CERVIX PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSAL dr.
RAMELAN SURABAYA TAHUN 2016 Alasan : Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia, salah satunya kanker serviks (carcinoma cervix) yaitu kanker yang terjadi di daerah leher rahim atau serviks yang dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut PAP Smear Test. Kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 menurut data statistik Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Tahun 2015, dengan jumlah estimasi penderita kanker serviks terbanyak di Jawa Timur sebesar 21.313 jiwa. . Dalam Jurnal Hubungan Pengetahuan Kanker Serviks dengan Perilaku Pemeriksaan PAP Smear pada Wanita Usia antara 30-45 tahun setiap hari sedikitnya ada 8 hingga 10 kasus kanker mulut rahim di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Setiap tahun rata-rata ditemukan kasus baru kanker serviks 300-350 orang. Koding merupakan bagian penting dalam pelayanan rekam medis untuk menunjang kualitas data dan pelayanan di rumah sakit, petugas koding bertanggung jawab atas keakuratan kode. Dalam penelitian PKL dijumpai penetapan kode neoplasma yang belum sesuai dengan kaidah ICD-10 meliputi tidak ditetapkannya kode morfologi. Dalam pengkodean
neoplasma
terdapat
tiga
hal
yang
harus
dipertimbangkan
yaitu
lokasi/topografi, sifat tumor/(morfologi dan histologi) dan perilaku tumor/behaviour.
Dalam hal ini komunikasi koder dan dokter sangat berperan dalam penentuan kondisi utama. Penetapan kode neoplasma sesuai dengan kaidah ICD-10 memenuhi keutungan bahwa klasifikasi data penyakit neoplasma menjadi lebih lengkap dan bermanfaat dalam ketepatan perencanaan pelayanan pasien agar lebih optimal. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil judul TINJAUAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA KANKER SERVIKS YANG SESUAI DENGAN KAIDAH KODE ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD .. TAHUN 2016. 2. Judul 2:
TINJAUAN KEAKURATAN KODEFIKASI PENYAKIT GAGAL JANTUNG
KONGESTIF PASIEN RAWAT INAP TRIWULAN I BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD .. TAHUN 2016 Alasan : Penyelenggaraan rekam medis di suatu rumah sakit dapat menjadi bukti bahwa rekam medis sangat dibutuhkan dalam pelayanan pasien, salah satu fungsi rekam medis mendukung meningkatnya kualitas data dan pelayanan di rumah sakit adalah koding. Koding adalah fungsi bagian dari rekam medis yang bertugas dalam pengkodean jenis penyakit, diagnosa pasien serta sebab kematian pada pasien dengan standar ICD-10. Gagal Jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Menurut WHO 2013, 17,3 juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskuler pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang meninggal setiap tahunnya. Gagal Jantung Kongestif merupakan penyakit yang termasuk dalam 10 besar daftar penyakit rawat inap nomor 8 dengan jumlah kasus 455 (7,3%) dan penyakit penyebab kematian terbesar nomor 7 dengan jumlah kematian 33 (10%) di Rumah Sakit pada tahun 2014. Dalam jurnal Perbedaan Etiologi Gagal Jantung Congestive pada Usia Lanjut dengan Usia Dewasa di Rumah Sakit DR. Kariadi Januari-Desember 2006 Penyakit Gagal Jantung atau Heart Failure Congestive akan meningkat seiring dengan meningkatnya populasi usia lanjut. Berdasarkan hasil penelitian Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit pada 10 DRM rawat inap ditemukan ketepatan pengkodingan penyakit gagal jantung sebesar 100%, sedangkan keakuratan sebesar . Untuk itu peneliti tertarik untuk meninjau bagaimana keakuratan pengkodingan penyakit gagal jantung kongestif pada triwulan I tahun 2016. Ketidakauratan didalam pengkodingan diagnosis akan berpengaruh terhadap klaim, biaya perawatan, administrasi RS, dan kualitas pelayanan. Untuk itu peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul TINJAUAN KEAKURATAN KODEFIKASI PENYAKIT GAGAL JANTUNG KONGESTIF PASIEN RAWAT INAP TRIWULAN I BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD .. TAHUN 2016
3. Judul 3 :
TINJAUAN KETEPATAN DAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PPOK
(PENYAKSI PARU OBSTRUKSI KRONIS) RAWAT INAP BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD .. TAHUN 2016 Alasan : Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu penyebab kematian yang bersaing dengan HIV/AIDS untuk menempati tangga ke-4 atau ke-5 setelah penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan infeksi akut saluran pernafasan, laporan terbaru WHO menyatakan bahwa sebanyak 210 juta manusia mengalami PPOK dan hampir 3 juta meninggal akibat PPOK pada tahun 2005 (WHO,2007). PPOK adalah penyakit tidak menular yang juga menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia dengan ciri-ciri hambatan atau gangguan aliran udara. PPOK merupakan penyakit nomor satu penyumbang angka kesakitan (35%) di 5 Rumah Sakit Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, dan Sumatra Selatan menurut Direktorat Jendral PPM dan PL pada Tahun 2004 dalam jurnal Hubungan Antara Kapasitas Vital Paksa dengan Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis. Berdasarkan jurnal tersebut peneliti ingin mengetahui angka kesakitan penyakit paruobstruksi kronis (PPOK) di Rumah Sakit pada bangsal Rawat Inap Tahun 2016. Berdasarkan penelitian Praktek kerja Lapangan (PKL) tingkat ketepatan koding PPOK 100% dengan tingkat keakuratan %. Maka dari itu peneliti ingin meninjau kembali tingkat ketepatan dan keakuratan pengkodingan diagnose penyakit dengan tata cara pengkodingan ICD-10 yang benar. Peneliti tertarik mengambil judul TINJAUAN KETEPATAN DAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS) RAWAT INAP BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD .. TAHUN 2016.
JUDUL DIKONSULTASIKAN DAHULU KE PEMBIMBING II
SARAN PEMBIMBING II ANGKAT JUDUL NOMOR : I / II / III
NAMA PEMBIMBING II :
Putri Indra S, A.Md. PK
JUDUL FINAL SETELAH DIKONSULTASIKAN PEMBIMBING I :