1
TATA TERTIB PRAKTIK
2
MATERI 1
CIDERA PADA KEPALA DAN LEHER
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami lebih dalam tentang susunan anatomy pada
kepala dan leher yang memungkinkan mengalami cidera (Injury).
C. Landasan teori
1. Cidera Kepala (Injury of head)
Cedera kepala berperan 50% kematian yang disebabkan karena cedera
atau trauma. Untuk setiap kematian, terdapat dua kasus dengan cacat tetap,
biasanya sekunder terhadap cedera kepala. Beberapa cidera kepala
dikelompokkan pada beberapa aspek antara lain:
a. Berdasarkan mekanisme :
1) Trauma Tumpul: disebabkan oleh benturan benda tumpul.
2) Trauma Tajam: disebabkan oleh benda tajam (cidera peluru, benda
tajam/bacokan).
b. Berdasarkan pada Glasgow Coma Scale (GCS) yaitu skala yang
dipakai untuk menentukan/menilai tingkat kesadaran pasien, mulai dari
sadar sepenuhnya sampai keadaan koma. Teknik penilaian dengan ini
terdiri dari tiga penilaian terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien
setelah diberi stimulus tertentu, yakni respon buka mata, respon motorik
terbaik, dan respon verbal. Setiap penilaian mencakup poin-poin, di mana
total poin tertinggi bernilai 15. Berikut adalah cara menentukan nilai
GCS :
Jenis Pemeriksaan Nilai
Respon buka mata (Eye Opening, E)
Respon spontan (tanpa stimulus/rangsang) 4
Respon terhadap suara (suruh buka mata) 3
Respon terhadap nyeri (dicubit) 2
Tida ada respon (meski dicubit) 1
Respon verbal (V)
Berorientasi baik 5
Berbicara mengacau (bingung) 4
Kata-kata tidak teratur (kata-kata jelas dengan substansi 3
tidak jelas dan non-kalimat, misalnya, “aduh… bapak..”)
Suara tidak jelas (tanpa arti, mengerang) 2
Tidak ada suara 1
3
Respon motorik terbaik (M)
Ikut perintah 6
Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus 5
saat diberi rangsang nyeri)
Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang) 4
Fleksi abnormal (dekortikasi: tangan satu atau keduanya
posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi 3
rangsang nyeri)
Ekstensi abnormal (deserebrasi: tangan satu atau 2
keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri) 1
Tidak ada (flasid)
c. Berdasarkan Morfologi
1) Fractur Tengkorak
a) Kalvaria
Linier atau Stelata
Terdepress atau tidak terdepress
b) Basiler
Anterior
Medial
Posterior
2) Lesi Intracranial
a) Focal
Perdarahan Meningeal (Epidural, Subdural, Sub-Arrachnoid)
Perdarahan Lacerasi Otak (Perdarahan Intracerebral,
contusion, benda asing, peluru tertancap)
b) Difuse
Konkusi ringan
Konkusi Klasik
Cidera Aksonal Difusa
4
Gambar 1 : Susunan Anatomi Tulang Kepala
5
Gambar 2 : Susunan Anatomi Tulang Belakang (Vertebrae)
3. Susunan ICD 10
a. Cidera Kepala (S00 – S99)
1) Termasuk didalamnya cidera pada telinga, mata, wajah, rahang,
mulut dan sekitarnya, lidah, gigi.
2) Tidak termasuk cidera bakar (T20 – T23) dan efek dari fereign body
pada telinga (T16), saluran pencernaan (T17.3), mulut (T18.0),
hidung (T17.0 – T17.1), saluran pernafasan (T17.2), frostbite (T33 –
T35), Insect bite atau Sting (T63.4).
3) Terdiri dari 10 blok
4) Pada Blok S02 (Patah tulang tengkorak dan tulang wajah) terdapat
Note : Untuk code utama fraktur tengkorak dan tulang wajah yang
berkaitan dengan cedera intrakranial, referensi harus dilakukan untuk
morbiditas atau mortalitas aturan coding dan pedoman dalam
Volume 2 .
5) Dalam karakter tambahan di mana tidak mungkin atau tidak
diinginkan untuk menggunakan beberapa code untuk
mengidentifikasi fraktur dan luka terbuka ; patah tulang tidak
teridentifikasi sebagai tertutup atau terbuka harus masuk dalam
klasifikasi patah tulang tertutup.
i. : tertutup
ii. : terbuka
6) Berlaku untuk cidera kranial, akan menggunakan beberapa code
untuk mengidentifikasi cidera kranial dan luka terbuka ; patah tulang
tidak teridentifikasi sebagai tertutup atau terbuka harus masuk dalam
klasifikasi tanpa luka terbuka.
0 : tanpa luka terbuka pada kranial
1 : dengan luka terbuka pada kranial
6
b. Cidera Leher (S10 – S19)
1) Termasuk didalamnya cidera pada tengkuk, daerah supraclavicula
dan tenggorokan.
2) Terdapat Note yang sama dengan cidera kepala, yaitu
i. : tertutup
ii. : terbuka
3) Patah tulang leher termasuk didalamnya cervical, lengkungan saraf,
tulang belakang, proses spinosus, proses melintang, lengkung
vertebra.
Daftar pustaka:
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problem Volume 2. Geneva: WHO.
7
LATIHAN / KASUS I
B. Kegiatan praktikum:
1. Mengerjakan soal menggunakan ICD X dan ICD 9 CM
2. Diskusi terkait dengan kasus dan soal-soal
C. Penilaian:
Skor disesuaikan dengan jawaban yang benar.
D. Kasus:
Menyelesaikan soal-soal code penyakit
8
LEMBAR KERJA
1. Focal Injury
2. Diffuse Injury
3. Crush Injury
4. Vertebral bone
5. Lumbal bone
6. Caratid Arteri
7. Cervical Osefagus
8. Hyoid bone
9. Avulsion
9
Carilah Kode Diagnosa dari penyakit-penyakit dibawah ini
NO Diagnosa / Penyakit KODE ICD 10
2 Whiplash Injury
7 Contusio Larynx
9 Commotio Cerebri
10
Cari kode penyakit dari kasus-kasus berikut ini dengan menggunakan ICD 10 dan
ICD 9 CM
KODE KODE
NO KASUS
DIAGNOSIS TINDAKAN
Pasien datang dengan penurunan kesadaran,
post tertabrak bus saat mengendarai sepeda
1 motor. tampak beberapa luka lecet di tangan
dan kaki. Hasil CT Scan menunjukkan adanya
perdarahan di intra cerebral.
Seorang joki fraktur tulang temporal
terbukasetelah jatuh dari kuda pada saat
2 bertanding di lapangan pacuan kuda Sentul
Maguwoharjo, setelah dilakukan craniotomy
decompresi.
11
MATERI 2
CIDERA PADA ABDOMEN DAN TULANG BELAKANG
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami lebih dalam tentang susunan anatomy dan
aturan pengkodean pada abdomen (perut) dan tulang belakang yang
memungkinkan mengalami cidera (Injury).
C. Landasan teori
1. Cidera Dada (S20 – S29)
a. Dasar Teori
Trauma dada dapat berupa luka tumpul atau tembus. Trauma tumpul
dada lebih sukar untuk dideteksi sebab organ - organ internal rusak tanpa
kerusakan kulit yang jelas. Cedera tembus lebih mudah dideteksi karena
terdapat kerusakan pada kulit dan perdarahan nyata. Ada beberapa
trauma dada yang sering kita temukan :
a. Tension Pneumothorax terjadi bila tusukan pada dinding paru
memungkinkan udara masuk tapi tidak keluar rongga pleura. Udara
yang terperangkap ini menyebabkan peningkatan tekanan intrapleura
yang akhirnya menekan paru – paru menyebabkan paru kolaps.
b. Pnemumotoraks terbuka (open pneumothorax) adalah kolapsnya
paru - paru yang disebabkan oleh pergantian yang cepat dari
tekanan negatif normal intrapleura dengan tekanan atsmofir positif.
Ditandai dengan bunyi “hisapan” yang dihasilkan bila paru – paru tiba
– tiba tertusuk.
c. Flail Chest adalah fraktur iga segmental (2 atau lebih area yang
patah pada satu tulang iga yang sama) yang mengakibatkan gerakan
paradoks dinding dada sesuai dengan pernafasan.
d. Konstusio paru adalah memarnya paru – paru akibat tekanan tiba –
tiba yang disebabkan oleh trauma tumpul dada.
e. Pneumonia adalah komplikasi utama yang dapat terjadi akibat
kebocoran plasma ke dalam ruang interstitial dan alveoli.
f. Fraktur iga adalah cedera yang serius karena organ organ yang di
bawahnya (jantung, hati, limpa, paru paru, esofagus, diafragma)
beresiko untuk rusak.
g. Kontusio jantung adalah cedera pada miokard akibat trauma tumpul
dada. Gangguan irama jantung dan tamponade jantung adalah
komplikasi utama yang dapat terjadi.
b. Struktur ICD X
1) Pada bab ini kita akan membahas tentang cidera yang bisa timbul di
bagian dada dan organ didalam dada. Termasuk diantaranya adalah
payudara, dinding dada dan area interscapular. Cidera yang dialami
mulai dari memar sampai dengan luka terbuka.
12
2) Akan ditemukan cidera, sprain, strain sampai fraktur yang ada
didalam rongga dada, mulai dari tulang iga (ribs), spinal cord, dan
cidera nerve thorax.
3) Pada cidera jantung dan intratoracic akan ditemukan note tentang
aturan pengkodean pada karakter berikutnya, yaitu:
iii. : untuk yang tidak disertai dengan luka terbuka pada
thoracic cavity
iv. : untuk yang disertai dengan luka terbuka pada thoracic
cavity.
2. Cidera Abdomen, Lower Back, Lumbal Spine and Pelvis (S30 – S39)
a. Dasar Teori
Abdomen dapat didefinisikan sebagai daerah tubuh yang terletak antara
diaphragma di bagian atas dan pintu masuk pelvis dibagian bawah. Untuk
kepentingan klinik, biasanya abdomen dibagi dalam sembilan regio oleh
dua garis vertikal, dan dua garis horizontal. Trauma tumpul abdomen
adalah cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke dalam
rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan,
deselarasi (perlambatan), atau kompresi. Trauma tumpul kadang tidak
memberikan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh tetapi dapat
mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau organ di bawahnya.
Benturan pada trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan cedera pada
organ berongga berupa perforasi atau pada organ padat berupa
perdarahan. Organ didalam abdomen yang kemungkinan mengalami
cidera dampak dari cidera abdomen, antara lain:
1) Hati merupakan kelenjar terbesar dan mempunyai tiga fungsi dasar,
yaitu : (1) pembentukan dan sekresi empedu yang dimasukkan ke
dalam usus halus; (2) berperan pada aktivitas metabolisme yang
13
berhubungan dengan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein; (3)
menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing lain yang
masuk dalam darah dari lumen usus.
2) Limpa merupakan massa jaringan limfoid tunggal yang terbesar dan
umumnya berbentuk oval, dan berwarna kemerahan. Terletak pada
regio hypochondrium kiri, dengan sumbu panjangnya terletak
sepanjang iga X dan kutub bawahnya berjalan ke depan sampai linea
axillaris media, dan tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik.
3) Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar dan
mempunyai 3 fungsi utama: (1) menyimpan makanan dengan
kapasitas ± 1500 ml pada orang dewasa; (2) mencampur makanan
dengan getah lambung untuk membentuk kimus yang setengah padat,
dan (3) mengatur kecepatan pengiriman kimus ke usus halus sehingga
pencernaan dan absorbsi yang efisien dapat berlangsung.
4) Empedu atau Vesica Fellia adalah kantong seperti buah pear yang
terletak pada permukaan viseral hati. Secara umum dibagi menjadi
tiga bagian yaitu : fundus, corpus dan collum.
5) Ginjal berperan penting dalam mengatur keseimbangan air dan
elektrolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam basa
darah.
6) Ureter berfungsi mengalirkan urin dari ginjal ke vesica urinaria, dengan
didorong sepanjang ureter oleh kontraksi peristaltik selubung otot,
dibantu tekanan filtrasi glomerulus. Panjang ureter ± 25 cm
7) Pancreas berfungsi mengalirkan urin dari ginjal ke vesica urinaria,
dengan didorong sepanjang ureter oleh kontraksi peristaltik selubung
otot, dibantu tekanan filtrasi glomerulus. Panjang ureter ± 25 cm
b. Struktur ICD X
1) Dalam blok ini yang akan kita bahas termasuk diantaranya cidera
pada dinding perut, anus, buttock, organ genital bagian luar, tulang
panggul, dan groin.
2) Masih sama dengan blok sebelumnya akan ditemukan note untuk
pengkodean karakter berikutnya :
0 : untuk patah tulang tertutup
1 : untuk patah tulang terbuka
14
Daftar pustaka:
15
LATIHAN / KASUS I
B. Kegiatan praktikum:
1. Mengerjakan soal menggunakan ICD X dan ICD 9 CM
2. Diskusi terkait dengan kasus dan soal-soal
C. Penilaian:
Skor disesuaikan dengan jawaban yang benar.
D. Kasus:
Menyelesaikan soal- soal code penyakit
16
LEMBAR KERJA
1. Acetabulum
2. Vertebral Arch
3. Sacrococcygeal joint
4. Splanchnic nerve
5. Retroperitoneum
6. Small Intestine
7. Coeliac ganglion
8. Lumbosacral Spine
9. Thymus Gland
10. Haemopericardium
17
Carilah Kode Diagnosa dari penyakit-penyakit dibawah ini
NO Diagnosa / Penyakit KODE ICD 10
2 Oesophageal Plexus
5 Bile duct
6 Hepatic Vein
8 Flail chest
18
Cari kode penyakit dari kasus-kasus berikut ini dengan menggunakan ICD 10 dan
ICD 9 CM
KODE KODE
NO KASUS
DIAGNOSIS TINDAKAN
Seorang anak sedang bermain di halaman
mengalami luka tembak peluru nyasar pada
1
abdomen dan hati akibat senapan mesin
seorang polisi yang sedang membersihkannya.
Luka sobek pada perut mengakibatkan rupture
limpha saat tertusuk benda tajam dalam
2
pengeroyokan antar kampung. Dilakukan
tindakan debridement dan jahit luka.
19
MATERI 3
CIDERA PADA TANGAN / ANGGOTA GERAK ATAS
(BAHU, LENGAN ATAS, LENGAN BAWAH, SIKU, PERGELANGAN TANGAN)
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami lebih dalam tentang susunan anatomy pada
kepala dan leher yang memungkinkan mengalami cidera (Injury).
C. Landasan teori
Cidera Tangan / Anggota gerak bagian Atas (S40 – S69)
a. Dasar Teori
1) Bahu (Clavicula)
Tulang clavicula atau sering disebut bahu adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang
tubuh. Clavicula berbentuk kurva-ganda dan memanjang. Ini adalah
satu-satunya tulang yang memanjang horizontal dalam tubuh.
20
Gambar 2. Susunan tulang bahu
21
3) Lengan Bawah (Fore Arm / Radius Ulna)
Ulna merupakan tulang panjang di bagian medial lengan bawah,
terletak sejajar dengan tulang radius. Ujung atasnya bersendi
dengan tulang lengan atas (humerus) pda sendi siku, dan dengan
caput radii (kepala bonggol tulang pengumpil) pada persendian
radioulnaris superior (persendian tulang hasta dan pengumpil bagian
atas). Pada bagian bawah bersendi dengan tulang pengumpil pada
persendian radioulnaris inferior.
4) Siku (Elbow)
Siku merupakan salah satu bagian tubuh yang bentuknya mirip lutut.
Siku merupakan gabungan dari 3 sendi. Dua sendi pertama adalah
sendi yang secara tradisional dianggap sebagai pembentuk siku:
sendi humeroulnar, sendi humeroradial, dan sendi antara kepala
radius dan insisura radius ulna. Sendi siku terdiri dari ujung distal
tulang humerus dan ujung proksimal tulang radius dan ulna.
22
5) Pergelangan Tangan (Wrist)
Pergelangan tangan atau wrist adalah sambungan antara lengan
bawah dan telapak tangan. Pergelangan tangan yang pada dasarnya
adalah dua baris kecil pendek tulang, disebut carpals, untuk
membentuk sebuah rumah sekitar engsel.
23
b. Struktur ICD X
1) Penanganan trauma atau cedera tangan seringkali tidak dilakukan
dengan benar. Padahal, lengan, pergelangan tangan, serta jari-
jarinya terdiri dari begitu banyak bagian kompleks yang
memungkinkan tangan melakukan gerakan yang tak bias dilakukan
organ tubuh lain.
2) Pada blok S40 – S49 membahas tentang Injuries to the shoulder and
upper arm, blok S50 – S59 membahas tentang Injuries to the elbow
and forearm, blok blok S60 – S69 membahas tentang Injuries to the
wrist and hand.
Daftar pustaka:
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problem Volume 2. Geneva: WHO
24
LATIHAN / KASUS
B. Kegiatan praktikum:
1. Mengerjakan soal menggunakan ICD X dan ICD 9 CM
2. Diskusi terkait dengan kasus dan soal-soal
C. Penilaian:
Skor disesuaikan dengan jawaban yang benar.
D. Kasus:
Menyelesaikan soal-soal code penyakit
25
LEMBAR KERJA
1. Glenohumeral Joint
2. Metacarpophalangeal
3. Tendon
5. Tulang Collar
6. Superficial Injury
8. Dislocation
9. Crushing Injury
10. Acromion
26
Carilah Kode Diagnosa dari penyakit-penyakit dibawah ini
NO Diagnosa / Penyakit KODE ICD 10
5 Fractur Colles
27
Cari kode penyakit dari kasus-kasus berikut ini dengan menggunakan ICD 10
dan ICD 9 CM
NO KASUS KODE KODE
DIAGNOSIS TINDAKAN
Seorang sopir Bus Jurusan Yogya –
Solo mengalami subdural haemorrhage
dan fraktur radius ulna distal terbuka
1. kanan setelah bus yang dikemudikanya
menabrak tiang listrik di pinggir jalan
dekat Candi Prambanan. Tindakan
yang diberikan ORIF dan Debridement.
Patah tulang bahu kanan terbuka
setelah dilakukan foto rontgen dan
memar pada dahi akibat tertimpa
2.
reruntuhan bangunan di rumahnya
pada saat gempa bumi ketika sedang
masak didapur.
Tangan kanan tukang kayu terjepit
mesin, terjadi Patah tulang digiti 2
3.
Manus Dextra. Tindakan yang diberikan
Pining digiti 2 Manus Dextra.
Fraktur radius 1/3 proximal, jatuh dari
sepeda motor di jalan raya menghindari
4. helm jatuh dari pengendara motor lain
yg ada di depannya. Korban sedang
dalam perjalanan pulang kerja.
Korban kecelakaan lalu lintas sepeda
motor dengan sepeda motor. Tampak
pingsan dan luka lecet di beberapa
tempat, deformitas bahu kanan. Setelah
dilakukan pemeriksaan foto tangan
5.
ditemukan patah tulang bahu kanan,
patah tulang scapula, patah tulang
humerus. Dokter belum merencanakan
tindakan. Menunggu kondisi pasien
stabil.
28
MATERI 4
INJURY OF HIP, THIGH, KNEE, LOWER LEG,
ANKLE AND FOOT
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami lebih dalam tentang susunan anatomy pada
kepala dan leher yang memungkinkan mengalami cidera (Injury).
C. Landasan teori
1. Cidera Pinggul / Pangkal Paha (Hip)
Hip/pinggul adalah bagian dari tulang panggul yang berartikulasi dengan
pangkaltulang femur pada asetabulum. Cidera yang sering terjadi antara lain
patah tulang. Fraktur Hip adalah suatu terminologi yang digunakan untuk
menggambarkanfraktur tulang femur pada daerah ujung/pangkal proksimal
yang meliputi kepalasendi, leher, dan daerah trochanter. Patah tulang
pinggul paling sering terjadi karena jatuh atau pukulan langsung ke sisi
pinggul. Beberapa kondisi medis seperti osteoporosis, kanker atau luka
dapat melemahkan tulang dan membuat pinggul lebih rentan terhadap
patah.
29
karakter terakhir 1, jika tertutup menggunakan karakter terakhir 0. Dibawah
ini adalah susunan tulang paha yang keungkinan bisa megalami patah
tulang.
30
Gambar 3 : Susunan Anatomi Tulang Lutut
4. Cidera Lower Leg, Ankle and Foot
Pada cidera kaki bawah, kita akan mengenal patah tulang, sprain dan strain,
cidera muscle dan tendon, sampai dengan amputasi tulang. Masih sama
dengan aturan sebelumnya, jika patah tulang terbuka maka ditambahkan
karakter terakhir 1, jika tertutup menggunakan karakter terakhir 0. Dibawah
ini adalah susunan lutut yang keungkinan bisa megalami patah tulang.
Daftar pustaka:
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problem Volume 2. Geneva: WHO
31
LATIHAN / KASUS
B. Kegiatan praktikum:
1. Mengerjakan soal menggunakan ICD X dan ICD 9 CM
2. Diskusi terkait dengan kasus dan soal-soal
C. Penilaian:
Skor disesuaikan dengan jawaban yang benar.
D. Kasus:
Menyelesaikan soal-soal kode penyakit
32
LEMBAR KERJA
1. Glenohumeral Joint
2. Metatarsophalangeal
3. Tendon
5. Tulang Collar
6. Superficial Injury
8. Dislocation
9. Crushing Injury
10. Acromion
33
Carilah Kode Diagnosa dari penyakit-penyakit dibawah ini
NO Diagnosa / Penyakit KODE ICD 10
5 Fractur fibula
34
Cari kode penyakit dari kasus-kasus berikut ini dengan menggunakan ICD 10 dan
ICD 9 CM
NO KASUS KODE KODE
DIAGNOSIS TINDAKAN
1. Pasien dengan diagnose Terkilir pada panggul
dan Terkilir di Ankle post jatuh dari motor
karena kecelakaan tunggal di arena balap
motor saat lomba. Pasien dilakukan tindakan
foto ankle tapi tidak ditemukan fractur. Pasien
datang kontrol setelah hari ke tiga dan
dilakukan tindakan dyathermy.
2 Patah tulang paha kanan terbuka setelah
dilakukan foto rontgen akibat tertimpa
reruntuhan bangunan di rumahnya pada saat
gempa bumi ketika sedang tidur.
35
MATERI 5
INJURIES INVOLVING MULTIPLE BODY REGIONS (T00 – T07), INJURIES
TO UNSPECIFIED PART OF TRUNK, LIMB OR BODY REGION (T08-T14),
EFFECT OF FOREIGN BODY ENTERING THROUGH NATURAL ORIFICE
(T15-T19)
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami lebih dalam tentang cidera multipel (multiple
injury).
C. Landasan teori
Multiple injuries adalah bagian dari tulang panggul yang berartikulasi dengan
pangkaltulang femur pada asetabulum. Cidera yang sering terjadi antara lain
patah tulang. Fraktur Hip adalah suatu terminologi yang digunakan untuk
menggambarkanfraktur tulang femur pada daerah ujung/pangkal proksimal
yang meliputi kepalasendi, leher, dan daerah trochanter. Patah tulang
pinggul paling sering terjadi karena jatuh atau pukulan langsung ke sisi
pinggul. Beberapa kondisi medis seperti osteoporosis, kanker atau luka
dapat melemahkan tulang dan membuat pinggul lebih rentan terhadap
patah.
D. Daftar pustaka
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problem Volume 2. Geneva: WHO
36
LATIHAN / KASUS
B. Kegiatan praktikum:
1. Mengerjakan soal menggunakan ICD X dan ICD 9 CM
2. Diskusi terkait dengan kasus dan soal-soal
C. Penilaian:
Skor disesuaikan dengan jawaban yang benar.
D. Kasus:
Menyelesaikan soal-soal code penyakit
37
LEMBAR KERJA
1. Thrunk
2. Traumatic Amputation
3. Chrusing Injury
4. Spinal Cord
5. Upper limb
6. Lower limb
7. Decapitation
8. feet
9. leg
10. pelvis
38
11. Transection
12. Displaced
13. Aneurysm
14. Splinter
15. Subluxation
17. Tear
18. Haemarthrosis
19. Arteriovenous
10. Quadraplegia
21. Puncture
22. Lacrimal
39
23. Auditory
24. Alimentary
25. Urethra
26. Blader
27. Vulva
28. Rectosigmoid
29. Nostril
30. Phlegm
40
Carilah Kode Diagnosis dari penyakit-penyakit di bawah ini
NO Diagnosa / Penyakit KODE ICD 10
11 Vulnus laserasi
12 Arterial haematoma
41
Cari kode penyakit dari kasus-kasus berikut ini dengan menggunakan ICD 10 dan
ICD 9 CM
NO KASUS KODE KODE
DIAGNOSIS TINDAKAN
Laserasi multiple abdomen, tertusuk pisau saat
1 berkelahi sepulang belanja dari mirota kampus
dilakukan tindakan penjahitan luka
42
MATERI 6
LUKA BAKAR DAN KOROSI (T20 – T32), FROSTBITE (T33-T35)
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami lebih dalam tentang luka bakar, korosi, dan
frostbite.
C. Landasan teori
Luka Bakar
Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang
disebabkan oleh panas, listrik, zat kimia, gesekan, atau radiasi. Luka bakar
yang hanya mempengaruhi kulit bagian luar dikenal sebagai luka bakar
superfisial atau derajat I. Bila cedera menembus beberapa lapisan di
bawahnya, hal ini disebut luka bakar sebagian lapisan kulit atau derajat II.
Pada Luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit atau derajat III, cedera
meluas ke seluruh lapisan kulit. Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan
cedera ke jaringan yang lebih dalam, seperti otot atau tulang.
Perawatan yang diperlukan bergantung pada tingkat keparahan luka
bakar. Luka bakar superfisial mungkin dapat ditangani dengan pereda nyeri
sederhana, sementara luka bakar besar mungkin memerlukan pengobatan
yang lebih lama di pusat perawatan luka bakar khusus. Mendinginkan
dengan air ledeng mungkin membantu meredakan nyeri dan mengurangi
kerusakan; akan tetapi, paparan dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan suhu tubuh rendah. Luka bakar yang mengenai sebagian
lapisan kulit mungkin perlu dibersihkan dengan sabun dan air, kemudian
dibalut. Cara untuk menangani lepuh masih belum jelas, tapi mungkin ada
baiknya untuk membiarkan lepuh tersebut tetap utuh. Luka bakar yang
mengenai seluruh lapisan kulit biasanya membutuhkan pembedahan, seperti
cangkok kulit. Luka bakar yang luas seringkali membutuhkan banyak cairan
intravena karena respon peradangan selanjutnya akan mengakibatkan
kebocoran cairan kapiler yang signifikan dan edema. Komplikasi paling
umum dari luka bakar adalah infeksi.
Korosi
Luka korosif adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang
disebabkan oleh zat-zat kimia berbahaya. Lukanya hampir sama dengan
luka bakar. Luka korosif yang hanya mempengaruhi kulit bagian luar dikenal
sebagai luka korosif superfisial atau derajat I. Bila cedera menembus
beberapa lapisan di bawahnya, hal ini disebut luka korosif sebagian lapisan
kulit atau derajat II. Pada Luka korosif yang mengenai seluruh lapisan kulit
atau derajat III, cedera meluas ke seluruh lapisan kulit. Sedangkan luka
korosif derajat IV melibatkan cedera ke jaringan yang lebih dalam, seperti
otot atau tulang.
43
Frostbite
Frostbite adalah membekunya sebagian organ tubuh yang terpapar
oleh suhu dingin yang berlebihan. Frostbite umumnya terjadi pada suhu 0°C
(32°F). Frostbite dikenal dengan radang dingin dimana jaringan sel didalam
tubuh menjadi rusak karena terjadi pembekuan. Cuaca dingin membuat
cairan sel membeku dan menjadi rusak karena pembekuan dan
menyebabkan aliran menjadi tak lancar. Apabila terdapat bagian – bagian
yang tak teraliri darah lebih dari 15 menit akan menimbulkan gangrene
( pembusukan ), sehingga harus di amputasi. Organ yang terkena biasanya
adalah ujung-ujung jari kaki dan tangan, cuping telinga, cuping hidung, dan
dagu. Tanda-tanda organ yang mengalami frostbite adalah kulitnya pucat
dan keras dimana jika terkelupas akan tampak jaringan di bawahnya yang
berwarna merah dan nyeri. Organ tersebut biasanya mati rasa.
Daftar pustaka
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problem Volume 2. Geneva: WHO
44
LATIHAN / KASUS
B. Kegiatan praktikum:
1. Mengerjakan soal menggunakan ICD X dan ICD 9 CM
2. Diskusi terkait dengan kasus dan soal-soal
C. Penilaian:
Skor disesuaikan dengan jawaban yang benar.
D. Kasus:
Menyelesaikan soal-soal code penyakit
45
LEMBAR KERJA
2. Erythema
3. Corrosion
4. Scapular
5. Frostbite
6. Necrosis
7. Thight
8. Conjunctival Sac
9. Adnexa
46
12. Third Degree Burn
15. Periocular
47
Cari kode penyakit dari kasus-kasus berikut ini dengan menggunakan ICD 10 dan
ICD 9 CM
NO KASUS KODE KODE
DIAGNOSIS TINDAKAN
48
MATERI 7
POISONING BY DRUG, MEDICEMENTS AND BIOLOGICAL SUBSTANCES
(T36-T50), TOXIC EFFECT OF SUBSTANCE
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami lebih dalam tentang keracunan obat dan zat
kimia.
C. Landasan teori
Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk.
Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat
yang tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam
bentuk kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut dalam usus bukan
dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi
yang diinginkan. Ketikapun bagi kita yang berpraktek di apotek, maka perlu
diperhatikan benar etiket obat yanbg dibuat. Misalnya tablet dengan kaplet
itu berbeda, atau tablet yang harus dikunyah dulu (seperti obat maag
golongan antasida), seharusnyalah etiket obat memuat instruksi yang
singkat namun benar dan jelas. Jangan sampai pasien menjadi bingung
dengan petunjuk etiket obat. Oleh karena itu penting sekali bagi kita semua
untuk mengetahui bentuk sediaan obat.
Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian luar.
Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya
adalah puyer.
Tablet (compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
Tablet kempa
Sediaan ini paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta
penandaannya tergantung desain cetakan.
Tablet cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam
lubang cetakan
49
Tablet trikurat
Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang
ditemukan
Tablet hipodermik
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu
untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
Tablet sublingual
Jenis obat ini dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan
meletakan tablet di bawah lidah.
Tablet bukal
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
Tablet Effervescent
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau
kemasan tahan lembab.
Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"
Tablet kunyah
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga
mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
Pil (pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat
dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan
karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan
jamu.
Kapsul (capsule)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
1. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
2. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
3. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
4. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis),
dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil
kemudian dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih
besar.
5. Mudah ditelan
Larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak dimasukan dalam
50
golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan sedian cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
larutan topikal (kulit).
Suspensi (suspensiones)
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk
susu/magma),suspensi topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes
telinga (telinga bagian luar),suspensi optalmik,suspensi sirup kering.
Emulsi (elmusiones)
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi,
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan
lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan
atau tumbuhan yang disari.
Ekstrak (extractum)
Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
dari simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang
sesuai.kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku
yang ditetapkan.
Infus
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.
Imunoserum (immunosera)
Merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh
dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman
(bisa ular0 dan mengikut kuman/virus/antigen.
Salep (unguenta)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat
yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus
larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
Suppositoria
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut
pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan adalah :
1. Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi,
dan inflamasi karena hemoroid.
51
2. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin
untuk anti muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk
analgesik antipiretik.
Injeksi (injectiones)
Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat serta
dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui
mulut.
D. Daftar pustaka:
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problem Volume 2. Geneva: WHO
52
LATIHAN / KASUS
B. Kegiatan praktikum:
1. Mengerjakan soal menggunakan ICD X dan ICD 9 CM
2. Diskusi terkait dengan kasus dan soal-soal
C. Penilaian:
Skor disesuaikan dengan jawaban yang benar.
D. Kasus:
Menyelesaikan soal-soal kode penyakit
53
LEMBAR KERJA
1. Antineoplastic
2. Adverse Effect
3. Tetracyclin
4. Salbutamol
5. Lacrimogenic Gas
6. Asphyxiation
7. Hypotermia
8. Heatstroke
9. Heat Cramp
54
11. Heat Fatigue
12. Syncope
13. Exhaustion
14. Suffocation
15. Erythema
17. Deprivation
24. Hyperthermia
25. Intubation
56
Carilah Kode Diagnosis dari penyakit-penyakit dibawah ini
NO Diagnosa / Penyakit KODE ICD 10
1 Keracunan Tetrasiklin
2 Disengat kalajengking
6 Tersengat listrik
57
Cari kode penyakit dari kasus-kasus berikut ini dengan menggunakan ICD 10 dan
ICD 9 CM
NO KASUS KODE KODE
DIAGNOSIS TINDAKAN
Keracunan tetrasiklin satu botol, mencoba
1 bunuh diri karena ditinggal kawin pacarnya
dengan orang lain
58
MATERI 8
TRANSPORT ACCIDENT (V01 – V99)
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu melakukan pengodean penyebab luar cedera khususnya
pada kasus cedera yang disebabkan oleh kecelakaan transportasi
C. Landasan teori
Bab ini meliputi klasifikasi dari kejadian (event) lingkungan dan keadaan
sekitarnya sebagai kausa suatu cedera, keracunan dan efek yang
merugikan, pertentangan atau permusuhan, ketidakcocokan, atau
berlawanan,
Code pada Bab XX diaplikasikan untuk melengkapi code pada Bab-bab lain,
terutama Bab XIX.
Causes of death ditabulasi berdasakan Bab XIX dan Bab XX, apabila hanya
mengunakan satu code sebab kematian maka hanya code Bab XX yang
digunakan.
Kondisi lain-lain yang bisa disebut timbul karena sebab luar terklasifikasi
pada Bab I – XVIII
Untuk ini code Bab XX digunakan sebagai informasi tambahan (Additional
information), hanya untuk analisis kondisi multiple.
ACTIVITY CODES
Kode tersedia sebagai supplementary untuk menjelaskan aktivitas pasien
saat cedera itu terjadi.
Subklasifikasi ini jangan dicampur adukan dengan, atau untuk meggantikan
subdivisi digit-4 untuk menjelaskan tempat kejadian event yang terklasifikasi
dalam W00-W34
0 While engaged in sports activity
1 While engaged in leisure activity
2 While working for income
59
3 While engaged in other types of work
4 While resting, sleeping, eating or engaging in other vital activities,
personal hygiene
8 While engaged in other specified activities
9 During unspecified activity.
TRANSPORT ACCIDENT
Perhatikan hal. 1018 ada Note: …
Ada definisi terkait kecelakaan transport
(a) (y)
Classification and coding instructions for transport accidents
(1) (7)
60
Gambar : Tabel kecelakaan lalu lintas darat
Daftar pustaka:
61
LATIHAN / KASUS
B. Kegiatan praktikum:
1. Mengerjakan soal menggunakan ICD 10
2. Diskusi terkait dengan kasus dan soal-soal
C. Penilaian:
Skor disesuaikan dengan jawaban yang benar.
D. Kasus:
Menyelesaikan soal-soal kode penyakit
62
LEMBAR KERJA
1 Traffic Accident
3 Transport Accident
63
Cari kode penyakit dari kasus-kasus berikut ini dengan menggunakan ICD 10 dan
ICD 9 CM
NO KASUS KODE BAB KODE
XIX BAB XX
Fraktur radius 1/3 proximal, jatuh dari sepeda
motor di jalan raya menghindari helm jatuh dari
1
pengendara motor lain yg ada di depannya.
Korban sedang dalam perjalanan pulang kerja.
64
MATERI 9
OTHERS EXTERNAL CAUSES OF INJURIES (W00 – Y36)
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu melakukan pengodean penyebab luar cedera khususnya
pada kasus cedera yang disebabkan oleh penyebab luar lainnya.
C. Landasan teori
Bab ini meliputi klasifikasi dari kejadian (event) lingkungan dan keadaan
sekitarnya sebagai kausa suatu cedera, keracunan dan efek yang
merugikan, pertentangan atau permusuhan, ketidakcocokan, atau
berlawanan,
Code pada Bab XX diaplikasikan untuk melengkapi code pada Bab-bab lain,
terutama Bab XIX.
Causes of death ditabulasi berdasakan Bab XIX dan Bab XX, apabila hanya
mengunakan satu code sebab kematian maka hanya code Bab XX yang
digunakan.
Kondisi lain-lain yang bisa disebut timbul karena sebab luar terklasifikasi
pada Bab I – XVIII
Untuk ini code Bab XX digunakan sebagai informasi tambahan (Additional
information), hanya untuk analisis kondisi multiple.
D. Daftar pustaka:
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problem Volume 2. Geneva: WHO
65
LATIHAN / KASUS
B. Kegiatan praktikum:
1. Mengerjakan soal menggunakan ICD 10
2. Diskusi terkait dengan kasus dan soal-soal
C. Penilaian:
Skor disesuaikan dengan jawaban yang benar.
D. Kasus:
Menyelesaikan soal-soal kode penyakit
66
LEMBAR KERJA
2. Fall =
3. Thrown from =
4. Overturning =
5. Terrain =
6. Drowning =
7. Submersion =
8. Sinking =
9. Slipping =
10. Tripping =
11. Stumbling =
12. Assault =
13. Suffocation =
14. Strangulation =
15. Inhalation =
67
Carilah Kode Diagnosis dari penyakit-penyakit dibawah ini
KODE BAB KODE BAB
No NAMA PENYAKIT LEAD TERM
XIX XX
Laserasi multiple
abdomen, tertusuk pisau
1
berkelai ketika bekerja di
bar
Peritonitis akibat kapas
2 tertinggal pada operasi
pengangkatan appendiks
4 Reaksi Anestesi
68
Cari kode penyakit dari kasus-kasus berikut ini dengan menggunakan ICD 10 dan
ICD 9 CM
NO KASUS KODE BAB KODE
XIX BAB XX
Seorang buruh bangunan ditemukan jatuh dari
tangga saat bekerja. Tampak deformitas paha
kanan dan lengan atas. Hasil foto rontgen
1
menunjukkan fraktur pada keduanya. Setelah
dilakukan tindakan ORIF pada paha, pasien
diijinkan pulang.
69
MATERI 10
RULE OF MORBIDITY
A. Kompetensi
Mahasiswa mampu melakukan pengodean berdasarkan rule of morbidity.
C. Landasan teori
Diagnosis = kata (phrasa) yang digunakan dokter untuk menyebut suatu
penyakit/gangguan kesehatan seseorang, atau keadaan seseorang
memerlukan/ mencari/ mendatangi/ menerima asuhan medis (medical care)
dan pelayanan kesehatan (health service). Diagnose admisi ( masuk) = titik
mula segala kegiatan institusi asuhan/pelayanan terhadap pasiennya
(pelayanan medis, penunjang medis umum/spesialis, perawatan, dll)
70
”multiple head injury” dapat dicatat sebagai ”kondisi utama”, diikuti
oleh sebuah daftar kondisi tersebut.
Contoh:
K. ut. Dyspepsi
Kondisi lain: Acute appendicitis
Acute abdominal pain
Prosedur: Appendectomy
Spesialis: Bedah digestif
Maka reseleksi: Acute appendicitis sebagai kondisi utama.
71
RULE MB2 (Several Conditions Recorded as “Main Condition”)
Beberapa Kondisi direkam sebagai kondisi utama. Beberapa kondisi tidak
bisa digabung untuk dapat dicode bersama dan direkam semua sebagai
kondisi utama, dan salah satu kondisi lain pada rekaman menunjuk
adalah kondisi utamanya, maka pilih ini sebagai kondisi utama, bila tidak
ada maka pilih yang pertama disebut dalam penulisan.
Contoh: 1. K. Ut. Osteoporosis
Candida bronchopneumonia
Rheumatism
K. lain: -
Bidang spesialisasi: Peny.Paru
Reseleksi K. Ut. Candida bronchopneumonia
2. K.Ut. KPD, letak lintang dan anemia
K.lain: -
Partus spontan
Reseleksi K. ut. Premature rupture of membrane
72
RULE MB5 (Alternative main diagnoses)
Alternatif diagnoses utama
Suatu tanda/gejala direkam sebagai kondisi utama, dengan indikasi
kondisi terkait adalah suatu kondisi atau kondisi lain, reseleksi gejala
tersebut sebagai “kondisi utama”.
Bila ada 2 atau > dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan diagnostik
sebagai kondisi utama, pilih yang pertama disebut.
Contoh:
1. K. ut. Sakit kepala mungkin karena sinusitis atau stres.
Reseleksi: Sakit kepala
2. K.ut. Kolekistitis akut atau gastritis
Reseleksi: kolekistitis akut
3. K. ut. GE akibat infeksi atau keracunan makanan
Reseleksi: Infectious GE.
Daftar pustaka:
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problem Volume 2. Geneva: WHO
73
LATIHAN / KASUS
B. Kegiatan praktikum:
1. Mengerjakan soal menggunakan ICD 10
2. Diskusi terkait dengan kasus dan soal-soal
C. Penilaian:
Skor disesuaikan dengan jawaban yang benar.
D. Kasus:
Menyelesaikan soal-soal kode penyakit
74
LEMBAR KERJA
Kode : ………………….
Kode : ………………….
(walau gigi berlubang adalah kondisi minor, namun untuk gangguan ini
pasien diterapi)
Kode : ………………….
Kode : ………………….
Kode : ………………….
75
6. Kondisi utama : Sakit abdomen
Kondisi lain : Demam tinggi
Appendicitis akut
Hasil laboratorium: leukositosis
Tindakan : appendectomy
Seleksi kembali kondisi utama : ………………….
Kode : ………………….
Kode : ………………….
Kode : ………………….
Kode : ………………….
Kode : ………………….
76