
cahaya (+/+)
Telinga : Nyeri tekan tragus (-), edema (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), Oral Trush (-), ulserasi (-),
hipertrofi gusi (-)
Leher : Deviasi trakea (-), Pembesaran KGB (-)
Axilla : Pembesaran KGB dextra (+)
b. Thorax
Inspeksi : Statis/dinamis simetris, gerak napas dextra ↓, jejas (+), retraksi (-)
Palpasi : Vocal Fremitus D<S
Perkusi : Redup/Sonor
Auskultasi : Suara Napas Vesikular ↓/+ , Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
S1 - S2 Regular, Murmur (-), Gallop (-).
c. Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung
Auskultasi : Bising Usus (+) kesan normal.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Hepar/Lien (ttb/ttb)
Perkusi : Timpani
d. Ekstremitas
Atas : Akral teraba hangat, Edema (+/-), Ulkus (-/-), CRT <2”
Bawah: Akral teraba hangat, Edema (-/-), Ulkus (-/-), CRT <2”
e. Vegetatif
Makan/minum : Menurun/Menurun
BAB/BAK : Baik/Baik
Status lokalis:
Regio mammae dextra
5
Inspeksi: Tampak massa berukuran 15cm x 13 cm x 10 cm, permukaan berbenjol-
benjol, ulkus (+), pus (+), krusta (+), batas tidak tegas dan berwarna lebih kemerahan
dari daerah kulit lainnya.
Palpasi: Konsistensi padat keras, permukaan berbenjol-benjol, perdarahan (+) bila
disentuh, nyeri (+), massa terfixir (+), immobile (+), tepi irregular,
Foto klinis:
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
7
Kesan: Cor tak membesar
Tak tampak metastase pada pulmo dan tulang yang terlihat.
Hepar: ukuran tampak normal, parenkim homogen, ekogenitas tak meningkat, tak tampak
nodul, v. hepatica dan v.porta tak melebar
Duktus biliaris: intra dan ekstrahepatal tak melebar.
Vesika felea: ukuran normal, dinding tak menebal,tak tampak batu, tak tampak sludge.
Pancreas: ukuran dan parenkim normal,tak tampak kalsifikasi.
Lien: parenkim dan ukuran normal, v.lienalis tak melebar, tak tampak nodul.
Ginjal kanan: bentuk dan ukuran normal, batas kortikomedular jelas, tak tampak
penipisan korteks, tak tampak batu, pielokaliks tak melebar.
8
Ginjal kiri: bentuk dan ukuran normal, batas kortikomedular jelas, tak tampak penipisan
korteks, tak tampak batu, pielokaliks tak melebar..
Vesika urinaria: dinding tak tampak menebal. Permukaan rata, tak tampak batu, tak tampak
massa.
Kesan: tak tampak nodul pada hepar, lien, yang mencurigakan suatu metastasis.
Patologi anatomi
Ket: Tumor mammae dextra, susp. Malignancy
Makroskopis: dua jaringan masing-masing ukuran 2x1x0,3 cm, putih padat keras
Mikroskopis: sediaan jaringan tumor menunjukkan sel epitel atipik, inti besar sangat
pleomorfik (skor 3), mitosis >25/10 LPB (skor 3), 50 % sel tumor duktus (skor 2), sel
tumor tumbuh infiltrate ke stroma jaringan ikat.
E. Diagnosis
Karsinoma payudara kanan
F. Penatalaksanaan
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Drip neurobion 1amp/12 jam
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
- Inbumin 3xII cth
- Diet TKTP
- Extra susu Nutrican 2x100 mg
- Rawat luka (GV)
- Pro kemoterapi III
G. Prognosis
Dubia ad malam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan kelenjar dan
jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus. Sedangkan jaringan
stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Payudara terdapat dalam fasia
superfisialis dinding thoraks ventral yang berkembang menonjol tegak dari subklavikula
sampai dengan costae atau intercostae kelima sampai keenam.1
Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior yang merupakan
cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis, dan arteri interkostalis
posterior. Sedangkan, sistem limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola dan pleksus
profunda. Pleksus subareola mencakup bagian tengah payudara, kulit, areola dan puting
yang akan mengalir ke arah kelenjar getah bening pektoralis anterior dan sebagian besar
ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus profunda mencakup daerah muskulus pektoralis
menuju kelenjar getah bening rotter, kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula atau
route of Grouzsman dan 25% sisanya menuju kelenjar getah bening mammaria interna.
10
Persarafan sensorik payudara oleh cabang pleksus servikalis dan cabang saraf
interkostalis kedua sampai keenam sehingga dapat menyebabkan penyebaran rasa nyeri
terutama pada punggung, skapula, lengan bagian tengah, dan leher.3
Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang dipisahkan oleh
jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke papila mammae melalui
duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat lobulus–lobulus yang terdiri dari duktus
intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah dan pada bagian
dasar terdapat mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis mengandung banyak
pembuluh darah, venula, dan arteriol.3
2.3. Fisiologi
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus. Sel epitel
asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari unsur protein yang disekresi
apparatus golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam bentuk droplet
yang diliputi sitoplasma sel. Dalam perkembangannya, kelenjar payudara dipengaruhi
oleh hormon dari berbagai kelenjar endokrin seperti hipofisis anterior, adrenal, dan
ovarium. Kelenjar hipofisis anterior memiliki pengaruh terhadap hormonal siklik
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Sedangkan ovarium
menghasilkan estrogen dan progesteron yang merupakan hormon siklus haid.
Pengaruh hormon siklus haid yang paling sering menimbulkan dampak yang nyata
adalah payudara terasa tegang, membesar atau kadang disertai rasa nyeri.
2.4. Definisi
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal
dari epitel duktus maupun lobusnya.3 Kanker payudara atau ca mammae (carcinoma
mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan
penunjang payudara, termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu,
saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Ca mammae terjadi
karena pembelahan sel-sel tubuh tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat
dikendalikan dan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker).
2.5. Etiologi2
Etiologi kanker payudara sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun
penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang sangat saling mempengaruhi satu sama
lain, antara lain:
12
2.6. Patofisiologi
A. Anamnesis
c. Faktor resiko
- Usia penderita
- Usia melahirkan anak pertama
- Punya anak atau tidak
- Riwayat menyusukan
- Riwayat menstruasi
13
- Menstruasi pertama usia berapa
- Keteraturan siklus menstruasi
- Usia menopause
- Riwayat pemakaian obat hormonal
- Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau kanker lain
- Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologi
- Riwayat radiasi dinding dada.
-
B. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Skala Penilaian
0% Meninggal
10% Sekarat, proses fatal berlangsung cepat
20% Sangat sakit, wajib rawat inap, wajib mendapat terapi suportif
30% Hendaya berat, memerlukan layanan rawat inap, walaupun tidak akan
meninggal dalam waktu dekat
40% Hendaya, memerlukan bantuan serta asuhan medis
50% Cukup memerlukan bantuan serta asuhan medis
60% Sesekali memerlukan bantuan namun mampu memenuhi sebagian besar
kebutuhan pribadi
70% Mampu merawat diri sendiri, tidak mampu menjalankan aktivitas normal
80% Mampu melakukan aktivitas normal, namun ada beberapa gejala penyakit
90% Mampu melakukan aktivitas normal, dengan sedikit tanda dan gejala
penyakit
100% Normal, tidak ada keluhan
Status lokalis
1. Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
2. Massa tumor
- Lokasi
- Ukuran
- Konsistensi
- Permukaan
- Bentuk dan batas tumor
- Jumlah tumor
- Terfiksasi atau tidak ke jaringan mammae sekitar, kulit, m.pectoralis dan dinding
dada
14
3. Perubahan kulit:
- Kemerahan, dimpling, edema, nodul, satelit
- Peau d’orange, ulserasi
4. Nipple
- Tertarik
- Erosi
- Krusta
- Discharge
5. Status kelenjar getah bening
- KGB aksila: jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain atau jaringan
sekitar.
- KGB infra klavikula: jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain atau
jaringan sekitar.
- KGB supra klavikula: jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain atau
jaringan sekitar.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiodiagnostik/imaging
Diharuskan (recommended)
- USG payudara dan mammografi untuk tumor ≤3 cm
- Foto thoraks
- USG abdomen
15
- Operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitif
- Inoperable
Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB.
Pemeriksaan imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokimia adalah metode pemeriksaan menggunakan antibodi
sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue sections)
ataupun bentuk preparasi sel lainnya. Imunohistokimia merupakan standar dalam
menentukan subtype kanker payudara. Pemeriksaan imunohistokimia yang standar
dikerjakan adalah
Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan resepter progesterone
HER-2 neu
Ki-67
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan
perkiraan metastasis.
D. Screening
Metode
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Dilaksanakan pada wanita mulai usia subur, setiap 1 minggu setelah hari
pertama haid.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik oleh dokter secara lege artis
Mammografi
Pada wanita di atas 35 -50 tahun: setiap 2 tahun
Pada wanita di atas 50 tahun: setiap 1 tahun
USG
Malignant (carcinoma)
1. Non-invasive carcinoma
a). Non-invasive ductal carcinoma
16
b).Lobular carcinoma in situ
2. Invasive carcinoma
a). Invasive ductal carcinoma
a1. Papilloular carcinoma
a2. Solid-tubular carcinoma
a3. Schirrhous carcinoma
Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor di kelompokkan sesuai dengan ukuran tumornya.
17
T1a : tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
T1b : tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c : tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
T2 : tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm.
T3 : tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4 : ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau
kulit.
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.
T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang
terbatas pada 1 payudara.
T4c : Mencakup kedua hal diatas.
T4d : Mastitis karsinomatosa.
Klinis:
M = Metastasis jauh
18
Grup stadium :
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium 1 : T1* N0 M0
Stadium II A : T0 N1 M0
T1* N1 M0
T2 N0 M0
Stadium II B : T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium III A : T0 N2 M0
T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium III B: T4 N0 M0
T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium III C: Any T N3 M0
Stadium IV: Any T Any N M1
2.9.Prosedur Terapi
Pembedahan
Jenis pembedahan pada kanker payudara:
Mastektomi
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara
termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I
sampai II secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila
diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan
tumor.
Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-
areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level I, II,
III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali
19
dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara, namun dengan makin meningkatnya
pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor yang ditemukan maka makin
berkembang operasi operasi yang lebih minimal.
Indikasi:
- Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
- Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu ataupun
ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip
bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan autolog
seperti latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus abdominis myocutaneous
(TRAM) flap; atau dengan prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu
tahap ataupun dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander sebelumnya.
Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
- Tumor phyllodes besar
- Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan tumor.
- Penyakit Paget tanpa massa tumor
- DCIS
20
dan OS yang sama antara BCT dan mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun
rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi dibandingkan mastektomi tanpa ada perbedaan
dalam OS. Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien kanker
payudara usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman
pada pasien kanker payudara stadium awal dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi
pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik
Indikasi :
- Kanker payudara stadium I dan II.
- Kanker payudara stadium III dengan respon parsial setelah terapi neoajuvan.
Kontra indikasi :
- Kanker payudara yang multisentris, terutama multisentris yang lebih dari 1 kwadran
dari payudara.
- Kanker payudara dengan kehamilan
- Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
- Tumor di kuadran sentral (relatif)
Terapi Sistemik
Kemoterapi
- Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan
beberapa kombinasi obat kemoterapi
- Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat
diterima.
- Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan
penentuan regimen kemoterapi yang akan diberikan.
- Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar lini pertama (first
line) adalah :
CMF
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8
Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 8
5 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8
Interval 3-4 minggu, 6 siklus
CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
21
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
Regimen Kemoterapi
o AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
atau
o ACT
TC
Terapi Hormonal
22
Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif.
Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV
Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya
adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari hormonal terapi.
Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian aromatase
inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan Her2-.
Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun.
Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker payudara.
Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif adjuvant
dan paliatif.
23
- Emboli lymphatic dan vascular
- KGB > 3
Radiasi bila :
- Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
- Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
- Tumor sentral / medial
- KGB(+) >3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Indikasi BCT :
Inoperabel (III B)
- Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal terapi
- Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi + radiasi + terapi
hormonal + dengan/tanpa terapi target.
- Kemoradiasi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa radiasi adjuvan
dengan/ kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target
Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy.Kemudian diberi
booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.
24
Prinsip :
Sifat terapi paliatif
Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabiladiperlukan
Hospice home care
- Pasca operatif :
Hari 1-2
- Latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan daerah yang dioperasi
untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh.
- Untuk lengan atas bagian operasi latihan isometrik
- Latihan relaksasi otot leher dan thoraks
- Aktif imobilisasi
Hari 3-5
- Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi
- Latihan relaksasi
- Aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani
- Bebas gerakan
- Edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha untuk
mencegah/menghilangkan timbulnya lymphedema.
2.11. Prognosis
- Dengan O positif Tingkat kecepatan recurrence pada 5 tahun – sekitar 20% tingkat
lamanya survival pada 10 years – 65-80%.
- Dengan 1-3 positif nodes tingkat kecepatan recurrence pada 5 tahun – sekitar 30-
40%. Tingkat lamanya survival pada 10 tahun – 35-65%.
- Dengan 4 positif node tingkat kecepatan recurrence pada 5 tahun – sekitar 54-82%
tingkat lamanya survival pada 10 tahun – 13-24%.
25
Apalagi, ukuran tumor sangat dihubungkan dengan keterlibatan limph node dan
hasil klinis. Ukuran tumor dan persentase keterlibatan node axillary adalah sebagai
berikut:
26
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pasien ini didiagnosis Karsinoma Payudara Kanan.
Pada anamnesis didapati pasien berusia 47 tahun dengan keluhan terdapat bengkak dan
luka di payudara kanan sejak ± 3 bulan SMRS. Awalnya terdapat benjolan di payudara kanan
dan dirasakan semakin membesar dan kemudian pecah dan menjadi luka, keluar cairan bening
disertai rasa nyeri. Selain keluhan diatas pasien juga mengaku kadang sesak, batuk berlendir
hilang timbul, terdapat bengkak pada lengan atas dan bawah kanan, dan mengalami penurunan
berat badan. Nyeri kepala tidak ada, perdarahan aktif tidak ada, demam tidak ada, mual muntah
tidak ada. Pasien mengalami penurunan aktivitas karena pasien hanya dapat berbaring di tempat
tidur. Hingga saat ini pasien belum memiliki keturunan.
Menurut kepustakaan, karsinoma payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara, dapat mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak
maupun jaringan ikat pada payudara. Karsinoma payudara terjadi karena pembelahan sel-sel
tubuh tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan tumbuh menjadi
benjolan tumor (kanker). Keluhan yang dapat terjadi yaitu terdapat benjolan yan tumbuh dengan
cepat, krusta pada areola, ulserasi, benjolan di ketiak, edema lengan, batuk dan sesak. Selain itu,
faktor resiko yang didapat pada pasien yaitu usia penderita, riwayat siklus menstruasi, dan pasien
belum memiliki keturunan, dan pasien memiliki riwayat mengonsumsi alkohol sejak usia muda
(20 tahun).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status lokalis regio mammae dextra, yaitu pada
inspeksi, tampak massa berukuran 15cm x 13 cm x 10 cm, permukaan berbenjol-benjol, terdapat
ulku, pus, krusta, batas tidak tegas dan berwarna lebih kemerahan dari daerah kulit lainnya. Pada
palpasi, didapatkan konsistensi padat keras, permukaan berbenjol-benjol, perdarahan ada bila
disentuh, dan nyeri. Menurut kepustakaan, pada pemeriksaan fisik sesuai dengan diagnosis ca
mammae yaitu didapatkan massa padat pada payudara kanan yang tumbuh dengan cepat,
konsistensi keras, permukaan dan batas irregular, Payudara kanan dan kiri harus diperiksa,
terdapat krusta, ulserasi.
27
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk lebih menunjang diagnosis, yaitu
dilakukan pemeriksaan laboratorium, foto thoraks, USG abdomen, dan hasil PA dengan
kesimpulan invasive ductal carcinoma mammae, high grade, sehingga pada kasus ini
didiagnosis sebagai karsinoma payudara kanan.
Pengobatan yang diberikan pada kasus karsinoma payudara adalah pembedahan, namun
untuk kasus kanker payudara yang lanjut baik local lanjut maupun lanjut dengan metastase
mudah dikenali secara klinis yaitu dengan ditemukannya tanda lanjut kriteria in opreabelitas
Haagensen. Tanda lanjut kriteria in opreabelitas Haagensen,sbb :
1. Terdapat odema luas pada kulit payudara (melebihi luas 1/3 luas kulit payudara)
2. adanya nodul+ satelit pada kulit payudara
3. kanker payudara jenis mastitis karsinoma losa
4. terdapat nodul para sternal
5. terdapat nodul supra sternal
6. adanya odema lengan
7. adanya metastase jauh
8. terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced
- ulcerasi kulit - odema kulit
- tumor terfixir pada dinding torak
- kgb axilla dengan diameter > 2.5 cm
- kgb axilla melekat satu sama lain
Oleh sebab itu, pada kasus ini hanya dapat diberikan terapi paliatif berupa adalah
pemberian cairan intra vena, analgetik, serta sitostatika. Tujuan pemberian cairan yaitu
memenuhi kebutuhan cairan pasien, sebagai port d’ entrée obat-obatan yang memerlukan kerja
cepat dan untuk menghindari “first pass metabolism”.
Pemberian analgetik digunakan untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat, dan
Pemberian sitostatika untuk membunuh dan memperlambat pertumbuhan sel kanker.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf
2. http:///InfoDatin%20Bulan%20Peduli%20Kanker%20Payudara_2016.pdf
3. Hartono R. 2013. Deteksi Dini Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim. Makalah
pada Seminar Deteksi Dini Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim Di Surakarta. 24
Desember 2013. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
4. DINKES. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012. Sukoharjo: Dinas
Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
5. Rasjidi I. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: CV Sangung
Seto.
6. World Health Organization. 2013. Breast Cancer Estimated Incidence, Mortality and
Prevalence Worldwide in 2012. GLOBACAN 2012 (IARC).
7. Kemenkes RI. 2010. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
796/MENKES/SK/VII/2010 Tentang Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim. Jakarta: Kemenkes RI.
8. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI
29