Anda di halaman 1dari 108

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW

ANALISIS KETIDAKLENGKAPAN PENGISIAN INFORMED

CONSENT PADA BAGIAN BEDAH DITINJAU DARI ANALISIS

KUANTITATIF

RAHAYU

NIM 18.03.113

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI D-3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MAKASSAR 2021
KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW

ANALISIS KETIDAKLENGKAPAN PENGISIAN INFORMED

CONSENT PADA BAGIAN BEDAH DITINJAU DARI ANALISIS

KUANTITATIF

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Disusun dan diajukan oleh

RAHAYU
NIM. 18.03.113

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MAKASSAR 2021
ABSTRAK

RAHAYU : LITERATURE REVIEW ANALISIS KETIDAKLENGKAPAN PENGISIAN


INFORMED CONSENT PADA BAGIAN BEDAH DITINJAU DARI ANALISIS
KUANTITATIF
PEMBIMBING : Mikawati, dan Syamsuddin (xiv+80 halaman+3 gambar+6 tabel)
Latar Belakang : Formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) diperlukan untuk
memastikan bahwa pasien telah mengerti semua informasi yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan. Pengisian informed consent yang tidak lengkap dapat menyebabkan celah hukum selain itu
informed consent yang tidak lengkap dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan dan
menghambat proses akreditasi rumah sakit. Tujuan Penelitian : Terdeskripsikan ketidaklengkapan
pengisian formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) pada bagian bedah ditinjau
analisis kuantitatif serta faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian informed consent.
Metodologi : Desain penelitian menggunakan literature review dengan menggunakan database
pencarian google scholar dan semantic scholar dari tahun 2016 sampai tahun 2021. Hasil : Penelitian
pada pengisian identifikasi pasien persentase ketidaklengkapan 46.5%, 45.66% bahkan ada yang 99%.
Pada pengisian laporan penting persentase ketidaklengkapan 95%, 47,57% yang terendah 11.71%.
Pada autentikasi 10.33, 21.96% bahkan ada yang 41.55%. Pada review pencatatan yang baik dan
benar persentase rata-rata sudah mencapai ketidaklengkapan sebanyak 0%. Faktor yang menyebabkan
rendahnya presentase tersebut adalah petugas yang kurang teliti, ketidakpatuhan dokter dalam mengisi
setiap variable dan tidak tegasnya SOP. Kesimpulan : bahwa kelengkapan pengisian formulir
persetujuan tindakan kedokteran belum mencapai standar pelayanan minimal rekam medis dirumah
sakit. Kata Kunci : Analisis Kuantitatif, Informed Consent dan Ketidaklengkapan

vii
ABSTRACT

RAHAYU : LITERATURE REVIEW ANALYSIS OF INCOMPLETENESS FILLING


INFORMED CONSENT IN THE SURGICAL SECTION BASED ON QUANTITATIVE
ANALYSIS
MENTORS : Mikawati dan Syamsuddin (xiv+80 halaman+3 gambar+6 tabel)
Background : An informed consent form is required to ensure that the patient understands all the
information needed to make a decision. Filling incomplete informed consent can cause legal
deliberations other than that incomplete informed consent can affect the quality of health services and
hinder the hospital accreditation process. Research Objective : Described incomplete filling of
medical action approval form (informed consent) in the surgical section reviewed quantitative analysis
as well as factors causing incomplete filling informed consent. Methodology : The research design
uses literature review using google scholar and semantic scholar search database from 2016 to 2021.
Result : Research on filling patient identification percentage incompleteness 46.5%, 45.66% there is
even a 99%. On the filling of important reports the incomplete percentage is 95%, 47.57% the lowest
is 11.71%. At 10.33 authentication, 21.96% even had 41.55%. On a good and correct record review
the average percentage has reached incompleteness as much as 0%. Factors that cause the low
percentage is the officer who is less thorough, non-compliance of doctors in filling every variable and
indecisive SOP. Conclussion : That the completeness of filling out the medical action approval form
has not reached the minimum service standard of medical records in hospitals. Key Words :
Quantitative Analysis, Informed Consent, Incomplete

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah

Subhanahuwa wa ta’ala yang telah melimpahkan Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugar Akhir ini dengan judul

“Literature Review Analisis Ketidaklengkapan Pengisian Informed Consent Pada

Bagian Bedah Ditinjau Dari Analisis Kuantitatif”. Salam dan shalawat tidak lupa

pula penulis kirimkan kepada nabi besar Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

wassallam

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya yang telah merawat saya dari

kecil, membesarkan saya dengan kasih sayang, mendidik saya dari kecil hingga

sekarang dan senantiasa mengirimkan doa dan support moral dan materi.

Ucapan terima kasih ini penulis juga sampaikan kepada orang yang penulis

hormati, yaitu Ibu Mikawati, SKp,M.Kes selaku dosen pembimbing 1 dan Pak

Syamsuddin, A.Md.PK, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang telah

meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat

berguna dalam penyelesaian literature review ini. Dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

ix
1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan yang telah menyediakan tempat bagi saya untuk belajar dan

memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar dari dosen-dosen yang

berkompeten untuk mengajar dan membimbing saya sampai saat ini.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau, M.Kes, selaku Ketua STIKES Panakkukang Makassar

yang telah menyediakan fasilitas belajar selama saya menempuh pendidikan

sebagai mahasiswa di STIKES Panakkukang Makassar.

3. Bapak Syamsuddin, A.Md. PK, SKM, M.Kes, selaku Ketua Prodi D-III Rekam

Medis dan Informasi Kesehatan yang telah memberikan bimbingan,

mendampingi dan senantiasa memberikan masukan dan saran ilmu sesuai

dengan kompetensi yang saya tekuni.

4. Bapak Dr. H. Muh. Thabran Talib, SKM, M.ARS selaku dosen penguji yang

senantiasa memberikan arahan dan masukan berupa kritik dan saran sera

memberikan motivasi yang sangat bermanfaat bagi penulis

5. Seluruh Citivis Akademis Stikes Panakukkang terutama dosen-dosen yang telah

membimbing dan mengajar pada program studi Rekam Medis dan Informasi

Kesehatan

6. Teman-teman seangkatan khususnya RMIK B Angkatan 2018 yang selalu

memberikan semangat.

7. Terima kasih untuk sahabatku Waanjais, Sha, Minnie, Inna, Fajri, Hasri, Nava

dan Mifta yang selalu menemani, mendukung dan memberi semangat dalam

menyeselesaikan literature review ini.

x
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan berupa kritikan dan

saran yang membangun yang sangat penulis nantikan demi kesempurnaan literature

review ini sehingga literature review ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau

materi untuk penulis sendiri dan untuk khalayak umum.

Makassar, 06 Juni 2021

Rahayu

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN JUDUL ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGAJUAN KARYA TULIS ILMIAH ......... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI .....................................................v

SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH .......................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar belakang ....................................................................................................1


B. Rumusan masalah ..............................................................................................6
C. Tujuan penulisan ................................................................................................7
D. Manfaat penulisan ..............................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................9

xii
A. Tinjauan tentang persetujuan tindakan kedokteran ............................................9
B. Tinjauan tentang tindakan kedokteran bedah....................................................15
C. Tinjaun tentang analisis kuantitatif ...................................................................16
D. Faktor yang menyebabkan ketidaklengkapan pengisian informed consent ......21

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................22

A. Desain penelitian ...............................................................................................22


B. Sumber data.......................................................................................................22
C. Kata kunci .........................................................................................................23
D. Database pencarian ...........................................................................................23
E. Strategi pencarian ..............................................................................................23
F. Kriteria inklusi dan eksklusi .............................................................................24
G. Sintesis hasil literature......................................................................................25
H. Ekstraksi data ....................................................................................................28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................29

A. Hasil ..................................................................................................................29
B. Pembahasan .....................................................................................................51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................71

A. Kesimpulan ......................................................................................................71
B. Saran ................................................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

LAMPIRAN

RIWAYAT PENULIS

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Format PICO .............................................................................................. 6


Tabel 2 Strategi pencarian ....................................................................................... 23
Tabel 3 Kriteria inklusi dan eksklusi ...................................................................... 24
Tabel 4 Format ekstraksi data ................................................................................. 28
Tabel 5 Penyajian hasil literatur .............................................................................. 30

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Pencarian Literature ....................................................................... 26

xv
DAFTAR SINGKATAN

SPO : Standar Prosedur Operasional

SPM : Standar Pelayanan Minimal

PSP : Persetujuan Setelah Penjelasan

DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pasien

RM : Rekam Medis

SC : Sectio Cesarae

SDM : Sumber Daya Manusia

BPJS : Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat yang salah

satu tujuannya adalah memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,

antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit (Permenkes No. 72 Tahun 2016

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit [JDIH BPK RI],

n.d.).

Agar rumah sakit dapat melaksanakan fungsi dengan baik, maka

rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan Kemenkes RI Nomor

129/Menkes/SK/II/2008 bahwa mutu atau kualitas adalah kepatuhan terhadap

standar yang telah ditetapkan atau sesuai dengan persyaratan (Oktavia, 2020).

Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit merupakan suatu

ketentuan-ketentuan bagi rumah sakit yang dikeluarkan oleh Menteri

Kesehatan Republik Indonesia dalam rangka usaha pemerintah untuk

menjamin mutu pelayanan kesehatan. Standar Pelayanan Minimal (SPM) juga

1
2

merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kasus kuratif di rumah sakit

(Permenkes No. 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu

Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

[JDIH BPK RI], n.d.).

Salah satu yang berperan penting dalam suatu rumah sakit adalah

bagian dari instalasi perekam medis atau disebut dengan medical record.

Semua fasilitas pelayanan kesehatan termasuk didalamnya adalah rumah sakit

wajib menyelenggarakan rekam medis, termasuk rumah sakit (Permenkes No.

4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien

[JDIH BPK RI], n.d.).

Salah satu standar pelayanan minimal rekam medis di rumah sakit

adalah kelengkapan informed consent setelah mendapatkan informasi yang

jelas sebesar 100% (Ulfah et al., 2020).

Informed consent adalah suatu persetujuan mengenai akan

dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya.

Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan maupun tertulis. Pada hakikatnya

informed consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter dengan pasien

mengenai kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap

pasien. Penandatanganan formulir informed consent secara tertulis hanya

merupakan pengukuhan atas apa yang telah disepakati sebelumnya (Busro,

2018).
3

Ketiadaan informed consent dapat dikategorikan “perbuatan melawan

hukum” (onrechgmatige daad) yang diatur dalam KUH Perdata Pasal 1365

bahwa “setiap perbuatan bertentangan dengan hukum yang mengakibatkan

kerugian kepada orang lain, mewajibkan si pelaku untuk mengganti

kerugian.” (Wahyuni & Sugiarti, 2017).

Oleh karena itu, informed consent harus dilengkapi karena di dalam

informed consent mencakup diagnosis dan tata cara tindakan, tujuan

tindakan, alternatif dan risiko, risiko dan komplikasi, prognosis tindakan, dan

perkiraan pembiayaan (Prama, 2019).

Kelengkapan informed consent harus memuat beberapa indikator

penting yaitu kelengkapan identitas pasien seperti nama pasien dan nomor

rekam medis pasien, kelengkapan pelaporan penting seperti laporan operasi

dan kelengkapan diagnosa, kelengkapan autentifikasi seperti tanda tangan

dokter atau perawat dan tanda tangan keluarga pasien/wali, serta kelengkapan

review pencatatan yang baik dan benar. Oleh karena itu, dibutuhkannya

pengetahuan dokter dan petugas perekam medis mengenai pengisian

informed consent untuk mencegah terjadinya ketidaklengkapan pada

informed consent (WIDJAYA, 2018).

Dari hasil mengenai ketidaklengkapan jumlah kasus bedah pasien

dengan jumlah analisis 145 informed consent terdapat 70 informed consent

(42,8 %) yang masih belum lengkap dan terdapat 75 informed consent (51,7
4

%) yang sudah lengkap. Ketidaklengkapan lebih sering dijumpai pada isi

informasi yaitu pada item alternatif dan risiko sebanyak 57 informed consent

(39,3%) (Meyyulinar, 2019).

Selain itu ada hasil penelitian mengenai ketidaklengkapan informed

consent bedah yang menyatakan dari 67 sampel formulir informed consent

didapatkan 33,7% ketidaklengkapan informed consent dan dan didapatkan

angka kelengkapan pengisian sebesar 66,3%. Ketidaklengkapan lebih sering

ditemui pada item alternative risiko sebanyak 74,6% dan pada alamat pasien

ditemukan angka ketidaklengkapan sebanyak 67,2% (Oktavia, 2020).

Ketidaklengkapan informed consent dapat mempengaruhi mutu

pelayanan kesehatan yang akan berdampak langsung pada proses pelayanan,

khususnya proses kegiatan klaim asuransi, menyebabkan menurunnya

kualitas mutu rekam medis sehingga bisa berpengaruh pada proses penilaian

akreditasi rumah sakit (Oktavia, 2020).

Selain itu ada beberapa dampak bagi rumah sakit jika informed

consent tidak terisi lengkap 100%, pertama dari aspek hukum jika suatu saat

ada masalah setelah dilakukan tindakan medis maka bisa jadi celah hukum

bagi pasien untuk menuntut rumah sakit tersebut dan dampak selanjutnya

adalah dengan tingginya angka ketidaklengkapan informed consent maka

berpengaruh pada mutu rekam medis seperti catatan pasien yang kurang

lengkap, riwayat perjalanan pasien terputus, khususnya pada rekam medis

formulir informed consent karena dalam kelengkapan pengisian informed


5

consent yang termasuk salah satu indikator mutu dalam upaya peningkatan

mutu dalam memberikan tindakan medis (Ningsih et al., 2021).

Solusi yang dapat diberikan kepada rumah sakit yang memiliki

angka kelengkapan informed consent dibawah 100% yaitu melakukan

pengarahan kepada petugas atau tenaga kesehatan yang bertanggung jawab

pada pengisian formulir Informed Consent, serta solusi lainnya adalah dengan

cara mempertegas SPO (Standar Prosedur Operasional) tentang kelengkapan

pengisian dokumen rekam medis khususnya pengisian pada informed consent

selalu melakukan evaluasi dan analisis pada berkas rekam medis khususnya

pada pengisian formulir informed consent (Astutiningsih et al., 2018).

Berdasarkan uraian diatas maka dari itu penulis tertarik menjelaskan

bagaimana ketidaklengkapan formulir persetujuan tindakan kedokteran

(informed consent) berdasarkan analisis kuantitatif dengan cara melakukan

literature review terhadap beberapa jurnal nasional. Berdasarkan uraian

tersebut, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian literature

Review “Analisis Ketidaklengkapan Pengisian Informed Consent Pada Bagian

Bedah Ditinjau dari Analisis Kuantitatif”.


6

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah disusun menggunakan framework PICO :

Tabel 1
PICO
Kriteria Uraian
P
Lembar Formulir Informed Consent Bedah
(Problem)
I
Analisis Kuantitatif
(Intervention)
C
-
(Comparison)
O
Ketidaklengkapan Informed Consent
(Outcome)

Maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu :

Bagaimana ketidaklengkapan pengisian informed consent pada bagian bedah

ditinjau dari analisis kuantitatif.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Terdeskripsikan ketidaklengkapan pengisian informed consent pada bagian

bedah ditinjau dari analisis kuantitatif.

2. Tujuan Khusus

a. Terdeskripsikan persentase ketidaklengkapan pengisian informed

consent bagian bedah berdasarkan aspek identifikasi pasien

b. Terdeskripsikan persentase ketidaklengkapan pengisian informed

consent bagian bedah berdasarkan aspek kelengkapan analisis laporan

penting
7

c. Terdeskripsikan persentase ketidaklengkapan pengisian informed

consent bagian bedah berdasarkan aspek kelengkapan pengisian

autentikasi

d. Terdeskripsikan persentase ketidaklengkapan pengisian informed

consent bagian bedah berdasarkan aspek pencatatan yang baik dan

benar

e. Terdeskripsikan faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian

informed consent bagian bedah di tiap fasilitas pelayanan kesehatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi institusi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu bahan

referensi dalam mengembangkan suatu ilmu pengetahuan tentang

rekam medis.

b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah ilmu dan wawasan

untuk dijadikan referensi dasar dalam jenjang pendidikan selanjutnya.

2. Manfaat Teoritis

a. Untuk rumah sakit, hasil penelitian ini sabagai bahan masukan untuk

lebih meningkatkan persentase kelengkapan informed consent pada

bagian bedah

b. Bagi tenaga rekam medis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

suatu upaya dalam meningkatkan persentase kelengkapan informed


8

consent pada bagian bedah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal

yang telah ditetapkan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

1. Definisi Informed Consent

Secara harfiah Consent artinya persetujuan, atau lebih tajam lagi,

consent berarti ”izin”. Jadi Informed consent adalah persetujuan atau izin

oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan

tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

lain-lain untuk menegakkan diagnosis, memberi obat, melakukan suntikan,

menolong bersalin, melakukan pembiusan, melakukan pembedahan,

melakukan tindak-lanjut jika terjadi kesulitan, dsb. Selanjutnya kata

Informed terkait dengan informasi atau penjelasan. Dapat disimpulkan

bahwa Informed Consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien (atau

keluarga yang berhak) kepada dokter untuk melakukan tindakan medis atas

dirinya, setelah kepadanya oleh dokter yang bersangkutan diberikan

informasi atau penjelasan yang lengkap tentang tindakan itu. Mendapat

penjelasan lengkap itu adalah salah satu hak pasien yang diakui oleh

undang- undang sehingga dengan kata lain Informed consent adalah

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) (Busro, 2018).

9
10

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.

290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran,

penjelasan tentang tindakan kedokteran pada Peraturan Menteri Kesehatan

No. 290/Menkes/Per/III/2008 pasal 7 ayat 3 sekurang-kurangnya mencakup

a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran ;

b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan

c. Alternatif tindakan lain, dan resikonya ;

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi ; dan

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

f. Perkiraan pembiayaan

(Republik, 2008).

2. Tujuan Informed Consent

Tujuan dari Persetujuan Tindakan Kedokteran menurut Menurut

Permenkes RI Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 yaitu :

a. Memberikan perlindungan pasien terhadap tindakan dokter yang

sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar

pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.

b. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu

kegagalan dan bersifat negatife, karena prosedur medik modern tidak


11

tanpa resiko dan pada setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko

(Republik, 2008).

3. Bentuk Informed Consent

Ada dua bentuk Informed consent yaitu:

a. Dengan pernyataan (expression), dapat secara lisan (oral) dan secara

tertulis (written);

Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara

lisan atau tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur

pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Misalnya, pemeriksaan dalam

lewat anus atau dubur atau pemeriksaan dalam vagina, dan lain-lain

yang melebihi prosedur pemeriksaan dan tindakan umum. Di sini belum

diperlukan pernyataan tertulis, cukup dengan persetujuan secara lisan

saja. Namun bila tindakan yang akan dilakukan mengandung resiko

tinggi seperti tindakan pembedahan atau prosedur pemeriksaan dan

pengobatan invasif, informed consent harus dilakukan secara tertulis.

b. Dianggap diberikan, tersirat (implied) yaitu dalam keadaan biasa atau

normal dan dalam keadaan gawat darurat.

Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien

secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap

dokter dari sikap pasien pada waktu dokter melakukan tindakan,

misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium,

pemberian suntikan pada pasien, penjahitan luka dan sebagainya.


12

Implied consent berlaku pada tindakan yang biasa dilakukan atau sudah

diketahui umum (Adriana Pakendek, 2012).

4. Pihak Yang Memberikan Persetujuan

Berdasarkan PERMENKES RI No. 290 Tahun 2008. Tentang

persetujuan tindakan kedokteran menyatakan bahwa pihak yang berhak

memberikan persetujuan tindakan kedokteran menyatakan bahwa pihak

yang berhak memberikan persetujuan terdapat pada pasal 12 ayat 1:

a. Persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten, atau oleh wali, atau

keluarga terdekat. Pihak yang berhak memberikan persetujuan juga

dijelaskan pada pasal 13 ayat (1), (2), (3), dan (4) yaitu:

1) Pasien yang dianggap kompeten berdasarkan usianya apabila:

a) Pasien dewasa, yaitu telah berusia 21 tahun atau telah pernah

menikah.

b) Pasien telah berusia 18 tahun, tidak termasuk anak berdasarkan

peraturan perundang-undangan

2) Berdasarkan kesadarannnya:

a) Pasien dianggap kompeten apabila pasien tersebut tidak

terganggung kesadaran fisiknya, sehingga mampu

berkomunikasi secara wajar dan mampu membuat keputusan.

b) Pasien dapat kehilangan kompetensinya untuk sementara waktu

apabila ia mengalami syok, nyeri yang sangat atau kelemahan

lain akibat keadaan sakitnya.


13

3) Berdasarkan kesehatan mental

a) Pasien dianggap kompeten apabila pasien tersebut tidak

mengalami kemunduran perkembangan (retardasi mental) dan

tidak mengalami penyakit mental yang membuatnya tidak

mampu membuat keputusan secara bebas.

b) Pasien dengan gangguan jiwa (mental) dapat dianggap

kompeten, apabila dia masih mampu memahami informasi,

mempercayainya, mempertahankannya, dan untuk kemudian

menggunakannya dalam membuat keputusan yang bebas.

4) Kompetensi pasien harus dinilai oleh dokter pada saat diperlukan

persetujuannya dan apabila meragukan maka harus ditentukan

oleh tim dokter yang kompeten (Republik, 2008).

5. Dasar Hukum Informed Consent

Persetujuan tindakan Kedokteran telah diatur dalam Pasal 45

Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang praktek Kedokteran.

Sebagaimana dinyatakan setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus

mendapat persetujuan. Persetujuan sebagaimana dimaksud diberikan

setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap, sekurang-kurangnya

mencakup diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis

yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan risikonya, risiko dan


14

komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang

dilakukan (UU RI Nomor 29 Tahun, 2004).

6. Kelengkapan Isi Informed Consent

Kepmenkes 129 Tahun 2008 tentang standar pelayanan minimal

rumah sakit, menyatakan bahwa kelengkapan pengisian rekam medis

adalah 24 jam setelah selesai pelayanan. Agar terjadi kesinambungan

pelayanan, yang bertujuan tergambarnya tanggung jawab dokter dalam

kelengkapan informasi rekam medis. Sehingga rekam medis harus diisi

dengan lengkap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008)

Pada Permenkes RI No. 585/MENKES/PER/IX/1989, dokter dan

rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan ikut bertanggung jawab

atas tindakan medik yang diberikan, karena informed consent akan

memberikan perlindungan hukum tidak hanya kepada pasien tetapi juga

kepada dokter dan rumah sakit. Oleh karena itu kelengkapan pengisian

informed consent harus dilakukan dalam setiap pemberian pelayanan

terhadap pasien. Jika lembar informed consent tidak diisi dengan lengkap,

maka dapat mengakibatkan informasi yang ada di dalam informed consent

menjadi tidak tepat, tidak akurat dan tidak sah atau tidak legal bila

dikaitkan dengan kemungkinan adanya perselisihan antara pasien dengan

dokter atau rumah sakit dikemudian hari (Permenkes 585, 1989).


15

B. Tinjauan Tentang Tindakan Kedokteran Bedah

1. Pengertian Tindakan Bedah/Operasi

Pembedahan berarti prosedur yang dilakukan untuk tujuan

mengubah tubuh manusia dengan sayatan atau penghancuran jaringan dan

merupakan bagian dari praktik obat untuk pengobatan diagnostik atau

terapeutik kondisi atau penyakit oleh instrumen apa pun yang

menyebabkan perubahan atau transportasi hidup yang teralisasi jaringan

manusia, yang meliputi laser, ultrasound, radiasi pengion, pisau bedah,

probe, dan jarum. Selama operasi jaringan dapat dipotong, dibakar,

dislokasi, atau diamputasi untuk dislokasi besar dan patah tulang, atau

diubah oleh mekanis, termal, berbasis cahaya, elektromagnetik, atau sarana

kimia. Injeksi diagnostik atau terapeutik rongga tubuh, organ internal,

sendi, organ sensorik, dan sistem saraf pusat juga dianggap sebagai operasi

(Surgeon, 2007).

2. Jenis Tindakan Bedah Yang Memerlukan Informed Consent

Informed consent lisan adalah persetujuan persetujuan tindakan tindakan

medik yang diberikan secara lisan, antara lain :

a. Pengambilan darah untuk keperluan diagnostic

b. Pemberian obat untuk tujuan terapetik secara intrakutan, subkutan,

intramuskuler atau intra vena

c. Pemasangan infus secara chateter vena/ jarum infus.

d. Penusukan jarum dengan daerah tertentu (misalnya : akupuntur).


16

e. Pemasangan alat tertentu :

1) Catheter nelaton untuk pria dan wanita.

2) Catheter logam hanya untuk wanita.

3) Pemasangan nasograstrie tube

4) Pemasangan bidai.

5) Pemasangan traksi

6) Pengisapan lendir dari hidung, mulut, ataupun dari endotrakheal

tube

7) Pengambilan benda asing dari rongga hidung atau liang telinga.

8) Pengobatan luka,luka, pencucian luka dengan anestesi lokal

9) Pengambilan gerpus alineumpada mata (missal : gram pada cornea /

conjuncition)

10) Pemberian Pemberian lavement (cuci usus besar), untuk

pemeriksaan radiologi/ persiapan operasi.

11) Fungsi ascites atau pleura

(Tu et al., 2013).

C. Tinjauan Tentang Analisis Kuantitatif

1. Definisi Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah telaah /review bagian tertentu dari isi

RM dengan maksud menemukan kekurangan, khususnya yang berkaitan

dengan pendokumentasian RM.


17

Analisis kuantitatif terdiri dari 4 (empat) komponen yaitu review

identifikasi, review laporan yang penting, review autentikasi dan review

pendokumentasian yang benar (WIDJAYA, 2018).

2. Tujuan Analisis Kuantitatif

a. Menentukan sekiranya ada kekurangan agar dapat dikoreksi dengan

segera pada saat pasien dirawat. Yang dimaksud dengan koreksi ialah

perbaikan sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi.

b. Untuk mengidentifikasi bagian yang tidak lengkap dengan mudah dapat

dikoreksi sesuai prosedur yang berlaku, sehingga rekam medis menjadi

lebih lengkap dan dapat dipakai untuk :

1) Pelayanan pasien

2) Melindungi semua pihak dari kasus hukum

3) Memenuhi peraturan yang ada

4) Agar analisis data dan statistik akurat (WIDJAYA, 2018).

3. Waktu Pelaksanaan Analisis Kuantitatif

Dalam melakukan analisis kuantitatif terdapat 2 (dua) waktu

pelaksanaannya yaitu terdiri atas:

a. Retrospective Analysis

Retrospective Analysis yaitu analisis dilakukan setelah pasien pulang.

Hal ini lazim dilakukan karena rekam medis dapat dianalisis secara

keseluruhan walaupun hal ini bisa memperlambat proses melengkapi

bagian-bagian berkas yang kurang lengkap.


18

b. Concurrent Analysis

Concurrent Analysis yaitu analisis dilaksanakan saat pasien masi

dirawat. Dengan demikian, jika terdapat kekuranglengkapan bisa segera

dilengkapi (WIDJAYA, 2018).

4. Komponen Atau Indikator Analisis Kuantitatif

Dalam melakukan analisis kuantitatif, pendokumentasian rekam medis

dibagi dalam beberap komponen dasar. Komponen dasar ini meliputi suatu

review rekam medis yaitu memeriksa identifikasi pasien pada setiap

lembaran rekam medis Adanya semua laporan/pencatatan yang penting

sebagai bukti rekaman, adanya autentikasi penulis/ keabsahan Rekaman

dan terciptanya pelaksanaan rekaman/ pendokumentasian yang baik.

a. Identifikasi

Minimal setiap lembar berkas mempunyai nama dan nomor rekam

medis pasien. Bila ada lembaran yang tanpa identitas harus di review

untuk menentukan milik siapa lembaran tersebut. Dalam hal ini bila

audit dilakukan sebelum pasien pulang (Concurrent Analysis) lebih baik

oleh karena lebih cepat mengetahui identitasnya daripada dilakukan

setelah pasien pulang (Retrospective Analysis).

b. Adanya semua Laporan/ Catatan yang penting sebagai bukti rekaman

Ada lembaran laporan yang standar terdapat dalam Rekam Medis. Isi

laporan penting diantaranya adalah laporan operasi, anestesi dan hasil

patologi anatomi. Penting ada tanggal dan jam pencatatan , sebab ada
19

kaitannya dengan peraturan pengisian. Contoh: Lembaran riwayat

pasien dan pemeriksaan fisik harus diisi kurang dari 24 jam sesudah

pasien masuk rawat.

c. Review Autentikasi/ Keabsahan Rekaman Autentikasi dapat berupa:

1) Nama atau Cap/ stempel , dan inisial yang dapat diidentifikasi

2) Tanda tangan, dalam Rekam Medis atau

3) Kode seseorang untuk komputerisasi.

4) Harus ada titel/ gelar profesional (Dokter, Perawat ) Tidak boleh

ditanda tangani oleh orang lain selain penulis, kecuali bila ditulis

oleh dokter jaga atau mahasiswa maka tanda tangan si penulis di

tambah countersign oleh supervisor dan ditulis “telah direview dan

dilaksanakan atas instruksi dari ……… atau telah diperiksa oleh

……………..

d. Review Tata Cara Pendokumentasian

1) Analisis Kuantitatif memeriksa pencatatan yang tidak lengkap dan

yang tidak dapat dibaca . Hal ini dapat dilengkapi dan diperjelas .

2) Memeriksa baris perbaris dan bila ada yang kosong diberi tanda/

digaris sehingga tidak dapat diisi belakangan.

3) Tidak diperboleh menggunakan singkatan yang belum diatur dalam

buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis


20

4) Bila ada salah pencatatan maka bagain yang salah digaris dan catatan

tersebut masih terbaca, kemudian diberi keterangan disampingnya

bahwa catatan tersebut salah / salah menulis rekam medis pasien lain.

(WIDJAYA, 2018)
21

D. Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Informed Consent

Secara umum, hal-hal yang menyebabkan tidak lengkapnya pengisian

formulir informed consent bagian bedah di tiap fasilitas pelayanan kesehatan,

yaitu :

1. Man

Adanya kesalahan yang dilakukan oleh petugas atau tenaga kesehatan

terkait

2. Money

Tidak adanya reward yang diberikan kepada petugas atau tenaga kesehatan

3. Material

Belum ada instruksi terkait pengisian informed consent

4. Machine

Pengisian informed consent masih dilakukan secara manual

5. Methode

Belum adanya penegasan SPO dalam pengisian informed consent


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan penjabaran lebih lanjut dari desain

rangkuman hasil penelitian dengan jenis literature review menggunakan

metode perbedaan (contrast) yaitu membandingkan referensi masalah yang

terjadi atau relevan dengan sebuah kasus permasalahan atau topik yang akan

diangkat yang diambil dari berbagai sumber seperti jurnal, artikel ilmiah, dan

pustaka lainnya kemudian membandingkan hasil nya satu sama lain.

Dari 7 jurnal atau karya tulis ilmiah yang dilakukan review penelitian

yang menggunakan metode deskriptif pendekatan kuantitatif adalah sebanyak

4, penelitian yang menggunakan metode deskriptif pendekatan restropektif 1,

penelitian yang menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dan

kualitatif dengan rancangan retrospektif study 1 dan penelitian yang

menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif dengan rancangan

fenomologis 1.

B. Sumber Data

Sumber data pada literature review ini menggunakan data sekunder,

data utama adalah artikel, jurnal hasil penelitian dan karya tulis ilmiah.

22
23

C. Kata Kunci

Pencarian literature atau jurnal dan karya tulis ilmiah pada penelitian

ini menggunakan kata kunci “Analisis Kuantitatif AND Informed Consent

Bedah” dan “Ketidaklengkapan Informed Consent Bedah”

D. Database Pencarian

Selain menggunakan kata kunci hal yang penting dalam pencarian

literature adalah database, database yang peneliti gunakan adalah Google

Scholar dan Semantic Scholar.

E. Strategi Pencarian

Strategi dalam pencarian literature review ini adalah menggunakan

Bolean System yaitu perintah yang digunakan pada mesin pencarian seperti

penggunaan kata AND untuk menghasilkan artikel-artikel yang hanya

mengandung kata kunci tertentu dan OR untuk melebarkan jumlah hasil

pencarian pada Google Scholar dan Semantic Scholar.

Tabel 2

Strategi Pencarian Literature Review


DATABASE STRATEGI PENCARIAN JURNAL
Google Scholar Ketidaklengkapan AND Informed Consent
Bedah
Semantic Scholar Analisis Kuantitatif AND Informed
Consent Bedah
24

F. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Literature Review analisis ketidaklengkapan informed consent pada

bagian bedah ditinjau dari analisis kuantitatif, maka kriteria inklusi dan

eksklusi yang digunakan seperti ini :

Tabel 3

Kriteria Inklusi dan Ekslusi


INKLUSI EKSKLUSI
Artikel tahun 2016-2021 Kelengkapan Rekam Medis
Lembar Informed Consent Bedah Berkas Rekam Medis
Analisis Kuantitatif Informed Consent Analisis Kualitatif Informed Consent
Indikator Analisis Kuantitatif seperti
Identitas Pasien, Laporan Penting,
Autentikasi, Pencatatan yang baik dan
benar
Angka Persentase Ketidaklengkapan Angka Persentase Kelengkapan
Informed Consent Informed Consent
Faktor Penyebab Ketidaklengkapan
Informed Consent
Jurnal Full Text Jurnal yang tidak full text

Pada tabel di atas menjelaskan bahwa jurnal atau artikel yang diambil

adalah artikel yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh

penulis, sedangkan apabila memenuhi kriteria eksklusi maka jurnal atau

artikel tidak diambil.


25

G. Sintesis Hasil Literature

1. Hasil Pencarian Literature

Berdasarkan hasil pencarian jurnal dan artikel ilmiah di database yang

digunakan, maka didapatkan hasil 1941 jurnal dan artikel ilmiah dengan

rincian 1890 jurnal dan karya tulis ilmiah dari Google Scholar, 51 jurnal

dan karya tulis ilmiah dari Semantic Scholar. Setelah dilakukan seleksi

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi maka dari 1941 jurnal dan karya

tulis ilmiah yang ditemukan tersisa 7 jurnal yang memenuhi kriteria. Hasil

seleksi jurnal dan artikel ilmiah dapat digambarkan oleh Diagram Flow

dibawah ini :
26

Gambar 3.1

Diagram flow literature review

Pencarian jurnal dan KTI melalui Pencarian jurnal dan KTI melalui
database Semantic Scholar ( n = 51 ) database Google Scholar ( n = 1890 )

Total hasil Jurnal dan KTI


pencarian 1941 rentang tahun 2016-
2021
( n = 407 )

Jurnal dan KTI Jurnal dan KTI


setelah dikurangi duplikasi ( n = 6 )
tahun ( n = 1534 )

Jurnal dan KTI Jurnal dan KTI yang dihapus


setelah dikurangi karena tidak sesuai topik dan tidak
duplikasi ( n = 1528 bisa diakses PDF ( n = 1004 )
))

Jurnal dan KTI yang


Jurnal dan KTI setelah dikurangi yang
membahas topik dan dapat diakses PDF dihapus karena tidak
memenuhi kriteria inklusi
( n= 524 ) dan ekslusi (n = 518)
(n=6)

Jurnal dan KTI setelah


dikurangi kriteria inklusi ( n =
6)

Jurnal yang dimasukkan dalam Literature


Review ( n = 6 )
27

2. Daftar Artikel yang Memenuhi Kriteria

a. Analisis Kelengkapan Pengisian Formulir Persetujuan Tindakan

Kedokteran Kasus Bedah Mayor Di RSUD Ambarawa

b. Analisis Kelengkapan Pengisian Informed Consent Tindakan

Bedah di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Tahun 2018

c. Analisis Kuantitatif Kelengkapan Pengisian Formulir Persetujuan

Tindakan Kedokteran Kasus Bedah

d. Kelengkapan Pengisian Informed Consent Pasien Rawat Inap

Pada Kasus Bedah di Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy

Margoluwih Seyegan Slema

e. Analisis Kelengkapan Pengisian Lembar Informed Consent Pada

Kasus Bedah Mayor di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta

Periode 2016

f. Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Lembar Informed Consent

Pada Kasus Bedah di RSUD Tidar Kota Magelang.

g. Kelengkapan Pengisian Informed Consent Rawat Inap Pada Kasus

Bedah Saraf Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016


28

H. Ekstraksi Data

Tabel 4
Ekstraksi Data
Persentase Penyebab
Judul Jurnal, Metode Analisis
Desain Populasi Ketidaklengkapan Ketidaklengkapan
No Nama Peneliti Ketidaklengkapan
Penelitian Sampel Informed Consent Informed Consent
(Author), Tahun Informed Consent
Berdasarkan Indikator
….. ………………. …………. …………. …………. …………. ………….
….. ………………. …………. …………. …………. …………. ………….
….. ………………. …………. …………. …………. …………. ………….
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Berdasarkan hasil pencarian literature, maka jurnal yang memenuhi kriteria

inklusi dimana hasil penelitian tersebut berhubungan dengan analisis ketidaklengkapan

informed consent pada bagian bedah berdasarkan analisis kuantitatif. Adapun hasil

pencarian disajikan dalam bentuk table yang berisi rangkuman dari setiap jurnal dan

karya tulis ilmiah yang telah didapatkan sebagai berikut :

29
Tabel 5
Penyajian Hasil Literature Review

Metode
Persentase
Analisis
Judul, Nama Populas Ketidaklengkapan Penyebab
Desain Ketidak Sumber
No Peneliti (Author), i Informed Consent Ketidaklengkapan
Penelitian lengkapan Database
Tahun Sampel Berdasarkan Informed Consent
Informed
Indikator
Consent
a. Identifikasi Pada item
Analisis ditinjau dari identifikasi alasan
Kelengkapan beberapa aspek tidak terisinya item
nya memiliki ini secara 100%
Pengisian
angka rata-rata adalah karena label
Formulir ketidaklengkapa pasien tidak
Persetujuan n pengisian ditempelkan pada
Tindakan yaitu sebanyak
Deskriptif formulir informed
Kedokteran 61 10.11%. Google
1 pendekatan Kuantitatif consent sehingga
Kasus Bedah Sampel b. Pelaporan menyebabkan
Scholar
retrospektif
Mayor Di RSUD penting ditinjau sulitnya petugas
Ambarawa dari beberapa menemukan
(Daryanti, Sri aspek nya identitas pasien.
Sugiarsi, memiliki angka
Pada item
Karanganyar), rata-rata
pelaporan penting
2016 ketidaklengkapa
n pengisian penyebab tidak
terisinya item ini

30
yaitu sebanyak secara 100%
26.025%. adalah karena
sedangkan pada kelalaian petugas
lembar consent dan
persentase ketidakpatuhan
tertinggi dokter/perawat
terdapat pada dalam mengisi
item tanda
pada setiap item.
tangan saksi
Pada item
sebesar 59
(96,72%) dan pengian
persentase autentikasi,
terendah pada penyebab tidak
item nama terisinya item ini
pasien 28 secara 100%
formulir ( adalah karena
45,90%). kurangnya kerja
c. Pengisian sama antara
autentikasi dokter
ditinjau dari penanggung
beberapa aspek jawab dengan
nya memiliki perawat
angka rata-rata pendamping
ketidaklengkapa
untuk menuliskan
n pengisian
informasi.
yaitu sebanyak
21.96%, Pada item review
sedangkan pada pencatatan yang
lembar consent baik dan benar,
penyebab tidak

31
persentase terisinya item ini
tertinggi secara 100%
terdapat pada adalah karena
item tanggal petugas hanya
yaitu 61 mencoret pada
formulir lengkap item yang salah
100% dan tanpa adanya
persentase
pembetulan
terendah pada
kesalahan.
item nama
tindakan sebesar
46 formulir
(75,41%).
d. Review
pencatatan yang
baik dan benar
ditinjau dari
beberapa aspek
nya memiliki
angka rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
yaitu sebanyak
1.64%.
Analisis a. Identifikasi Google
Kelengkapan memiliki angka Scholar
100 rata-rata
2 Pengisian Deskriptif Kuantitatif
Sampel ketidaklengkapa
Informed Consent
Tindakan Bedah n pengisian

32
Di Rumah Sakit yaitu sebanyak
Pertamina 46.5%.
Bintang Amin b. Pelaporan
(Mardheni penting
Wulandari, memiliki angka
Hernowo rata-rata
ketidaklengkapa
Anggoro
n pengisian
Wasono, Sri
sebanyak 31.5%
Maria Puji c. Pengisian
Lestari, Ajeng autentikasi
Nabilah Maitsya, memiliki angka
Bandar rata-rata
Lampung), 2018 ketidaklengkapa
n pengisian
sebanyak 25.2%
d. Review
pencatatan yang
baik dan benar
memiliki angka
rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
sebanyak 77%
Analisis a. Identifikasi a. Pengisian Semantic
Deskriptif
Kuantitatif ditinjau dari informed Scholar
dengan 96 beberapa aspek consent
3 Kelengkapan Kuantitatif
pendekatan Simpel nya memiliki dilakukan
Pengisian
kuantitatif angka rata-rata sesudah
Formulir

33
Persetujuan ketidaklengkapa operasi
Tindakan n pengisian disebabkan
Kedokteran yaitu sebanyak dokter
Kasus Bedah 99%. tergeda-gesa
(Marsum, Elise b. Pelaporan untuk pulang
Garmelia, Edy penting ditinjau sehingga
dari beberapa belum sempat
Susanto, Rizky
aspek nya previsit.
Febri Nugroho,
memiliki angka b. Keluarga
Semarang), 2018 rata-rata pasien tidak
ketidaklengkapa ada di tempat
n pengisian pada saat
yaitu sebanyak dokter
95% memberikan
c. Pengisian informasi.
autentikasi c. Banyaknya
ditinjau dari jumlah pasien
beberapa aspek bedah mayor
nya memiliki dalam tahun
angka rata-rata 2016 sebanyak
ketidaklengkapa 141 pasien
n pengisian sehingga
yaitu sebanyak menyebabkan
54% petugas tidak
d. Review sempat
pencatatan yang mengisi
baik dan benar informed
ditinjau dari consent secara
beberapa aspek lengkap.

34
nya memiliki d. Pelaksaan
angka rata-rata pengisian
ketidaklengkapa informed
n pengisian consent sudah
yaitu sebanyak ada SOP dan
0% kebijakannya,
namun
pengisiannya
belum sesuai
bahwa
informed
consent harus
terisi dengan
lengkap.
e. Pada lembar
formulir
informed
consent
pengisian
untuk pasien
atau keluarga
terlalu banyak
sehingga
memakan
waktu dalam
pemberian
informasi.
Kelengkapan Deskriptif 70 a. Identifikasi a. Jumlah pasien Semantic
4 Kuantitatif
Pengisian kuantitatif Sampel ditinjau dari bedah yang Scholar

35
Informed Consent dan kualitatif beberapa aspek cukup banyak
Pasien Rawat dengan nya memiliki sehingga
Inap Pada Kasus eancangan angka rata-rata menyebabkan
Bedah Di Rumah retrospektif ketidaklengkapa dokter atau
Sakit At-Turots study n pengisian perawat
Al-Islamy yaitu sebanyak pendamping
18.93%. tidak dapat
Margoluwih
b. Pelaporan mengisi
(Lela Suwi
penting ditinjau informed
Anggraini, dari beberapa consent secara
Seyegan Sleman aspek nya lengkap.
Yogyakarta), memiliki angka b. Dokter bedah
2017 rata-rata hanya 2 orang
ketidaklengkapa sehingga
n pengisian menyebabkan
yaitu sebanyak dokter
47.57% kewalahan
c. Pengisian antara
autentikasi menangani
ditinjau dari pasien dan
beberapa aspek mengisi
nya memiliki informed
angka rata-rata consent secara
ketidaklengkapa lengkap.
n pengisian c. Waktu dokter
yaitu sebanyak yang tidak
25.47% cukup untuk
d. Review melengkapi d
pencatatan yang d. an mengisi

36
baik dan benar rekam medis.
ditinjau dari e. Adanya pasien
beberapa aspek atau wali
nya memiliki pasien yang
angka rata-rata tidak dapat
ketidaklengkapa menulis, yang
n pengisian tidak dapat
yaitu sebanyak tanda tangan
33.33%. dengan cap
jempol.
f. Adanya
perbedaan
persepsi
petugas
analisis terkait
degan
kelengkapan
informed
consent.

Analisis a. Identifikasi Faktor yang


Kelengkapan ditinjau dari menyebabkan
Pengisian Lembar Deskriptif beberapa aspek tidak terisi nya
Informed Consent dengan 92 nya memiliki informed consent Google
5 Kuantitatif angka rata-rata
Pada Kasus pendekatan Sampel 100% karena Scholar
Bedah Mayor Di kuantitatif ketidaklengkapa beberapa factor
n pengisian seperti dokter
Rumah Sakit
yaitu sebanyak
Panti Nugroho yang terburu-buru

37
(Mara 4.53% dan tidak adanya
Hermaestri, b. Pelaporan kedisiplinan
Yogyakarta), penting ditinjau dalam mengisi
2016 dari beberapa informed consent,
aspek nya tidak adanya
memiliki angka reward dalam
rata-rata mengisi informed
ketidaklengkapa
consent secara
n pengisian
lengkap, belum
yaitu sebanyak
16.30% adanya intruksi
c. Pengisian mengenai
autentikasi pengisian
ditinjau dari informed consent,
beberapa aspek pengisian
nya memiliki informed consent
angka rata-rata masih dilakukan
ketidaklengkapa secara manual
n pengisian dan belum SOP
yaitu sebanyak dalam pengisian
10.33% informed consent.
d. Review
pencatatan yang
baik dan benar
ditinjau dari
beberapa aspek
nya memiliki
angka rata-rata
ketidaklengkapa

38
n pengisian
yaitu sebanyak
0%.
a. Identifikasi Penyebab
ditinjau dari ketidaklengkapan
beberapa aspek pengisian lembar
nya memiliki informed consent
angka rata-rata adalah jumlah
ketidaklengkapa pasien bedah
n pengisian banyak
yaitu sebanyak
Penyebab menyebabkan
45.66%
Ketidaklengkapan dokter menjadi
Deskriptif b. Pelaporan
Pengisian Lembar penting ditinjau sibuk, ada pasien
dengan atau wali pasien
Informed Consent dari beberapa
pendekatan yang tidak bisa
Pada Kasus 74 aspek nya Google
6 kualitatid Kuantitatif menulis serta
Bedah Di RSUD Sampel memiliki angka Scholar
dengan pengisian
Tidar (Dwi Anna rata-rata
rancangan ketidaklengkapa informed consent
Safitri,
fenomologis n pengisian hanya terpusat
Yogyakarta),
2018 yaitu sebanyak pada pengisian
11.71% anamnesa dan
c. Pengisian diagnosa.
autentikasi
ditinjau dari
beberapa aspek
nya memiliki
angka rata-rata
ketidaklengkapa

39
n pengisian
yaitu sebanyak
41.55%
d. Review
pencatatan yang
baik dan benar
ditinjau dari
beberapa aspek
nya memiliki
angka rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
yaitu sebanyak
38.75%.
a. Identifikasi a. Tenaga
ditinjau dari kesehatan yang
Kelengkapan beberapa aspek belum meng isi
Pengisian nya memiliki informed
Informed Consent angka rata-rata consent sesuai
Rawat Inap Pada ketidaklengkapa dengan
Kasus Bedah 40 n pengisian tanggung Semantic
7 Deskriptif Kuantitatif yaitu sebanyak jawab dan
Saraf Di Rumah Sampel Scholar
0%. kesibukannya.
Sakit Bethesda b. Pelaporan b. Kurangnya
(Anas Handayani, penting ditinjau sosialisasi
Yogyakarta), dari beberapa terhadap
2016 aspek nya tenaga
memiliki angka kesehatan
rata-rata terkait

40
ketidaklengkapa pengisian
n pengisian informed
yaitu sebanyak consent
29.95%. c. Tidak adanya
c. Pengisian reward untuk
autentikasi pengisian
ditinjau dari informed
beberapa aspek consent secara
nya memiliki lengkap
angka rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
yaitu sebanyak
33.33%.
Review
pencatatan yang
baik dan benar
ditinjau dari
beberapa aspek
nya memiliki
angka rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
yaitu sebanyak
14.28%.

41
42

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa dari 7 jurnal atau

karya tulis ilmiah yang dilakukan review penelitian yang menggunakan

metode deskriptif pendekatan kuantitatif adalah sebanyak 4, penelitian yang

menggunakan metode deskriptif pendekatan restropektif 1, penelitian yang

menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan

rancangan retrospektif study 1 dan penelitian yang menggunakan metode

deskriptif pendekatan kualitatif dengan rancangan fenomologis 1.

1. Persentase ketidaklengkapan pengisian informed consent bagian bedah

berdasarkan aspek Identifikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dan

Sri Sugiarti (2016) menyatakan bahwa item identifikasi ditinjau dari

beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian

yaitu sebanyak 10.11%. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mardheni Wulandari, Hernowo Anggoro Wasono, Sri Maria Puji Lestari

dan Ajeng Nabilah Maitsya (2018) menyatakan bahwa item identifikasi

memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak

46.5%.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Marsum, Elise

Garmelia, Edy Susanto dan Rizky Febri Nugroho (2018) dengan jumlah

menyatakan bahwa item identifikasi ditinjau dari beberapa aspek nya

memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak


43

99%. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Lela Suwi

Anggraini (2017) dengan menyatakan bahwa item identifikasi ditinjau

dari beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan

pengisian yaitu sebanyak 18.93%.

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mara

Hermaestri (2016) menyatakan bahwa item identifikasi ditinjau dari

beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian

yaitu sebanyak 4.53%. Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan

oleh Dwi Anna Safitri (2018) menyatakan bahwa item identifikasi

ditinjau dari identifikasi pada lembar informed memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 45.66%.

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas

Handayani (2016) dengan menyatakan bahwa item identifikasi ditinjau

dari beberapa aspeknya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan

pengisan sebanyak 0%.

2. Persentase ketidaklengkapan pengisian informed consent bagian bedah

berdasarkan aspek kelengkapan laporan penting

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dan Sri

Sugiarti (2016) menyatakan bahwa item pelaporan penting ditinjau dari

beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian

yaitu sebanyak 26.025%. Sedangkan pada lembar consent persentase


44

tertinggi terdapat pada item tanda tangan saksi sebesar 59 (96,72%) dan

persentase terendah pada item nama pasien 28 formulir ( 45,90%).

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardheni

Wulandari, Hernowo Anggoro Wasono, Sri Maria Puji Lestari dan Ajeng

Nabilah Maitsya (2018) menyatakan bahwa item pelaporan penting

memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian sebanyak 31.5%.

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsum,

Elise Garmelia, Edy Susanto dan Rizky Febri Nugroho (2018)

menyatakan bahwa item pelaporan penting ditinjau dari beberapa aspek

nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak

95%. Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Lela Suwi

Anggraini (2017) menyatakan bahwa item pelaporan penting ditinjau dari

beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian

yaitu sebanyak 47.57%.

Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mara

Hermaestri (2016) menyatakan bahwa item pelaporan penting ditinjau

dari beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan

pengisian yaitu sebanyak 16.30%. Selanjutnya pada hasil penelitian yang

dilakukan oleh Dwi Anna Safitri (2018) menyatakan bahwa item

pelaporan penting ditinjau dari beberapa aspek nya memiliki angka rata-

rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 11.71%. Kemudian pada


45

hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas Handayani (2016) menyatakan

bahwa item pelaporan penting ditinjau dari beberapa aspek nya memiliki

angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 29.95%.

3. Persentase ketidaklengkapan pengisian informed consent bagian bedah

berdasarkan aspek autentikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dan

Sri Sugiarti (2016) menyatakan bahwa item pengisian autentikasi ditinjau

dari beberapa aspek nya seperti autentikasi pada lembar informed dan

autentikasi pada lembar consent memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 21.96%, sedangkan pada

lembar consent persentase tertinggi terdapat pada item tanggal yaitu 61

formulir lengkap 100% dan persentase terendah pada item nama tindakan

sebesar 46 formulir (75,41%). Kemudian pada hasil penelitian yang

dilakukan oleh Mardheni Wulandari, Hernowo Anggoro Wasono, Sri

Maria Puji Lestari dan Ajeng Nabilah Maitsya (2018) menyatakan bahwa

item pengisian autentikasi memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan

pengisian sebanyak 25.2%.

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsum,

Elise Garmelia, Edy Susanto dan Rizky Febri Nugroho (2018)

menyatakan bahwa item pengisian autentikasi ditinjau dari beberapa

aspek nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu


46

sebanyak 54%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Lela Suwi

Anggraini (2017) menyatakan bahwa item pengisian autentikasi ditinjau

dari beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan

pengisian yaitu sebanyak 25.47%.

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mara

Hermaestri (2016) menyatakan bahwa item pengisian autentikasi ditinjau

dari beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan

pengisian yaitu sebanyak 10.33%. Selanjutnya pada hasil penelitian yang

dilakukan oleh Dwi Anna Safitri (2018) menyatakan bahwa item

pengisian autentikasi memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan

pengisian yaitu sebanyak 41.55%

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas

Handayani (2016) menyatakan bahwa item pengisian autentikasi ditinjau

dari beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan

pengisian yaitu sebanyak 33.33%.

4. Persentase ketidaklengkapan pengisian informed consent bagian bedah

berdasarkan aspek review pencatatan yang baik dan benar

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dan

Sri Sugiarti (2016) menyatakan bahwa item review pencatatan yang baik

dan benar ditinjau dari beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 1.64%. Selanjutnya pada hasil


47

penelitian yang dilakukan oleh Mardheni Wulandari, Hernowo Anggoro

Wasono, Sri Maria Puji Lestari dan Ajeng Nabilah Maitsya (2018)

menyatakan bahwa item review pencatatan yang baik dan benar memiliki

angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian sebanyak 77%.

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsum,

Elise Garmelia, Edy Susanto dan Rizky Febri Nugroho (2018)

menyatakan bahwa item review pencatatan yang baik dan benar ditinjau

dari beberapa aspek nya s memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan

pengisian yaitu sebanyak 0%. Sedangkan pada hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lela Suwi Anggraini (2017) menyatakan bahwa item

review pencatatan yang baik dan benar ditinjau dari beberapa aspek nya

memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak

33.33%.

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mara

Hermaestri (2016) menyatakan bahwa item review pencatatan yang baik

dan benar ditinjau dari beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 0%. Kemudian pada hasil

penelitian yang dilakukan oleh Dwi Anna Safitri (2018) menyatakan

bahwa item review pencatatan yang baik dan benar pada lembar

informed memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu

sebanyak 38.75%.
48

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas

Handayani (2016) menyatakan bahwa item review pencatatan yang baik

dan benar ditinjau dari beberapa aspek nya memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 14.28%.

5. Faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan informed consent bagian bedah

di tiap fasilitas pelayanan kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dan Sri

Sugiarti (2016) menyatakan bahwa rerata faktor penyebab

ketidaklengkapan pengisian informed consent adalah karena kelalaian dan

ketidakpatuhan petugas dan tenaga kesehatan dalam menjalani SOP.

Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsum, Elise

Garmelia, Edy Susanto dan Rizky Febri Nugroho (2018) menyatakan

bahwa rerata faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian informed

consent adalah karena terbatasnya waktu dokter dan tenaga kesehatan

lainnya dalam mengisi informed consent, keluarga pasien tidak ada saat

dokter melakukan visit, banyaknya jumlah pasien bedah yang dating

sehingga dokter dan tenaga kesehatan lainnya tidak sempat mengisi lembar

informed consent dan belum ada nyanya penegasan dalam SOP pengisian

informed consent.

Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Lela Suwi

Anggraini (2017) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan


49

informed consent adalah karena jumlah pasien bedah yang cukup banyak

sehingga menyebabkan dokter dan perawat pendamping tidak dapat

mengisi persetujuan tindakan kedokteran secara lengkap, terbatasnya

jumlah tenaga dokter bedah, waktu dokter dan tenaga kesehatan lainnya

tidak cukup dalam mengisi informed consent serta adanya perbedaan

persepsi petugas analisis terkait degan kelengkapan informed consent.

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mara

Hermaestri (2016) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan

informed consent adalah faktor yang menyebabkan tidak terisi nya

informed consent 100% karena beberapa faktor seperti dokter yang terburu-

buru dan tidak adanya kedisiplinan dalam mengisi informed consent, tidak

adanya reward dalam mengisi informed consent secara lengkap, belum

adanya intruksi mengenai pengisian informed consent, pengisian informed

consent masih dilakukan secara manual dan belum SOP dalam pengisian

informed consent.

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Anna

Safitri (2018) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan

informed consent adalah jumlah pasien bedah banyak menyebabkan dokter

menjadi sibuk, ada pasien atau wali pasien yang tidak bisa menulis serta

pengisian informed consent hanya terpusat pada pengisian anamnesa dan

diagnosa. Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas

Handayani (2016) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan


50

informed consent dikarenakan tenaga kesehatan yang belum mengisi

informed consent sesuai dengan tanggung jawab dan kesibukannya,

kurangnya sosialisasi kepada tenaga kesehatan serta tidak adanya reward

untuk pengisian informed consent secara lengkap


51

B. PEMBAHASAN

1. Persentase ketidaklengkapan pengisian informed consent bagian bedah

berdasarkan aspek Identifikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dan

Sri Sugiarti (2016) dengan 61 sampel informed consent menyatakan bahwa

item identifikasi ditinjau dari beberapa aspek nya seperti identitas pasien

pada lembar informed, identitas pasien pada lembar consent, identitas

keluarga pasien pada lembar informed dan identitas keluarga pada lembar

consent memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu

sebanyak 10.11%. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mardheni Wulandari, Hernowo Anggoro Wasono, Sri Maria Puji Lestari

dan Ajeng Nabilah Maitsya (2018) dengan 100 sampel informed consent

menyatakan bahwa item identifikasi yang terdiri dari nama, tempat tanggal

lahir/jenis kelamin, nomor rekam medis dan alamat memiliki angka rata-

rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 46.5%.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Marsum, Elise

Garmelia, Edy Susanto dan Rizky Febri Nugroho (2018) dengan jumlah

sampel 96 lembar informed consent menyatakan bahwa item identifikasi

ditinjau dari beberapa aspek nya seperti nama pasien, tanggal lahir dan

nomor rekam medis memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian

yaitu sebanyak 99%. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Lela

Suwi Anggraini (2017) dengan 70 sampel informed consent menyatakan


52

bahwa item identifikasi ditinjau dari beberapa aspek nya yang terdiri dari

nomor rekam medis, nama, jenis kelamin dan umur memiliki angka rata-

rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 18.93%.

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mara

Hermaestri (2016) dengan 92 sampel lembar informed consent menyatakan

bahwa item identifikasi ditinjau dari beberapa aspek nya seperti nomor

rekam medis, nama, tanggal lahir/umur, jenis kelamin, ruang dan kamar

memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak

4.53%. Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Anna

Safitri (2018) dengan jumlah sampel 74 lembar informed consent

menyatakan bahwa item identifikasi ditinjau dari identifikasi pada lembar

informed seperti nomor rekam medis, nama, tanggal lahir, umur dan ruang

kelas dan identifikasi pada lembar consent seperti nama penanggung jawab,

umur penanggung jawab, jenis kelamin penanggung jawab, alamat

penanggung jawab, hubungan dengan pasien, nama pasien, umur pasien,

jenis kelamin dan alamat pasien. Item identifikasi memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 45.66%.

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas

Handayani (2016) dengan 40 sampel lembar informed consent menyatakan

bahwa item identifikasi ditinjau dari beberapa aspeknya seperti nomor

rekam medis, nama pasien, jenis kelamin dan umur memiliki angka rata-

rata ketidaklengkapan pengisan sebanyak 0%.


53

Hasil penelitian ke enam jurnal tersebut tidak sesuai dengan

Hasil penelitian ke enam jurnal tersebut tidak sesuai dengan Permenkes RI

No. 129 Tahun 2008 bahwa rekam medis adalah rekam medis (termasuk

informed consent) yang telah diisi lengkap dalam waktu <24 jam setelah

pelayanan rawat jalan atau setelah pasien inap diputuskan untuk pulang

dengan standar pengisian 100% terisi, yang meliputi identitas pasien,

anamnesis, rencana asuhan, tindak lanjut dan resume medis. Hal ini berarti

angka ketidaklengkapan informed consent harus berada di angka 0%.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis dapat memberikan

penjelasan bahwa ketidaklengkapan pengisian identifikasi baik itu

identifikasi pasien ataupun identifikasi pemberi persetujuan harus terisi

penuh agar dapat menghindari adanya formulir yang lepas dari berkas

sehingga mudah untuk di identifikasi dan dimasukkan kembali ke dalam

satu folder. Jika formulir lepas dari berkas rekam medis hal ini akan

menyulitkan petugas untuk menyatukannya kembali sehingga dapat

mempengaruhi angka kelengkapan rekam medis. Dampak lain yang

diberikan apabila item identifikasi tidak dilengkapi terkhusus di bagian

pengisian nama dan nomor rekam medis adalah sulitnya petugas untuk

melakukan proses klaim asuransi kesehatan.

2. Persentase ketidaklengkapan pengisian informed consent bagian bedah

berdasarkan aspek kelengkapan laporan penting


54

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dan Sri

Sugiarti (2016) dengan 61 sampel informed consent menyatakan bahwa

item pelaporan penting ditinjau dari beberapa aspek nya seperti pelaporan

penting pada lembar informed dan pelaporan penting pada lembar consent

memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak

26.025%. sedangkan pada lembar consent persentase tertinggi terdapat

pada item tanda tangan saksi sebesar 59 (96,72%) dan persentase terendah

pada item nama pasien 28 formulir ( 45,90%). Selanjutnya pada hasil

penelitian yang dilakukan oleh Mardheni Wulandari, Hernowo Anggoro

Wasono, Sri Maria Puji Lestari dan Ajeng Nabilah Maitsya (2018) dengan

100 sampel informed consent menyatakan bahwa item pelaporan penting

penting pada lembar informed yang terdiri dari nama dokter, pemberi,

penerima, diagnosis, dasar diagnosis, tindakan, indikasi, tata cara, tujuan,

resiko, komplikasi, prognosis, alternative dan pada pelaporan penting

penting lembar consent seperti hubungan dengan pasien, nama penerima,

tempat tanggal lahir/jenis kelamin dan alamat memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian sebanyak 31.5%.

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsum,

Elise Garmelia, Edy Susanto dan Rizky Febri Nugroho (2018) dengan

jumlah sampel 96 lembar informed consent menyatakan bahwa item

pelaporan penting ditinjau dari beberapa aspek nya seperti nama tindakan,

dokter pelaksana tindakan, pemberi informasi, penerima informasi, tanggal


55

dan jam informasi, diagnosis, dasar diagnosis, tindakan dokter, indeksi

tindakan, tata cara, tujuan, resiko, komplikasi, prognosis, alternative dan

resiko, nama pemberi persetujuan, umur pemberi persetujuan, jenis

kelamin pemberi persetujuan, alamat pemberi persetujuan, nama pasien,

umur pasien, jenis kelamin pasien, alamat pasien dan hubungan keluarga

memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 95%.

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Lela Suwi

Anggraini (2017) dengan 70 sampel informed consent menyatakan bahwa

item pelaporan penting ditinjau dari beberapa aspek nya yang terdiri dari

diagnosa, dasar diagnosa, tindakan kedokteran, indikasi dan tindakan, tata

cara, tujuan, risiko, komplikasi, prognosis serta alternative dan risiko. Item

ini memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak

47.57%. Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mara

Hermaestri (2016) dengan 92 sampel lembar informed consent menyatakan

bahwa item pelaporan penting ditinjau dari beberapa aspek nya seperti

dokter pelaksana tindakan, pemberi informasi, penerima informasi,

diagnosa, dasar diagnosa, tindakan kedokteran, indikasi tindakan, tujuan

tindakan, tata cara tindakan, risiko dan komplikasi tindakan, alternative dan

risiko serta prognosa. Item ini memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan

pengisian yaitu sebanyak 16.30%.

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Anna

Safitri (2018) dengan jumlah sampel 74 lembar informed consent


56

menyatakan bahwa item pelaporan penting ditinjau dari beberapa aspek

nya seperti nama tindakan, dokter pelaksana tindakan, pemberi informasi,

penerima informasi, diagnosis, dasar diagnosis, tindakan kedokteran,

indikasi tindakan, tata cara, tujuan, resiko, komplikasi, prognosis, alternatif

dan resiko dan tanda (√). Item pelaporan penting memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 11.71%. Kemudian pada hasil

penelitian yang dilakukan oleh Anas Handayani (2016) dengan 40 sampel

lembar informed consent menyatakan bahwa item pelaporan penting

ditinjau dari beberapa aspek nya seperti diagnosis, nama tindakan dan

tujuan, alternative tindakan, risiko dan komplikasi, prognosis dan perkiraan

biaya memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak

29.95%.

Hasil penelitian dari ke tujuh jurnal yang di review didapatkan

angka ketidaklengkapan pada item pelaporan penting yang sangat tinggi.

Hal ini menunjukkan masih kurang diperhatikannya pengisian informed

consent terkhusus kepada pengisian laporan penting. Hal ini tidak sejalan

dengan teori pada undang-undang No. 29 Tahun 2004 dan Permenkes

nomor 290 tahun 2008 pasal 3 ayat 7 yang yang menjelaskan tentang

informasi tindakan kedokteran harus diberikan kepada pasien atau

keluarganya. Penjelasan pada proses informed consent setidaknya harus

meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
57

alternative lain dan resikonya, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

saat prognosisnya dan perkiraan biaya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat mengemukakan

bahwa item pelaporan penting harus dilengkapi secara 100% karena

informasi dalam review isi informasi menunjukkan informasi yang vital. Di

dalam item ini terdapat informasi mengenai diagnosa, tindakan dan

komplikasi yang mungkin terjadi selama pasien diberikan pengobatan.

Dampak dari ketidaklengkapan dalam pengisian item ini dapat merugikan

tenaga kesehatan bertanggung jawab pada pasien dan dapat merugikan

rumah sakit dalam skala yang besar karena formulir informed consent yang

tidak lengkap kedudukannya lemah dalam aspek hukum dalam pembuktian

terjadinya malpraktik di pengadilan.

3. Persentase ketidaklengkapan pengisian informed consent bagian bedah

berdasarkan aspek autentikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dan Sri

Sugiarti (2016) dengan 61 sampel informed consent menyatakan bahwa

item pengisian autentikasi ditinjau dari beberapa aspek nya seperti

autentikasi pada lembar informed dan autentikasi pada lembar consent

memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak

21.96%, sedangkan pada lembar consent persentase tertinggi terdapat pada

item tanggal yaitu 61 formulir lengkap 100% dan persentase terendah pada

item nama tindakan sebesar 46 formulir (75,41%). Kemudian pada hasil


58

penelitian yang dilakukan oleh Mardheni Wulandari, Hernowo Anggoro

Wasono, Sri Maria Puji Lestari dan Ajeng Nabilah Maitsya (2018) dengan

100 sampel informed consent menyatakan bahwa item pengisian

autentikasi yang terdiri dari tanda tangan pemberi, tanda tangan penerima,

tanggal/jam, tanda tangan penerima, tanda tangan saksi 1 dan tanda tangan

saksi 2 memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian sebanyak

25.2%.

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsum,

Elise Garmelia, Edy Susanto dan Rizky Febri Nugroho (2018) dengan

jumlah sampel 96 lembar informed consent menyatakan bahwa item

pengisian autentikasi ditinjau dari beberapa aspek nya seperti nama dan

tanda tangan dokter, nama dan tanda tangan penerima informasi, nama dan

tanda tangan pemberi persetujuan, nama dan tanda tangan saksi pihak

keluarga, nama dan tanda tangan saksi perawat serta tanggal dan jam

memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 54%.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Lela Suwi Anggraini (2017)

dengan 70 sampel informed consent menyatakan bahwa item pengisian

autentikasi ditinjau dari beberapa aspek nya seperti tandatangan DPJP,

nama terang DPJP, tanda tangan saksi, nama terang saksi, tanda tangan

pasien dan nama terang pasien. Item ini memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 25.47%.


59

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mara

Hermaestri (2016) dengan 92 sampel lembar informed consent menyatakan

bahwa item pengisian autentikasi ditinjau dari beberapa aspek nya seperti

tanda tangan dan nama terang dokter, tanda tangan dan nama terang pasien,

tanda tangan dan nama terang saksi 1 dan tanda tangan dan nama terang

saksi 2. Item ini memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu

sebanyak 10.33%. Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh

Dwi Anna Safitri (2018) dengan jumlah sampel 74 lembar informed

consent menyatakan bahwa item pengisian autentikasi pada lembar

informed seperti tanda tangan dokter, nama terang dokter, tanda tangan

penerima informasi dan nama terang penerima informasi. Item pengisian

autentikasi pada lembar consent seperti nama dan tanda tangan pemberi

persetujuan, nama pemberi persetujuan, tanda tangan saksi 1, nama saksi 1,

tanda tangan saksi 2 dan nama saksi 2. Item autentikasi memiliki angka

rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 41.55%

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas

Handayani (2016) dengan 40 sampel lembar informed consent menyatakan

bahwa item pengisian autentikasi ditinjau dari beberapa aspek nya seperti

tanda tangan dokter, nama terang dokter, tandatangan pasien, nama terang

pasien, tanda tangan saksi dan nama terang saksi memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 33.33%.


60

Hasil penelitian dari ke tujuh jurnal yang di review didapatkan

angka ketidaklengkapan pada item autentikasi yang tidak memenuhi

standar prosedur operasional yaitu angka ketidaklengkapan yang tinggi dan

angka kelengkapan jauh dari 100%. Hal ini dapat berakibat fatal karena

tidak diketahui siapa yang bertanggung jawab terhadap perawatan yang

diberikan kepada pasien serta tidak dapat digunakannya formulir informed

consent sebagai alat bukti dalam proses penegakan hukum.

Dalam Permenkes RI No. 290/MENKES/PER/III/2008 pasal 1

bahwa persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yangdiberikan

oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara

lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan

dilakukan terhadap pasien, sedangkan pada pasal 3 setiap tindakan

kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan

tertulis yang ditandatangi oleh yang berhak memberikan tanda tangan. Jika

angka ketidaklengkapan tinggi maka hal ini berarti tidak adanya consent

saat melakukan tindakan kedokteran kepada pasien.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat mengemukakan

bahwa penulisan nama terang dan tanda tangan baik itu dokter, pasien

ataupun keluarga pasien sangatlah penting. Tanpa adanya keabsahan

informed consent berbentuk tanda tangan maka informed consent tidak

dapat dianggap sah, karena informed consent yang tidak ditandatangani

menunjukkan tidak adanya consent dalam tindakan yang diberikan kepada


61

pasien. Apabila review pada item ini tidak lengkap, informasi yang ada di

dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran tidak dapat dipertanggung

jawabkan aspek kelegalannya, sehingga tidak dapat dijadikan landasan

bukti dalam perkara hukum di peradilan. Hal ini jelas dapat memberikan

dampak yang besar kepada tenaga kesehatan terkait yang melakukan

pelayanan dan memberikan kerugian yang besar kepada rumah sakit.

Kelengkapan pengisian adalah salah satu aspek yang juga menjadi

pelindung pasien, dengan adanya consent hak pasien dapat terjamin. Pasien

dapat membuktikan kesalahan dari tindakan yang diberikan kepada pasien

apabila terjadi kasus malpraktik.

4. Persentase ketidaklengkapan pengisian informed consent bagian bedah

berdasarkan aspek review pencatatan yang baik dan benar

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dan Sri

Sugiarti (2016) dengan 61 sampel informed consent menyatakan bahwa

item review pencatatan yang baik dan benar ditinjau dari beberapa aspek

nya seperti review pencatatan yang baik dan benar pada lembar informed

dan review pencatatan yang baik dan benar di lembar consent memiliki

angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 1.64%.

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardheni

Wulandari, Hernowo Anggoro Wasono, Sri Maria Puji Lestari dan Ajeng

Nabilah Maitsya (2018) dengan 100 sampel lembar informed consent


62

menyatakan bahwa item review pencatatan yang baik dan benar memiliki

angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian sebanyak 77%.

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsum,

Elise Garmelia, Edy Susanto dan Rizky Febri Nugroho (2018) dengan

jumlah sampel 96 lembar informed consent menyatakan bahwa item review

pencatatan yang baik dan benar ditinjau dari beberapa aspek nya seperti

apakah ada coretan atau tipe-ex, item ini memiliki angka rata-rata

ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 0%. Sedangkan pada hasil

penelitian yang dilakukan oleh Lela Suwi Anggraini (2017) menyatakan

bahwa item review pencatatan yang baik dan benar ditinjau dari beberapa

aspek nya seperti penulisan diagnose, keterbacaan dan pembetulan

kesalahan. Item ini memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian

yaitu sebanyak 33.33%.

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mara

Hermaestri (2016) dengan 92 sampel informed consent menyatakan bahwa

item review pencatatan yang baik dan benar ditinjau dari beberapa aspek

nya seperti nama, diagnosa dan pembetulan kesalahan .Item ini memiliki

angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 0%. Kemudian

pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Anna Safitri (2018) dengan

jumlah sampel 74 lembar informed consent menyatakan bahwa item review

pencatatan yang baik dan benar pada lembar informed seperti tanggal,

waktu serta cara koreksi yang benar dan review pencatatan yang baik dan
63

benar pada lembar consent seperti tanggal, waktu dan cara koreksi yang

benar memiliki angka rata-rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak

38.75%.

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas

Handayani (2016) dengan 40 sampel lembar informed consent menyatakan

bahwa item review pencatatan yang baik dan benar ditinjau dari beberapa

aspek nya seperti penulisan diagnose dan keterbacaan memiliki angka rata-

rata ketidaklengkapan pengisian yaitu sebanyak 14.28%.

Hasil penelitian dari ke tujuh jurnal yang telah di review

didapatkan bahwa item review pencatatan yang baik dan benar memiliki

angka kelengkapan dibawah 100% dan angka ketidaklengkapan diatas 0%.

Artinya dalam lembar informed consent masih ada pencatatan yang tidak

konsisten, misalnya adalah pencatatan diagnosa dan tindakan. Selain itu

masih adanya pembetulan kesalahan yang salah. Misalnya ada kesalahan

pada informed consent bukannya mencoret petugas malah memberikan

tipe-ex tanpa memberikan perbaikan oleh tenaga kesehatan terkait. Hal itu

tidak sesuai dengan Permenkes RI No.269/MENKES/PER/III/2008 pasal 5

ayat 5 dan 6 yang menyatakan bahwa “Dalam hal ini terjadi kesalahan

dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan

pembetulan. Pembetulan yang dimaksud hanya dapat dilakukan dengan

cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan


64

dibubuhi paraf dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang

bersasngkutan”.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat mengemukakan

pendapat bahwa kekonsistensian pencatatan dan pembetulan yang baik dan

benar pada berkas rekam medis pasien sangat penting untuk dilakukan.

Karena jika tidak adanya kekonsistensian dalam pengisian berkas informed

consent maka hasil rekam medis akan rancu, misal apabila diagnosa dan

tindakan yang dicatat tidak konsisten dengan diagnosa dan tindakan yang

sebenarnya maka dapat menghambat proses klaim asuransi kesehatan

karena kebingungan petugas dalam menginput diagnosa dan tindakan

pasien ke dalam website asuransi kesehatan. Selain itu pembetulan

kesalahan yang di beri tipe-ex tanpa adanya keterangan pembetulan

kesalahan dari dokter atau tenaga kesehatan terkait dapat memberikan

keraguan akan keabsahan rekam medis, karena dengan adanya tipe-ex

maka tulisan yang salah sebelumnya tidak dapat terlihat.

5. Faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan informed consent bagian bedah

di tiap fasilitas pelayanan kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dan Sri

Sugiarti (2016) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan

informed consent, yaitu sebagai berikut :

a. Pada item identifikasi alasan tidak terisinya item ini secara 100%

adalah karena label pasien tidak ditempelkan pada formulir informed


65

consent sehingga menyebabkan sulitnya petugas menemukan identitas

pasien.

b. Pada item pelaporan penting penyebab tidak terisinya item ini secara

100% adalah karena kelalaian petugas dan ketidakpatuhan

dokter/perawat dalam mengisi pada setiap item.

c. Pada item pengian autentikasi, penyebab tidak terisinya item ini secara

100% adalah karena kurangnya kerja sama antara dokter penanggung

jawab dengan perawat pendamping untuk menuliskan informasi.

d. Pada item review pencatatan yang baik dan benar, penyebab tidak

terisinya item ini secara 100% adalah karena petugas hanya mencoret

pada item yang salah tanpa adanya pembetulan kesalahan.

Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsum, Elise

Garmelia, Edy Susanto dan Rizky Febri Nugroho (2018) menyatakan

bahwa factor penyebab ketidaklengkapan informed consent yaitu sebagai

berikut :

a. Pengisian informed consent dilakukan sesudah operasi disebabkan

dokter tergeda-gesa untuk pulang sehingga belum sempat previsit.

b. Keluarga pasien tidak ada di tempat pada saat dokter memberikan

informasi.

c. Banyaknya jumlah pasien bedah mayor dalam tahun 2016 sebanyak

141 pasien sehingga menyebabkan petugas tidak sempat mengisi

informed consent secara lengkap.


66

d. Pelaksaan pengisian informed consent sudah ada SOP dan

kebijakannya, namun pengisiannya belum sesuai bahwa informed

consent harus terisi dengan lengkap.

e. Pada lembar formulir informed consent pengisian untuk pasien atau

keluarga terlalu banyak sehingga memakan waktu dalam pemberian

informasi.

Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Lela Suwi

Anggraini (2017) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan

informed consent yaitu sebagai berikut :

a. Jumlah pasien bedah yang cukup banyak sehingga menyebabkan

dokter atau perawat pendamping tidak dapat mengisi informed consent

secara lengkap.

b. Dokter bedah hanya 2 orang sehingga menyebabkan dokter kewalahan

antara menangani pasien dan mengisi informed consent secara

lengkap.

c. Waktu dokter yang tidak cukup untuk melengkapi dan mengisi rekam

medis.

d. Adanya pasien atau wali pasien yang tidak dapat menulis, yang tidak

dapat tanda tangan dengan cap jempol.

e. Adanya perbedaan persepsi petugas analisis terkait degan kelengkapan

informed consent.
67

Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mara

Hermaestri (2016) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan

informed consent adalah faktor yang menyebabkan tidak terisi nya

informed consent 100% karena beberapa faktor seperti dokter yang terburu-

buru dan tidak adanya kedisiplinan dalam mengisi informed consent, tidak

adanya reward dalam mengisi informed consent secara lengkap, belum

adanya intruksi mengenai pengisian informed consent, pengisian informed

consent masih dilakukan secara manual dan belum SOP dalam pengisian

informed consent.

Kemudian pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Anna

Safitri (2018) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan

informed consent adalah jumlah pasien bedah banyak menyebabkan dokter

menjadi sibuk, ada pasien atau wali pasien yang tidak bisa menulis serta

pengisian informed consent hanya terpusat pada pengisian anamnesa dan

diagnosa. Selanjutnya pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas

Handayani (2016) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan

informed consent yaitu sebagai berikut :

a. Tenaga kesehatan yang belum mengisi informed consent sesuai dengan

tanggung jawab dan kesibukannya.

b. Kurangnya sosialisasi terhadap tenaga kesehatan terkait pengisian

informed consent

c. Tidak adanya reward untuk pengisian informed consent secara lengkap


68

Hasil penelitian dari ke tujuh jurnal yang telah di review

didapatkan bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan informed consent

disebabkan oleh 5 m yaitu Man, Money, Material, Machines, Methods. Hal

ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lela Sugi Anggraini bahwa

faktor-faktor yang menyebabkan ketidaklengkapan pengisian informed

consent dikarenakan oleh faktor 5 m.

a. Faktor Man atau faktor ketidaklengkapan karena manusia disebabkan

karena pada item identifikasi alasan tidak terisinya item ini secara

100% karena label pasien tidak ditempelkan pada formulir informed

consent sehingga menyebabkan sulitnya petugas menemukan identitas

pasien, pada item pelaporan penting penyebab tidak terisinya item ini

secara 100% adalah karena kelalaian petugas dan ketidakpatuhan

dokter/perawat dalam mengisi pada setiap item dan pada item pengian

autentikasi penyebab tidak terisinya item ini secara 100% adalah

karena kurangnya kerja sama antara dokter penanggung jawab dengan

perawat pendamping untuk menuliskan informasi, pengisian informed

consent dilakukan sesudah operasi disebabkan dokter tergeda-gesa

untuk pulang sehingga belum sempat previsit, keluarga pasien tidak

ada di tempat pada saat dokter memberikan informasi, banyaknya

jumlah pasien bedah mayor dalam tahun 2016 sebanyak 141 pasien

sehingga menyebabkan petugas tidak sempat mengisi informed


69

consent secara lengkap. Faktor man lainnya adalah jumlah pasien

bedah yang cukup banyak sehingga menyebabkan dokter atau perawat

pendamping tidak dapat mengisi informed consent secara lengkap,

dokter bedah hanya 2 orang sehingga menyebabkan dokter kewalahan

antara menangani pasien dan mengisi informed consent secara

lengkap, waktu dokter yang tidak cukup untuk melengkapi dan

mengisi rekam medis, adanya pasien atau wali pasien yang tidak dapat

menulis, yang tidak dapat tanda tangan dengan cap jempol, adanya

perbedaan persepsi petugas analisis terkait dengan kelengkapan

informed consent. Faktor man selanjutnya adalah dokter yang terburu-

buru dan tidak adanya kedisiplinan dalam mengisi informed consent,

tidak adanya reward dalam mengisi informed consent secara lengkap,

dokter sibuk, ada pasien atau wali pasien yang tidak bisa menulis serta

pengisian informed consent hanya terpusat pada pengisian anamnesa

dan diagnosa. Faktor man terakhir adalah tenaga kesehatan yang belum

mengisi informed consent sesuai dengan tanggung jawab dan

kesibukannya dan kurangnya sosialisasi terhadap tenaga kesehatan

terkait pengisian informed consent

b. Faktor Money disebabkan karena tidak adanya reward dalam mengisi

informed consent secara lengkap.


70

c. Faktor Manual disebabkan karena adanya lembar formulir informed

consent pengisian untuk pasien atau keluarga terlalu banyak sehingga

memakan waktu dalam pemberian informasi

d. Faktor Machine disebabkan belum adanya intruksi mengenai pengisian

informed consent

e. Faktor Methode disebabkan belum adanya SPO mengenai kelengkapan

pengisian informed consent dan tidak tegasnya penerapan pengisian

informed consent

Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis dapat memberikan penjelasan

bahwa faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan diatas sangat mempengaruhi

kelengkapan informed consent karena jika hal-hal diatas masih terjadi maka

akan memberikan pengaruh besar kepada angka kelengkapan informed

consent, contoh nya adalah sibuknya dokter atau tidak adanya waktu tenaga

kesehatan mengisi informed consent. Jika hal ini terus berlanjut maka akan

memberikan dampak besar tidak terisinya sebagian besar informed consent

pasien. Pemecahan solusi adalah memberikan pemahaman dan sosialiasi

kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang yang telah diuraikan dalam

hasil dan pembahasan dari ke tujuh jurnal yang telah di review maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Presentase ketidaklengkapan pengisian identifikasi pasien pada formulir

persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) belum mencapai

standar pelayanan minimal rekam medis yaitu berada di angka 0%.

2. Presentase ketidaklengkapan pengisian laporan penting pada formulir

persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) belum mencapai

standar pelayanan minimal rekam medis dimana angka ketidaklengkapan

informed consent pada item kelengkapan laporan penting tidak diisi

secara 100%.

3. Presentase ketidaklengkapan pengisian autentikasi pada formulir

persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) belum mencapai

standar pelayanan minimal rekam medis dimana angka ketidaklengkapan

yang masih tinggi pada autentikasi atau pengabsahan informed consent.

4. Presentase ketidaklengkapan pengisian pencatatan yang benar pada

formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) tidak

mencapai standar pelayanan minimal rekam medis, ini menandakan

angka kelengkapan informed consent jauh di angka 100%.

71
72

5. Dilihat dari ke tujuh jurnal dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

faktor-faktor rerata ketidaklengkapan pengisian dari ke tujuh penelitian

adalah keterbatasan waktu dokter dalam mengisi lembaran informed

consent, banyaknya pasien yang menunggu untuk dilayani dan tidak

tegasnya penerapan SOP kelengkapan pengisian informed consent.

B. Saran

1. Sebaiknya pihak rumah sakit yang melakukan pemberian sosialisasi, di

saat rapat bulanan ataupun pada saat apel pagi mengenai pengisian

informed consent kepada tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan

kesehatan kepada pasien. Hal ini dapat dijadwalkan secara rutin dan

diharapkan adanya jadwal teratur yang diberikan kepada perwakilan

masing-masing dari dokter, perawat dan petugas rekam medis.

2. Rumah sakit sebaiknya menerapkan concurrent analysis pada analisis

rekam medis, yaitu analisis rekam medis yang dilakukan pada saat pasien

masih dirawat di rumah sakit.

3. Petugas perekam medis dan tenaga medis sebaiknya menjalin hubungan

professional yang baik agar penyampaian mengenai pengisian informed

consent lebih mudah untuk disampaikan.

4. Petugas rekam medis dapat memberikan pemahaman dan delik hukum

mengenai ketiadaan tanda tangan pada lembar informed consent.

5. Rumah sakit harus menerapkan standar operasional prosedur pengisian

informed consent dengan tegas. Apabila diperlukan dapat memberikan


73

sanksi bagi petugas yang mengisi rekam medis dengan tidak lengkap dan

tidak benar misalnya memberikan surat peringatan kepada pihak yang

bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana Pakendek, A. P. (2012). Informed Consent Dalam Pelayanan Kesehatan. AL-


IHKAM: Jurnal Hukum & Pranata Sosial, 5(2), 309–318.
https://doi.org/10.19105/al-lhkam.v5i2.296

Astutiningsih, S., Rumpiati, R., & Rosita, A. (2018). PELAKSANAAN PENGISIAN


INFORMED CONSENT KASUS COR TINDAKAN CT-SCANT TRIWULAN
IV RSU DARMAYU PONOROGO. In GLOBAL HEALTH SCIENCE (GHS)
(Vol. 3, Issue 4). https://doi.org/10.33846/GHS.V3I4.249

Busro, A. (2018). Aspek Hukum Persetujuan Tindakan Medis (Inform Consent)


Dalam pelayanan Kesehatan. Law, Development and Justice Review, 1(1), 1–18.
https://doi.org/10.14710/ldjr.v1i1.3570

Febrianti, L. N., & Sugiarti, I. (2019). Kelengkapan Pengisian Formulir Laporan


Operasi Kasus Bedah Obgyn Sebagai Alat Bukti Hukum. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia, 7(1), 9. https://doi.org/10.33560/jmiki.v7i1.213

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2008). 6 KMK No. 129 ttg Standar
Pelayanan Minimal RS.pdf. In 129.

Meyyulinar, H. (2019). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Informed


Consent Pada Kasus Bedah Di Rumah Sakit AL Marinir Cilandak. In Jurnal
Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (Vol. 3, Issue 1).
https://doi.org/10.52643/MARSI.V3I1.383

Ningsih, E. R., S, R., Lestiani, N., Anhar, A., & Imam, M. (2021). Tinjauan Faktor
Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Formulir Informed Consent di RSUD Dr.
H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas
Respati, 6(1), 91. https://doi.org/10.35842/formil.v6i1.351

Oktavia, D. (2020). Analisis Ketidaklengkapan Pengisian Lembar Informed Consent


Pasien Bedah di Rumah Sakit Tk. III dr. Reksodiwiryo Padang. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 8(1), 24.
https://doi.org/10.33560/jmiki.v8i1.246

Permenkes 585. (1989). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


585/MENKES/PER/XI/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medis. 3(1), 1,2,3,6.

Permenkes No. 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien
[JDIH BPK RI]. (n.d.). Retrieved June 16, 2021, from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/111761/permenkes-no-4-tahun-2018

Permenkes No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan [JDIH BPK RI].
(n.d.). Retrieved June 16, 2021, from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/111713/permenkes-no-4-tahun-2019

Permenkes No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah


Sakit [JDIH BPK RI]. (n.d.). Retrieved June 16, 2021, from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/114491/permenkes-no-72-tahun-2016

Prama, G. (2019). Penyampaian Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)


oleh Dokter Spesialis Ortopedi kepada Pasien Pra-Operasi Fraktur Humerus.
https://doi.org/10.31227/osf.io/r5ymg

Republik, M. K. (2008). PERMENKES RI No 290/MENKES/PER/III/2008.

Tu, R. Y. A., Ilmiah, L. I. S., Ik, M., Studi, P., Rekam, D., Dan, M., Kese, A. N. F., &
Nuswantoro, U. D. (2013). TIN J AUAN PELAK SANA SANAAN AN PROSEDU
PROS EDUR R INFORMED CONSENT NT PASIEN B EDAH ORTOPEDI DI
RS BHAYANGKARA SEMARANG PADA TAHUN 2013.

Ulfah, F., Husnah Maryati, dan, Manajeman Pelayanan Kesehatan, K., Studi
Kesehatan Masyarakat, P., Ilmu kesehatan, F., Ibn Khaldun Bogor Jl Sholeh
Iskandar Raya Km, U. K., Badak, K., & Barat, J. (2020). GAMBARAN
KINERJA PETUGAS REKAM MEDIS DI RSUD CIBINONG KABUPATEN
BOGOR TAHUN 2018. In PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat (Vol. 3, Issue 2). http://ejournal.uika-
bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR

UU RI Nomor 29 Tahun. (2004). UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik


Kedokteran. Aturan Praktik Kedokteran, 157–180.

Wahyuni, N., & Sugiarti, I. (2017). Implementasi Pengisian Formulir Informed


Consent Kasus Bedah Umum Sebagai Salah Satu Bukti Transaksi Terapeutik Di
Rsud Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI), 5(36), 05–18.

WIDJAYA, L. (2018). Manajemen Mutu Informasi Kesehatan III:


Pendokumentasian Rekam Medis.
//www.akademiperekammedis.ac.id/perpustakaan/index.php?p=show_detail&id
=1044&keywords=
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1 ekstraksi data
Metode
Persentase
Analisis
Judul, Nama Populas Ketidaklengkapan Penyebab
Desain Ketidak Sumber
No Peneliti (Author), i Informed Consent Ketidaklengkapan
Penelitian lengkapan Database
Tahun Sampel Berdasarkan Informed Consent
Informed
Indikator
Consent
e. Identifikasi a. Pada item
ditinjau dari identifikasi
beberapa aspek alasan tidak
Analisis nya memiliki terisinya item
Kelengkapan angka rata-rata ini secara
Pengisian ketidaklengkapa 100% adalah
Formulir n pengisian karena label
Persetujuan yaitu sebanyak pasien tidak
Tindakan 10.11%. ditempelkan
Deskriptif f. Pelaporan pada formulir
Kedokteran 61 Google
1 pendekatan Kuantitatif penting ditinjau informed
Kasus Bedah Sampel Scholar
retrospektif dari beberapa consent
Mayor Di RSUD aspek nya sehingga
Ambarawa memiliki angka menyebabkan
(Daryanti, Sri rata-rata sulitnya
Sugiarsi, ketidaklengkapa petugas
Karanganyar), n pengisian menemukan
2016 yaitu sebanyak identitas
26.025%. pasien.
sedangkan pada b. Pada item
lembar consent pelaporan
persentase penting
tertinggi penyebab
terdapat pada tidak terisinya
item tanda item ini secara
tangan saksi 100% adalah
sebesar 59 karena
(96,72%) dan kelalaian
persentase petugas dan
terendah pada ketidakpatuha
item nama n
pasien 28 dokter/perawat
formulir ( dalam mengisi
45,90%). pada setiap
g. Pengisian item.
autentikasi c. Pada item
ditinjau dari pengian
beberapa aspek autentikasi,
nya memiliki penyebab
angka rata-rata tidak terisinya
ketidaklengkapa item ini secara
n pengisian 100% adalah
yaitu sebanyak karena
21.96%, kurangnya
sedangkan pada kerja sama
lembar consent antara dokter
persentase penanggung
tertinggi jawab dengan
terdapat pada perawat
item tanggal pendamping
yaitu 61 untuk
formulir lengkap menuliskan
100% dan informasi.
persentase d. Pada item
terendah pada review
item nama pencatatan
tindakan sebesar yang baik dan
46 formulir benar,
(75,41%). penyebab
h. Review tidak terisinya
pencatatan yang item ini secara
baik dan benar 100% adalah
ditinjau dari karena petugas
beberapa aspek hanya
nya memiliki mencoret pada
angka rata-rata item yang
ketidaklengkapa salah tanpa
n pengisian adanya
yaitu sebanyak pembetulan
1.64%. kesalahan.
Analisis e. Identifikasi Google
Kelengkapan memiliki angka Scholar
Pengisian rata-rata
Informed Consent ketidaklengkapa
100 n pengisian
2 Tindakan Bedah Deskriptif Kuantitatif
Sampel yaitu sebanyak
Di Rumah Sakit
46.5%.
Pertamina
f. Pelaporan
Bintang Amin
penting
(Mardheni
Wulandari, memiliki angka
Hernowo rata-rata
Anggoro ketidaklengkapa
Wasono, Sri n pengisian
Maria Puji sebanyak 31.5%
Lestari, Ajeng g. Pengisian
autentikasi
Nabilah Maitsya,
memiliki angka
Bandar
rata-rata
Lampung), 2018 ketidaklengkapa
n pengisian
sebanyak 25.2%
h. Review
pencatatan yang
baik dan benar
memiliki angka
rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
sebanyak 77%
Analisis e. Identifikasi f. Pengisian Semantic
Kuantitatif ditinjau dari informed Scholar
Kelengkapan beberapa aspek consent
Deskriptif nya memiliki dilakukan
Pengisian
dengan 96 angka rata-rata sesudah
3 Formulir Kuantitatif
pendekatan Simpel ketidaklengkapa operasi
Persetujuan
kuantitatif n pengisian disebabkan
Tindakan
yaitu sebanyak dokter
Kedokteran
99%. tergeda-gesa
Kasus Bedah
(Marsum, Elise f. Pelaporan untuk pulang
Garmelia, Edy penting ditinjau sehingga
Susanto, Rizky dari beberapa belum sempat
Febri Nugroho, aspek nya previsit.
Semarang), 2018 memiliki angka g. Keluarga
rata-rata pasien tidak
ketidaklengkapa ada di tempat
n pengisian pada saat
yaitu sebanyak dokter
95% memberikan
g. Pengisian informasi.
autentikasi h. Banyaknya
ditinjau dari jumlah pasien
beberapa aspek bedah mayor
nya memiliki dalam tahun
angka rata-rata 2016 sebanyak
ketidaklengkapa 141 pasien
n pengisian sehingga
yaitu sebanyak menyebabkan
54% petugas tidak
h. Review sempat
pencatatan yang mengisi
baik dan benar informed
ditinjau dari consent secara
beberapa aspek lengkap.
nya memiliki i. Pelaksaan
angka rata-rata pengisian
ketidaklengkapa informed
n pengisian consent sudah
yaitu sebanyak ada SOP dan
0% kebijakannya,
namun
pengisiannya
belum sesuai
bahwa
informed
consent harus
terisi dengan
lengkap.
j. Pada lembar
formulir
informed
consent
pengisian
untuk pasien
atau keluarga
terlalu banyak
sehingga
memakan
waktu dalam
pemberian
informasi.
Kelengkapan Deskriptif e. Identifikasi f. Jumlah pasien Semantic
Pengisian kuantitatif ditinjau dari bedah yang Scholar
Informed Consent dan kualitatif 70 beberapa aspek cukup banyak
4 Kuantitatif nya memiliki sehingga
Pasien Rawat dengan Sampel
Inap Pada Kasus eancangan angka rata-rata menyebabkan
Bedah Di Rumah retrospektif ketidaklengkapa dokter atau
Sakit At-Turots study n pengisian perawat
Al-Islamy yaitu sebanyak pendamping
Margoluwih 18.93%. tidak dapat
(Lela Suwi f. Pelaporan mengisi
Anggraini, penting ditinjau informed
Seyegan Sleman dari beberapa consent secara
aspek nya lengkap.
Yogyakarta),
memiliki angka g. Dokter bedah
2017
rata-rata hanya 2 orang
ketidaklengkapa sehingga
n pengisian menyebabkan
yaitu sebanyak dokter
47.57% kewalahan
g. Pengisian antara
autentikasi menangani
ditinjau dari pasien dan
beberapa aspek mengisi
nya memiliki informed
angka rata-rata consent secara
ketidaklengkapa lengkap.
n pengisian h. Waktu dokter
yaitu sebanyak yang tidak
25.47% cukup untuk
h. Review melengkapi d
pencatatan yang i. an mengisi
baik dan benar rekam medis.
ditinjau dari j. Adanya pasien
beberapa aspek atau wali
nya memiliki pasien yang
angka rata-rata tidak dapat
ketidaklengkapa menulis, yang
n pengisian tidak dapat
yaitu sebanyak tanda tangan
33.33%. dengan cap
jempol.
k. Adanya
perbedaan
persepsi
petugas
analisis terkait
degan
kelengkapan
informed
consent.

Analisis e. Identifikasi Faktor yang


Kelengkapan ditinjau dari menyebabkan
Pengisian Lembar beberapa aspek tidak terisi nya
Informed Consent nya memiliki informed consent
Deskriptif angka rata-rata 100% karena
Pada Kasus
dengan 92 ketidaklengkapa beberapa factor Google
5 Bedah Mayor Di Kuantitatif
pendekatan Sampel n pengisian seperti dokter Scholar
Rumah Sakit
kuantitatif yaitu sebanyak
Panti Nugroho yang terburu-buru
4.53%
(Mara dan tidak adanya
f. Pelaporan
Hermaestri, penting ditinjau kedisiplinan
Yogyakarta), dari beberapa dalam mengisi
2016 aspek nya informed consent,
memiliki angka tidak adanya
rata-rata reward dalam
ketidaklengkapa mengisi informed
n pengisian consent secara
yaitu sebanyak lengkap, belum
16.30% adanya intruksi
g. Pengisian
mengenai
autentikasi
pengisian
ditinjau dari
beberapa aspek informed consent,
nya memiliki pengisian
angka rata-rata informed consent
ketidaklengkapa masih dilakukan
n pengisian secara manual
yaitu sebanyak dan belum SOP
10.33% dalam pengisian
h. Review informed consent.
pencatatan yang
baik dan benar
ditinjau dari
beberapa aspek
nya memiliki
angka rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
yaitu sebanyak
0%.
6 Penyebab Deskriptif 74 Kuantitatif e. Identifikasi Penyebab Google
Ketidaklengkapan dengan Sampel ditinjau dari ketidaklengkapan Scholar
Pengisian Lembar pendekatan beberapa aspek pengisian lembar
Informed Consent kualitatid nya memiliki informed consent
Pada Kasus dengan angka rata-rata adalah jumlah
Bedah Di RSUD rancangan ketidaklengkapa pasien bedah
Tidar (Dwi Anna fenomologis n pengisian banyak
yaitu sebanyak menyebabkan
Safitri,
45.66%
Yogyakarta), dokter menjadi
f. Pelaporan
2018 sibuk, ada pasien
penting ditinjau
dari beberapa atau wali pasien
aspek nya yang tidak bisa
memiliki angka menulis serta
rata-rata pengisian
ketidaklengkapa informed consent
n pengisian hanya terpusat
yaitu sebanyak pada pengisian
11.71% anamnesa dan
g. Pengisian diagnosa.
autentikasi
ditinjau dari
beberapa aspek
nya memiliki
angka rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
yaitu sebanyak
41.55%
h. Review
pencatatan yang
baik dan benar
ditinjau dari
beberapa aspek
nya memiliki
angka rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
yaitu sebanyak
38.75%.
d. Identifikasi d. Tenaga
ditinjau dari kesehatan yang
beberapa aspek belum meng isi
nya memiliki informed
Kelengkapan angka rata-rata consent sesuai
Pengisian ketidaklengkapa dengan
Informed Consent n pengisian tanggung
Rawat Inap Pada yaitu sebanyak jawab dan
Kasus Bedah 40 0%. kesibukannya. Semantic
7 Deskriptif Kuantitatif e. Pelaporan e. Kurangnya
Saraf Di Rumah Sampel Scholar
penting ditinjau sosialisasi
Sakit Bethesda dari beberapa terhadap
(Anas Handayani, aspek nya tenaga
Yogyakarta), memiliki angka kesehatan
2016 rata-rata terkait
ketidaklengkapa pengisian
n pengisian informed
yaitu sebanyak consent
29.95%. f. Tidak adanya
f. Pengisian reward untuk
autentikasi pengisian
ditinjau dari informed
beberapa aspek consent secara
nya memiliki lengkap
angka rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
yaitu sebanyak
33.33%.
Review
pencatatan yang
baik dan benar
ditinjau dari
beberapa aspek
nya memiliki
angka rata-rata
ketidaklengkapa
n pengisian
yaitu sebanyak
14.28%.
Format Analisis Kuantitatif

No. RM: No.RM: No.RM: No.RM: No.RM:


NO KOMPONEN ANALISA
Ada Ada Ada Ada Ada
L TL Tdk L TL Tdk L TL Tdk L TL Tdk L TL Tdk
A. IDENTIFIKASI
1 Nomor RM
2 Nama
3 Jenis kelamin
4 Tanggal lahir
5 Umur
6 Alamat
7 Pendidikan
8 Agama
9 Pekerjaan

B. LAPORAN YANG PENTING


1 Nama tindakan
2 Dokter pelaksana tindakan
3 Pemberi informasi
4 Penerima informasi
5 Tanggal dan jam informasi
6 Diagnosa
7 Dasar diagnosa
8 Tindakan dokter
9 Indikasi tindakan
10 Tata cara
11 Resiko
12 Komplikasi
13 Prognosis
14 Alternatif dan resiko
15 Nama pemberi persetujuan
16 Umur pemberi persetujuan
17 Jenis kelamin pemberi persetujuan
18 Alamat pemberi persetujuan
19 Nama pasien
20 Umur pasien
21 Jenis kelamin pasien
22 Alamat pasien
23 Hubungan keluarga
24
C. AUTENTIKASI (Tanda Tangan dan Nama Teran
1 Nama terang dan tanda tangan dokter
2 Nama terang dan tanda tangan penerima informasi
3 Nama terang dan tanda tangan pemberi persetujuan
4 Nama terang dan tanda tangan saksi pihak keluarga
5 Nama terang dan tanda tangan perawat
6 Tanggal dan jam
7
D. PENDOKUMENTASIAN YANG BENAR
Ada Ada Ada Ada Ada
No. KOMPONEN ANALISA Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
B TB B TB B TB B TB B TB
1 Coretan
2 Tipe-ex
3 Pembetulan Kesalahan
4 Kekonsistensian pengisian
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Rahayu lahir di Pinrang, tanggal 06 Desember tahun 1999.

Merupakan anak sulung dari 3 bersaudara dari pasangan Zeth

Tiku dan Hasnah. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar

tahun 2006-2012 di Sekolah Dasar Negeri 187 Pinrang, kemudian

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama tahun

2012-2015 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pinrang. Setelah itu kemudian

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas tahun 2015-2018 di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Pinrang. Dan kemudian pada tahun 2018, penulis

melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tepatnya di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Panakkukang Makassar dengan jurusan Diploma III program

studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK) selama tiga tahun dan dengan

izin Allah Subhanahu wa ta’ala InsyaAllah akan selesai pada tahun 2021 ini.

Anda mungkin juga menyukai