Anda di halaman 1dari 73

Laporan Praktik Kerja Lapangan IV

MANAJEMEN MUTU PELAYANAN REKAM MEDIS

DI RSUD dr. GONDO SUWARNO UNGARAN

TAHUN 2023

Untuk Memenuhi
Tugas Praktik Kerja Lapangan IV

Disusun Oleh:
Kelompok

Amanda Tri Utami 2000316

Andini Damayanti 2000317

Anggito Yudistira 2000320

Fajar Dwi N 2000333

Nabila Julianti Ivon Putri 2000349

Septian Joko Adi N 2000358

PRODI D-III REKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN

STIKES HAKLI SEMARANG


2023
Laporan Praktik Kerja Lapangan IV

MANAJEMEN MUTU PELAYANAN REKAM MEDIS

DI RSUD dr. GONDO SUWARNO UNGARAN

TAHUN 2023

Untuk Memenuhi
Tugas Praktik Kerja Lapangan IV

Disusun Oleh:
Kelompok

Amanda Tri Utami 2000316

Andini Damayanti 2000317

Anggito Yudistira 2000320

Fajar Dwi N 2000333

Nabila Julianti Ivon Putri 2000349

Septian Joko Adi N 2000358

PRODI D-III REKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN

i
STIKES HAKLI SEMARANG

2023

LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah diadakan pemeriksaan dan pembenaran maka laporan Praktik Kerja

Lapangan III (PKL III) dengan judul “MANAJEMEN MUTU PELAYANAN REKAM

MEDIS DI RSUD dr. GONDO SUWARNO UNGARAN 2023” ini telah telah

diterima dan disetujui untuk dipresentasikan dalam kegiatan Praktik Kerja

Lapangan IV pada :

Hari :
Tanggal :

Semarang, Februari 2023

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Cahyo Rahadiyanto, S.Kom. Siti Rahayuningsih, S.KM.

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Setelah diadakan pemeriksaan dan pembenaran maka laporan Praktik Kerja

Lapangan III (PKL III) dengan judul “MANAJEMEN MUTU PELAYANAN REKAM

MEDIS DI RSUD dr. GONDO SUWARNO UNGARAN 2023” ini telah telah

diterima dan disetujui untuk memenuhi Tugas Praktik Kerja Lapangal IV di RSUD

dr. Gondo Suwarno Ungaran.

Semarang, Februari 2023

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan / Klinik

Cahyo Rahadiyanto, S.Kom. Siti Rahayuningsih, S.KM

Mengetahui,
STIKES HAKLI Semarang
Prodi D-III Rekam Medik dan Informasi Kesehatan Ketua,

iii
Maulina Latifah, S.KM, M.Kes

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan IV yang

berjudul “MANAJEMEN MUTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI RSUD dr.

GONDO SUWARNO UNGARAN 2023” dapat selesai tepat pada waktunya.

Maksud dan tujuan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan adalah untuk

melengkapi persyaratan wajib bagi mahasiswa Program Studi Diploma III Rekam

Medik dan Informasi Kesehatan STIKES HAKLI Semarang.Kegiatan Praktik Kerja

Lapangan dilaksanakan selama 1 bulan, mulai tanggal 9 Januari sampai 4

Februari 2023.

Pada kesempatan ini, penyusun laporan menyampaikan ucapan terimakasih

atas dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak selama pelaksanaan praktik,

kepada:

1. Ibu Sunarsri Retno Wulandari, S.KM, M.Kes selaku Ketua STIKES HAKLI

Semarang.

2. Ibu Maulina Latifah, S.KM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III

Rekam Medik dan Informasi Kesehatan STIKES HAKLI Semarang.

3. dr. Dady Darmadi selaku Direktur RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran.

4. Cahyo Rahadiyanto, S.Kom. selaku dosen pembimbing institusi Praktik Kerja

Lapangan yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan III & IV.

iv
5. Siti Rahayuningsih, S.KM selaku Pembimbing Lapangan / Klinik RSUD dr.

Gondo Suwarno Ungaran yang memberikan kesempatan kepada kami untuk

melakukan Praktik Kerja Lapangan III & IV di RSUD dr. Gondo Suwarno

Ungaran.

6. Seluruh karyawan dan karyawati RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Pelaporan

Kerja lapangan IV.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun laporan ini masih

banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini, kami sampaikan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk penyelesaian

laporan ini, kami berharap laporan ini bermanfaat bagi Rumah Sakit dan

mahasiswa dimasa yang akan datang.

Semarang, Februari 2023

Penyusun

v
DAFTAR ISI

Laporan Praktik Kerja Lapangan IV i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

DAFTAR SINGKATAN xi

BAB I 11

PENDAHULUAN 11
A. Latar Belakang 11
B. Tujuan 12
C. Manfaat 13
D. Ruang Lingkup Praktikum 13

BAB II 15

TINJAUAN PUSTAKA 15
A. Sistem Pembiayaan Dan Informasi RM 15
B. Analisa Kuantitatif 18
D. Kodifikasi Penyakit 20
E. Kodifikasi Tindakan 22

vi
F. Peraturan Morbiditas dan Mortalitas 25
G. Kepuasan Pasien 26

BAB III 28

HASIL KEGIATAN 28
A. Sejarah Perkembangan RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran 28
B. Sistem Pembiayaan Dan Informasi RM 29
C. Analisa Kuantitatif 32
D. Analisis Kualitatif 33
E. Kodefikasi Penyakit 36
F. Kodefikasi Tindakan 39
G. Peraturan Mordibitas dan Mortalitas 40
H. Kepuasan Pasien 44

BAB IV 46

PEMBAHASAN 46
A. Sistem Pembiayaan dan Informasi Rekam Medis 46
B. Analisis Kuantitatif 46
C. Analisis Kualitatif 48
D. Kodefikasi Penyakit dan Kodefikasi Tindakan 48
E. Peraturan Mordibitas dan Mortalitas 49
F.Kepuasan Pasien 50

BAB V 51

KESIMPULAN DAN SARAN 51


A. KESIMPULAN 51
B. SARAN 52
DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN 55

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 diagram konteks Sistem Informasi Rekam Medis…….…………..31

Tabel 3.2 Analisi Kuantatif…………………………………………..………….32

Tabel 3.3 Rekapitulasi kelengkapan DRM……………………………..……...34

Tabel 3.4 Rekapitulasi kelengkapan DRM…………………………………….34

Tabel 3.5 Analisis kualitatif ………………………………………………………34

Tabel 3.6 Kode Penyakit Infeksi.………………………………………………..37

Tabel 3.7 Kode Penyakit Neoplasma…………………………………….…….39

Tabel 3.8 Kode Tindakan Neoplasma………………………………………....39

T.abel 3.9 Kode Tindakan Cidera…………………………………………….. .40

Tabel 3.10 Kode Tindakan Keracunan………………………………………...40

Tabel 3.11 Kuesoner kepuasan pasien di RSGS…………………………....45

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 SERTIFIKAT KEMATIAN PERINATAL………………………………..41

Gambar 3.2 SERTIFIKAT KEMATIAN UMUM………………………………………42

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SOP Pendaftaran Pasien Rawat Jalan

Lampiran 2 : SOP Pendaftaran Pasien Gawat Darurat

Lampiran 3 : SOP Pendaftran Pasien Rawat Inap

Lampiran 4 : SOP Pembuatan Data Ketenagaan

Lampiran 5 : SOP Pemisahan RM Aktif dan In Aktif

Lampiran 6 : SOP Keamanan Rekam Medis

Lampiran 8 : SOP Sistem Pelaporan Rumah Sakit

Lampiran 11 : SOP Pengisian Laporan Kegiatan Rumah Sakit

Lampiran 12 : Kuesioner kepuasan pasien

x
DAFTAR SINGKATAN

DRM : Dokumen Rekam Medis


ICD : International Classification of Disease
PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan
PMIK : Perekam Medis Informasi Kesehatan
RJ : Rawat Jalan
RI : Rawat Inap
RME : Rekam Medis Elektronik
RS : Rumah Sakit
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
RSGS : Rumah Sakit Gondo Suwarno
SDM : Sumber Daya Manusia
STR : Surat Tanda Registrasi
SIK : Surat Ijin Kerja
SIRS : Sistim Informasi Rumah Sakit
WHO : World Health Organisation

xi
xii
11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Dalam memberikan
pelayanan kesehatan diharapkan rumah sakit dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas. Benjamin (1980) menyebutkan bahwa
pelayanan kesehatan yang baik secara umum berarti memiliki rekam
medis yang baik pula.

Menurut Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 yang


dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah di
berikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah di berikan kepada
pasien. Rekam medis dapat terlaksana dengan baik apabila bagian
pencatatan dan pengolahan data melaksanakan tugasnya dengan baik

Menurut Kementerian Kesehatan (1982) menyatakan bahwa pada


beberapa Negara maju, Badan Organisasi Akreditasi Rumah Sakit,
mengganggap bahwa rekam medis sangat penting dalam mengukur mutu
pelayanan medis yang diberikan oleh rumah sakit beserta staf medisnya.
Salah satu parameter untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit adalah data atau informasi dari rekam medis yang baik dan
lengkap. Indikator mutu rekam medis yang baik adalah kelengkapan isi,
akurat, tepat waktu dan pemenuhan aspek persyaratan hukum.

Oleh sebab itu dalam mengelolan rekam medis, setiap rumah sakit
selalu mengacu kepada pedoman atau petunjuk teknis pengelolaan rekam
12

medis yang dibuat oleh rumah sakit yang bersangkutan. Pengelolaan


rekam
medis di rumah sakit adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya mencapai tujuan rumah sakit, yaitu
peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam
pengelolaan rekam medis untuk menunjang mutu pelayanan bagi rumah
sakit, pengelolaan rekam medis harus efektif dan efisien. Pengelolaan
Rekam Medis juga harus dilakukan setiap Rumah Sakit dengan atauran
dan SPO yang telah ditetapkan.

Untuk mengetahui secara langsung bagaimana pengelolaan rekam


medis di Rumah sakit maka di adakan lah praktik Kerja Lapangan III yang
dilaksanakan di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran. Praktik Kerja
Lapangan IV ini Mahasiswa mempelajari tentang pengelolaan Rekam
Medis. Praktek kerja lapangan IV ini dapat dijadikan sebagai pengalaman
untuk mengetahui perbandingan antara teori dengan kenyataan kerja
dilapangan. Oleh karena itu pentingnya pengelolaan rekam medis di
rumah sakit, maka penyusun membuat laporan dengan judul
“PENGELOLAAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN di
RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran Tahun 2023” ,yang di lakukan di
RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran.

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Mahasiswa mampu mengkaji dan menganalisis mutu pelayanan rekam


medis di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran Tahun 2023.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

a. Mahasiswa mampu menjelaskan sistem pembiyaan dan informasi


rekam medis
b. Mahasiswa mampu mengalisis rekam medis secara kuantitatif
c. Mahasiswa mampu mengalisis rekam medis secara kualitatif
d. Mahasiswa mampu menjelaskan aturan dan tata cara kodefikasi
penyakit pada sistem infeksi dan neoplasma

12
e. Mahasiswa mampu menjelaskan aturan dan tata cara kodefikasi
tindakan pada sistem neoplasma, cidera dan keracunan.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan dang menganalisis kasus
morbiditas MB 1 sampai dengan MB 5
g. Mahasiswa mamapu menjelaskan dan mneganalisis kasus
mortalitas
h. Mahasiswa mampu menganalisis kepuasaan pasien

C. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Dengan adanya pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat


membantu dalam pengambilan keputusan bagi rumah sakit untuk
perencanaan pelayanan kesehatan di masa yang akan datang dan
bisa sebagai masukkan bagi rumah sakit untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya kepada masyarakat.
2. Bagi Mahasiswa

Memperoleh informasi mengenai pengelolaan rekam medis dan


informasi Kesehatan dan menambah pengetahuan dan pengalaman
yang merupakan salah satu modal kelancaran dalam melaksanakan
tugas sebagai Perekam dan Informasi Kesehatan

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi

kalangan yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik

yang berhubungan dengan judul penelitian yang dibahas.

D. Ruang Lingkup Praktikum

Tempat : RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran

Waktu : 9 Januari 2023 – 4 Februari 2023

13
Materi :

a. Sistem Pembiayaan Dan Informasi RM

b. Analisa Kuantitatif

c. Analisa Kualitatif

d. Kodifikasi Penyakit

e. Kodifikasi Tindakan

f. Peraturan Morbiditas.

g. Peraturan Mortalitas

h. Kepuasan Pasien.

14
15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Pembiayaan Dan Informasi RM

Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk


menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan
yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berdasarkan pengertian ini, maka biaya kesehatan dapat ditinjau
dari dua sudut yaitu berdasarkan:
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider), adalah
besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan, maka dilihat pengertian ini
bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah
persoalan utama pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni
pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya kesehatan.
Besarnya dana bagi penyedia pelayanan kesehatan lebih
menunjuk kepada seluruh biaya investasi (investment cost) serta
seluruh biaya operasional (operational cost).
2. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), adalah besarnya
dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa
pelayanan. Dalam hal ini biaya kesehatan menjadi persoalan
utama para pemakai jasa pelayanan, namun dalam batas-batas
tertentu pemerintah juga turut serta, yakni dalam rangka
terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Besarnya dana bagi pemakai
jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus
dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya
kesehatan. (Azwar, A. 1999).
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang
memadai (health care financing) akan menolong pemerintah di suatu
negara untuk dapat memobilisasi sumber-sumber pembiayaan
kesehatan, mengalokasikannya secara rasional serta
menggunakannya secara efisien dan efektif. Kebijakan pembiayaan
kesehatan yang mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada
masyarakat miskin (equitable and pro poor health policy) akan
mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang lebih
luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi
pada perkembangan sosial dan ekonomi.
Pelayanan kesehatan itu sendiri pada akhir-akhir ini menjadi
amat mahal baik pada negara maju maupun pada negara
berkembang. Penggunaan yang berlebihan dari pelayanan kesehatan
dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab utamanya.
Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan
kesehatan dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for service) dan
lemahnya kemampuan dalam penatalaksanaan sumber-sumber dan
pelayanan itu sendiri (poor management of resources and services).
Billing dapat juga diartikan mengirimkan bukti transaksi, atau
mengumumkan bukti transaksi. Setiap bidang usaha kini selalu
melakukan transaksi, apalagi bidang-bidang yang selalu melakukan
transaksi dalam jumlah besar seperti rumah sakit atau departement
store atau bidang usaha yang transaksinya berbentuk abstrak seperti
usaha warung internet atau warung game online, dan disinilah sistem
billing bekerja. Sistem billing merupakan sistem yang membantu para
usahawan untuk mengatur dan mencatat segala transaksi yang terjadi.
Contohnya bagi pengusaha warung internet, billing sistem digunakan
untuk memonitor penggunaan dan pemasukan warnetnya. Sedangkan
jika bagi usahawan di bidang perumahsakitan sistem billing digunakan
untuk mencatat proses pelayanan, mulai pasien datang sampai
dengan pasien pulang. Menghitung biaya yang harus dibayar pasien
secara otomatis, serta memberikan informasi sebagai analisa
pengambilan keputusan secara cepat dan akurat.

16
Sistem informasi rekam
medis merupakan salah
satu bentuk sistem
informasi manajemen
rumah sakit yang
berperan penting dalam
peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit
dalam
beberapa aspek seperti
aspek administrasi,
hukum, keuangan,
dokumentasi, riset dan

17
edukasi. Dengan sistem
informasi rekam medis
secara terkomputerisasi
dapat mengurangi
kesalahan manusia
(human error) dalam
melakukan kegiatannya
dan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan yang
diberikan kepada pasien.
Oleh karena itu,
penggunaan sistem
informasi rekam medis di
suatu rumah sakit

18
sangat penting dalam
melaksanakan kegiatan
pelayanan terhadap
pasien. Sistem informasi rekam medis merupakan salah satu bentuk
sistem informasi manajemen rumah sakit yang berperan penting dalam
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dalam beberapa aspek
seperti aspek administrasi, hukum, keuangan, dokumentasi, riset dan
edukasi. Dengan sistem informasi rekam medis secara
terkomputerisasi dapat mengurangi kesalahan manusia (human error)
dalam melakukan kegiatannya dan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pasien. Oleh karena itu,
penggunaan sistem informasi rekam medis di suatu rumah sakit
sangat penting dalam melaksanakan kegiatan pelayanan terhadap
pasien.

Pemanfaatan komputer sebagai alat pengumpul data rekam medis


harus segera
dilaksanakan. Pemanfaatan data rekam medis menjadi bagian dari sistem
informasi
rumah sakit, merupakan langkah maju yang perlu segera dilaksanakan
dalam
menghadapi perubahan yang sangat cepat dimana dampak globalisasi sudah
mulai dapat
dirasakan. Bila pengembangan sistem informasi rekam medis terlambat, maka
upaya
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan terhambat. Manfaat komputer
sebagai alat
pengumpul data rekam medis antara lain:
Pemanfaatan komputer sebagai alat pengumpul data rekam medis
harus segera
dilaksanakan. Pemanfaatan data rekam medis menjadi bagian dari sistem
informasi

19
rumah sakit, merupakan langkah maju yang perlu segera dilaksanakan
dalam
menghadapi perubahan yang sangat cepat dimana dampak globalisasi sudah
mulai dapat
dirasakan. Bila pengembangan sistem informasi rekam medis terlambat, maka
upaya
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan terhambat. Manfaat komputer
sebagai alat
pengumpul data rekam medis antara lain:
Pemanfaatan komputer sebagai alat pengumpul data
rekam medis harus segeradilaksanakan. Pemanfaatan data
rekam medis menjadi bagian dari sistem informasirumah sakit,
merupakan langkah maju yang perlu segera dilaksanakan
dalammenghadapi perubahan yang sangat cepat dimana dampak
globalisasi sudah mulai dapatdirasakan. Bila pengembangan sistem
informasi rekam medis terlambat, maka upayauntuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan terhambat. Manfaat komputer sebagai
alatpengumpul data rekam medis antara lain:
1. Menghemat waktu,2. Menghemat biaya,3. Menghindari
duplikasi pekerjaan,4. Memperpendek proses,5. Tuntutan efektifitas,
efisiensi, dan produktifitas kerja, maka peran komputermenjadi
semakin vital.

Gondodiputro , Sharon.
2007. Rekam Medis Dan
sistem informasi
kesehatan. Ilmu
Kesehatan
20
Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung

B. Analisa Kuantitatif

Analisa kuantitatif adalah analisis yang ditujukan kepada jumlah


lembaran-lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan
meliputi kelengkapan lembaran medis. Paramedis dan penunjang sesuai
prosedur yang ditetapkan. Petugas akan menganalisis setiap rekam medis
yang diterima apakah lembaran rekam medis yang seharusnya ada pada
rekam medis seorang pasien sudah ada atau belum.

Komponen Analisa Kuantitatif

1) Review Identifikasi

Identifikasi pasien pulang dan nomor rekam medis pada


dokumen rekam medis .kalau suatu halaman tidak memiliki identifikasi
harus direview untuk memastikan apakah ia milik pasien yang
dokumen rekam medis sedang dianalisis dan identifikasinya dicatat.

2) Review Pencatatan

Dalam pencatatan atau penulisan rekam medis,


kesalahan - kesalahan tulisan atau singkatan-singkatan yang tidak
sesuai ketentuan juga tata cara membenarkan kesalahan, penyedia
pelayanan dianjurkan membuat satu garis tunggal melewati setiap
baris yang salah, menambahkan catatan yang menjelaskan kesalahan

21
tersebut, membuat tanggal dan menandatanganinya kemudian
membuat entri yang benar secara kronologis untuk menunjukan entri
mana yang diganti.

3) Review Pelaporan

Terdapat laporan-laporan tertentu yang umumnya ada pada


dokumen rekam medis fasilitas tertentu, misalnya pada suatu rumah
sakit umumnya terdapat riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, observasi
klinis dan kesimpulan pada akhir perawatan inap (resume klinis dan
prosedur final). Laporan lain diperlukan tergantung pada perjalanan
penyakit pasien dirumah sakit. Kalau pasien mendapat uji diagnosis,
konsultasi atau pembedahan maka laporan prosedur ini akan
diperlukan.
4) Review Autentifikasi
Autentifikasi bisa tanda tangan, stempel karet yang hanya
dipegang oleh pemiliknya, initial (singkatan nama) kalau bisa
diidentifikasikan atau kode akses komputer dan harus memiliki gelar
professional (dokter, register ners, dsb) penulisnya.

C. Analisa Kualitatif

Analisis kualitatif adalah analisis yang mampu menjaga


kelengkapan rekaman sesuai standar rekaman yang ditetapkan dan
menelaah apakah data medis yang bermasalah telah ditindak lanjuti
sesuai standar pelayanan medis (Sudra, 2014).
Review adanya informed consent yang harus ada. Pada komponen
ini menganalisa surat persetujuan dari pasien apakah sudah diisi dengan
benar dan lengkap sesuai dengan prosedur dan peraturan yang dibuat
secara konsisten. Review adanya informed consent yang harus ada. Pada
komponen ini menganalisa surat persetujuan dari pasien apakah sudah
diisi dengan benar dan lengkap sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang dibuat secara konsisten.

Komponen Analisis Kualitatif

22
Review Kelengkapan dan Kekonsistenan diagnosa.
a) Pada Review ini akan memeriksa kekonsistenan diagnosa yang
diantaranya: Diagnosa saat masuk / alasan saat masuk dirawat,
Diagnosa tambahan, Preoperative diagnosis, Postoperative diagnosis,
Phatological diagnosis, Clinical diagnosis, Diagnosis akhir/utama,
Diagnosa kedua.
b) Review kekonsistenan dan kelengkapan pencatatan diagnosa.
Konsistensi dan kelengkapan merupakan suatu penyesuaian /
kecocokan antara 1 bagian dengan bagian lain dan dengan seluruh
bagian, dimana dari awal sampai akhir harus konsisten, 3 hal yang
harus konsisten yaitu catatan perkembangan, intruksi dokter, dan
catatan obat.
c) Review pencatatan saat perawatan dan pengobatan. Rekam medis
harus menjelaskan keadaan pasien selama dirawat, dan harus
menyimpan seluruh hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang sarta mencatat tindakan yang telah dilakukan pada pasien.
d) Review adanya informed consent yang harus ada. Pada komponen ini
menganalisa surat persetujuan dari pasien apakah sudah diisi dengan
benar dan lengkap sesuai dengan prosedur dan peraturan yang dibuat
secara konsisten.

D. Kodifikasi Penyakit

1. Sistem Klasifikasi

Sistem klasifikasi penyakit adalah suatu sistem


pengelompokan/ kategorisasi satuan penyakit (morbid entities)
berdasarkan suatu kriteria yang disepakati bersama. Sistem klasifikasi
digunakan untuk mengorganisir data asuhan kesehatan agar
pengambilan kembali data menjadi mudah dan bermakna. Biasanya
praktisi informasi kesehatanlah yang bertanggungjawab untuk memilih
sistem klasifikasi yang tepat untuk klasifikasi, penyimpanan dan

23
pengambilan kembali informasi kesehatan pasien dari berkas Rekam
Medis.

2. Koding pelayanan Kesehatan

Koding merupakan suatu proses yang kompleks dan


membutuhkan pengetahuan tentang aturan koding sesuai perangkat
yang digunakan, anatomi, patofisiologi, persyaratan dokumentasi
kinis, kebijakan dan regulasi serta standar. Koding klinis atau koding
medis adalah suatu kegiatan yang mentransformasikan diagnosis
penyakit, prosedur medis dan masalah kesehatan lainnya dari kata-
kata menjadi suatu bentuk kode, baik numerik atau alfanumerik, untuk
memudahkan penyimpanan, retrieval dan analisis data.
Koding merupakan fungsi yang cukup penting dalam jasa
pelayanan informasi kesehatan. Data klinis yang terkode dibutuhkan
untuk me-retrieve informasi guna kepentingan asuhan pasien,
penelitian, peningkatan performansi pelayanan, perencanaan dan
manajemen sumber daya, serta untuk mendapatkan reimbursement
(pembayaran kembali) yang sesuai bagi jasa pelayanan kesehatan
yang diberikan. Sistem pembayaran yang ada saat ini sangat
bergantung pada data kode untuk menentukan jumlah pembayaran
kembali, dan juga memastikan medical necessity dari suatu pelayanan
Kesehatan.
Setelah koder mendapatkan informasi yang cukup untuk
menentukan diagnosis secara akurat dan presisi, barulah
mengalokasikan kode yang sesuai. Tata cara penetapan kode
ditentukan oleh perangkat koding yang digunakan. Di Indonesia,
khususnya untuk kepentingan reimbursement digunakan ICD-10 versi
th. 2010 untuk kode diagnosis penyakit sedangkan untuk koding
prosedur medis menggunakan ICD-9-CM versi th 2010 (Permenkes
No.76 th 2016 Tentang Pedoman Indonesian Case Base Groups
(INA-CBGs) Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional).

3. Tata cara pengkodean ICD-10

24
Menurut (Kemkes, KKPMT-I, 2017, hal:52-89). Dalam buku
ICD-10 dijelaskan langkah-langkah dalam koding:
a) Identifikasi tipe pernyataan yang akan di-kode, kemudian carilah
dalam buku Volume 3 pada bagian yang sesuai. (Bilamana
pernyataan tersebut merupakan suatu penyakit, cedera atau kondisi
lain yang terklasifikasi dalam Bab I-XIX atau XXI, carilah dalam
bagian I. Bilamana pernyataan tersebut merupakan sebab luar dari
suatu cedera atau peristiwa lain yang terklasifikasi dalam Bab XX,
carilah dalam bagian II).
b) Temukan “lead-term”-nya. Untuk penyakit dan cedera biasanya
merupakan „kata benda‟ yang mengacu pada kondisi patologis.
Namun demikian beberapa kondisi yang dinyatakan dalam bentuk
adjective maupun eponym juga tercantum dalam indeks sebagai
“lead-term”.
c) Bacalah semua catatan yang tercantum dibawah “lead-term”.
d) Bacalah semua terminologi yang ada dalam kurung dibelakang
“leadterm”. (Modifier ini biasanya tidak akan merubah nomor kode),
dan juga semua terminologi yang tercantum di bawah “lead-term”
(yang biasanya dapat merubah nomor kodenya) sampai seluruh kata
dalam pernyataan diagnostik telah selesai diikuti.
e) Ikuti dengan hati - hati semua “cross-references” (kata “see” dan
“see also”) yang termuat dalam indeks.
f) Rujuk daftar tabulasi dalam Volume I untuk verifikasi kecocokan
nomor kode terpilih. Perlu diingat bahwa kode 3-karakter dalam
indeks yang diikuti tanda “dash” pada posisi karakter ke-4
menunjukkan bahwa masih ada karakter ke-4 yang perlu dicari
dalam volume 1. Subdivisi lebih lanjut pada posisi karakter
tambahan tidak di-indeks, sehingga bila akan digunakan harus dicari
dalam volume 1.
g) Berpedomanlah pada “inclusion” atau “exclusion terms” yang ada di
bawah kode terpilih, atau dibawah judul bab, blok atau kategori.
h) Tentukan kode yang sesuai.

25
E. Kodifikasi Tindakan

Menurut ICD, 2010 Internasional Statistical Classification Of

Diseases and Related Health Problems (ICD-9-CM), dengan rincian

sebagai berikut:

1. ICD-9-CM

ICD-9-CM (The International Classification of Diseases, 9th


Revision– Clinical Modification) merupakan bentuk adaptasi khusus
dari ICD Revisi ke-9 WHO, yang dibuat oleh U.S. National Center for
Health Statistics (NCHS) dan khusus digunakan di Amerika Serikat
sejak tahun 1978, bersamaan de ngan dipublikasikannya ICD-
9-CM dan ICPM oleh WHO.
ICD-9-CM adalah versi modifikasi yang dilakukan oleh US
NCHS untuk keperluan internal AS dengan menambahkan volume 3
untuk prosedur medis. ICD-9-CM versi th 2010 terdiri dari 17 Bab,
dan disusun berdasarkan letak anatomik, kecuali beberapa bab
tertentu. Struktur dasar ICD-9-CM adalah kode numeric (Kemkes,
KKPMT-I, 2017, hal:52-89).

2. Struktur ICD-9-CM

ICD-9-CM Terdiri dari 3 volume:


a) Volume 1 – Diseases : Tabular list
b) Volume 2 – Diseases : Alphabetical list
c) Volume 3 – Procedures : Tabular & Alphabetical Index
Sebagaimana versi aslinya dari WHO, ICD-9-CM hanya
berisi kode numeric, yang berbasis struktur 2-digit dengan 2 digit
desimal bila perlu (ekspansi dari 3 digit pada ICD-9-CM menjadi 4
digit pada ICD-9-CM).
ICD-9-CM versi 2010 untuk Prosedur Medis terdiri dari 17
Bab ; mulai dari kategori 00 s/d 16. Semua daftar tabulasi dalam

26
ICD-9-CM untuk Prosedur Medis disusun berdasarkan body
sistem, kecuali 3 bab ini:
Bab 00 : Prosedur dan intervensi, tidak terklasifikasi di tempat lain
Bab 13 : Prosedur obstetrik
Bab 16 : prosedur diagnostik dan terapeutik lain-lain.
Prinsip Utama Dalam Koding Prosedur Medis adalah
Prosedur utama adalah prosedur yang paling signifikan, yang
dilakukan untuk mengobati/mengatasi diagnosis utama. Oleh
karena itu harus ada kesesuaian antara kode prosedur dengan
kode diagnosis (Kemkes, KKPMT-I, 2017, hal:52-89).

3. Tata Cara Koding Prosedur Medis

Menurut (Kemkes, KKPMT-I, 2017, hal:52-89) terdapat tata


cara koding prosedure medis, yaitu :
a) Dalam mengkode laporan operasi, koder harus membaca
dengan seksama seluruh laporan operasi dan mencatat atau
menggaris bawahi kemungkinan adanya penulisan diagnosis,
kelainan atau prosedur yang tidak sesuai dengan apa yang ditulis
oleh dokter dalam laporan operasi, koder harus mengklarifikasi
hal tersebut dengan dokter yang bersangkutan.
b) Jika ditemukan diagnosa pre operative dan post operative
berbeda maka gunakan diagnosis pos operative.
c) Periksalah laporan patologi, bila terdapat perbedaan antara
diagnosis patologist dan SpB, maka sebaiknya didiskusikan
dengan kedua pihak.

4. Langkah koding:
1) Carilah dalam indeks alfabetik nama prosedur, atau eponimnya.
2) Kroscek ke dalam daftar tabulasi.
3) Ikuti catatan-catatan khusus (konvensi) dalam daftar tabulasi.
4) Pilih kode dengan tingkat rincian tertinggi. Kode paling spesifik
mencakup 4 digit.

27
F. Peraturan Morbiditas dan Mortalitas

Morbiditas (kesakitan), merupakan salah satu indikator yang


digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk selain mortalitas /
angka kematian serta umur harapan hidup dari penduduk. Semakin tinggi
angka morbiditas, berarti tingkat kesehatan penduduk semakin buruk.
Sebaliknya semakin rendah angka morbiditas (kesakitan) menunjukkan
tingkat kesehatan penduduk yang semakin baik. Semakin banyak
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan berarti semakin rendah
derajat kesehatan dari masyarakat bersangkutan. Adapun berbagai
macam penyakit mengancam masyarakat yang timbul sebagai akibat
lemahnya daya resistensi antara lain malaria, tuberkulosis, penyakit mata,
kwasioskor, dan penyakit lainnya. Kondisi kesakitan menyebabkan usia
harapan hidup penduduk pendek dan tingkat kematian penduduk juga
tinggi.
Angka Morbiditas merupakan angka yang menunjukan tingkat
kesakitan akibat gangguan struktur maupun fungsi tubuh seseorang yang
merupakan derajat sakit, cedera maupun gangguan pada populasi yang
merupakan penyimpangan dari status sehat atau kesejahteraan suatu
masyarakat.Angka Morbiditas merupakan indikator yang dapat
dipergunakan untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat umum yang
dilihat dari persentase penduduk dengan keluhan kesehatan yang
mengindikasikan terkena suatu penyakit tertentu. Adapun keluhan
kesehatan yang sering dialami penduduk antara lain panas, sakit kepala,
batuk, pilek, diare, asma/sesak nafas, sakit gigi sedangkan bagi
masyarakat yang menderita penyakit kronis dianggap memiliki keluhan
kesehatan walaupun pada waktu survei (satu bulan terakhir) yang
bersangkutan tidak kambuh penyakitnya. World Health Organisation
(WHO) sudah menetapkan tiga ukuran utama dari angka morbiditas yakni
jumlah orang sakit, lamanya sakit, perode sakit.

28
G. Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien adalah memberikan informasi terhadap

suksesnya pemberi pelayanan bermutu dengan nilai dan harapan pasien

yang mempunyai wewenang sendiri untuk menetapkan standar mutu

pelayanan yang dikehendaki (Hafizurrachman, 2004).

1. Manfaat Kepuasan Pasien


Manfaat kepuasan pasien menurut Soeparmanto dan Astuti
“2006” yaitu:
a) Mengetahui kekurangan masing-masing tingkat
kelemahan penyelenggaraan pelayanan.
b) Mengetahui kinerja penyelenggaraan pelayanan
yang telah dilaksanakan oleh unit pelayanan.
c) Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan
upaya yang perlu dilakukan.
d) Mengetahui indeks kepuasan masyarakat secara pelayanan
publik pada lingkup pemerintahan pusat dan daerah.
e) Memacu persaingan positif antar unit penyelenggara pelayanan
dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan.
f) Bagi masyarakat dapat mengetahui gambaran tentang kinerja
pelayanan unit yang bersangkutan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Menurut Sangadji dan Sopiah “2013” adapaun faktor-faktor


yang mempengaruhi kepuasan pasien antara lain:

a) Karakteristik Pasien

Faktor penentu tingkat pasien atau konsumen oleh


karakteristik dari pasien tersebut yang merupakan ciri-ciri
seseorang atau kekhasan seseorang yang membedakan orang

29
yang satu dengan orang yang lain. Karakteristik tersebut
berupa nama, umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan,
suku bangsa, agama, pekerjaan dan lain-lain.

b) Sarana Fisik Berupa bukti fisik yang dapat dilihat yang meliputi
gedung, perlengkapan, seragam pegawai dan sarana
komunikasi.
c) Jaminan Pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki perawat.
d) Kepedulian Kemudahan dalam membangun komunikasi baik
antara pegawai dengan klien, perhatian pribadi dan dapat
memahami kebutuhan pelanggan.
e) Kehandalan Kemampuan dalam memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan cepat, tepat, akurat dan memuaskan.

30
28

BAB III

HASIL KEGIATAN

A. Sejarah Perkembangan RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran

Pada awalnya Bangunan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Gondo


Suwarno Ungaran adalah Gedung milik Rumah Tangga seorang Belanda
dengan luas bangunan 200 m2, kemudian dari tahun ke tahun diadakan
perubahan/ renovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana
kesehatan.
Berawal dari Poliklinik milik Tuan Zending (Seorang Belanda) di
Bandarjo Ungaran, kemudian berkembang menjadi Rumah Sakit
Bandarjo. Pada tahun 1947 rumah sakit bubar karena ada perang
Sebagian peralatan yang di pindahkan ke Rumah Sakit Ambarawa. Tahun
1949 Rumah Sakit berdiri lagi sebelah Timur Alun – alun depan Gedung
Bioskop Rina. Tahun 1950 Rumah Sakit pindah ke desa Genuk Jl.
Diponegoro 125 Ungaran dan Namanya diganti menjadi Rumah Sakit
Pembantu Ungaran Status : milik Pemda Swantra Pimpinan : dr. R.
Sugiarto. Tahun 1953-1956 dipimpin oleh dr. R. Soeparno. Tahun 1956-
1959 dipimpin oleh dr. R Soegiarto, Dr. Oetomo Ramlan, Dr. Neuwenhuiz
(Belanda), Dr. Cephe (Italia). Tahun 1959-1965 dipimpin oleh dr. Mas
Suhardi. Tahun 1967 dipimpin oleh dr. Soekamto (perawat/mantri). Tahun
1967-1973 dipimpin dr. Tjiptohusodo. Tahun 19731974 dipimpin dr. S.
Purwanto. Tahun 1974-1979 dipimpin Ny. Indriyani Tjiptohusodo.
Kemudian tahun 1979 status Rumah Sakit berubah menjadi Rumah Sakit
Tipe D dengan SK menkes No. 51/Menkes/SK/II/1979.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Gondo Suwarno Ungaran adalah
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Semarang, yang memiliki tugas
untuk melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
dengan melakukan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan pencegahan dan
melaksanakan upaya rujukan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 1152/Menkes/SK/XII/1993 tentang Peningkatan Kelas
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Gondo Suwarno Ungaran, maka Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Gondo Suwarno Ungaran ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Kelas C. Pada tanggal 29 Maret 2010 RSUD dr. Gondo
Suwarno Ungaran telah lulus akreditasi penuh tingkat lanjut. Dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Gondo Suwarno Ungaran diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Semarang Nomor : 25 Tahun 2008 tanggal 22 September 2008 tentang
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum. Pada tanggal 1 Oktober s/d
saat ini RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran dipimpin oleh dr. Mas Dady
Dharmadi Suryadi.
Sedang untuk Susunan Organisasi dan Tatakerja Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Gondo Suwarno Ungaran ditetapkan berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2008 tanggal 23 Juli 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Inspektorat Lembaga Teknis Daerah dan Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu Kabupaten Semarang. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Gondo
Suwarno Ungaran berada di wilayah Kabupaten Semarang yang terletak
di kota Ungaran ( Ibukota Kabupaten Semarang ) luas tanah serta
bangunan RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran adalah 9.555 m² / 8.204
m², Rumah Sakit Umum Daerah dr. Gondo Suwarno Ungaran memiliki
kapasitas 187 tempat tidur (TT), dari data tahun 2016 diketahui bahwa
Bed Occupancy Rate (BOR) rata - rata 72,5% ; Lama Menginap (LOS)
rata-rata 4,5 hari; Turn Over Internal ( TOI ) 0,5 hari dan Bed Turn Over
( BTO ) 67,3 kali.
BOR 72,5 % tersebut tersebar di ruangan - ruangan yang terdiri
dari Paviliun Anggrek, Ruang Cempaka, Ruang Melati, Ruang Flamboyan,
Ruang Dahlia dan Ruang Mawar dan Ruang Baugenvil. Selain itu juga
terdapat fasilitas Ruang One Day Care dan ICU. Instalasi yang ada
meliputi : Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat
Darurat, Instalasi Radiologi, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Farmasi,

28
Instalasi Gizi, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Pemeliharaan Rumah
Sakit dan Instalasi Pemulasaran Jenazah.

B. Sistem Pembiayaan Dan Informasi RM

Sistem pembiayaan di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran dibagi


menjadi 2 yaitu :
1. Umum
Pasien mandiri/umum membayar fee for service secara out of pocket.
2. BPJS ( Badan Penyelenngaraan Jaminan Sosial)
Dalam konsep Negara hukum berakar dari paham kedaulatan
hukum yang pada hakikatnya berprinsip bahwa kekuasaan tertinggi di
dalam suatu Negara adalah berdasarkan atas hukum. Negara hukum
merupakan substansi dasar dari kontrak sosial setiap Negara hukum.
1Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengaturan pembiayaan
kesehatan antara Badan Penyelegara Jaminan Sosial dan Rumah
Sakit.
BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan
rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan membayar dengan sistem
paket INA CBG’s( Indonesia Case Base Groups) 6 . Sistem tersebut
merupakan model pembayaran yang digunakan BPJS Kesehatn untuk
mengganti klaim yang ditagihkan oleh rumah sakit. INA CBGs
merupakan sistem pembayaran dengan sitem paket berdasarkan
penyakit yang diderita pasien. Mengacu pada kamus istilah BPJS
dalam laman webnya menyatakan bahwa rumah sakit akan mendapat
besaran bayaran berdasar nominal yang sesuai pada tarif INA CBGs
yang merupakan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu
kelompok diagnosis. Permisalan dalam hal ini sistem menghitung
misalkan seorang pasien penderita demam berdarah maka layanan apa
saja yang akan diberikan bagi pasien tersebut berikut pengobatannya
sampai pasien tersebut dinyatakan sembuh atau selama satu periode
rawat di rumah sakit itu.

29
Berikut alur system pembiayaan BPJS :
a. Peserta membawa identitas BPJS Kesehatan serta surat rujukan
dari fasilitas kesehatan tingkat pertama
b. Peserta melakukan pendaftaran ke RS dengan memperlihatkan
identitas dan surat rujukan.
c. Fasilitas kesehatan bertanggung jawab untuk melakukan
pengecekan keabsahan kartu dan surat rujukan serta melakukan
input data ke dalam aplikasi Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dan
melakukan pencetakan SEP
d. Petugas BPJS kesehatan melakukan legalisasi SEP. Fasilitas
kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian
tindakan, obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)
e. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan
disediakan oleh masing-masing fasilitas kesehatan.
f. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk ke poli lain selain yang
tercantum dalam surat rujukan dengan surat rujukan/konsul intern.
g. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk ke Fasilitas kesehatan
lanjutan lain dengan surat rujukan/konsul ekstern.
h. Apabila pasien masih memerlukan pelayanan di Faskes tingkat
lanjutan karena kondisi belum stabil sehingga belum dapat untuk
dirujuk balik ke Faskes tingkat pertama, maka Dokter
Spesialis/SubSpesialis membuat surat keterangan yang
menyatakan bahwa pasien masih dalam perawatan.
i. Apabila pasien sudah dalam kondisi stabil sehingga dapat dirujuk
balik ke Faskes tingkat pertama, maka Dokter Spesialis/Sub
Spesialis akan memberikan surat keterangan rujuk balik.
j. Apabila Dokter Spesialis/Sub Spesialis tidak memberikan surat
keterangan yang dimaksud pada huruf i dan j maka untuk
kunjungan berikutnya pasien harus membawa surat rujukan yang
baru dari Faskes tingkat pertama
Berikut adalah diagram konteks Sistem Informasi Rekam Medis di
RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran.

30
Table 3. 1 diagram konteks Sistem Informasi Rekam Medis

31
C. Analisa Kuantitatif

Berikut adalah analisis kuantitatif 10 dokumen resume pasien

pulang atau RM 8 yang bersumber dari dokumen rekam medis pasien

RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran :

IDENTIFIKASI AUTENTIKA Catatan


PASIEN KELENGKAPAN LAPORAN/CATATAN YANG PENTING SI Yang

Keterangan
PENULIS Baik
L/TL

L/TL

L/TL
ICD 10
No. RM

ICD 9 CM

ICD 9 CM
alamat
Nama

Terbaca
Jenis K.

Anamnesis
Tgl. Lahir/Umur

Terapi Pulang

Tdk ada tipe-ex


Tdk ada coretan
Hasil Penunjang

Nama& tt Dokter PJP


pemeriksaan fisik

Tindakan/prosedur
diagnosis utama

ada bag. kosong


Alergi (Reaksi obat)
indikasi Rawat inap
Terapi/ pengobatan

Kondisi Waktu Keluar

tgl kontrol poliklinik


Diagnosis sekunder

pengobatan dilanjutkan
pemeriksaan penunjang

Nama & tt pasien/keluarga


Disertakan waktu pasien
intruksi/anjuran dan edukasi
No.RM
No.

Tgl

1 198767 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 TL 1 0 TL 1 1 1 0 TL
2 279348 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 L 11 L 1 1 1 1 L
3 616662 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 L 1 1 L 1 1 1 1 L
4 588200 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 L 1 1 L 1 1 1 1 L
5 279364 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 L 1 0 TL 1 1 1 0 TL
6 492012 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 TL 1 0 TL 1 1 1 0 TL
7 507961 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 L 1 0 TL 1 1 1 1 TL
8 606836 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 L 1 0 TL 1 1 1 1 TL
9 191504 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 L 1 1 L 1 1 1 1 L
10 509892 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 L 1 1 L 11 1 1 L
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 9 5 10 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Table 3.2 Analisi Kuantatif

No Aspek kelengkapan Lengkap Tidak lengkap

1 Identifikasi Pasien 10 0

2 Laporan penting 8 2

3 Autentifikasi 5 5

32
4 Catatan yang baik 7 3

Tabel 3.3 Rekapitulasi kelengkapan DRM

No Aspek kelengkapan Jumlah DRM Persentase (%)

1 Lengkap 5 50
2 Tidak lengkap 5 50
TOTAL 10 100

Tabel 3.4 Rekapitulasi kelengkapan DRM

D. Analisis Kualitatif

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian analisis kualitatif

yang dilakukan di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran :

Tabel 3.5 Analisis kualitatif

I. Kelengkapan dan Kekonsistenan


NO KOMPONEN ANALISIS AKURAT, LENGKAP, KONSISTEN
TOTAL
JUMLAH
(PROSENTASE)
Dokter

1 Ada diagnosa awal di UGD / Klinik 9 90%

2 Anamnesa dan diagnosa masuk 10 100%

3 Work diagnosis/catatan dokter rawat inap 10 100%

4 Diagnosa keluar pada ringkasan penyakit 10 100%


Perawat

Catatan & Asuhan Keperawatan dan


5 10 100%
Diagnosa Keperawatan
AVERAGE 9,8 98%

33
II. Pe catatan yang Konsisten
NO KOMPONEN ANALISIS AKURAT, AP, KONSISTEN
LENGK
TOTAL
JUMLAH OSENTASE)
(PR
Dokter
Kesinambungan Cat. UGD dg LRP dan
1 9 90%
Catatan dokter hingga ringkasan penyakit
Penunjang Diagnosa
Adanya hasil lab, radiologi, dll yang
2 10 100%
mendukung
Perawat
Konsistensi Catatan Perkembangan dan
3 10 100%
Asuhan Keperawatan
AVERAGE 9,7 97%

III. Deskripsi dan Catatan Terkait Pengobatan

NO. KOMPONEN ANALISIS AKURAT, LENGKAP, KONSISTEN

TOTAL
JUMLAH (PROSENTASE)
Dokter
1 Bukti pelaksanaan dari rencana
pengobatan, instruksi dan perubahan
obat, serta tindakan yang dilakukan 10 100%
Perawat
2 Bukti pelaksanaan dari rencana
perawatan, instruksi dan perubahan obat,
serta tindakan yang dilakukan 10 100%
Average 10 100%

IV. Surat Persetujuan Tindakan Kedokteran Lengkap


NO. KOMPONEN ANALISIS AKURAT, LENGKAP, KONSISTEN

TOTAL
JUMLAH (PROSENTASE)
Dokter 1 10%

34
1 Informed consent sesuai dengan operasi/
tindakan yang dilakukan
Perawat
2 Kelengkapan isi informed consent 1 10%

Average 1 10%

V. Praktik Pendokumentasian
NO. KOMPONEN ANALISIS AKURAT, LENGKAP, EN
KONSIST TOTAL
(PROSENTASE)
JUMLAH
Dokter

1 Tgl & jam, mudah dibaca, tanda tangan / 10 100%


paraf
Perawat
Tgl & jam, mudah dibaca, tanda tangan /
2 10 100%
paraf
Average 10 100%

VI. Kejadian Penting yang bisa Menyebabkan Ganti Rugi


NO. KOMPONEN ANALISIS KEJADIAN
TERCATAT
TOTAL
JUMLAH (PROSENTASE)
Dokter

1 Prosedur batal dilakukan 0 100%


2 Reaksi alergi obat / transfusi 0 100%
3 Masuk kamar operasi 2 x 0 100%
4 Masuk ICU 2 x 0 100%
5 Masuk ICU tanpa rencana 0 100%
6 Pulang paksa / pasien pindah bukan alasan 0 100%
administrasi
Perawat
1 Informasi sebelum ke ICU 0 100%
2 Komplikasi / masalah keperawatan 0 100%
3 Infeksi sesudah masuk/di kamar operasi 0 100%
4 Dekubitus 0 100%

35
Average 0 100%

Rata - rata
NO. KOMPONEN ANALISIS AKURAT, LENGKAP, KONSISTEN
TOTAL
JUMLAH (PROSENTASE)
I Kelengkapan & kekonsistenan 9,8 98
II Pencatatan yang konsisten 9,7 97
III Deskripsi & catatan terkait pengobatan 10 100
Surat persetujuan tindakan kedokteran
1 10
IV lengkap
V Praktek pendokumentasian 10 100
Kejadian penting yang bisa menyebabkan
0 100
VI ganti rugi
Average 6,8 84

E. Kodefikasi Penyakit

Kodefikasi penyakit di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran


mempunyai 3 bagian koding yaitu koding Rawat Jalan, Koding Rawat Inap
dan Koding Gawat Darurat. Pengkodean diagnosa penyakit petugas
menggunakan ICD X untuk memberikan kode diagnosa penyakit. Sistem
Rekam Medis RSGS sebagian masih manual dan sebagian sudah beralih
ke Elektronik. Petugas mengentri data koding dengan menggunakan SIRS
yang akan terintegrasi ke semua bagian pelayanan Rumah Sakit. Berikut
adalah Analisis Kodefikasi Penyakit Infeksi Dan Kode Penyakit
Neoplasma.
Kodefikasi Penyakit Infeksi (A & B)

KODE ICD X
NO DIAGNOSA UTAMA
ANALISIS
KODE RS ICD X

1 Gastroenteritis and A09.9 A09.9 SESUAI

36
colitis of unspecified

origin

2 Dengue fever A91 A91 SESUAI

3 Thypoid fever A01.0 A01.0 SESUAI

4 Tuberculosis of lung, A16.2 A16.2 SESUAI

whitout mention of

bacteriological of

histological

comfirmation

5 Bacterial A49.9 A49.9 SESUAI

infection,unspecified

6 Zoster ocular disease B02.3 B02.3 SESUAI

7 Acute hepatitis B B16.9 B16.9 SESUAI

without delta-agent

without

8 Varicella without B01.9 B01.9 SESUAI

complication

9 Viral infection, B34.9 B34.9 SESUAI

unspecified

10 Corona virus B34.2 B34.2 SESUAI

37
infrction, unspecified

site

Tabel 3.6 Kode Penyakit Infeksi

Kode Penyakit Neoplasma (C & D)

KODE ICD X
NO DIAGNOSA UTAMA
ANALISIS
KODE RS ICD X

1 Chronic myeloid C92.1 C92.1 SESUAI

leukaemia

2 Plasma cell C90.1 C90.1 SESUAI

leukaemia

3 Corpus uteri, C54.9 C54.9 SESUAI

unspecified

4 Malignant neoplasm, C80.9 C80.8 SESUAI

without specification

of site

5 Cervix uteri, C53.9 C53.9 SESUAI

unspecified

6 Anaemia in other D63.8 D63.8 SESUAI

chronic diseases

38
classified elsewhere

7 Leiomyoma of uterus, D25.9 D25.9 SESUAI

unspecified

8 Breast D48.6 D48.6 SESUAI

9 Anaemia, unspecified D64.9 D64.9 SESUAI

10 Skin D48.5 D48.5 SESUAI

Tabel 3.7 Kode Penyakit Neoplasma

F. Kodefikasi Tindakan

Kodefikasi Tindakan di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran


menggunakan ICD 9 CM untuk memberikan kode diagnosa
tindakan/prosedur. Berikut adalah analisis kode tindakan Male Genital, kode
female genital, kode tindakan Obstetri, kode tindakan Neoplasma, kode
tindakan cedera/injury & penyebab luarnya :

Kode tindakan Neoplasma


No Tindakan Utama Kode Tindakan Analisis

Koding RS Koding ICD

1 Eksisi Biopsy 86.3 86.3 SESUAI

2 - - - -

3 - - - -

4 - - - -

5 - - - -
Tabel 3.8 Kode Tindakan Neoplasma

39
Untuk kode tindakan neoplasma di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran

tidak banyak dilakukan karena RSGS merupakan RS tipe C dan belum tersedia

dokter spesialis neoplasma sehingga untuk diagnosa neoplasma hanya dikode

suspek atau riwayat neoplasma saja. Jika ada pasien yang di diagnosa

neoplasma,

RSGS merujuk pasien ke RS yang mempunyai dokter spesialis neoplasma.

Kode Tindakan cedera / injury dan penyebab luar


No Tindakan Utama Kode Tindakan Analisis

Koding RS Koding ICD

1 Pasang Pen (ORIF) 79.38 79.38 SESUAI

2 USG Abdomen 88.76 88.76 SESUAI

3 X-ray 88.39 88.39 SESUAI

4 Ganti Balut tangan (Grafting 82.72 82.72 SESUAI


hand)

5 Amputation 84.91 84.91 SESUAI


Tabel 3.9 Kode Tindakan Cidera

Kode Tindakan keracunan


No Tindakan Utama Kode Tindakan Analisis

Koding RS Koding ICD

1 - - - -

2 - - - -

3 - - - -

4 - - - -

5 - - - -

Tabel 3.10 Kode Tindakan Keracunan

40
Untuk kode tindakan keracunan di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran

tidak ditemukan karena pada kejadian keracunan RSGS tidak dilakukan

tindakan akan tetapi langsung diobati.

G. Peraturan Mordibitas dan Mortalitas

a. Mortalitas

SERTIFIKAT KEMATIAN PERINATAL

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Gondo Suwarno Ungaran dalam

pelayanan pasien kematian belum menggunakan sertifikat kematian

akan tetapi menggunakan surat kematian dengan format formulir

sebagai berikut :

41
Gambar 3.1 SERTIFIKAT KEMATIAN PERINATAL

SERTIFIKAT KEMATIAN UMUM

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Gondo Suwarno Ungaran dalam

pelayanan pasien kematian belum menggunakan sertifikat kematian akan

tetapi menggunakan surat kematian dengan format formulir sebab kematian.

Bagian 1 berisikan penyakit atau keadaan yang langsung mengakibatkan

42
kematian dan penyakit – penyakit (bila ada) yang menjadi lantaran timbulnya

sebab kematian tersebut. Pada a, dengan menyebut penyakit yang menjadi

pokok pangkal terakhir. Berikut adalah format sebab kematian di RSUD

dr.GONDO SUWARNO :

Gambar 3.2 SERTIFIKAT KEMATIAN UMUM

b. Morbiditas

Berikut adalah beberapa analisis Kode Tindakan Morbiditas Sesuai

dengan Aturan Rule MB1 s/d Rule MB5 :

43
1) Rule MB 1 : Kondisi Minor Sebagai Diagnosa Utama

Kondisi Utama : Caries Dentis ( Gigi Berlubang )

Kondisi Lain : Migrain, Sinusitis Maksilaris,Headche


Laborat : --

Prosedure : Curretage Sinus

Dokter/ Specialist : Dokter THT

Diagnosa Utama : Sinusitis Maksilaris Kode ICD 10 = J01.0

2) Rule MB 2 : Beberapa diagnosa sebagai diagnosa Utama

Kondisi Utama : Sakit dada

Kondisi Lain : Hipertensi, Pneumonia, Acute Myocard Infark (AMI)

Laborat : -

Prosedure : Periksa ECG

Dokter/ Specialist : Cardiologist

Diagnosa Utama : AMI Kode ICD 10 = I21.9

3) Rule MB 3 : Gejala/Tanda Sebagai Diagnosa Utama

Kondisi Utama : Ikterus ( Sakit Kuning )

Kondisi Lain : Epilepsi,Hepatitis B,Hipertensi

Laborat : Hasil Hbs Ag Positip

Prosedure : Terapi Antibiotic dan Vitamin

Dokter/ Specialist : Internist

Diagnosa Utama : Hepatitis B Kode ICD 10 = B16

4) Rule MB 4 : Diagnosa Utama Tidak Spesifik

44
Kondisi Utama : Trauma Cerebri (Cedera Kepala)

Kondisi Lain : Hematoma,Hipertensi,subarachnoid hemorrhage

Laborat : --
Prosedure : Pemeriksaan CT scan

Dokter/ Specialist : Bedah Neurologi

Diagnosa Utama : subarachnoid hemorrhage Kode ICD 10 = I60

5) Rule MB 5 : Diagnosa Utama Merupakan Alternatif

Kondisi Utama : Diare akibat infeksi,Stress atau karena makanan

Kondisi Lain : --

Laborat : Kuman dalam usus positip

Prosedure :obat antibiotik

Dokter/ Specialist : Dokter Umum

Diagnosa Utama : Diare akibat infeksi B Kode ICD 10 = A09

H. Kepuasan Pasien

Berikut merupakan hasil pengamatan tentang kepuasan pasien

dengan cara memberikan kuesoner kepada pasien untuk mengetahui

tingkat kepuasan psien di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran :

No Penilaian Rata-rata yang menjawab

1 Sangat Kurang Puas 1


2 Kurang Puas 1
3 Biasa Saja 1
4 Puas 15

45
5 Sangat Puas 30

Tabel 3.11 Kuesoner kepuasan pasien di RSGS

Jadi, dari 45 Kuesioner tersebut dapat diketahui bahwa pasien sudah

merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh RSUD dr. Gondo

Suwarno.

46
46

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Sistem Pembiayaan dan Informasi Rekam Medis

Unsur tarif Rumah Sakit Pemerintah / non profit, terdapat dua


bagian yaitu tarif yang dibebankan pemerintah dan yang dibebankan
masyarakat. Biaya pemerintah seperti misalnya biaya gaji karyawan dan
biaya investasi. Biaya yang dibebankan masyarakat untuk biaya
operasionalnya. Sehingga RSUD yang berstatus Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD). Tarif Pasien yang dirawat dibedakan menjadi 2 jenis :
1. Mandiri (umum)
Pasien mandiri/umum membayar fee for service secara out of pocket.
2. BPJS (Badan penyelengara jaminan social) :
Sistem Pembiayaan menggunakan BPJS di RSUD dr. Gondo
Suwarno Ungaran sudah sesuai Permenkes no 3 th 2023 tentang
pedoman pembayaran Indonesian case base group (INA CBGS) dalam
pelaksanaan jaminan Kesehatan nasional.

B. Analisis Kuantitatif

Analisa kuantitatif adalah analisis yang ditujukan kepada jumlah

lembaran-lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan

meliputi kelengkapan lembaran medis.

Berdasarkan hasil analisa kuantitatif dari 10 DRM di RSUD dr.

Gondo Suwarno Ungaran. Kelengkapan pengisian dokumen rekam medis

di RSUD dr. Gondo Suwarno masih terdapat bagian yang belum terisi

dengan lengkap.
Berikut adalah analisis kuantitatif 10 dokumen resume pasien

pulang atau RM 8 yang bersumber dari dokumen rekam medis pasien

RSUD dr. Gondo Suwarno :

Persentase
100% Audit Kuantitatif Ringkasan pulang Rekam Medis

80%
70%

50%

Identitas Pasien
Kelengkapan Autentifikasi
Catatan
Laporan Penulis Yang Baik

Gambar 4.1 Persentase Audit Kuantitatif Ringkasan pulang Rekam Medis

Dari gambar 4.1 memperoleh informasi tentang hasil analisis kualitatif

Ringkasan pulang dokumen rekam medis pasien dengan presentase tertinggi

adalah identitas pasien dengan angka 100 % dan prosentase terendah yaitu

Kelengkapan Laporan dengan angka 80 %. identitas pasien sebagai

prosentase tertinggi dengan angka 100% karena dalam pengisisan data

sudah lengkap. sedangkan Kelengkapan Laporan sebagai prosentase

terrendah dengan angka 80% karena terdapat bagian kosong dalam formulir

DRM pasien dan tidak diberi tanda (-), (√), atau dicoret untuk menandai

47
bahwa DRM tersebut benar-benar tidak ada atau tidak dilakukan. Saran :

perlunya sosialisasi lebih baik lagi untuk PPA agar dapat mengisi data dengan

lengkap,tepat, dan akurat, dan dalam formulir DRM pasien yang kosong PPA

dapat mengisikan tanda (-), (√), atau dicoret guna tidak bisa diisi atau

dimanfaatkan orang lain dan memudahkan dalam pengambilan informasi yang

akurat.

C. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif adalah analisis yang mampu menjaga kelengkapan


rekaman sesuai standar rekaman yang ditetapkan dan menelaah apakah data
medis yang bermasalah telah ditindak lanjuti sesuai standar pelayanan medis.
Berdasarkan tabel 3.23 didapatkan bahwa analisis kualitatif dokumen

Rekam Medis dilihat dari ke-enam komponen analisis dapat dikatakan cukup

tinggi dengan rata-rata 84% dengan presentase tertinggi yaitu 100% dari

Deskripsi & catatan terkait pengobatan, Praktek Pendokumentasian dan

Kejadian penting yang bisa menyebabkan ganti rugi, dan untuk presentase

terendah yaitu 10% dari surat persetujuan tindakan kedokteran.

D. Kodefikasi Penyakit dan Kodefikasi Tindakan

Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan

huruf atau angka yang mewakili komponen data. Setiap diagnosis penyakit

dan tindakan harus diberi kode untuk memudahkan proses selanjutnya,

seperti indeksing, dan penyajian informasi yang menunjang perencanaan

manajemen pada bidang kesehatan.

Pengkodingan penyakit dan kodefikasi tindakan RSUD dr. Gondo

Suwarno Ungaran sudah sesuai dengan Permenkes no 76 th 2016 tentang

pedoman Indonesian case base group (INA CBGS) dalam pelaksanaan

48
jaminan kesehatan nasional karena RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran

dalam pengkodean menggunakan ICD 10 versi th 2010 untuk kode diagnosis

penyakit dan untuk koding prosedur medis atau tindakan medis RSUD dr.

Gondo Suwarno Ungaran menggunakan ICD-9-CM versi th 2010.

E. Peraturan Mordibitas dan Mortalitas

1) Morbiditas

Morbiditas (kesakitan), merupakan salah satu indikator yang digunakan


untuk mengukur derajat kesehatan penduduk selain mortalitas / angka
kematian serta umur harapan hidup dari penduduk. Semakin tinggi angka
morbiditas, berarti tingkat kesehatan penduduk semakin buruk. Sebaliknya
semakin rendah angka morbiditas (kesakitan) menunjukkan tingkat
kesehatan penduduk yang semakin baik.
Dari hasil analisis 5 kasus DRM yang dilakukan, aturan Kode Morbiditas
di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran sudah sesuai dengan aturan Rule
MB1 s/d Rule MB5.

2) Mortalitas

Mortalitas merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk


mengukur derajat kesehatan penduduk selain mortalitas / angka kematian
serta umur harapan hidup dari penduduk. Semakin tinggi angka morbiditas,
berarti tingkat kesehatan penduduk semakin buruk. Sebaliknya semakin
rendah angka morbiditas (kesakitan) menunjukkan tingkat kesehatan
penduduk yang semakin baik.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Gondo Suwarno Ungaran dalam
pelayanan pasien kematian belum menggunakan sertifikat kematian akan
tetapi menggunakan surat kematian dengan format formulir sebab kematian
dengan berpedoman pada aturan pembuatan sertifikat kematian pada ICD
Volume 2.

49
F.Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien adalah memberikan informasi terhadap suksesnya


pemberi pelayanan bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang mempunyai
wewenang sendiri untuk menetapkan standar mutu pelayanan yang dikehendaki.
Dari pengamatan yang dilakukan sebagian besar pasien sudah merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan, pelayanan di Rumah Sakit dr. Gondosuwarno
Ungaran sudah sesuai dengan standar yaitu waktu pelayanan kurang lebih 3
menit. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan di RSGS sudah sesuai dengan yang
diharapkan pasien dan Rumah Sakit.
Dari pengamatan yang dilakukan ada beberapa pasien yang mengeluh
merasa kurang puas akan waktu tunggu pelayanan yang cukup lama dikarenakan
setiap loket berbeda ketentuan syarat pendaftarannya.

50
51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan Praktik Kerja Lapangan di RSUD dr. Gondo Suwarno

Ungaran kami menyimpulkan bahwa :

1. Sistem pembiayaan BPJS RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran sudah


sesuai dengan Permenkes no 3 th 2023 tentang pedoman Indonesian case
base group (INA CBGS) dalam pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.

2. Analisis kuantitatif Ringkasan pulang dokumen rekam medis pasien di


RSUD dr. Gondo Suwarno dari 10 dokumen yang telah di analisis dengan 8
RM terdapat dokumen rekam medis pasien dengan presentase 66%.
prosentase terrendah dengan angka 85% identitas pasien sebagai
prosentase tertinggi karena terdapat bagian kosong dalam formulir DRM
pasien dan tidak diberi tanda (-), (√), atau dicoret untuk menandai bahwa
DRM tersebut benar-benar tidak ada.

3. Prosentase tertinggi adalah identitas pasien dengan angka 100 % dan


Analisis kualitatif dokumen Rekam Medis di RSUD dr. Gondo Suwarno
dari 10 dokumen yang telah di analisis dengan ke-enam komponen
analisis dapat dikatakan cukup tinggi bahwa rata-rata 84%. Presentase
tertinggi yaitu Deskripsi & catatan terkait pengobatan, serta Praktek
Pendokumentasian dengan jumlah presentase 100%, dan untuk
presentase terendah yaitu Surat persetujuan tindakan kedokteran lengkap
dengan jumlah presentase 10%.
4. Kodefikasi Penyakit dan Kodefikasi Tindakan

Pengkodingan penyakit dan kodefikasi tindakan RSUD dr. Gondo


Suwarno Ungaran sudah sesuai dengan Permenkes no 76 th 2016 tentang
pedoman Indonesian case base group (INA CBGS) dalam pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional karena RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran
dalam pengkodean menggunakan ICD 10 versi th 2010 untuk kode
diagnosis penyakit dan untuk koding prosedur medis atau tindakan medis
RSGS menggunakan ICD-9-CM versi th 2010.

5. Morbiditas di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran sudah sesuai dengan


aturan Rule MB1 s/d Rule MB
6. Mortalitas sudah sesuai dengan diagnosa utama pada kasus kematian
dengan aturan pembuatan sertifikat kematian pada ICD Volume 2 dan isi
sudah memenuhi dengan aturan mortalitas yang tertera pada ICD Volume
2.
7. Kepuasan Pasien RSUD dr. Gondo Suwarno sudah sesuai dengan
standar yaitu waktu pelayanan kurang lebih 3 menit akan tetapi masih ada
pasien yang mengeluh dengan adanya perbedaan pendaftaran di setiap
loket.

B. SARAN

Manajemen mutu pelayanan Rekam Medis di RSUD dr. Gondo


Suwarno Ungaran sudah sesuai dengan standar yang berlaku dan para
staff rekam medis sudah melaksanakan tugas sesuai dengan jobdesk dan
spo, tetap pertahankan dan tingkatkan kinerja yang sudah ada di RSUD
dr. Gondo Suwarno Ungaran.

52
DAFTAR PUSTAKA

Almasri, M. N. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia: Implementasi


Dalam Pendidikan Islam. 19, 134.

Azwar, A, 1999, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga,


Binarupa Aksara. Jakarta

(Departemen Kesehatan RI, 2004). Departemen Kesehatan RI, 2009,


Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta

Gondodiputro , Sharon. 2007. Rekam Medis Dan sistem informasi


kesehatan. Ilmu KesehatanMasyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung

Giyarto. (2015). Pengaruh Analisis Jabatan Terhadap Pencapaian Kinerja


Organisasi Di Universitas Muhammadiyah Surakarta Artikel Publikasi.
Naskah Publikasi Ilmiah, 7-8.

Huang, V. (2013). Review Job Description Dan Pembuatan Rancangan


Pengembangan Kompetensi Di PT. X. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, 2, 3.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2011

Depkes RI. 2004. UU no. 29 tahun 2004 Tentang Praktek kedokteran. Dikutip

20/ 03/ 2003 dari http// www.depkes.go.id/download/tentang praktek


kedokteran.

https://dianprase.blogspot.com/2017/05/makalah-risiko-dalam-
tinjauanislam.html, diakses pada 23 Januari 2023 pukul 18.40 WIB.
Mayang, A., Irmawati, Elise G., Lili K., (2017). Klasifikasi kodefikasi penyakit
dan masalah terkait I, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 511
(Kemkes, KKPMT-I, 2017, hal : 52-89)

Depkes, RI. 1997. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di


Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

https://www.dosenpendidikan.co.id/kepuasan-pasien/ diakses pada 23 Januari

53
2023 pukul 19.00 WIB.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Sosial: Format 2 Kuantitatif dan


Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2014/07/01/analisis-rekam-medis-2/
diakses pada 23 Januari 2023 pikul 19.45 WIB.

54
LAMPIRAN

SOP Pendaftaran Pasien Rawat Jalan

55
SOP Pendaftaran Pasien Gawat Darurat

56
SOP Pendaftran Pasien Rawat Inap

57
58
SOP Pemisahan RM Aktif dan In Aktif

SOP Keamanan Rekam Medis


SOP Sistem Pelaporan Rumah Sakit
SOP Pengisian Laporan Kegiatan Rumah Sakit
Kuesoner Kepuasan Pasien

Anda mungkin juga menyukai