Anda di halaman 1dari 63

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE

KORELASI KETEPATAN TERMINOLOGI MEDIS DENGAN

KETEPATAN KODE DIAGNOSIS

VIDELIA YUERSI PALATANG

NIM : 18.03.118

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PRODI D-3REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MAKASSAR 2021
KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE

KORELASI KETEPATAN TERMINOLOGI MEDIS DENGAN

KETEPATAN KODE DIAGNOSIS

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Disusun dan diajukan oleh

VIDELIA YUERSI PALATANG

NIM . 18.03.118

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PRODI D-3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MAKASSAR 2021

ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK

VIDELIA YUERSI PALATANG: LITERATURE RIVIEW KORELASI KETEPATAN


TERMINOLOGI MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS.

PEMBIMBING: Lilik Meilany dan Dra. Hj. Kartini Nihe (xii + 44 + 7 tabel +1 Gambar + 4
lampiran)

Latar Belakang: terminologi medis yang merupakan suatu ilmu peristilahan medis yang berupa
bahasa khusus dimana bahasa ini digunakan antar profesi medis/kesehatan baik dalam bentuk tulisan
maupun lisan. Koding berdasarkan ICD-10 yaitu proses pemberian kode dengan menggunakan huruf
dan angka yang mewakili komponen data yang bertujuan untuk memastikan ketepatan kode terpilih
untuk mewakili sebutan diagnosis penyakit. Langkah awal untuk menentukan kode diagnosis yaitu
pemilihan lead term dimana lead term berasal dari terminologi medis yang dituliskan dokter sebagai
sebutan diagnosis pasien.
Tujuan: Mengetahui korelasi ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis.
Metode: Jenis penelitian ini adalah kajian literature (Literature Review), pencarian artikel
menggunakan database Google scholar untuk menemukan artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi
kemudian diriview.
Hasil: Dari 5 jurnal dapat diketahui persentase ketepatan terminologi medis 45,07%, persentase
ketepatan kode diagnosis yaitu 57,96%. . Serta berdasarkan berdasarkan uji statistik didalam jurnal
menggunakan Chi-squared test dimana H0 ditolak dan Ha diterima sehingga terdapat korelasi antara
ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode.
Kesimpulan: persentase ketepatan terminologi medis masih rendah begitupun dengan persentase
ketepatan kode diagnosis. Serta terdapat korelasi antara ketepatan terminologi medis dengan ketepatan
kode diagnosis.
Kata Kunci: terminologi medis, kode diagnosis, korelasi .

vii
ABSTRAK

VIDELIA YUERSI PALATANG: LITERATUR RIVIEW CORRELATION OF MEDICAL


TERMINOLOGY ACCURACY AND DIAGNOSIS CODE ACCURACY.

PEMBIMBING: Lilik Meilany dan Dra. Hj. Kartini Nihe (xii + 42 + 7 tabel +1 Gambar + 4
lampiran)

Background: medical terminology is a science of medical terminology in the form of a particular


language which this language is used by medical/health professions both in written and oral form.
Coding based on ICD-10 is the process of coding by using letters and numbers that represent data
components which aim to ensure the accuracy of the code chosen to represent the designation of the
disease diagnosis. The first step in determining the diagnosis code is selecting the lead term which is
derived from medical terminology written by the doctor as the patient's diagnosis.
Objective: To determine the correlation between the accuracy of medical terminology and the
accuracy of the diagnostic code.
Methods: This type of research is a literature review, searching for articles using thedatabase Google
scholar to find articles that meet inclusion citeria and then review them.
Results: From 5 journals, it can be seen that the percentage of accuracy of medical terminology is
45.07%, the percentage of accuracy of the diagnosis code is 57.96%. Based on statistical tests in the
journal by using the Chi-squared test where Ho Irejected and Ha accepted that there is a correlation
between medical terminology with precision accuracy code.
Conclusion: the percentage of accuracy of medical terminology is still low as well as the percentage
of accuracy of the diagnosis code. Thus, there is a correlation between the accuracy of medical
terminology and the accuracy of the diagnosis code.
Keywords: medical terminology, diagnosis code, correlation

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “Korelasi Ketepatan Terminologi Medis Dengan Ketepatan Kode

Diagnosis”. Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan program studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Stikes

Panakkukang Makassar.

Secara khusus, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan untuk orang

tua tercinta, Bapak Yunus Tandi Raba dan Ibu Rina yang telah merawat,

membesarkan, mendidik serta selalu memberikan motivasi, dukungan baik dari

segi materi maupun moral dan selalu berdoa untuk kesehatan dan keberhasilan

penulis juga saudara-saudari terkasih Friska, Fiktarina, Felix, dan Clara yang

selalu memberikan dukungan serta doa buat penulis dalam menyelesaikan

pendidikan.

Berbagai rintangan dan kesulitan yang penulis hadapi selama menyusun

karya tulis ilmiah ini, mulai dari persiapan, hingga penyelesaian penulisan,

namun berkat bantuan dan bimbingan serta kerja sama berbagai pihak sehingga

rintangan dan kesulitan tersebut dapat terlewati. Maka dari itu perkenankan

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Lilik

Meilany, SSt., M.Kes dan Dra. Hj. Kartini Nihe selaku pembimbing dan kepada

Bapak Dr. Ns. Makkasau., M.Kes selaku penguji, atas segala bantuan, arahan,

perhatian dan selalu membimbing dengan penuh ketulusan dan kesabaran yang

ix
telah diberikan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat tersusun dan selesai tepat

pada waktunya. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga juga

penulis sampaikan kepada:

1. H. Sumardin Makka, SKM, M.Kes selaku Ketua Yayasan Perawat Sulawesi

Selatan.

2. Dr. Ns. Makkasau, M.Kes. M.EDN selaku Ketua STIKES Panakkukang

Makassar.

3. Syamsuddin, A.Md.PK, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D3 Rekam Medis

Dan Informasi Kesehatan STIKES Panakkukang Makassar.

4. Seluruh Staf dan Dosen D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKES

Panakkukang.

5. Keluarga, saudara-saudari serta sahabat tersayang yang selalu memberikan

semangat, doa dan motivasi selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman-teman seperjuangan Elsye Gracelia Manna,Nava Westy Febrianti,

Aisyah Rahma Riska, Anatasya Prizilia Putri, Nurul Ridha Ramadhani

Nawir, Nurul Khafida Assyiddikya, Radhia Atma, dan Zuhail juga Hilleri

Alfani yang selalu memberikan semangat kepada penulis, yang membantu

ketika penulis menghadapi kesulitan serta terima kasih untuk

kebersamaannya selama pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

7. Seluruh teman-teman RMIK B 2018 yang senantiasa saling memberi

semangat dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

x
8. Seluruh rekan-rekan angkatan 2018 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

yang telah memberikan bantuan serta motivasi selama menempuh

pendidikan di STIKES Panakkukang Makassar

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

dari kata sempurna, oleh karena itu kritik serta saran yang sifatnya membangun

sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan ini. Akhir kata semoga dalam

penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan rekan-rekan sekalian.

Amin

Makassar, 16 Juni 2021

Videlia Yuersi Palatang

xi
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Halaman Persetujuan ........................................................................................ iii

Halaman Pengesahan Tim Penguji................................................................... v

Halaman Pernyataan Keaslian.......................................................................... vi

Halaman Abstrak (Bahasa Indonesia) .............................................................. vii

Halaman Abstrak (Bahasa Inggris) .................................................................. viii

Kata Pengantar ................................................................................................. ix

Daftar Isi........................................................................................................... xii

Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv

Daftar Gambar .................................................................................................. xv

Daftar Singkatan............................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 5

D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6

A. Tinjauan tentang Rekam Medis .................................................. 6

B. Tinjauan tentang Terminologi Medis ......................................... 8

C. Tinjauan tentang Ketepatan Kode Diagnosis.............................. 10

xii
D. Tinjauan tentang ICD-10 Tahun 2016 ........................................ 15

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 19

A. Desain Penelitian ........................................................................ 19

B. Sumber Data ............................................................................... 19

C. Kata Kunci (Keywords) .............................................................. 19

D. Database Pencarian Literature ................................................... 20

E. Strategi Pencarian Literature ...................................................... 20

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................... 21

G. Sintesis Hasil Literature ............................................................. 22

1. Hasil Pencarian Literature ................................................... 22

2. Daftar Artikel yang Memenuhi Kriteria .............................. 24

H. Ekstraksi Data ............................................................................. 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 26

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 38

A. Kesimpulan ................................................................................. 38

B. Saran .......................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 40

RIWAYAT HIDUP PENULIS

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria PICO ..................................................................................... 4

Tabel 2. Strategi Pencarian Literature ............................................................. 21

Tabel 3. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi ............................................................. 21

Tabel 4. Format Ekstraksi Data........................................................................ 25

Tabel 5. Hasil Literature Rivew Persentase Ketepatan Terminologi Medis..... 26

Tabel 6. Hasil Literature Rivew Persentase Ketepatan Kode Diagnosis .......... 27

Tabel 7. Hasil Literature Rivew Korelasi Ketepatan Terminologi Medis

Dengan Ketepatan Kode Diagnosis ................................................... 29

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Penemuan Jurnal .................................................................... 23

xv
DAFTAR SINGKATAN

RMIK : Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

ICD-10 : International Classification of Diseases Tenth Revision

PICO : P = Population/Problem/Patient/Program

I = Intervention/Prognostic Factors/Expoure

C = Comparison

O = Outcome

PMIK : Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

ALFRED : Administrasi, Legal, Finansial, Riset, Edukasi, dan Dokumentasi

WHO : World Health Organization

AHIMA : American Health Information Management Association

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat (UU Republik

Indonesia Nomor 44, 2009). Salah satu hal yang mendukung pelayanan

kesehatan yakni rekam medis yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang

telah diberikan kepada pasien (PerMenKes RI No.269/MENKES/PER/III/2008).

Terdapat berbagai profesi yang ada di RS

Dokumen pasien berisikan identitas serta diagnosis yang ditulis

menggunakan terminologi medis yang merupakan suatu ilmu peristilahan medis

yang berupa bahasa khusus dimana bahasa ini digunakan antar profesi

medis/kesehatan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Terminologi medis

merupakan bahasa khusus yang digunakan antara mereka yang berkecimpung

langsung maupun tidak langsung di bidang kesehatan (Maryati, 2016). Adapun

penggunaan terminologi medis ini tidak hanya digunakan oleh profesi rekam

medis saja, melainkan juga dikerjakan juga oleh dokter saat membuat dokumen

diagnosis pasien.

1
2

Seiring perkembangan jaman terjadi adaptasi dalam penulisan diagnosis

karena adanya pengaruh bahasa lokal menyebabkan petugas koder kesulitan

dalam menentukan kode diganosis pasien, sehingga diperlukan keseragaman

penulisan diagnosis berdasarkan terminologi medis yang sesuai dengan ICD-10

untuk menghasilkan ketepatan kode diagnosis yang tepat. Di Indonesia sendiri

pengggunaan terminologi medis yang mengacu pada ICD-10 mulai digunakan

sejak tahun 1996 (di rumah sakit pemerintah) dan sejak 1997 (dirumah sakit

swasta dan puskesmas) sesuai keputusan Dirjen Yan-Medis.

Pelaksanaan sistem klasifikasi klinis dan pemberian kode diagnosis ini

berdasarkan pada sistem klasifikasi penyakit yang telah ditetapkan oleh WHO

saat ini yaitu ICD-10. Koding berdasarkan ICD-10 yaitu proses pemberian kode

dengan menggunakan huruf dan angka yang mewakili komponen data yang

bertujuan untuk memastikan ketepatan kode terpilih untuk mewakili sebutan

diagnosis penyakit yang merupakan kewajiban hak dan tanggung jawab dokter.

Diagnosis yang ada tidak boleh diubah, harus diisi dengan lengkap dan jelas

sesuai dengan arahan ICD-10 (Depkes RI, 2006).

Kasus yang terjadi dilapangan masih ada beberapa terjadi dimana dokter

tidak menuliskan diagnosis dengan terminologi medis yang lengkap dan tepat.

Salah satu faktornya adalah petugas medis yang belum menguasai terminologi

medis yang sesuai ICD-10. Sementara, faktor yang mempengaruhi ketepatan

kode diagnosis adalah petugas yang bukan berlatar belakang rekam medis,

sehingga melakukan pengkodean berpatokan pada buku pintar selain itu faktor
3

penyebab lainnya yang mempengaruhi ketepatan diagnosis yaitu tulisan dokter

yang sulit dibaca serta penggunaan istilah-istilah baru (Rohman, Hariyono, &

Rosyidah, 2011).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2020) bahwa

terdapat terminologi medis yang tepat sebesar 27 (29%) dan 67 (71%)

terminologi medis yang tidak tepat. Sedangkan, dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Oktamianiza, 2016) ditemukan bahwa ketepatan diagnosis

sebanyak 76 (76%) dan 24 (24%) diagnosis yang tidak tepat. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat ketepatan masih rendah, rendahnya tingkat

ketepatan terminologi medis dapat berdampak pada petugas koder yang kesulitan

menentukan lead term untuk mengkode penyakit, selain itu akan sulit

menentukan kode diagnosis yang tepat. Banyak diagnosis yang tertulis masih

menggunakan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dengan terminologi

medis. Sedangkan rendahnya tingkat ketepatan kode diagnosis dapat

menimbulkan kesalahan pada data dan informasi yang dihasilkan, selain itu dapat

menimbulkan kerugian finansial yang besar bagi rumah sakit.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi penggunaan terminologi medis

yang tidak tepat hingga berpengaruh pada kode diagnosis yang dihasilkan yaitu

petugas koder wajib bertanya langsung dengan dokter yang bersangkutan. Ini

menunjukkan bahwa seorang koder profesional harus berkonsultasi dengan

dokter untuk klarifikasi serta kejelasan dari diagnosis yang telah ditetapkan,

sosialisasi antar petugas medis sangat dibutuhkan sebagai tim tenaga kesehatan,
4

harus menyosialisasikan ketepatan penggunaan terminologi medis kepada dokter

dan tenaga kesehatan lain. Sehingga mampu menghasilkan kebijakan yang tepat

bagi seluruh pihak. Maka sebaiknya diagnosis ditulis dengan menggunakan

terminologi medis yang tepat untuk mempermudah seorang koder dalam

mengklasifikasikan kedalam ICD 10.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengambil judul

tentang “korelasi ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah disusun berdasarkan format PICO, P = (population /

problem / patient / program), I = (Intervention / prognostic factor / exposure) C

= (comparisson), dan O=(outcome). Uraian pertanyaan dari penelitian ini

sebagai berikut:

Tabel 1
PICO

KRITERIA URAIAN
P Terminologi medis dengan kode diagnosis
I Korelasi
C -
O Ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis

Sehingga rumusan masalah dari tabel PICO adalah bagaimana :”korelasi

antara ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis? “


5

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui korelasi ketepatan terminologi medis dengan

ketepatan kode diagnosis.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi persentase ketepatan terminologi medis.

b. Mengidentifikasi persentase ketepatan kode diagnosis.

c. Mengidentifikasi korelasi ketepatan terminologi medis dengan ketepatan

kode diagnosis.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

a. Bagi institusi hasil literature ini diharapkan menjadi referensi dalam

pengembangan ilmu khususnya rekam medis.

b. Bagi penulis,hasil penelitian ini merupakan suatu pengalaman yang dapat

menambah wawasan serta pengetahuan juga sebagai media yang bisa

digunakan untuk menerapkan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan.

2. Manfaat praktis

Bagi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan (PMIK), hasil literature ini

diharapkan bisa menjadi masukan dalam penggunaan terminologi medis

serta pemberian kode diagnosis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) no.269 tahun 2008 tentang

rekam medis, menyebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan

catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,

tindakan, pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Rekam medis merupakan fakta yang diidentifikasi dengan keadaan

pasien, riwayat klinis serta pengobatan masa lalu hingga saat ini yang disusun

oleh pekerja profesional yang memberikan pelayanan kepada pasien tersebut

(Mathar, 2018).

2. Tujuan Rekam Medis

Tujuan dari pengelolaan rekam medis adalah untuk menunjang

tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Adapun tertib administrasi merupakan salah satu faktor

yang menentukan dalam upaya kesehatan di Rumah Sakit (Depkes, 2008)

3. Aspek dan Kegunaan Rekam Medis

Selain menunjang administrasi dalam rangka meningkatkan pelayanan

di instansi pelayanan, dan sebagai dasar dalam menetapkan diagnosis dan

6
7

merencanakan tindakan, perawatan, pengobatan terhadap pasien, rekam medis

mempunyai beberapa aspek kegunaan yang dikenal dengan ALFRED, yaitu

meliputi (Mathar, 2018) :

a. Aspek administrasi

Dimana didalamnya menyangkut tindakan dan tanggung jawab

tenaga medis dalam memberikan pelayanan

b. Aspek hukum

Dimana di dalam rekam medis mempunyai nilai hukum. Dan bisa

membantu baik pasien maupun instansi pelayanan jika terjadi sesuatu yang

penanganannya memerlukan proses hukum dalam rangka atas dasar

keadilan.

c. Aspek keuangan

Dalam rekam medis mempunyai nilai keuangan dalam artian

dokumen rekam medis merupakan berkas yang dapat digunakan untuk

menetapkan suatu biaya pelayanan yang diterima oleh pasien.

d. Aspek penelitian

Dalam rekam medis, isinya merupakan data dan informasi yang

bisa digunakan dalam penelitian atau mengembangkan penelitian

e. Aspek pendidikan

Dalam dokumen rekam medis dapat digunakan data dan informasi

yang update sebagai bahan pengajaran


8

f. Aspek Dokumentasi

Dalam rekam medis mengandung data/informasi yang berfungsi

sebagai ingatan atau laporan yang nantinya dapat dipertanggung jawabkan

oleh pihak instansi pelayanan kesehatan.

B. Tinjauan tentang Terminologi Medis

Sebagian besar istilah medis yang kita jumpai berasal dari bahasa

Yunani Kuno (G). Terminologi medis merupakan. istilah medis yang dijadikan

sebagai sarana komunikasi bagi mereka yang berkecimpung langsung atau tidak

langsung dibidang asuhan atau pelayanan medis (Agustine & Pratiwi, 2017).

Upaya untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan di rumah sakit, perlu didukung dengan adanya ketersediaan

data yang lengkap, akurat, serta tepat waktu.

Dalam sistem klasifikasi penyakit (ICD-10) istilah medis yang

digunakan terdiri dari terminologi medis murni dan bahasa medis. Tidak semua

bahasa medis merupakan terminologi medis, karena pada prinsipnya terminologi

medis dapat dipecah ke dalam unsur-unsur dasar terminologi medis yaitu prefix,

root, dan suffix. Terminologi medis atau yang biasa disebut istilah medis

diberikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, untuk memudahkan

pembaca menelusuri arti istilah tersebut. Istilah medis dibentuk dari komponen

sebagai berikut (Sugiharto, Setiadi, & Sihotang, 2019) :


9

1. Root (kata Dasar)

Root (akar kata) istilah yang berasal dari bahasa sumber seperti

bahasa Yunani yang merupakan subjek istilah yang menunjukkan pengertian

dasar dari istilah. Paling sedikit terdapat satu kata dasar. Akar sering

menunjukkan bagian tubuh atau sistem.

2. Prefix (awalan)

Prefiks sendiri terletak di awal kata tidak pernah berdiri sendiri, dan

diberikan jika diperlukan untuk menjelaskan kata dasar. Awalan muncul di

awal istilah medis dan biasanya menunjukkan lokasi, arah, jenis, kualitas,

atau kuantitas. Fungsi dari prefix adalah memodifikasi arti root yang melekat

di belakangnya dengan memberi informasi tambahan (keterangan) tentang

lokasi organ,jumlah, serta waktu terkait.

3. Suffix (akhiran)

Suffix atau akhiran terletak di bagian akhir kata. Tidak berdiri

sendiri dan menjelaskan apa yang terjadi pada kata dasar atau menambahkan

makna pada kata dasar. Suffix muncul diakhir istilah dan mungkin

menunjukkan spesialis, tes, prosedur, fungsi, gangguan, atau status

(Sugiharto, et al., 2019).

Penulisan istilah yang tepat dipengaruhi peran petugas medis yang

memperhatikan singkatan yang umum digunakan dan memahami

penggunaan terminologi medis yang benar dalam penulisan diagnosis. Hal

ini dilakukan agar mempermudah pemahaman tenaga kesehatan lainnya


10

terhadap diagnosis yang tertulis dan menghindari adanya kesalahan persepsi.

Diagnosis yang ditulis dalam bahasa Indonesia harus diterjemahkan ke

dalam istilah medis atau singkatan istilah medis untuk menentukan lead term

pengkodean. Lead term merupakan kata utama yang di jadikan sebagai kata

acuan untuk memudahkan pencarian pada ICD-10 volume 3. Jika seorang

koder salah memilih lead term maka dapat mempengaruhi ketepatan kode

diagnosis yang dihasilkan (Mariyati & Sugiarsi, 2014).

Penulisan terminologi medis yang tepat merupakan salah satu

persyaratan untuk menghasilkan ketepatan kode diagnosis, penulisan

diagnosis dengan istilah yang tidak sesuai biasanya terjadi karena petugas

medis yang kurang memahami penulisan diagnosis dengan menggunakan

terminologi medis yang benar. Hal ini menyebabkan ketidakseragaman

dalam penulisan diagnosis sehingga mempengaruhi kualitas data. Dalam

menetukan kode diagnosis, selain pemahaman mengenai terminologi medis,

bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar ICD-10 juga perlu dipahami

seorang koder (Setyowati, Wardhani, & Maryati, 2018).

C. Tinjauan Tentang Ketepatan Kode Diagnosis

Perekam medis harus mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan

dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia yaitu ICD-10

tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen

kesehatan (Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007). Hal penting yang

harus diperhatikan oleh tenaga rekam medis yaitu ketepatan dalam pemberian
11

kode diagnosis. Pengkodean yang tepat diperlukan rekam medis yang lengkap.

Rekam medis harus membuat dokumen yang akan dikode serta menganalisis

rekam medis dengan tepat apakah kode diagnosis telah ditulis dengan tepat.

Pentingnya dilakukan analisis ketepatan pengisian kode diagnosis

karena apabila kode diagnosis tidak tepat atau tidak sesuai dengan ICD-10

maka dapat menyebabkan berkurangnya mutu pelayanan serta mempengaruhi

data, informasi laporan, dan tarif pembayaran. Tarif pelayanan yang rendah

tentu membawa kerugian bagi pihak unit pelayanan kesehatan. Sebelum

pengkodean dilakukan, petugas rekam medis wajib mengkaji data pasien untuk

menemukan kekurangan, atau kekeliruan. Oleh karena itu salah satu syarat

untuk menghasilkan kode diagnosis yang tepat yaitu rekam medis yang

lengkap. Penentu ketepatan kode diagnosis utama penyakit juga dipengaruhi

oleh spesifikasi penulisan diagnosis utama,setiap pernyataan diagnosis wajib

bersifat informatif atau mudah dipahami agar dapat digolongkan sesuai dengan

kondisinya kedalam kategori ICD-10. Hasil ketepatan pengkodean bergantung

pada kelengkapan diagnosis, penggunaan terminologi, tulisan dokter, serta

profesionalisme dokter dan petugas coding (WHO, 2010).

Kriteria ketepatan kode diagnosis bisa dilihat dari perjalanan penyakit

pasien. Perekam medis bertanggung jawab atas ketepatan kode diagnosis yang

sudah ditetapkan oleh dokter. Apabila terdapat hal yang kurang jelas maka

perekam medis wajib menanyakan kepada dokter yang bersangkutan.


12

Hal-hal penting dalam pengkodean untuk mendapatkan ketepatan kode

penyakit yaitu (Hatta, 2008) :

1. Kualitas pengkodean

Kualitas data yang telah di kode merupakan hal penting bagi tenaga

personal dan profesional manajemen informasi kesehatan.

2. Standar Etika

Standar etika yang dikembangkan AHIMA yaitu:

a. pengkode harus mengikuti sistem klasifikasi yang berlaku dengan

memilih pengkodean diagnosis dan tindakan yang tepat

b. tepat,komplit dan konsisten untuk menghasilkan data yang berkualitas

c. pengkode harus ditandai dengan laporan kode yang jelas dan konsisten

pada dokumentasi dokter pada rekam medis

d. pengkode yang profesional harus melakukan konsultasi dengan dokter

untuk mendapatkan klasifikasi dan kelengkapan pengisian data diagnosis

e. tidak mengganti bill pembayaran

f. mengembangkan kebijakan pengkodean institusinya

g. meningkatkan kemampuan secara rutin dalam bidang pengkodean

h. memberi kode yang sesuai untuk pembayaran

3. Elemen kualitas pengkodean

Proses pengkodean harus dimonitor untuk beberapa elemen sebagai

berikut:

a. konsisten bila di kode petugas berbeda kode tetap sama (reliability).


13

b. kode tepat sesuai diagnosis dan tindakan (validity).

c. mencakup semua diagnosis dan tindakan yang ada di rekam medis

(complete).

4. Kebijakan dan prosedur pengkodean fasilitas pelayanan kesehatan wajib

membuat kebijakan dan prosedur kode sesuai dengan tenaga serta

fasilitasnya. Kebijakan dan prosedur itu merupakan pedoman bagi tenaga

pengkodean agar dapat melaksanakan pengkodean dengan tepat dan

konsisten.

5. Menurut ICD-10

ICD-10 menggunakan kode alfanumerik,yaitu kode kombinasi antara

huruf dan angka. ICD-10 sebagai sistem klasifikasi penyakit dan masalah

terkait kesehatan digunakan untuk kepentingan informasi statistik morbiditas

dan mortalitas (Ulfa, Octaria, & Sari, 2017).

Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Kode Diagnosis, yaitu:

a. Petugas koding yang kurang teliti

Dari beberapa artikel menyebutkan bahwa koder kurang teliti

dalam penentuan kode penyakit, koder tidak melihat keseluruhan isi

rekam medis,dan tidak melihat hasil pemeriksaan penunjang yang

mendukung diagnosis.

b. Pengalaman kerja
14

Seorang koder yang memiliki pengalaman lebih lama, cenderung

lebih tepat dan akurat dalam melakukan pengkodean dibanding dengan

yang pengalaman kerjanya masih kurang.

c. Komunikasi antara tenaga medis dengan koder

Kurangnya komunikasi yang efektif antar tenaga medis dengan

koder juga bisa menyebabkan kurang tepatnya kode yang dihasilkan, ini

biasanya terjadi dikarenakan koder maupun tenaga medis sibuk sehingga

koder tidak melakukan komunikasi dengan baik mengenai diagnosis.

Tulisan dokter yang kurang jelas bahkan tidak terbaca dengan jelas

sehingga menimbulkan salah persepsi dan berakibat pada hasil

pengkodean yang kurang tepat.

d. Beban kerja dan masa kerja seorang koder

Koder yang memiliki beban kerja yang banyak biasanya

cenderung menghasilkan kode yang kurang tepat. Masa kerja seorang

koder juga mempengaruhi ketepatan kode yang dihasilkan,koder yang

memiliki masa kerja yang lama cenderung menghasilkan kode yang tepat.

e. Koding yang dilakukan oleh profesi lain

Perekam medis adalah seorang petugas yang memiliki tanggung

jawab serta wewenang untuk melakukan kodefikasi penyakit. Sedangkan

beberapa rumah sakit menempatkan seorang petugas koding yang bukan


15

berlatar belakang perekam medis,sehingga dalam menentukan kode tidak

berpatokan pada ICD-10 melainkan pada buku pintar (Indawati, 2017) .

D. Tinjauan tentang ICD-10 Tahun 2016

a. Pengertian ICD-10

International Statistical Classification of Disease and Related Health

Problem (ICD) dari WHO, yang merupakan sistem klasifikasi yang

komprehensif dan diakui secara internasional. Banyak sistem klasifikasi yang

dikenal di Indonesia namun sesuai dengan peraturan Depkes, sistem

klasifikasi yang harus digunakan saat ini adalah ICD-10 dari WHO. Sistem

klasifikasi memudahkan pengaturan,pencatatan, pengumpulan, penyimpanan,

pengambilan, dan analisis data kesehatan. Sistem ini juga membantu

pengembangan dan penerapan sistem pencatatan dan pengumpulan data

pelayanan klinis pasien secara manual maupun elektronik. Kode klasifikasi

bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cedera, gejala

dan faktor yang mempengaruhi kesehatan. Sistem klasifikasi penyakit adalah

sistem yang mengelompokkan penyakit-penyakit dan prosedur dan sejenis

(Gemala hatta, 2008).

b. Komponen ICD-10 (international Statistical Classification of Disease and

Related Health Problems) revisi sepuluh yaitu, (Permenkes, 2014) :

a. Volume 1
16

Merupakan daftar tabulasi dalam kode alfanumerik tiga atau empat

karakter dengan inklusi dan eksklusi, beberapa aturan pengkodean,

klasifikasi morfologis neoplasm, daftar tabulasi khusus untuk morbiditas

dan mortalitas, defenisi tentang penyebab kematian serta peraturan

mengenai nomenklatur.

ICD-10 volume 1,terdiri dari:

1) Pengantar pernyataan

2) Pusat-pusat kolaborasi WHO untuk klasifikasi penyakit

3) Laporan konferensi internasional yang menyetujui ICD revisi 10

4) Daftar kategori 3 karakter

5) Daftar tabulasi penyakit dan daftar kategori termasuk sub kategori

empat karakter

6) Daftar morfologi neoplasm dan daftar tabulasi khusus morbiditas dan

mortalitas

7) Definisi-definisi dan regulasi nomenokular

b. Volume 2

ICD-10 volume 2 adalah buku pengenalan dan petunjuk bagaimana

menggunakan volume 1 dan volume 3, petunjuk pembuatan sertifikat dan

aturan-aturan kode mortalitas, petunjuk mencatat dan mengkode kode

morbiditas.

Volume 2 berisi:
17

1) Pengantar dan cara penggunaan ICD-10

2) Penjelasan tentang International Statistical Classification of Disease

and Related Health Problems.

c. Volume 3

Volume 3 merupakan indeks alfabetis, daftar komprehensif semua

kondisi yang ada di daftar tabulasi (volume 1), daftar sebab luar gangguan

(external cause), tabel neoplasm serta petunjuk memilih kode yang sesuai

untuk berbagai kondisi yang tidak ditampilkan dalam tabular list.

ICD-10 volume 3,yaitu:

1) Pengantar

2) Susunan indeks secara umum

3) bagian I :Indeks abjad penyakit

bagian II:Penyebab luar cedera

bagian III:tabel obat dan zat kimia

c. Fungsi dan Kegunaan ICD

Fungsi ICD sebagai sistem klasifikasi penyakit dan masalah terkait

kesehatan digunakan untuk kepentingan informasi statistik morbiditas dan

mortalitas. Penerapan pengkodean sistem ICD digunakan untuk:

a. mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan

kesehatan.

b. masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis.

c. memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait.


18

d. pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas.

e. tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan

pelayanan medis.

f. menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan dikembangkan

sesuai kebutuhan.

g. analisis pembiayaan pelayanan kesehatan.

h. untuk penelitian epidemiologi klinis.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan Literature dengan menggunakan

metode deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran tentang korelasi ketepatan

terminologi medis dengan ketepatan kode dagnosis. Dari lima penelitian yang

dilakukan empat penelitian menggunakan jenis penelitian analitik dengan

pendekatan kuantitatif, retrospektif, dan cross sectional. Satu penelitian

menggunakan jenis penelitian korelasional dengan pendekatan retrospektif.

B. Sumber Data

Sumber data pada literature adalah data sekunder, data utama adalah

artikel hasil penelitian, sehingga kualitas data ditentukan pada pencarian literature.

C. Kata Kunci

Hal yang paling penting dalam pencarian literature adalah kata kunci

yang digunakan dalam pencarian database, kata kunci sangat menentukan

19
20

kualitas yang diperoleh sehingga kata kunci harus disusun sebaik mungkin.

Beberapa yang perlu diperhatikan dalam menyusun kata kunci adalah alternatif

kata kunci lain yang serupa, persamaan kata, atau makna, ejaan dan bentuk kata

kuncinya jamak kata tunggal karena semua yang kita dapatkan pada pencarian

database ditentukan kata kunci yang dimasukkan. Adapun kata kunci yang

digunakan dalam pencarian jurnal adalah rekam medis, ketepatan terminologi

medis, dan ketepatan kode diagnosis.

D. Database pencarian Literature

Selain kata kunci hal yang sangat penting dalam pencarian literature

review adalah database pencarian, database pencarian yang digunakan dalam

literature ini adalah google scholar.

E. Strategi pencarian Literature

Strategi pencarian dalam literature adalah bagaimana penulis mendapatkan

artikel terkait. Dalam pencarian literature yang digunakan penulis untuk

mendapatkan artikel terkait yaitu dengan pengguanaan Bolean system yaitu

perintah yang digunakan pada mesin pencarian seperti penggunaan kata “AND”

untuk menghasilkan artikel yang hanya mengandung kata kunci tertentu, “OR”

untuk melebarkan jumlah hasil pencarian. Adapun strategi pencarian yaitu seperti

pada table berikut:


21

Tabel 2
Strategi Pencarian
DATABASE STRATEGI PENCARIAN JURNAL

Korelasi ketepatan terminologi medis


AND ketepatan kode diagnosis rekam
Google Scholar medis OR medical record

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi artinya syarat yang harus dipenuhi artikel yang diambil agar

bisa dijadikan data untuk dilakukan literatur , sedangkan kritertia eksklusi adalah

indikator ketika itu ditemukan pada artikel tersebut maka tidak bisa diambil dalam

proses literature . Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang diambil sesuai topik

yang diangkat terkait korelasi ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode

diagnosis ini yaitu:

Tabel 3
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
INSKLUSI EKSKLUSI

Jurnal tahun 2016-2021 Jurnal diterbitkan <2016

Angka ketepatan terminologi medis Jurnalnya hanya menampilkan abstrak


tidak full text
Angka ketepatan kode diagnosis

Korelasi ketepatan terminologi medis


dengan ketepatan kode diagnosis
22

G. Sintesis Hasil Literature

1. Hasil pencarian literature

Pencarian pada google scholar dengan menggunakan kata kunci “rekam

medis, ketepatan terminologi medis, ketepatan kode diagnosis”. Peneliti

menemukan 442 yang sesuai dengan kata kunci. Setelah diseleksi peneliti

menemukan 333 jurnal pada rentang waktu 2016-2021. Kemudian 33 jurnal

dikeluarkan karena tidak full text atau hanya menampilkan abstrak. 300 jurnal

yang full text dan dapat diakses. Setelah diseleksi kembali 295 jurnal

dikeluarkan karena tidak sesuai kriteria inklusi, sehingga berdasarkan kriteria

inklusi terdapat 5 jurnal yang memenuhi kriteria tersebut.


23

Pencarian di google
scholar
(n=442)

109 jurnal tidak dipakai


Screening karena diterbitkan dalam
(n=333) rentang waktu <2016

Jurnal yang dapat di 33 jurnal dikeluarkan


akses penuh (FullText) karena tidak dapat
(n=300) diakses/FullText

Jurnal yang tidak termasuk


dalam kriteria inklusi
(n=295)

1. Jurnal termasuk
kriteria inklusi
2. Jurnal
Jurnal akhir yang dapat berhubungan
di ambil dengan judul yang
(n=5) diangkat
3. Penelitian di
pelayanan
kesehatan
4.

Gambar 1 Alur Penemuan Jurnal


24

2. Daftar Artikel yang Memenuhi Kriteria

a. Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode

Diagnosis Rawat Jalan oleh Petugas Kesehatan di Puskesmas

Bambanglipuro Bantul (Agustine & Pratiwi, 2017).

b. Hubungan Ketepatan Terminologi Medis Dengan Keakuratan Kode

Diagnosis Rawat Jalan di Rumah Sakit “X” Pekanbaru Tahun 2020

(Feorentina & Ulfa, 2020).

c. Hubungan Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis Dengan Keakuratan

Kode Diagnosis Kasus Obstetri di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo

(Maryati, 2016).

d. Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi Medis terhadap Keakuratan

Kode pada Sistem Cardiovascular (Rahmawati & Utami, 2020).

e. Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi Medis Diagnosis Utama

Dengan Keakuratan Kode Kasus Penyakit Dalam Pasien Rawat Inap

Relations The Accuracy Of Writing Terminology Medical Of Diagnosis

Main With Accuracy Code Cases Of A Disease In Inpatients (Rosita &

Medika, 2017).
H.Ekstraksi Data

Proses tindakan dimana data yang diambil atau di ekstrak dari sumber data sebagai system operasional yang

biasanya tidak terstruktur untuk melakukan proses data lebih lanjut mungkin juga menambahkan data. Data-data

utama yang diambil dari jurnal: judul, nama peneliti dan tahun penelitian, dan komponen khusus penelitian. Data-

data tersebut dimasukkan dalam form ekstraksi data serta akan ditampilkan dalam bentuk tabel.

Tabel 4
Format Ekstraski Data
Hubungan
ketepatan
Nama Judul Desain Populasi, Persentase Persentase terminologi
NO peneliti(author), penelitian penelitian sampel ketepatan ketepatan medis
tahun terminologi kode dengan
medis diagnosis ketepatan
kode
diagnosis
1 ...... …… …… …… …… …… ……
2 ...... …… …… …… …… …… ……
3 ...... …… …… …… …… …… ……
4 …… …… …… …… …… …… ……
5 ...... …… …… …… …… …… ……

25
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Ketepatan terminologi medis


Tabel 5
Hasil Literature Review Persentase Ketepatan Terminologi Medis

Sumber
Nama Judul penelitian Desain penelitian Populasi, sampel Hasil Penelitian Database
NO peneliti(author),
tahun

1 Defa Miftara Hubungan ketepatan Survei analitik Populasi 4294 Ketepatan terminologi medis Google
Agustine,Rita terminologi medis dengan pendekatan diagnosis sampel 360 sebesar 22,8% dan yang Scholar
Dian Pratiwi, 2017 dengan keakuratan kuantitatif diagnosis tidak tepat sebanyak 77,2%
kode diagnosis rawat
jalan oleh petugas
kesehatan puskesmas
bambanglipuro bantul
2 Luciya Hubungan ketepatan Penelitian analitik Populasi 9.115 berkas Ketepatan terminologi medis Google
Feorentina,Henny terminologi medis kuantitatif dengan rekam medis sampel sebanyak 59,5% dan yang scholar
Maria Ulfa,2020 dengan keakuratan menggunakan 99 berkas rekam tidak tepat 40,4%.
kode diagnosis rawat desain cross medis
jalan di Rumah Sakit sectional
“X” Pekan baru
Tahun 2020

26
3 Riska Hubungan ketepatan Korelasional Populasi 2919 rekam Ketepatan terminologi medis Google
Rosita,Ni’Matul penulisan terminologi dengan pendekatan medis dan sampel 56%. scholar
Wiqoyah, medis diagnosa utama secara retrospektif 100 dokumen rekam
2018 dengan keakuratan medis
kode kasus penyakit
dalam pasien rawat
inap
4 Eni Nur Hubungan ketepatan Penelitian anlitik Populasi 1157 Ketepatan terminologi medis Google
Rahmawati, Titik penulisan terminologi dengan pendekatan dokumen rekam terdapat 42% Scholar
Dwi Utami, 2020 medis terhadap retrospektif medis dan sampel
keakuratan kode pada 100 dokumen rekam
sistem cardiovascular medis
5 Warsi Maryati, Hubungan antara Penelitian anlitik Populasi 250 dan - Google
2016 ketepatan penulisan dengan pendekatan sample 250 berkas Scholar
diagnosis dengan crossectional. rekam medis
keakuratan kode
diagnosis kasus
obstetri

2. Ketepatan kode diagnosis


Tabel 6
Hasil Literature Rivew Persentase Ketepatan Kode Diagnosis

Sumber
Nama Judul penelitian Desain penelitian Populasi, sampel Hasil Penelitian Database
NO peneliti(author),
tahun

1 Defa Miftara Hubungan ketepatan Survei analitik Populasi 4294 Ketepatan kode diagnosis Google
Agustine,Rita terminologi medis dengan pendekatan diagnosis sampel 360 35,3% sedangkan yang tidak Scholar
Dian Pratiwi, 2017 dengan keakuratan kuantitatif diagnosis tepat 64,7%
kode diagnosis rawat

27
jalan oleh petugas
kesehatan puskesmas
bambanglipuro bantul
2 Luciya Hubungan ketepatan Penelitian analitik Populasi 9.115 berkas Ketepatan kode diagnosis Google
Feorentina,Henny terminologi medis kuantitatif dengan rekam medis sampel 53,5% dan yang tidak tepat scholar
Maria Ulfa,2020 dengan keakuratan menggunakan 99 berkam rekam 46,4%
kode diagnosis rawat desain cross medis
jalan di Rumah Sakit sectional
“X” Pekan baru
Tahun 2020
3 Riska Hubungan ketepatan Korelasional Populasi 2919 rekam Ketepatan kode diagnosis Google
Rosita,Ni’Matul penulisan terminologi dengan pendekatan medis dan sampel 87% scholar
Wiqoyah, medis diagnosa utama secara retrospektif 100 dokumen rekam
2018 dengan keakuratan medis
kode kasus penyakit
dalam pasien rawat
inap
4 Eni Nur Hubungan ketepatan Penelitian anlitik Populasi 1157 Ketepatan kode diagnosis Google
Rahmawati, Titik penulisan terminologi dengan pendekatan dokumen rekam 56% sedangkan Scholar
Dwi Utami medis terhadap retrospektif medis dan sampel ketidaktepatan kode
keakuratan kode pada 100 dokumen rekam diagnosis 44%
sistem cardiovascular medis
5 Warsi Maryati, Hubungan antara Penelitian anlitik Populasi 250 dan Ketepatan kode diagnosis Google
2016 ketepatan penulisan dengan pendekatan sample 250 berkas 58% sedangkan Scholar
diagnosis dengan crossectional. rekam medis ketidaktepatan 42%
keakuratan kode
diagnosis kasus
obstetri

28
3. Korelasi ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis

Tabel 7
Hasil Literature Rivew Korelasi Ketepatan Terminologi Medis Dengan Ketepatan Kode Diagnosis

Sumber
Nama Judul penelitian Desain penelitian Populasi, sampel Hasil Penelitian Database
NO peneliti(author),
tahun

1 Defa Miftara Hubungan ketepatan Survei analitik Populasi 4294 P-value 0,03376 < 0,05. H0 Google
Agustine,Rita terminologi medis dengan pendekatan diagnosis sampel 360 ditolak atau Ha diterima, Scholar
Dian Pratiwi, 2017 dengan keakuratan kuantitatif diagnosis sehingga terdapat korelasi
kode diagnosis rawat antara ketepatan terminologi
jalan oleh petugas medis dengan ketepatan
kesehatan puskesmas kode diagnosis.
bambanglipuro bantul
2 Luciya Hubungan ketepatan Penelitian analitik Populasi 9.115 berkas P-value 0,070 < 0,1 Google
Feorentina,Henny terminologi medis kuantitatif dengan rekam medis sampel sehingga Ha ditolak yang scholar
Maria Ulfa,2020 dengan keakuratan menggunakan 99 berkam rekam berarti, terdapat korelasi
kode diagnosis rawat desain cross medis yang signifikan antara
jalan di Rumah Sakit sectional ketepatan temrinologi medis
“X” Pekan baru dengan ketepatan kode
Tahun 2020 diagnosis
3 Riska Hubungan ketepatan Korelasional Populasi 2919 rekam P-value 0,103 > 0,5, Ha Google
Rosita,Ni’Matul penulisan terminologi dengan pendekatan medis dan sampel ditolak dan H0 diterima, scholar
Wiqoyah, medis diagnosa utama secara retrospektif 100 dokumen rekam sehingga tidak ada korelasi
2018 dengan keakuratan medis antara ketepatan terminologi
kode kasus penyakit medis dengan ketepatan
dalam pasien rawat kode diagnosis
inap

29
4 Eni Nur Hubungan ketepatan Penelitian anlitik Populasi 1157 P-value 0.001 < 0,05 maka Google
Rahmawati, Titik penulisan terminologi dengan pendekatan dokumen rekam H0 ditolak sehingga terdapat Scholar
Dwi Utami,2020 medis terhadap retrospektif medis dan sampel korelasi antara ketepatan
keakuratan kode pada 100 dokumen rekam terminologi medis dengan
sistem cardiovascular medis ketepatan kode diagnosis
5 Warsi Maryati, Hubungan antara Penelitian anlitik Populasi 250 dan P-value 0,02 < 0,05 Google
2016 ketepatan penulisan dengan pendekatan sample 250 berkas sehingga terdapat hubungan Scholar
diagnosis dengan crossectional. rekam medis antara ketepatan penulisan
keakuratan kode diganosis dengan ketepatan
diagnosis kasus kode diagnosis.
obstetri

30
31

B. Pembahasan

Penggunaan terminologi medis yang tepat merupakan salah satu

persyaratan untuk menghasilkan ketepatan kode diagnosis. Ketepatan kode

diagnosis mengambil peran penting pada data dan informasi yang dihasilkan pada

berkas rekam medis pasien, selain itu mengambil peran pada pembiayaan rumah

sakit. Beberapa penelitian menunjukkan persentase ketepatan penggunaan

terminologi medis dan ketepatan kode diagnosis. Beberapa penelitian tersebut

menyatakan adanya hubungan antara terminologi medis dengan ketepatan kode

diagnosis yang dihasilkan. Penelitian lainnya menunjukkan tidak adanya

hubungan antara ketepatan penggunaan terminologi medis dengan ketepatan kode

diagnosis yang dihasilkan.

a. Persentase ketepatan terminologi medis

Berdasarkan hasil penelitian Defa Miftara Agustine, dan Rita Dian

Pratiwi 2017 di Puskesmas Bambanglipuro Bantul, mengatakan dari 360

diagnosis pada berkas rekam medis yang dijadikan sampel diperoleh

persentase ketepatan terminologi medis sebesar 22,8% dan yang tidak tepat

sebanyak 77,2%. Sedangkan dari hasil penelitian Luciya Feorentina dan

Henny Maria Ulfa 2020 di Rumah Sakit Pekanbaru, mengatakan dari 99

berkas rekam medis yang dijadikan sampel didapatkan ketepatan terminologi

medis yaitu 59,5% dan yang tidak tepat 40,4%.

Berikutnya hasil penelitian oleh Riska Rosita dan Ni’Matul Wiqoyah

2018 di APIKES Citra Medika Surakarta, mengatakan dari 100 berkas rekam
32

medis yang dijadikan sampel terdapat ketepatan terminologi medis sebanyak

56%. Hasil penelitian Eni Nur Rahmawati dan Titik Dwi Utami 2020 di

Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, mengatakan dari 100 berkas rekam

medis yang dijadikan sampel diperoleh persentase ketepatan terminologi

medis 42%, dan hasil penelitian Warsi Maryati 2016 di RS PKU

Muhammadiyah Sukoharjo, mengatakan 250 berkas rekam medis yang

dijadikan sebagai sampel pada penelitian tidak dituliskan secara langsung

ketepatan terminologi medis.

Menurut Hatta (2011) istilah-istilah penyakit atau kondisi gangguan

kesehatan yang didaftar dalam nomenklatur harus sesuai dengan istilah yang

digunakan dalam suatu sistem klasifikasi penyakit. Dokter yang menuliskan

diagnosis penyakit dalam bahasa Indonesia harus diterjemahkan ke dalam

istilah medis atau singkatan istilah medis untuk menentukan lead term

pengkodean. Penulisan istilah yang tepat dipengaruhi peran petugas yang

memperhatikan singkatan yang umum digunakan serta memahami

penggunaan terminologi medis yang benar dalam penulisan diagnosis.

Faktor yang mempengaruhi ketepatan terminologi medis adalah dokter

yang tidak menggunakan terminologi medis yang sesuai dengan ICD-10,

tulisan dokter yang sulit dibaca, dan pengetahuan koder akan terminologi

medis yang masih kurang. Dalam menentukan kode diagnosis, selain

pemahaman mengenai terminologi medis, bahasa inggris sebagai bahasa

pengantar ICD-10 juga perlu dipahami seorang koder (Setyowati,dkk 2018).


33

Berdasarkan teori diatas dokter yang menetapkan diagnosis pernyakit

sebaiknya menggunakan terminologi medis yang sesuai dengan ICD-10 dan

menggunakan singkatan-siangkatan yang umum digunakan agar dalam

menentukan kode diagnosis petugas koder tidak kesulitan dalam menentukan

lead term. Selain itu tulisan dokter sebaiknya rapih agar mudah dibaca oleh

petugas koder

Dari 5 jurnal yang telah di review ketepatan terminologi medis masih

kurang, dimana penggunaan terminologi medis dikatakan tepat apabila

menggunakan istilah medis yang sesuai dengan ICD-10. Sedangkan 1 jurnal

tidak menyatakan secara tertulis persentase ketepatan terminologi medis.

Ketidaktepatan penulisan terminologi medis disebabkan karena dokter yang

menggunakan bahasa medis yang tidak tepat dan bahasa non medis (Agustine

dan Pratiwi, 2017), penggunaan sinonim dan singkatan yang kurang tepat

(Luciya dan Henny, 2020), penggunaan istilah tanpa singkatan, menggunakan

singkatan, dan menggunakan istilah dan singkatan (Rosita dan Wiqoyah,

2018), tidak sesuai dengan terminologi medis pada ICD-10 dan penggunaan

bahasa indonesi (Rahmawati dan Utami, 2020).

b. Persentase ketepatan kode diagnosis

Hasil penelitian Defa Miftara Agustine, dan Rita Dian Pratiwi 2017 di

Puskesmas Bambanglipuro Bantul, mengatakan dari 360 diagnosis pada

berkas rekam medis yang dijadikan sampel diperoleh persentase ketepatan

kode diagnosis 35,3% sedangkan yang tidak tepat 64,7%. Selanjutnya hasil
34

penelitian oleh Luciya Feorentina dan Henny Maria Ulfa 2020 di Rumah Sakit

Pekanbaru, mengatakan 99 berkas rekam medis yang dijadikan sampel

didapatkan ketepatan kode diagnosis 53,5% dan yang tidak tepat yaitu 46,4%.

Kemudian hasil penelitian Riska Rosita dan Ni’Matul Wiqoyah 2018 di

APIKES Citra Medika Surakarta, mengatakan dari 100 berkas rekam medis

yang dijadikan sampel terdapat ketepatan kode diagnosis 87%. Hasil

penelitian Eni Nur Rahmawati dan Titik Dwi Utami 2020 di Rumah Sakit

Panti Waluyo Surakarta, mengatakan dari 100 berkas rekam medis yang

dijadikan sampel diperoleh persentase ketepatan kode diagnosis 56%

sedangkan ketidaktepatan kode diagnosis 44%. Sementara dalam penelitian

Warsi Maryati 2016 di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo, mengatakan

berdasarkan 250 berkas rekam medis yang dijadikan sebagai sampel terdapat

ketepatan kode diagnosis 58% sedangkan yang tidak tepat 42%.

Petugas koder harus menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan

tepat sesuai klasifikasi yang telah diberlakukan di Indonesia yaitu ICD-10

tentang penyakit dan tindakan medis dalam manjemen pelayanan dan

manajemen kesahatan (Kepmenkes RI Nomor 3777/Menkes/SK/III/2007).

Salah satu syarat untuk menghasilkan kode diagnosis yang tepat yaitu berkas

rekam medis yang lengkap maka sebelum melakukan pengkodean petugas

koder wajib mengkaji data pasien untuk menemukan kekurangan dan

kekeliruan.
35

Faktor yang mempengaruhi ketepatan kode diagnosis biasanya karena

yang melakukan pengkodean bukan petugas yang berlatar belakang rekam

medis, tulisan dokter yang sulit dipahami serta pengkodean yang dilakukan

berpatokan pada internet atau buku pintar bukan pada ICD-10. Apa bila kode

diagnosis tidak tepat maka akan mempengaruhi data, informasi laporan serta

tarif pembayaran. Selain itu pengetahuan koder akan terminologi medis serta

langkah-langkah dalam melakukan pengkodean juga mempengaruhi ketepatan

kode diagnosis yang dihasilkan.

Dari 5 jurnal yang telah di rata-rata persentase kode diagnosis yang

dihasilkan masih kurang dimana kode diagnosis yang dihasilkan kurang tepat.

Dalam melakukan penetapan kode diagnosis, petugas koder sebaiknya

melakukan kodefikasi sesuai dengan ICD-10 tidak berpatokan pada internet

atau buku pintar. Membaca serta mengkaji dengan teliti berkas rekam medis

pasien agar tidak terjadi kesalahan kode diagnosis yang dapat menyebabkan

informasi menjadi tidak akurat. Selain itu, yang melakukan pengkodean

penyakit sebaiknya petugas yang memiliki latar belakang rekam medis yang

memahami tata cara dalam melakukan pengkodean.

c. Korelasi ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis

Hasil penelitian Defa Miftara Agustine, dan Rita Dian Pratiwi 2017 di

Puskesmas Bambanglipuro Bantul, mengatakan bahwa terdapat korelasi

antara ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis.

Berdasarkan dari hasil penelitian Luciya Feorentina dan Henny Maria Ulfa
36

2020 di Rumah Sakit Pekanbaru, mengatakan bahwa terdapat korelasi yang

signifikan antara ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode

diagnosis. Sementara hasil penelitian oleh Riska Rosita dan Ni’Matul

Wiqoyah 2018 di APIKES Citra Medika Surakarta, mengatakan bahwa tidak

ada korelasi antara ketepatan temrinologi medis dengan keakuratan kode

diagnosis.

Menurut hasil penelitian Eni Nur Rahmawati dan Titik Dwi Utami

2020 di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, mengatakan bahwa ada

korelasi antara ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis.

dan yang terakhir hasil penelitian oleh Warsi Maryati 2016 di RS PKU

Muhammadiyah Sukoharjo, mengatakan terdapat hubungan antara ketepatan

penulisan diganosis dengan ketepatan kode diagnosis.

Korelasi ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis

ditentukan dengan uji statistik yakni Chi-squared test dengan menggunakan

H0 dan Ha, yang mana H0 berarti tidak adanya korelasi antara ketepatan

terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis dan Ha membuktikan

adanya korelasi ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode

diagnosis.

Berdasarkan 5 jurnal yang telah di review 1 dari junal terbesut

mengatakan tidak ada korelasi antara ketepatan terminologi medis dengan

ketepatan kode diagnosis, sedangkan 4 jurnal mengatakan adanya korelasi. Di

antara keempat jurnal yang mengatakan terdapat korelasi antara terminologi


37

medis dengan kode diagnosis 1 jurnal tidak menyatakan secara langsung

korelasi ketepatan terminologi medis dengan kode diagnosis seperti keempat

jurnal lainnya, namun dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa diagnosis yang

ditulis sesuai dengan terminologi medis yang ada di ICD-10 akan

mempermudah dalam melakukan pengkodean.

Penggunaan teminologi medis yang tepat merupakan salah satu syarat

dalam melakukan pengkodean sebagaimana terminologi medis menjadi

langkah awal seorang koder dalam memilih lead term untuk menetapkan kode

diagnosis, jika seorang koder salah dalam memilih lead term maka dapat

mempengaruhi ketepatan kode diagnosis yang dihasilkan (Maryati & Sugiarsi,

2014). Kesalahan dalam menetapkan kode diagnosis dapat mempengaruhi

data dan informasi yang dihasilkan khususnya pada laporan morbiditas dan

mortalitass, juga dapat mempengaruhi tarif pembayaran. Penggunaan

terminologi medis yang tepat sangat diwajibkan, karena hasil ketepatan kode

diagnosis bergantung pada terminologi medis, tulisan dokter serta

profesionalisme dokter dan petugas koder (WHO, 2010).

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

ketepatan terminologi medis memiliki korelasi dengan ketepatan kode

diagnosis. Untuk itu seorang dokter harus menggunakan teminologi medis

serta singkatan-singkatan yang umum digunakan berdasarkan ICD-10. Seperti

diketahui bahwa langkah awal dalam menetapkan kode diagnosis adalah

pemilihan lead term oleh seorang koder yang sesuai dengan ICD-10
38

sebagaimana telah ditetapkan dalam (Kepmenkes 2007). Kesalahan

terminologi medis dapat menyebabkan kesalahan dalam penetapan kode

diagnosis. Ketidakjelasan terminologi medis yang digunakan dokter yang

bersangkutan wajib dipertanyakan agar tidak menimbulkan salah persepsi juga

agar dapat mempermudah seorang koder dalam memilih lead term untuk

menetapkan kode diagnosis.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan 5 jurnal yang telah di dapat disimpulkan bahwa ketepatan

penggunaan terminologi medis dengan kode diagnosis masih rendah, dan terdapat

korelasi antara ketepatan terminologi medis dengan kode diagnosis, dapat diambil

kesimpulan bahwa semua jurnal tidak sama.

1. Ketepatan terminologi medis

Persentase ketepatan terminologi medis masih rendah yaitu 45,07%. Dimana

penggunaan terminologi medis yang tepat masih minim, disebabkan oleh

pengetahuan petugas medis akan terminologi medis yang sesuai dengan ICD-10

yang masih kurang.

2. Persentase ketepatan kode diagnosis juga masih rendah yaitu 57,96%.

Ketepatan kode diagnosis yang masih rendah disebabkan oleh tulisan dokter

yang sulit dibaca serta petugas koder yang bukan berlatar belakang rekam

medis.

3. Korelasi ketepatan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis

Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-squared test dimana H0 ditolak dan

Ha diterima sehingga terdapat korelasi antara ketepatan terminologi medis

dengan ketepatan kode diagnosis, dimana diagnosis yang ditulis tidak

menggunakan terminologi medis menjadi kendala dalam pemilihan lead term

39
40

untuk proses penetepan kode diagnosis. Semakin tepat terminologi medis yang

digunakan maka semakin tinggi pula ketepatan kode diagnosis yang dihasilkan.

B. Saran

1. Sebaiknya dokter menuliskan diagnosis menggunakan terminologi medis

yang tepat yang sesuai dengan ICD-10, memperbaiki penulisan diagnosis

agar mudah dibaca. Ini dilakukan untuk mempermudah petugas coder dalam

menentukan lead term untuk memberikan kode diagnosis.

2. Meningkatkan pengetahuan coder mengenai terminologi medis dan serta

singkatan-singkatan yang digunakan dokter, salah satunya yaitu dengan

mengikuti seminar.

3. Sebaiknya yang melakukan pengkodean adalah orang berlatar belakang

rekam medis,minimal D3 RMIK.


DAFTAR PUSTAKA

Agustine, D. M., & Pratiwi, R. D. (2017). hubungan ketepatan terminologi medis


dengan keakuratan kode diagnosis rawat jalan oleh petugas kesehatan di
puskesmas bambanglipuro bantul. jurnal kesehatan vokasional, 2(1), 113-121.

Feorentina, L., & Ulfa, H. M. (2020). hubungan ketepatan terminologi medis dengan
keakuratan kode diagnosis rawat jalan di rumah sakit “x” pekanbaru tahun
2020. jhmhs: journal of hospital management and health science, 1(02), 35-
39.

Hatta, G. R. (2008). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di sarana pelayanan


kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Indawati, L. (2017). Identifikasi Unsur 5M Dalam Ketidaktepatan Pemberian Kode


Penyakit Dan Tindakan (Systematic ). Indonesian of Health Information
Management Journal (INOHIM), 5(2), 59-64.

Mariyati, S., & Sugiarsi, S. (2014). ketepatan penggunaan terminologi medis dalam
penulisan diagnosis pada lembar ringkasan masuk dan keluar di rumah sakit
umum daerah dr. soediran mangun sumarso kabupaten wonogiri. Rekam
Medis, 8(1).

Maryati, W. (2016). hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan


keakuratan kode diagnosis kasus obstetri di rs pku muhammadiyah sukoharjo.
infokes: jurnal ilmiah rekam medis dan informatika kesehatan, 6(2).

Agustine, D. M., & Pratiwi, R. D. (2017). hubungan ketepatan terminologi medis


dengan keakuratan kode diagnosis rawat jalan oleh petugas kesehatan di
puskesmas bambanglipuro bantul. jurnal kesehatan vokasional, 2(1), 113-121.

41
42

Feorentina, L., & Ulfa, H. M. (2020). hubungan ketepatan terminologi medis dengan
keakuratan kode diagnosis rawat jalan di rumah sakit “x” pekanbaru tahun
2020. jhmhs: journal of hospital management and health science, 1(02), 35-
39.

Hatta, G. R. (2008). pedoman manajemen informasi kesehatan di sarana pelayanan


kesehatan. jakarta: universitas indonesia.

Indawati, L. (2017). identifikasi unsur 5m dalam ketidaktepatan pemberian kode


penyakit dan tindakan (systematic ). indonesian of health information
management journal (inohim), 5(2), 59-64.

Mariyati,S., & Sugiarsi, S. (2014). ketepatan penggunaan terminologi medis dalam


penulisan diagnosis pada lembar ringkasan masuk dan keluar di rumah sakit
umum daerah dr. soediran mangun sumarso kabupaten wonogiri. rekam
medis, 8(1).

Maryati, W. (2016). hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan


keakuratan kode diagnosis kasus obstetri di rs pku muhammadiyah sukoharjo.
infokes: jurnal ilmiah rekam medis dan informatika kesehatan, 6(2).

Mathar, I. (2018). manajemen informasi kesehatan: pengelolaan dokumen rekam


medis: deepublish.

Oktamianiza, S. (2016). MK (2016). ketepatan pengodean diagnosa utama penyakit


pada rekam medis pasien rawat inap jkn (jaminan kesehatan nasioanal) di rsi
siti rahmah padang tahun 2016. menara ilmu vol. x jilid 1 no. 72 november
2016, x, 72, 159-167.

Rahmawati, E. N., & Utami, T. D. (2020). hubungan ketepatan penulisan terminologi


medis terhadap keakuratan kode pada sistem cardiovascular di rumah sakit
panti waluyo surakarta. jurnal manajemen informasi kesehatan indonesia
(jmiki), 8(2), 101.

Rohman, H., Hariyono, W., & Rosyidah, R. (2011). kebijakan pengisian diagnosis
utama dan keakuratan kode diagnosis pada rekam medis di rumah sakit pku
muhammadiyah yogyakarta. kes mas: jurnal fakultas kesehatan masyarakat
universitas ahmad daulan, 5(2), 25005.

Rosita, R., & Medika, N. m. W.-A. C. (2017). hubungan ketepatan penulisan


terminologi medis diagnosis utama dengan keakuratan kode kasus penyakit
dalam pasien rawat inap. ijms-indonesian journal on medical science, 5(1).
43

Setyowati, R., Wardhani, E. M., & Maryati, W. (2018). Memahami “noun” bahasa
inggris untuk menentukan lead term dalam mengkode diagnosis mengunakan
icd-10 volume 3.

Sugiharto, L., Setiadi, A., & Sihotang, K. (2019). belajar istilah kedokteran edisi
kedua: learning medical terminology: penerbit unika atma jaya jakarta.

Ulfa, H. M., Octaria, H., & Sari, T. P. (2017). analisis ketepatan kode diagnosa
penyakit antara rumah sakit dan bpjs menggunakan icd-10 untuk penagihan
klaim di rumah sakit kelas c sekota pekanbaru tahun 2016. indonesian of
health information management journal (inohim), 5(2), 119-124.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1 Hasil ekstraksi data Literature Rivew

Hubungan
ketepatan
Nama peneliti(author), Judul penelitian Desain Populasi, Persentase Persentase terminologi
NO tahun penelitian sampel ketepatan ketepatan kode medis
terminologi diagnosis dengan
medis ketepatan
kode
diagnosis
1 Defa Miftara Agustine,Rita Hubungan Survei analitik Populasi Persentase Ketepatan kode Terdapat
Dian Pratiwi, 2017 ketepatan dengan 4294 ketepatan diagnosis hubungan
terminologi pendekatan diagnosis terminologi 35,3% antara
medis dengan kuantitatif sampel 360 medis sebanyak sedangkan yang ketepatan
keakuratan kode diagnosis 22,8% tidak tepat terminologi
diagnosis rawat sedangkan yang 64,7% medis dengan
jalan oleh tidak tepat ketepatan
petugas 77,2% kode
kesehatan diagnosis
puskesmas
bambanglipuro
bantul
2 Luciya Feorentina,Henny Hubungan Penelitian Populasi Persentase Ketepatan kode Ketepatan
Maria Ulfa,2020 ketepatan analitik 9.115 berkas ketepatan diagnosis terminologi
terminologi kuantitatif rekam medis terminologi 53,5% dan yang medis pada
medis dengan dengan sampel 99 medis sebanyak tidak tepat berkas rekam
keakuratan kode menggunakan berkam 59,9% 46,4% medis
diagnosis rawat desain cross rekam medis sedangkan yang berpengaruh
jalan di Rumah sectional tidak tepat terhadap
Sakit “X” Pekan 40,4% ketepatan
baru Tahun 2020 kode
diagnosis
3 Riska Rosita,Ni’Matul Hubungan Korelasional Populasi 2919 Ketepatan Ketepatan kode Ketepatan
Wiqoyah, ketepatan dengan rekam medis terminologi diagnosis 87% terminologi
2018 penulisan pendekatan dan sampel medis 56% medis tidak
terminologi secara 100 dokumen memiliki
medis diagnosa retrospektif rekam medis hubungan
utama dengan dengan
keakuratan kode ketepatan
kasus penyakit kode
dalam pasien diagnosis
rawat inap
4 Eni Nur Rahmawati, Titik Hubungan Penelitian Populasi 1157 Ketepatan Ketepatan kode Terdapat
Dwi Utami ketepatan anlitik dengan dokumen terminologi diagnosis 56% hubungan
penulisan pendekatan rekam medis medis 42% sedangkan antara
terminologi retrospektif dan sampel sedangkan yang ketidaktepatan ketepatan
medis terhadap 100 dokumen tidak tepat 58% kode diagnosis terminologi
keakuratan kode rekam medis 44% medis dengan
pada sistem ketepatan
cardiovascular kode
diagnosis
5 Warsi Maryati Hubungan antara Penelitian Populasi 250 Ketepatan kode Ketepatan kode Ada hubungan
ketepatan anlitik dengan dan sample 35,2% diagnosis 58% antara
penulisan pendekatan 250 berkas Ketidaktepataan sedangkan ketepatan
diagnosis dengan crossectional. rekam medis kode akibat ketidaktepatan penulisan
keakuratan kode penggunaan kode diagnosis diagnosis
diagnosis kasus istilah medis 42% terhadap
obstetri di RS 64,8% ketepatan
PKU kode
Muhammadiyah diagnosis
Sukaharjo
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Videlia Yuersi Palatang, lahir di Wasuponda Kabupaten Luwu

Timur Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 24 Juli 2000 yang

merupakan anak dari pasangan Bapak Yunus Tandi Raba dan Ibu

Rina, penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara.

Menempuh jenjang pendidikan mulai dari TK Kalvari

Wasuponda, SDN 250 Wasuponda, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP

Negeri 1 Wasuponda, kemudian melanjutkan ke SMA Katolik Makale Tana Toraja

Tahun 2015-2016, dan SMA Negeri 4 Tana Toraja Tahun 2016-2018 hingga akhirnya

menempuh masa kuliah program studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Panakkukang Makassar (RMIK) dari tahun 2018 hingga 2021.

Anda mungkin juga menyukai